News Forex, Index & Komoditi ( Senin, 26 Mei 2025 )
News Forex, Index & Komoditi
( Senin, 26 Mei 2025 )
Harga Emas Global Kembali Menguat Kala Perang Dagang AS Kian Memanas
Harga emas telah bangkit pada perdagangan pekan ini didorong oleh sejumlah sentimen. Ke depan, harga emas masih berpeluang mempertahankan penguatannya. Harga emas dunia diperdagangkan di atas US$3.300 per troy ounce dengan perkiraan kenaikan 3% pada pekan ini. Analis Senior di Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menilai sepanjang pekan ini, pergerakan harga emas dunia menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi, dipicu oleh berbagai faktor seperti ketegangan geopolitik, dinamika fiskal AS, dan rilis data ekonomi yang beragam. Harga emas sempat melonjak tajam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana pemotongan pajak yang diperkirakan akan menambah utang nasional hingga US$3,8 triliun dalam satu dekade. Kebijakan fiskal tersebut turut mendorong lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat kredit pemerintah AS. Pasar menilai langkah ini sebagai sinyal meningkatnya risiko fiskal, sehingga mendorong investor kembali pada emas sebagai aset lindung nilai alias safe haven. Sementara itu, eskalasi ketegangan di Timur Tengah dan hubungan dagang AS-China terus menjadi katalis positif bagi permintaan emas.
Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian, arus modal mengalir ke aset-aset aman seperti logam mulia," kata Andy dalam keterangan tertulis pada Jumat (23/5/2025). Di sisi lain, data PMI manufaktur dan jasa AS yang membaik pada periode Mei menekan harga emas secara jangka pendek, karena memunculkan optimisme terhadap pemulihan ekonomi AS. Sentimen pasar pun terbelah antara harapan akan stabilitas ekonomi dan kekhawatiran terhadap keberlanjutan fiskal. Dari sisi teknikal, Andy mencatat bahwa kombinasi indikator candlestick dan moving average mengindikasikan melemahnya tren bearish yang sebelumnya terbentuk. Meskipun sempat terkoreksi, tekanan jual belum cukup kuat untuk membawa harga ke level yang lebih rendah secara signifikan, mencerminkan sikap wait and see dari pelaku pasar. Untuk pekan mendatang, Andy memproyeksikan harga emas dunia masih berpotensi melanjutkan pelemahan hingga ke kisaran US$3.070, terutama jika sentimen risk-on kembali mendominasi dan Dolar AS menguat. Skenario ini bisa terealisasi apabila data ekonomi AS yang akan dirilis menunjukkan penguatan lebih lanjut, yang dapat menunda ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Namun, peluang rebound tetap terbuka jika harga mampu menembus resistance kunci di US$3.405. Jika level ini dilewati, maka harga emas berpotensi menguat hingga ke US$3.500, terutama jika dipicu oleh eskalasi geopolitik atau pelemahan signifikan pada dolar AS. Secara keseluruhan, meskipun tekanan teknikal jangka pendek masih membayangi, Andy menilai prospek jangka menengah emas tetap positif. Hal ini didukung oleh tingginya permintaan investor serta ketidakpastian global yang belum menunjukkan tanda mereda. Untuk strategi investasi di emas ke depannya, para trader disarankan untuk mencermati sinyal reversal maupun breakout sebagai potensi katalis arah harga selanjutnya. Analis investasi sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra menilai kenaikan harga emas masih terbuka ke depan didorong oleh banyaknya masalah. Terdapat kenaikan tarif impor AS yang menimbulkan gejolak ekonomi global. Lalu, perang di beberapa tempat yang belum selesai dan malah ada perang baru. Kemudian, peluang pemangkasan suku bunga acuan AS karena pelemahan ekonomi AS. "Selain itu, permintaan besar emas dari bank-bank sentral dunia yang ingin mengurangi ketergantungan terhadap cadangan dolar AS dan kelihatannya masalah baru akan terus ada ke depannya yang memicu kekhawatiran pelaku pasar sehingga pelaku pasar memilih alternatif investasi yang lebih aman yaitu emas," kata Ariston kepada Bisnis pada Jumat (23/5/2025). Menurut Ariston, saat ini strategi yang bisa dijalankan investor terhadap peluang penguatan harga emas sama seperti investasi saham. "Beli di saat koreksi harga dan tahan untuk jangka panjang karena tren ke depan masih naik," ujar Ariston.
EUR/USD Naik saat Trump Memperpanjang Batas Waktu Tarif untuk Impor dari UE
EUR/USD melanjutkan kenaikannya selama dua sesi berturut-turut, diperdagangkan di sekitar 1,1390 selama perdagangan sesi Asia pada hari Senin. Euro (EUR) menguat setelah Bloomberg melaporkan bahwa Presiden AS, Donald Trump, setuju untuk memperpanjang tenggat waktu tarif 50% untuk Uni Eropa (UE) hingga 9 Juli. Pada hari Minggu, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengunggah di media sosial bahwa UE siap untuk bergerak cepat dalam perundingan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) tetapi membutuhkan lebih banyak waktu untuk mencapai kesepakatan. Pasar AS akan tutup karena libur Memorial Day pada hari Senin.
