News Forex, Index & Komoditi ( Jum\\\'at, 18 Juli 2025 )
News Forex, Index & Komoditi
( Jum’at, 18 Juli 2025 )
Harga Emas Global Melemah, Penguatan Dolar dan Data Ekonomi AS yang Solid
Harga emas dunia melemah pada perdagangan Kamis (17/7), tertekan oleh penguatan dolar AS dan rilis data ekonomi Amerika Serikat yang lebih kuat dari perkiraan.
Pasar juga masih berhati-hati menanti kejelasan arah kebijakan tarif dari pemerintahan Presiden Donald Trump.
Melansir Reuters, harga emas spot turun 0,3% ke level US$3.337,43 per ons troi pada pukul 13:55 waktu setempat (17:55 GMT), setelah sempat menyentuh level terendah sesi di US$3.309,59 per ons troi.
Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup melemah 0,4% ke posisi US$3.345,30.
"Setelah data ekonomi AS dirilis, dolar menguat dan imbal hasil obligasi pemerintah AS ikut naik. Kombinasi ini memberikan tekanan pada pasar emas," ujar Bob Haberkorn, analis senior di RJO Futures.
Indeks dolar AS naik 0,3%, membuat emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang asing.
Data terbaru menunjukkan klaim tunjangan pengangguran AS turun pekan lalu, mengindikasikan pertumbuhan lapangan kerja yang tetap stabil pada Juli.
Sementara itu, data penjualan ritel naik 0,6% bulan lalu, melampaui ekspektasi, meskipun sebagian kenaikan diyakini berasal dari efek inflasi harga akibat tarif impor.
Gubernur The Fed Adriana Kugler menyatakan bahwa bank sentral belum akan menurunkan suku bunga "dalam waktu dekat", karena dampak kebijakan tarif mulai terlihat dalam tekanan harga.
Emas secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian dan inflasi.
Namun, kenaikan suku bunga mengurangi daya tarik emas karena emas tidak menghasilkan imbal hasil bunga.
Di sisi perdagangan global, Jepang berupaya keras untuk menghindari tarif impor AS sebesar 25%.
Negosiator perdagangan utama Jepang menggelar pembicaraan dengan Menteri Perdagangan AS, dengan tenggat kesepakatan yang semakin dekat pada 1 Agustus.
"Jika Trump benar-benar menjalankan ancaman tarif dan ketegangan perdagangan meningkat, bukan hal yang mustahil harga emas akan kembali menantang bahkan menembus rekor tertingginya," kata Fawad Razaqzada, analis pasar dari City Index dan FOREX.com.
Sementara itu, ekspor emas dari Swiss melonjak 44% secara bulanan pada Juni, menurut data bea cukai Swiss. Lonjakan ini terjadi seiring pengembalian emas ke brankas Inggris dari AS melalui kilang-kilang di Swiss.
Di logam mulia lainnya, harga paladium naik tajam 3,8% menjadi US$1.277,78 per ons — tertinggi sejak September 2023.
Haberkorn menjelaskan bahwa kekhawatiran akan eskalasi perang di Rusia, salah satu eksportir utama paladium dunia, mendorong kekhawatiran pasokan dan memicu lonjakan harga.
Sementara itu, harga perak naik 0,3% menjadi US$38,07 per ons troi dan platinum menguat 3,1% ke level US$1.460,13 per ons troi.
Harga Minyak Dunia Naik , Serangan Drone Kembali Guncang Ladang Minyak di Irak
Harga minyak dunia melonjak US$1 pada Kamis (17/7), setelah serangan drone kembali menghantam ladang minyak di wilayah Kurdistan Irak untuk hari keempat berturut-turut, menandakan risiko yang berkelanjutan di kawasan yang rawan konflik tersebut.
Melansir Reuters, minyak mentah Brent ditutup pada level US$69,52 per barel, naik US$1,00 atau 1,46%.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$1,16 atau 1,75% menjadi US$67,54 per barel.
Pejabat energi menyebutkan bahwa kelompok milisi yang didukung Iran kemungkinan menjadi dalang serangkaian serangan tersebut, meski belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab secara resmi.
Produksi minyak di wilayah otonom Kurdistan dilaporkan telah turun antara 140.000 hingga 150.000 barel per hari (bph), atau lebih dari separuh dari total produksi normalnya yang mencapai sekitar 280.000 bph, menurut dua pejabat energi.
"Sebagian kenaikan harga merupakan respons pasar terhadap serangan drone di Irak," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.