Pada hari Jumat, Presiden Trump mengancam dalam sebuah unggahan di Truth Social akan memberlakukan tarif 50% pada impor dari Uni Eropa setelah Brussels mengirimkan proposal perdagangan yang kurang baik ke Washington. Trump mengatakan, "Diskusi kami dengan mereka tidak ada kemajuan! Oleh karena itu, Saya merekomendasikan tarif langsung 50% pada Uni Eropa, mulai 1 Juni 2025."
Selain itu, pasangan mata uang EUR/USD menguat seiring Dolar AS (USD) terus melemah akibat ketidakpastian seputar ekonomi AS. Defisit fiskal AS bisa meningkat lebih lanjut ketika "One Big Beautiful Bill" Trump disetujui di Senat, meningkatkan risiko imbal hasil obligasi tetap tinggi lebih lama. Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi dapat menjaga biaya pinjaman tetap tinggi bagi konsumen, bisnis, dan pemerintah.
Pasar AS tetap berada di bawah tekanan di tengah memburuknya profil utang AS setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit AS dari Aaa menjadi Aa1. Moody’s kini memproyeksikan utang federal AS akan naik menjadi sekitar 134% dari PDB pada tahun 2035, naik dari 98% pada tahun 2023, dengan defisit anggaran diperkirakan akan melebar menjadi hampir 9% dari PDB.
Pejabat The Fed terus lebih memilih untuk mempertahankan suku bunga karena ketidakpastian yang masih ada seputar kebijakan tarif Trump. Pada hari Jumat, Presiden Federal Reserve Chicago (The Fed) Austan Goolsbee mengatakan bahwa ancaman tarif terbaru Trump kemungkinan akan menunda perubahan suku bunga. Sementara itu, Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid mencatat bahwa para pengambil kebijakan akan menilai data keras sebelum merumuskan keputusan suku bunga, dan The Fed perlu berhati-hati seberapa banyak penekanan yang diberikan pada data lunak.
Harga Minyak Dunia Naik, Didorong Optimisme Meredanya Ketegangan Dagang
Harga minyak menguat tipis pada perdagangan awal pekan ini. Mengutip Bloomberg, Senin (26/5) pukul 07.27 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2025 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 61,95 per barel, naik 0,68% dari akhir pekan lalu yang ada di US$ 61,53 per barel.
Harga minyak naik setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan dia akan memperpanjang batas waktu bagi Uni Eropa untuk menegosiasikan tarif timbal balik. Hal ini meningkatkan optimisme meredanya ketegangan perdagangan.
Sebelumnya, pada Jumat (23/5), Trump mengancam akan memberlakukan pajak lebih tinggi 50% pada Uni Eropa mulai awal bulan depan. Tetapi Trump memberikan waktu Uni Erpa hingga 9 Juli untuk mencapai kesepakatan perdagangan.
Harga minyak mentah terus menurun sejak pertengahan Januari karena dampak tarif besar-besaran yang digaungkan oleh Trump, sehingga membebani prospek permintaan.
Selain itu, rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi turut menambah hambatan bagi harga minyak.
Wall Street Ambles Pekan Lalu, Tersengat Ancaman Tarif Trump ke UE
Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada perdagangan Jumat (23/5/2025) dan mencatat kerugian mingguan setelah Presiden Donald Trump kembali memanaskan ketegangan dagang global dengan merekomendasikan tarif 50% atas barang-barang dari Uni Eropa. Melansir Reuters, Senin 926/5/2025), meski sempat memangkas kerugian di sesi awal, ketiga indeks utama Wall Street tetap berakhir di zona merah dan membukukan penurunan mingguan lebih dari 2%. Pada perdagangan Jumat, indeks Dow Jones Industrial Average turun 256,02 poin (0,61%) ke 41.603,07, sedangkan indeks S&P 500 melemah 39,19 poin (0,67%) ke 5.802,82 dan Nasdaq Composite tertekan 188,53 poin (1,00%) ke 18.737,21 Sepanjang pekan lalu, indeks Dow Jones terkoreksi 2,47%, S&P 500 merosot 2,61%, dan indeks Nasdaq turun 2,48% Sektor teknologi, layanan komunikasi, dan konsumsi non-primer menjadi pemberat terbesar bagi kinerja indeks S&P 500. Sebaliknya, saham-saham utilitas, barang konsumsi pokok, dan energi justru berhasil menguat. Chief Investment Officer Ocean Park Asset Management James St. Aubin mengatakan ketegangan pasar seakan terulang lagi dengan Trump membahas isu tarif terhadap UE.
Wall Street Melemah Usai DPR AS Sahkan RUU Pajak Trump Ancam Apple Tarif 25% Jika Tak Produksi iPhone di AS KTT Asean 2025 Dibuka Hari Ini, Krisis Myanmar dan Tarif Trump Jadi Fokus "Trump kembali mengangkat isu tarif terhadap Uni Eropa dan Apple. Pasar sempat berharap fase terburuk perang tarif telah berlalu, namun nyatanya bara itu masih ada,” jelasnya. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan Trump menilai tawaran dagang dari Uni Eropa masih belum memadai, dan ia berharap ancaman tarif baru bisa mendorong negosiasi lebih serius dari blok tersebut. Pergerakan Pekan Ini Bursa Wall Street diperkirakan pulih dari tekanan pada pekan lalu. Hal ini karena Trump bersikap melunak dengan memutuskan untuk menunda pemberlakuan tarif 50% terhadap Uni Eropa hingga 9 Juli, menyusul percakapan telepon dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Berbicara kepada wartawan di Bandara Morristown, New Jersey, Trump menyebut perbincangan dengan von der Leyen “sangat baik” dan mengindikasikan kesediaannya untuk memberikan waktu tambahan guna mencapai kesepakatan dagang. "Kami telah melakukan panggilan telepon yang sangat bagus dan saya setuju untuk memindahkannya," kata Trump kepada wartawan pada Minggu (25/5/2025) waktu setempat di Bandara Morristown di New Jersey dalam perjalanan kembali ke Washington. Selain itu, perhatian pasar akan tertuju pada laporan keuangan Nvidia yang akan dirilis Rabu (28/5) menyusul tekanan yang mendera Wall Street akibat kekhawatiran fiskal dan meningkatnya imbal hasil obligasi AS. Perusahaan semikonduktor dan pemimpin pasar AI ini memiliki bobot signifikan terhadap indeks-indeks utama dan dianggap barometer sentimen sektor teknologi. "Semua perhatian akan tertuju pada laporan Nvidia. Tema AI telah menjadi penggerak dominan pasar, dan Nvidia berada di pusatnya,” jelas CEO Horizon Investment Services Chuck Carlson. Nvidia adalah yang terakhir dari kelompok "Magnificent Seven" — tujuh raksasa teknologi AS — yang menyampaikan laporan kinerja kuartalan. Sepanjang 2025, kinerja saham kelompok ini tampak bervariasi, berbeda dengan dominasi kolektif yang mereka tunjukkan dalam dua tahun terakhir.
Bursa Asia Bergerak Mixed pada Perdagangan Senin Pagi
Bursa Asia bergerak variasi alias mixed pada perdagangan Senin (26/5). Pukul 08.21 WIB, indeks Nikkei 225 naik 216,08 poin atau 0,58% ke 37.375,02, Hang Seng turun 95,36 poin atau 0,40% ke 23.505,90, Taiex turun 86,43 poin atau 0,36% ke 21.575,83.
Kospi naik 21,22 poin atau 0,82% ke 2.614,21, ASX 200 turun 8,48 poin atau 0,10% ke 8.352,40, Straits Times turun 8,10 poin atau 0,20% ke 3.874,12 dan FTSE Malaysia turun2,47 poin atau 0,16% ke 1.532,58.
Bursa Asia mixed setelah Presiden AS Donald Trump memperpanjang batas waktu pengenaan tarif untuk Uni Eropa. Trump memperpanjang waktu penundaan pemberlakuan tarif untuk Uni Eropa menjadi 9 Juli, dari rencana semula 1 Juni 2025, untuk memberikan kesempatan bagi Uni Eropa melakukan negosiasi.
Langkah-langkah Trump mencerminkan meningkatnya ketidakpasian di pasar, dengan serangan terhadap Uni Eropa pada Jumat merupakan pengingat keras tentang kebijakan Trump yang tidak stabil.
Perang tarif kembali menjadi pendorong utama pasar setelah kekhawatiran pemangkasan pajak yang diusulkan Trump mengguncang pasar pekan lalu.
"Pola yang jelas telah muncul ketika menyangkut strategi tarif Trump, yakni ancaman tarif yang besar segera diikuti oleh jeda tarif selama negosiasi berlangsung," kata Tim Waterer, kepala analis saham di KCM Trade seperti dikutip Bloomberg.
"Jadi investor mulai memahami strategi tarif Trump dengan cukup baik, dengan sikapnya yang bola balik dengan Uni Eropa dalam masalah ini menjadi contoh terbaru."
DPR AS Loloskan RUU Pemotongan Pajak Trump dengan Selisih Tipis, Kini Menuju ke Senat
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) yang dikuasai Partai Republik pada Kamis meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) pajak dan belanja yang mencerminkan sebagian besar agenda kebijakan Presiden Donald Trump, serta diperkirakan akan menambah utang nasional sebesar triliunan dolar.
RUU tersebut disahkan dengan selisih hanya satu suara. Isi undang-undang mencakup sejumlah janji kampanye populis Trump, seperti keringanan pajak baru untuk tip dan pinjaman mobil, serta peningkatan anggaran untuk militer dan penegakan hukum di perbatasan.
Menurut Kantor Anggaran Kongres (CBO) yang bersifat nonpartisan, RUU ini diperkirakan akan menambah sekitar 3,8 triliun dolar AS ke utang nasional yang kini mencapai 36,2 triliun dolar selama satu dekade ke depan.
“Ini bisa dibilang sebagai bagian terpenting dari Undang-Undang yang akan pernah ditandatangani dalam Sejarah Negara kita!” tulis Trump di media sosial.
RUU tersebut disahkan dengan perolehan suara 215 berbanding 214, setelah perdebatan maraton yang berlangsung dua malam berturut-turut.
Seluruh anggota Partai Demokrat serta dua anggota Partai Republik memberikan suara menolak, sementara satu anggota Republik memilih abstain dan satu lainnya tidak hadir karena tertidur.
Dengan komposisi DPR saat ini yang hanya berselisih tipis, 220 kursi untuk Republik dan 212 untuk Demokrat, Ketua DPR Mike Johnson tidak memiliki banyak kelonggaran. Ia pun melakukan sejumlah perubahan menit terakhir untuk mengakomodasi berbagai faksi dalam Partai Republik.