"Ini menunjukkan betapa rentannya pasokan minyak terhadap serangan yang bahkan menggunakan teknologi rendah."
Pasar juga tetap waspada menjelang implementasi tarif dagang oleh Presiden AS Donald Trump, yang berpotensi menggeser arus pasokan minyak dari Amerika Serikat ke negara-negara seperti India dan China, tambah Lipow.
Trump sebelumnya mengatakan bahwa surat pemberitahuan tarif untuk negara-negara kecil akan segera dikirimkan. Ia juga menyebut kemungkinan kesepakatan dengan China terkait obat-obatan ilegal, serta potensi kesepakatan dagang dengan Uni Eropa.
"Harga minyak dalam jangka pendek diperkirakan tetap volatil karena ketidakpastian mengenai skala akhir dari tarif AS dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global," ujar Ashley Kelty, analis di Panmure Liberum.
Sementara itu, data pemerintah AS pada Rabu menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah turun 3,9 juta barel pada pekan lalu, jauh melampaui ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan hanya 552.000 barel.
Pekan lalu, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan bahwa peningkatan produksi minyak belum menyebabkan penumpukan stok, menandakan bahwa permintaan global masih kuat.
"Pasar masih menanti sinyal lanjutan apakah pasokan akan semakin ketat atau permintaan akan meningkat," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.
Di sisi lain, gangguan tropis di Teluk Meksiko bagian utara diperkirakan tidak akan berkembang menjadi badai tropis dan akan bergerak ke barat sebelum mendarat di Louisiana pada Kamis malam.
Pusat Badai Nasional AS memprediksi curah hujan di wilayah tenggara Louisiana akan mencapai sekitar 10 cm (empat inci).
EUR/USD Jatuh saat Data Ekonomi AS yang Positif Menguapkan Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed
EUR/USD jatuh selama sesi Amerika Utara, turun 0,38% setelah rilis data ekonomi dari Amerika Serikat (AS), yang memicu reaksi dari para investor, yang memangkas taruhan mereka bahwa Federal Reserve (Fed) akan memotong suku bunga. Pada saat berita ini ditulis, pasangan ini diperdagangkan di 1,1598, setelah mencapai puncak 1,1642.
Selera risiko meningkat setelah Presiden AS Donald Trump membantah rumor bahwa dia berencana untuk memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Aliran berita tetap ringan, meskipun data ekonomi dari AS terus membenarkan sikap Fed saat ini, yang sebagian besar pejabatnya ungkapkan sebagai tepat, karena pasar tenaga kerja yang solid, Penjualan Ritel yang membaik, dan laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk bulan Juni menunjukkan bahwa inflasi menuju 3%.
Sebelum Wall Street dibuka, Klaim Tunjangan Pengangguran Awal untuk minggu sebelumnya datang di bawah perkiraan. Pada saat yang sama, Penjualan Ritel untuk bulan Juni melampaui data bulan Mei dan perkiraan para ekonom, meskipun data tersebut menunjukkan bahwa kenaikan harga barang dan jasa mungkin bertanggung jawab atas laporan yang optimis.
Pernyataan The Fed telah menarik perhatian, dengan Gubernur Adriana Kugler, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly, dan baru-baru ini. Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic. Dia mengatakan bahwa prospek ekonomi tetap sangat tidak pasti, menambahkan bahwa penyesuaian tarif adalah penyebab yang menghalangi jalan untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Di seberang lautan, laporan inflasi Zona Euro (EZ) menunjukkan bahwa harga meningkat, tetapi tetap lebih dekat ke target 2% oleh Bank Sentral Eropa (ECB), berbeda dengan inflasi AS.
Di depan minggu ini, agenda ekonomi Eropa akan menampilkan angka Indeks Harga Produsen (IHP) Jerman sebagai katalis utama untuk Euro, dengan estimasi menunjukkan bahwa proses disinflasi terus berkembang. Di AS, Sentimen Konsumen Universitas Michigan dinantikan, bersama dengan pidato dari Fed.
Intisari Penggerak Pasar Harian: EUR/USD berjuang di 1,1600 pada data AS yang kuat
Data ekonomi AS menunjukkan Klaim Pengangguran Awal untuk minggu yang
berakhir 12 Juli turun dari 228 Ribu menjadi 221 Ribu, di bawah 235 Ribu yang diproyeksikan oleh analis, dengan pasar tenaga kerja menunjukkan kekuatan di tengah kekhawatiran akan perlambatan yang sedang berlangsung.