“DPR telah mengesahkan undang-undang yang benar-benar mengubah generasi bangsa,” ujar Johnson.
RUU yang oleh Trump dijuluki sebagai “RUU yang besar dan indah” kini dikirimkan ke Senat, yang juga dikuasai Partai Republik dengan komposisi 53-47.
Sejumlah senator telah menyatakan akan mendorong perubahan substansial dalam proses pembahasan yang diperkirakan akan berlangsung selama beberapa minggu.
“Para senator ingin memberikan kesan mereka sendiri pada RUU tersebut,” kata Senator Republik Josh Hawley dari Missouri.
RUU setebal 1.100 halaman ini mencakup perpanjangan pemotongan pajak individu dan korporasi yang diberlakukan pada 2017, mencabut sejumlah insentif energi hijau yang digagas mantan Presiden Joe Biden, serta memperketat syarat kelayakan untuk program bantuan kesehatan dan pangan bagi masyarakat miskin.
RUU ini juga mengalokasikan dana untuk memperkuat kebijakan imigrasi Trump, termasuk penambahan puluhan ribu petugas perbatasan dan kapasitas untuk mendeportasi hingga satu juta orang per tahun. Peraturan mengenai peredam senjata api juga akan dilonggarkan.
Partai Demokrat mengecam RUU tersebut karena dinilai lebih menguntungkan kalangan kaya dan memangkas tunjangan bagi pekerja. CBO mencatat bahwa RUU ini akan menurunkan pendapatan untuk 10% rumah tangga termiskin, dan sebaliknya meningkatkan pendapatan untuk 10% rumah tangga terkaya.
“RUU ini adalah penipuan, penipuan pajak yang dirancang untuk mencuri dari Anda, rakyat Amerika, dan memberikannya kepada teman-teman jutawan dan miliarder Trump,” kata Perwakilan Demokrat Jim McGovern.
Meskipun terdapat kekhawatiran yang kian meningkat terkait utang AS, yang kini telah mencapai 124% dari Produk Domestik Bruto (PDB), RUU ini tetap disahkan. Moody’s bahkan menurunkan peringkat kredit tertinggi AS pekan lalu sebagai respons terhadap situasi ini.
Defisit anggaran telah tercatat setiap tahun selama abad ini, karena baik pemerintahan Republik maupun Demokrat gagal menyeimbangkan pengeluaran dan pendapatan.
Tahun lalu, pembayaran bunga utang mencakup satu dari setiap delapan dolar yang dibelanjakan pemerintah, lebih tinggi dari belanja militer, menurut CBO. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi satu dari setiap enam dolar dalam satu dekade mendatang, seiring meningkatnya biaya kesehatan dan pensiun akibat populasi yang menua, bahkan tanpa memperhitungkan pengaruh RUU baru ini.
Menetapkan Arah ke Gunung Es
Ketidakpastian fiskal dan kebijakan tarif Trump membuat investor khawatir. Banyak yang melepas aset AS yang selama ini menjadi tulang punggung sistem keuangan global.
Dolar AS telah melemah lebih dari 10% sejak Januari, sementara imbal hasil obligasi Treasury 30 tahun, indikator biaya pinjaman jangka panjang pemerintah, mencapai level tertinggi sejak Oktober 2023.
Indeks saham AS cenderung stagnan pada Kamis, namun saham energi surya yang selama ini diuntungkan oleh subsidi energi hijau menjadi yang paling terdampak oleh RUU ini.
“Kami tidak menata ulang kursi geladak di Titanic malam ini. Kami memasukkan batubara ke dalam ketel uap dan menetapkan arah menuju gunung es,” ujar Perwakilan Thomas Massie dari Kentucky, salah satu dari dua anggota Republik yang menolak RUU tersebut.
CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, dalam konferensi investor di Shanghai menyatakan dukungannya terhadap RUU ini, namun mengakui bahwa, RUU tersebut mungkin akan menambah defisit.
Ironisnya, kekhawatiran akan meningkatnya utang justru menjadi dorongan bagi Partai Republik untuk mendorong pengesahan RUU ini, karena RUU tersebut juga mencakup kenaikan batas utang pemerintah federal sebesar US$ 4 triliun.
Langkah ini bertujuan mencegah potensi gagal bayar yang menurut sejumlah pejabat bisa terjadi pada musim panas ini.
Partai Republik juga berargumen bahwa kegagalan meloloskan RUU ini akan berarti kenaikan pajak efektif bagi banyak warga, karena pemotongan pajak tahun 2017 akan berakhir pada akhir tahun.
Faksi garis keras dalam Partai Republik sebelumnya mendorong pemotongan belanja yang lebih dalam, namun menghadapi resistensi dari kelompok sentris yang khawatir hal itu akan terlalu membebani 71 juta warga berpenghasilan rendah yang bergantung pada program Medicaid.
Sebagai respons, Johnson menyetujui ketentuan kerja baru bagi penerima Medicaid yang akan berlaku pada akhir 2026, dua tahun lebih awal dari rencana sebelumnya.
Menurut CBO, hal ini akan menyebabkan jutaan orang kehilangan akses terhadap program tersebut. RUU ini juga akan menghukum negara bagian yang memperluas Medicaid di masa depan.
Untuk meredakan keberatan dari Republikan sentris yang mewakili negara bagian dengan pajak tinggi seperti New York dan California, Johnson juga memperluas batas pengurangan pajak negara bagian dan lokal menjadi 40.000 dolar AS, sebuah langkah yang, menurut Komite Anggaran Federal yang independen, akan sangat menguntungkan rumah tangga terkaya.
RUU tersebut juga mengganti nama rekening tabungan bebas pajak untuk anak-anak menjadi "Rekening Trump."
Putin Umumkan Zona Penyangga di Sepanjang Perbatasan Rusia dengan Ukraina
Pasukan Rusia tengah berupaya membangun zona penyangga di sepanjang perbatasan negara itu dengan Ukraina.
Hal tersebut ditegaskan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (22/5/2025), setelah kembali dari wilayah Kursk di Rusia selatan.
Melansir DPA International yang mengutip pernyataan Putin melalui tautan video selama rapat pemerintah, keputusan untuk membangun zona tersebut telah diambil. Ia tidak menetapkan di mana zona penyangga itu akan berada atau seberapa besar zona itu.
"Pasukan kami saat ini tengah terlibat dalam menyelesaikan tugas ini, titik tembak musuh sedang ditekan secara aktif, dan pekerjaan itu sedang berlangsung," katanya.
Putin juga mengeluarkan instruksi untuk program rekonstruksi komprehensif yang akan dilaksanakan di wilayah Rusia selatan yang terkena dampak perang, termasuk Kursk, Belgorod, dan Bryansk.
Wilayah tersebut telah rusak oleh pesawat nirawak dan tembakan artileri Ukraina.
Putin sebelumnya menyatakan bahwa wilayah Kursk telah dibersihkan dari pasukan Ukraina setelah penyerbuan mereka pada bulan Agustus. Ia mengunjungi wilayah tersebut awal minggu ini.
Ia menuduh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbohong ketika ia mengatakan pasukan Ukraina masih menguasai sebagian wilayah Kursk dan Belgorod.
China Khawatir, Golden Dome Bisa Mengubah Luar Angkasa jadi Medan Perang
China mengatakan bahwa mereka sangat khawatir tentang proyek Golden Dome yang ambisius dari Presiden AS Donald Trump.
China memperingatkan bahwa proyek itu dapat mengganggu keseimbangan strategis global.
Melansir Washington Examiner, pada Selasa (20/5/2025), Trump mengumumkan proyek Golden Dome — sebuah konsep yang awalnya diajukan selama kampanyenya yang mencerminkan Iron Dome milik Israel tetapi sekarang lebih mirip dengan Strategic Defense Initiative milik mantan Presiden Ronald Reagan, yang lebih dikenal sebagai Star Wars.
Trump secara eksplisit mengaitkan proyek Reagan dengan proyek tersebut dalam presentasinya pada hari Selasa, yang menyebabkan beberapa analis menggambarkan proyek tersebut sebagai "Star Wars yang lebih dahsyat."
Terkait hal itu, China menyatakan kekhawatiran atas implikasi strategis proyek tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengungkapkan kekhawatiran negaranya selama konferensi pers hari Rabu. Dia mengatakan bahwa sistem pertahanan rudal multilapis dan multidomain yang tidak dibatasi akan memperluas persenjataan AS untuk operasi tempur di luar angkasa. Ini termasuk R&D dan penyebaran sistem intersepsi orbital.
"Hal itu membuat proyek tersebut memiliki sifat ofensif yang kuat dan melanggar prinsip penggunaan damai dalam Perjanjian Luar Angkasa. Proyek tersebut akan meningkatkan risiko mengubah ruang angkasa menjadi zona perang dan menciptakan perlombaan senjata antariksa, serta mengguncang sistem keamanan dan pengendalian senjata internasional," tambahnya, seperti yang dikutip dari transkrip Kementerian Luar Negeri Tiongkok.
Mao mengaitkan proyek tersebut dengan masalah yang lebih besar di Tiongkok dengan kebijakan "America First" Trump, dengan alasan bahwa kebijakan tersebut memprioritaskan Amerika Serikat dengan mengorbankan semua pihak lainnya.
"Ini adalah inisiatif 'America First' lainnya yang menempatkan keamanan mutlak AS di atas segalanya. Ini melanggar prinsip 'keamanan yang tidak berkurang untuk semua' dan akan merusak keseimbangan dan stabilitas strategis global. Tiongkok sangat khawatir," katanya.
Dalam kesempatan itu, China mendesak AS untuk berhenti mengembangkan dan menyebarkan sistem antirudal global, dan mengambil tindakan konkret untuk meningkatkan kepercayaan strategis antara negara-negara besar dan menegakkan stabilitas strategis global.
Pencegah utama perang nuklir sejak dimulainya era atom, hampir 80 tahun yang lalu, adalah konsep Mutually Assured Destruction (MAD).
Pelanggaran pertama MAD adalah dorongan Reagan untuk Star Wars, yang diluncurkan pada bulan Maret 1983. Program tersebut melibatkan penggunaan laser ruang angkasa untuk menghancurkan rudal balistik antarbenua sebelum mendarat, sehingga membuat pencegah nuklir Uni Soviet menjadi tidak berlaku.
Proyek tersebut memainkan peran utama dalam meningkatkan paranoia Soviet pada fase akhir Perang Dingin, yang menyebabkan salah satu pertikaian terdekat dengan perang nuklir dalam sejarah.