Penjualan Ritel di bulan Juni melebihi perkiraan 0,1% MoM, naik 0,6% MoM, dan menghancurkan penurunan 0,9% bulan Mei, karena beberapa dari kenaikan tersebut mencerminkan harga yang lebih tinggi akibat tarif. Inflasi di sisi konsumen diungkapkan lebih awal dalam minggu ini, dengan harga yang meningkat.
Gubernur Fed Adriana Kugler menyampaikan nada hawkish, mencatat bahwa inflasi tetap di atas target 2% bank sentral dan bahwa pasar tenaga kerja terus menunjukkan ketahanan. Dia juga memperingatkan bahwa inflasi IHK mulai meluas ke barang-barang inti, menandakan tekanan harga yang lebih persisten.
Sementara itu, Presiden Fed San Francisco Mary Daly menegaskan bahwa ekonomi AS berada dalam posisi yang solid. Dia mengakui bahwa data IHK bulan Juni mencerminkan beberapa efek awal dari tarif tetapi menyarankan bahwa dampak keseluruhannya terhadap inflasi mungkin terbatas. Meskipun inflasi yang tinggi dan pengaturan kebijakan yang ketat, Daly mengulangi dukungannya untuk dua pemotongan suku bunga pada tahun 2025.
Sejak minggu lalu, beberapa pengambil kebijakan ECB telah menyuarakan pandangan mereka tentang prospek kebijakan moneter. Mario Centeno bergabung dengan De Guindos, Vujčić, dan Villeroy dalam memberikan sinyal dukungan untuk jeda atau potensi pemotongan suku bunga. Fabio Panetta juga mendukung pelonggaran, mengutip risiko penurunan yang meningkat terhadap pertumbuhan.
Sebaliknya, Isabel Schnabel berpendapat bahwa suku bunga saat ini sudah diposisikan dengan tepat, mendorong untuk menahan—pendapat yang juga disampaikan oleh Robert Holzmann, yang menekankan perlunya menunggu lebih banyak data sebelum melakukan penyesuaian.
Wall Street : S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor Tertinggi Baru
Indeks saham S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup pada level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Kamis (17/7), seiring optimisme investor terhadap data ekonomi dan laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan daya beli konsumen AS masih solid.
Nasdaq mencatat rekor penutupan untuk keenam kalinya dalam tujuh sesi terakhir, sementara S&P 500 mencetak rekor keenam sejak 27 Juni.
Melansir Reuters, Indeks Nasdaq Composite menguat 153,78 poin atau 0,74% menjadi 20.884,27, sedangkan S&P 500 naik 33,66 poin atau 0,54% ke level 6.297,36. Dow Jones Industrial Average juga menguat 229,71 poin atau 0,52% ke posisi 44.484,49.
Wall Street mengalami reli kuat sejak sempat terguncang oleh pengumuman tarif dari Presiden Donald Trump pada April lalu.
Namun, minggu ini menjadi ujian penting karena investor mencermati laporan keuangan kuartal II dan sejumlah data ekonomi utama.
"Data ekonomi dan laporan keuangan menunjukkan bahwa kondisi ekonomi secara keseluruhan masih cukup solid. Karena itu, pasar saham bisa terus menguat pekan ini dengan dukungan data yang ada," kata Anthony Saglimbene, Kepala Strategi Pasar di Ameriprise Financial.
Data penjualan ritel AS melonjak tajam pada Juni 2025, memunculkan kembali optimisme terhadap momentum ekonomi dan kepercayaan konsumen, meski sebelumnya inflasi konsumen tercatat melonjak dan harga produsen stagnan.
Investor juga terus memantau dampak kebijakan tarif Trump terhadap ekonomi AS. Bank Sentral AS (The Fed) telah menyatakan akan menahan penurunan suku bunga hingga terlihat dampak inflasi dari kenaikan bea impor.
Gubernur The Fed, Adriana Kugler menegaskan kembali bahwa pemangkasan suku bunga belum akan dilakukan dalam waktu dekat karena tarif mulai mendorong kenaikan harga konsumen.
Berdasarkan alat pemantau suku bunga CME FedWatch, pelaku pasar kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada September sebesar 54%, sementara kemungkinan pada Juli nyaris diabaikan.
Selain data ekonomi, laporan keuangan emiten konsumer turut mendongkrak sentimen positif.
Saham PepsiCo melonjak 7,5% setelah memproyeksikan kinerja yang kuat, ditopang oleh permintaan minuman energi dan soda rendah kalori, meski laba inti tahunan diperkirakan turun.
Saham United Airlines naik 3,1% setelah menyampaikan proyeksi permintaan yang lebih kuat sejak awal Juli.
Hal ini menjadi kabar baik di tengah tekanan yang dihadapi industri penerbangan akibat pemotongan anggaran dan ketegangan dagang era Trump. Rivalnya, Delta dan American Airlines, juga naik lebih dari 1,4%.
Saham teknologi, khususnya sektor semikonduktor, juga menguat. Hal ini dipicu laporan keuangan TSMC, produsen utama chip AI global, yang membukukan laba kuartalan tertinggi sepanjang sejarah.
TSMC menyebutkan bahwa permintaan terhadap chip berbasis kecerdasan buatan terus meningkat.
Saham TSMC yang tercatat di AS naik 3,4%, disusul Marvell naik 1,6%, dan Nvidia naik 1%.
“Laporan keuangan TSMC yang luar biasa menjadi sinyal positif bagi seluruh sektor chip dan teknologi secara umum,” ujar Saglimbene.
“Sebelum semua Big Tech merilis laporan keuangannya dalam 1–2 minggu ke depan, TSMC sebagai pemasok utama chip AI sudah mengisyaratkan permintaan yang kuat. Maka dari itu, saham teknologi jadi pemimpin hari ini.”
Indeks sektor teknologi dan industri sama-sama mencetak rekor tertinggi pada Kamis. Namun, sektor dengan performa terbaik di antara sembilan sektor yang menguat adalah keuangan, dengan kenaikan 0,9%.
Saham Netflix naik 1,9% dan setelah penutupan pasar mengumumkan laba yang melampaui proyeksi analis, didorong oleh penayangan musim terakhir dari serial global fenomenal “Squid Game”.
New York Times Akhirnya Guncang Kebungkaman Media Barat tentang Genosida Gaza
Sejak Israel melancarkan perang brutal di Jalur Gaza pada Oktober 2023, sebagian besar media Barat menghindari penggunaan istilah "genosida" untuk menggambarkan skala kehancuran. Sebaliknya, liputan mereka membingkai peristiwa tersebut sebagai "perang", "konflik", atau "serangan balasan", meskipun semakin banyak peringatan dari para pakar PBB dan kelompok hak asasi manusia (HAM). Namun, ketika pasukan Israel secara sistematis meratakan kota-kota Gaza yang tersisa, menewaskan lebih dari 58.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 139.000 orang, bahasa tersebut perlahan mulai berubah. Minggu ini, The New York Times menerbitkan opini langka karya pakar genosida dan mantan tentara Israel, Raz Segal, yang menyebut tindakan Israel di Gaza sebagaimana adanya—genosida. Baca Juga: 6 Anak Gaza Tewas Diserang saat Ambil Air, Israel Salahkan Rudalnya Malfungsi Mengutip serangan September 2024 di kamp pengungsi Al-Mawasi, tempat lebih dari satu juta warga Palestina terpaksa mengungsi sebelum wilayah tersebut dibom, Segal menulis: "Saya bisa mengenali satu orang ketika saya melihatnya. "Israel sedang melakukan genosida terhadap rakyat Palestina," lanjut tulisan Segal. Sebagai salah satu media berita paling berpengaruh di dunia, pilihan bahasa New York Times memiliki bobot yang signifikan karena istilah "genosida" memiliki implikasi moral, hukum, dan historis yang mendalam, yang secara langsung mengacu pada kewajiban hukum internasional seperti Konvensi Genosida. New York Times sebelumnya menghindari terminologi ini dalam merujuk ke krisis Gaza. Memo internal mereka telah menginstruksikan staf untuk menghindari kata-kata seperti "genosida" atau "pembersihan etnis", yang mencerminkan kehati-hatian editorial yang telah lama berlaku. Melanggar preseden tersebut, jika artikel opini tersebut mengisyaratkannya, dapat dilihat sebagai upaya New York Times untuk berpihak pada badan-badan PBB, organisasi hak asasi manusia, dan akademisi yang telah menggunakan istilah tersebut. Dari Penyangkalan Menjadi Pengakuan Hingga akhir 2023, media-media besar di Inggris seperti BBC, The Guardian, dan ITV sebagian besar menghindari istilah "genosida", bahkan setelah puluhan pakar PBB memperingatkan adanya niat genosida sejak Oktober. Pada bulan November, 41 pakar PBB menggambarkan Gaza sedang menghadapi "genosida yang sedang terjadi". Namun, banyak media Inggris mengabaikan atau meremehkan peringatan tersebut. Sebuah studi oleh Centre for Media Monitoring menemukan bahwa BBC World hanya menggunakan kata "genosida" dua kali di media sosial antara Oktober dan Desember 2023, dan menyela tamu lebih dari 100 kali karena menggunakan