Ketakutan Soviet, mirip dengan ketakutan Tiongkok saat ini terhadap Golden Dome. Yakni bahwa AS dapat memusnahkan negara mereka dalam serangan nuklir pertama sambil dilindungi dari pembalasan.
Star Wars kontroversial karena sebagian besar perencana di AS tahu pada saat itu bahwa negara itu tidak memiliki teknologi yang dibutuhkan untuk mengerahkan sistem tersebut.
Meskipun demikian, Reagan tetap berpegang teguh pada mimpinya, bahkan membiarkannya membahayakan negosiasi setelah ketegangan mereda di bawah Mikhail Gorbachev.
Lebih dari 40 tahun kemudian, Trump yakin AS memiliki teknologi yang diimpikan Reagan.
"Kami benar-benar akan menyelesaikan pekerjaan yang dimulai Presiden Reagan 40 tahun lalu, mengakhiri ancaman rudal terhadap tanah air Amerika selamanya," kata Trump.
Trump mengatakan, kemajuan teknologi dalam beberapa dekade terakhir kini memungkinkan konsep perisai rudal yang tidak dapat ditembus mencakup seluruh AS.
Keberatan Tiongkok kemungkinan akan meningkat seiring berlanjutnya proyek ini, memperburuk ketegangan yang sudah tinggi atas Taiwan dan perang dagang.
Kim Jong-un Geram dan Marah Besar, Ini Gara-garanya
Sebuah kapal perang Korea Utara baru tergeletak miring di air setelah peluncuran yang gagal menyebabkan lambungnya hancur.
Mengutip The Telegraph, Kim Jong-un, yang menyaksikan peluncuran kapal perusak seberat 5.000 ton yang gagal, menyatakan insiden itu sebagai tindakan kriminal yang disebabkan oleh kecerobohan mutlak.
Dia memperingatkan bahwa kejadian itu tidak dapat ditoleransi.
Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) mengatakan kecelakaan di pelabuhan timur Chongjin disebabkan oleh hilangnya keseimbangan saat kapal diluncurkan.
"Kondisi itu menyebabkan "beberapa bagian dasar kapal perang hancur dan haluan tidak dapat keluar dari jalur kapal," demikian laporan KCNA.
Mengutip AFP, KCNA menyebutkan, kecelakaan tersebut disebabkan oleh komandan yang tidak berpengalaman dan adanya kecerobohan dalam operasional.
Militer Korea Selatan mengatakan kapal perang yang tertimpa musibah itu tergeletak miring di air setelah peluncuran yang gagal.
Laporan itu tidak menyebutkan apakah ada korban jiwa.
Kim mengatakan kecelakaan itu menghancurkan martabat dan harga diri Korea Utara dan berjanji akan meminta pertanggungjawaban para pejabat atas kesalahan yang tidak bertanggung jawab.
Pemimpin Korea Utara mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan itu akan ditangani dalam rapat pleno Komite Sentral Partai yang akan diselenggarakan bulan depan. Ia memerintahkan agar perbaikan kapal perang itu diselesaikan sebelum bulan Juni.
Pengungkapan kecelakaan itu ke publik yang langka itu terjadi setelah Pyongyang meluncurkan kapal kelas perusak seberat 5.000 ton lainnya bernama Choe Hyon bulan lalu.
Pada saat itu, media pemerintah memuat gambar Kim yang menghadiri upacara bersama putrinya Ju Ae, yang oleh banyak ahli dianggap sebagai calon penggantinya.
Korea Utara mengklaim bahwa kapal itu dilengkapi dengan senjata paling kuat, dan bahwa kapal itu akan mulai beroperasi awal tahun depan.
Beberapa analis mengatakan kapal itu dapat dilengkapi dengan rudal nuklir taktis jarak pendek.
Dalam sebuah laporan minggu lalu mengenai persiapan peluncuran kapal yang mengalami kecelakaan, situs web analisis berbasis di AS, 38 North, mengatakan tampaknya kapal tersebut akan diluncurkan dari dermaga, sebuah metode yang sebelumnya tidak pernah dilakukan di Korea Utara.
"Penggunaan metode peluncuran ini mungkin diperlukan, karena dermaga tempat kapal tersebut dibangun tidak memiliki kemiringan," kata laporan 38 North.
Citra satelit komersial dari galangan kapal sehari sebelum peluncuran menunjukkan kapal perusak tersebut diposisikan di dermaga dengan kapal pendukung di sisinya.
Trump Cabut Izin Harvard Terima Mahasiswa Asing, Ancam Tindakan Serupa ke Kampus Lain
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mencabut izin Universitas Harvard untuk menerima mahasiswa internasional mulai tahun ajaran 2025–2026 dan memaksa mahasiswa asing yang sedang belajar untuk pindah ke kampus lain atau kehilangan status legal mereka di AS.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem memerintahkan pencabutan sertifikasi Student and Exchange Visitor Program (SEVP) milik Harvard, dengan alasan bahwa kampus tersebut “menumbuhkan kekerasan, antisemitisme, dan bekerja sama dengan Partai Komunis China.”
Langkah ini berdampak pada ribuan mahasiswa asing dan menandai eskalasi tajam dalam konflik antara Trump dan Harvard, universitas Ivy League yang telah menjadi sasaran kritik Trump selama berbulan-bulan.
Retaliasi dan Tuduhan Politis
Dalam pernyataannya, Harvard menyebut tindakan pemerintah sebagai “ilegal dan merupakan bentuk retaliasi.”
“Langkah ini membahayakan komunitas Harvard dan melemahkan misi akademik dan riset kami,” demikian pernyataan resmi universitas.
Noem mengatakan bahwa izin untuk menerima mahasiswa asing adalah hak istimewa, bukan hak mutlak, dan menuding Harvard mengambil keuntungan dari biaya kuliah tinggi mahasiswa internasional untuk memperkaya endowmen mereka yang bernilai miliaran dolar.
Dalam surat resminya kepada Harvard, Noem memberi batas waktu 72 jam agar kampus menyerahkan rekaman video dan audio terkait aktivitas protes mahasiswa asing selama lima tahun terakhir jika ingin mempertahankan sertifikasinya.
Dampak Besar terhadap Mahasiswa Asing
Menurut data Harvard, kampus ini memiliki sekitar 6.800 mahasiswa internasional pada tahun ajaran 2024–2025, mencakup 27% dari total mahasiswa.
Mahasiswa asal China merupakan kelompok terbesar, diikuti oleh pelajar dari Kanada, India, Korea Selatan, Inggris, Jerman, Australia, Singapura, dan Jepang.
Kedutaan Besar China di Washington belum memberikan tanggapan.
Protes dari Harvard dan Anggota Kongres
Tindakan ini juga menuai kecaman dari anggota Partai Demokrat di Kongres. Jaime Raskin, anggota DPR AS, menyebutnya sebagai “serangan yang tak dapat ditoleransi terhadap independensi dan kebebasan akademik Harvard.”
Dalam beberapa minggu terakhir, Trump juga membekukan dana hibah federal senilai US$3 miliar untuk Harvard, yang kini tengah diperjuangkan di pengadilan.
Dalam kasus hukum lain yang sedang berlangsung, seorang hakim federal pada Kamis menyatakan bahwa pemerintah tidak dapat mencabut status hukum mahasiswa asing secara sepihak tanpa prosedur yang sah, meski belum jelas bagaimana putusan ini memengaruhi kasus Harvard.
Trump Ancam Kampus Lain
Dalam wawancara dengan Fox News, Noem mengatakan pemerintah tengah mempertimbangkan langkah serupa terhadap universitas lain, termasuk Columbia University.
“Tentu saja kami pertimbangkan. Ini peringatan bagi semua kampus lain: rapikan rumahmu,” kata Noem.
Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari, Trump telah menghidupkan kembali agenda imigrasi kerasnya, termasuk upaya mencabut visa dan green card mahasiswa asing yang ikut serta dalam protes pro-Palestina.
Trump juga secara terbuka menyerang kampus-kampus swasta karena dianggap mempromosikan ideologi “Marxis, anti-Amerika, dan radikal kiri”, serta mengecam Harvard karena mempekerjakan tokoh-tokoh dari Partai Demokrat.
Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS pada awal pekan ini juga mengumumkan akan menghentikan dana hibah senilai US$60 juta untuk Harvard karena dianggap gagal menangani pelecehan antisemit dan diskriminasi etnis.
Namun, dalam gugatan terpisah awal bulan ini, Harvard menegaskan telah mengambil langkah untuk memerangi antisemitisme dan menjamin lingkungan yang aman bagi mahasiswa Yahudi dan Israel.
Aaron Reichlin-Melnick, dari American Immigration Council, menyebut langkah pemerintah sebagai hukuman kolektif yang merugikan ribuan mahasiswa yang tidak bersalah.
“Tak satu pun dari mereka yang melakukan kesalahan – mereka hanyalah korban dari strategi politik Trump,” tulisnya di Bluesky.
WHO: 94 Persen Rumah Sakit di Gaza Hancur Diserang Israel
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, sekitar 94 persen dari seluruh rumah sakit di Jalur Gaza, Palestina, hancur atau mengalami kerusakan parah akibat agresi Israel. "Dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza, hanya 19 yang masih beroperasi ... dari 19 RS tersebut, 12 RS bisa menyediakan berbagai layanan kesehatan, sementara sisanya hanya mampu menyediakan layanan gawat darurat dasar," kata WHO dalam pernyataannya di Jenewa, Swiss, Kamis (22/5/2025).
Empat rumah sakit besar di Gaza City terpaksa menghentikan layanan kesehatan pekan lalu. Hal itu karena lokasinya yang berdekatan dengan pertempuran atau zona evakuasi serta karena diserang, menurut WHO.
"Pertempuran yang semakin menjadi dan instruksi evakuasi baru untuk wilayah Gaza utara dan selatan dalam dua hari terakhir mengancam semakin banyak fasilitas kesehatan untuk terpaksa mengakhiri layanannya," demikian pernyataan WHO.
WHO juga menyatakan, saat ini hanya terdapat 2.000 tempat tidur yang tersedia di seluruh rumah sakit Gaza untuk lebih dari 2 juta warga Palestina di wilayah kantong tersebut. Menurut badan di bawah PBB tersebut, jumlah tempat tidur yang tersedia "sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan saat ini".
Hingga 22 Mei 2025, telah terjadi total 1.521 serangan terhadap fasilitas kesehatan di wilayah Palestina yang diduduki sejak 7 Oktober 2023, sehingga menyebabkan 945 orang tewas dan 1.561 lainnya terluka, demikian WHO dilaporkan Sputnik.
Iran Ancam Israel Jika Serang Situs Nuklir Teheran: 'Akan Ada Balasan Menghancurkan!'
Iran melontarkan ancaman kepada Israel jika militer Zionis melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Teheran. Bahkan, Teheran menyatakan Amerika Serikat (AS) akan ikut bertanggung jawab jika serangan militer Zionis benar-benar terjadi. Ancaman tersebut disampaikan menjelang dimulainya putaran kelima perundingan nuklir antara Iran dan Amerika yang akan digelar di Roma, Italia, pada Jumat (23/5/2025). Dalam sebuah surat resmi yang ditujukan kepada Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan dipublikasikan pada Kamis, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan bahwa Iran tidak akan tinggal diam jika fasilitas nuklirnya diserang Israel. "Kami percaya bahwa dalam hal terjadi serangan terhadap fasilitas nuklir Republik Islam Iran oleh rezim Zionis, pemerintah Amerika Serikat juga akan terlibat dan memikul tanggung jawab hukum,” tulis Araghchi. “Iran memperingatkan keras terhadap segala bentuk petualangan militer oleh rezim Zionis dan akan memberikan respons yang tegas terhadap setiap ancaman atau tindakan melanggar hukum,” lanjut dia. Baca Juga: Apa Pun Risikonya, Israel Serius Menarget Fasilitas Nuklir Iran Respons Iran ini muncul setelah laporan CNN mengungkap bahwa Israel tengah mempersiapkan skenario militer untuk menyerang situs-situs nuklir Iran, meskipun proses diplomasi antara Teheran dan Washington masih berjalan. Laporan tersebut, yang mengutip pejabat AS yang enggan disebutkan namanya, memperlihatkan bahwa ancaman konflik terbuka antara dua musuh bebuyutan itu kian nyata. Perundingan nuklir antara Iran dan AS yang dimediasi oleh Oman merupakan dialog tingkat tinggi pertama sejak Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA) di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump pada tahun 2018. Dalam perundingan kali ini, delegasi AS dilaporkan akan dipimpin oleh Steve Witkoff, tokoh dekat Trump yang dikenal sebagai negosiator ulung, serta Michael Anton dari Departemen Luar Negeri yang berperan dalam aspek teknis kesepakatan. Isu pengayaan uranium menjadi titik krusial dalam negosiasi. Di bawah kesepakatan JCPOA, Iran hanya diizinkan memperkaya uranium hingga 3,67 persen untuk keperluan sipil. Namun, sejak keluarnya AS dari JPOA 2015, Iran meningkatkan pengayaan hingga 60 persen—sebuah angka yang mendekati level senjata nuklir (90 persen). Presiden Trump menyatakan dalam lawatannya ke Qatar pekan lalu bahwa diplomasi adalah pilihan utamanya dan dia meyakini Iran telah menunjukkan kesediaan untuk memenuhi beberapa syarat utama. Namun, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio memberikan sinyal bahwa posisi AS tetap keras. “Iran tidak boleh memiliki kemampuan pengayaan, karena itu akan menjadikannya negara ambang nuklir,” ujar Rubio saat berbicara di hadapan Kongres. Rubio juga menegaskan bahwa sanksi terkait terorisme dan program rudal balistik Iran—yang tidak dibahas secara eksplisit dalam JPOA 2015—akan tetap diberlakukan. Iran Isyaratkan Siap Perang Peringatan dari Iran tidak berhenti di meja diplomasi. Pada hari yang sama, juru bicara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Ali Mohammad Naini, menyampaikan ancaman militer langsung kepada Israel. “Jika rezim Zionis yang penuh ilusi itu melakukan tindakan bodoh dan melancarkan serangan, maka mereka akan menerima balasan yang menghancurkan dan menentukan di wilayah mereka yang kecil dan rentan,” tegas Naini, yang dikutip ISNA. Sebagai sinyal kesiapan militer, Iran juga memamerkan tiga drone terbaru yang terdiri dari dua drone pengintai dan satu drone kamikaze, sebagaimana dilaporkan oleh IRNA. Di tengah tensi yang meningkat, ratusan warga Iran berkumpul di dekat fasilitas pengayaan uranium Fordow, selatan Teheran, dalam sebuah aksi unjuk rasa. Mereka membawa bendera nasional dan meneriakkan slogan nasionalis seperti “Energi nuklir adalah hak kami yang tak bisa ditawar” dan “Tidak ada kompromi, tidak ada penyerahan—hanya perlawanan terhadap Amerika.” Iran dan Israel telah lama terlibat dalam “perang bayangan” yang melibatkan sabotase, serangan siber, dan operasi rahasia di berbagai titik kawasan. Tahun lalu, untuk pertama kalinya kedua negara terlibat dalam serangan langsung—sebuah eskalasi berbahaya yang terjadi di tengah memuncaknya konflik Gaza. Iran tidak mengakui keberadaan negara Israel dan menyebutnya sebagai “rezim Zionis”, sementara Israel menyatakan bahwa program nuklir Iran merupakan ancaman eksistensial yang harus dicegah dengan segala cara —termasuk tindakan militer. Dengan ketegangan yang semakin panas, dan diplomasi yang rapuh, dunia kini menanti apakah perundingan di Roma akan mampu menahan laju konflik yang kian mendekati titik didih.