istilah tersebut. Retorika genosida yang dilontarkan pejabat Israel sendiri sebagian besar tidak terbantahkan. Namun, pada awal 2024, putusan pengadilan internasional dan semakin banyaknya kesaksian ahli mulai memaksa perubahan dalam liputan berita. Media berita Kanada, CBC, dikecam karena pedoman editorialnya yang melarang kata "genosida" selama wawancara dengan warga Palestina, sementara media lain—termasuk Time, The New Yorker, dan Al Jazeera—mulai menerbitkan artikel mendalam yang menyelidiki apakah penghancuran tersebut memenuhi ambang batas hukum. Antara Oktober hingga Desember saja, Al Jazeera menerbitkan lebih dari 40 laporan yang secara eksplisit merujuk pada genosida. Serupa dengan itu, The New Arab (TNA) telah menggunakan istilah "genosida" untuk menggambarkan perang Israel di Gaza sejak 2024. TNA menerbitkan beberapa artikel yang secara eksplisit membingkai peristiwa sejak Oktober 2023 sebagai genosida. Menurut laporan media Israel; Haaretz, lebih dari 174.000 bangunan, sekitar 70 persen infrastruktur Gaza, telah hancur atau rusak. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 58.000 orang tewas, termasuk setidaknya 17.000 anak-anak. 10.000 lainnya masih hilang di bawah reruntuhan. Sekitar 2.000 keluarga telah musnah seluruhnya. Jalur Gaza kini memiliki jumlah anak yang diamputasi per kapita tertinggi di dunia, sementara malnutrisi yang meluas dan trauma psikologis mengancam seluruh generasi. Baik Mahkamah Internasional (ICJ) maupun Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan putusan penting tentang tindakan Israel, dengan menyebutkan pendudukan ilegalnya, apartheid, dan risiko genosida yang "masuk akal".
Rusia Umbar Ancaman Nuklir setelah AS-NATO Hendak Pasok Senjata Canggih ke Ukraina
Rusia mengeluarkan ancaman senjata nuklir dengan menegaskan bahwa doktrin nuklirnya tetap diberlakukan. Ancaman disampaikan dua hari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika dan sekutu NATO akan memasok senjata canggih ke Ukraina. Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai Februari 2022, ketegangan antara Moskow dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah meningkat, dengan ancaman eskalasi nuklir yang terus berulang. Sekadar diketahui, Rusia memiliki cadangan hulu ledak nuklir terbesar di dunia, diikuti oleh AS. Baca Juga: Donald Trump: AS Akan Kirim Sistem Rudal Patriot ke Ukraina untuk Melawan Rusia Trump telah mengambil pendekatan yang berbeda terhadap perang Rusia-Ukraina dibandingkan pendahulunya, mantan Presiden Joe Biden, seperti terlibat perundingan langsung dengan Moskow dan memperburuk hubungan AS-Ukraina melalui percakapan yang bermusuhan dan ancaman penghentian bantuan. Namun, awal pekan ini, Trump mengumumkan bahwa sekutu NATO di Eropa akan membeli senjata canggih AS senilai miliaran dolar untuk pertahanan Ukraina. Dalam konferensi pers hari Rabu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita TASS: "Doktrin nuklir Rusia tetap berlaku, dan dengan demikian, semua ketentuannya terus berlaku." Respons Peskov muncul setelah jurnalis TASS pada Rabu (16/7/2025) menanyakan status doktrin nuklir, yang, antara lain, menetapkan bahwa agresi terhadap Rusia atau sekutunya oleh negara non-nuklir mana pun dengan partisipasi atau dukungan negara nuklir dianggap sebagai serangan gabungan mereka. Putin telah memperbarui doktrin nuklirnya pada Desember 2024, yang pada dasarnya menurunkan ambang batas untuk terlibat dalam pencegahan nuklir. Doktrin tersebut mencakup bahwa Rusia berhak menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap senjata nuklir atau jenis senjata pemusnah massal lainnya terhadap dirinya atau pun sekutunya. Peskov meminta AS untuk mendorong Ukraina melanjutkan negosiasi perdamaian dengan Rusia, dengan mengatakan: "Dalam hal ini, upaya mediasi utama datang dari Amerika Serikat—Presiden Trump dan timnya. Banyak pernyataan telah dibuat, banyak ungkapan kekecewaan telah disuarakan, tetapi kami tentu berharap ada juga tekanan dari pihak Ukraina." Pada 14 Juli, Trump mengatakan di Oval Office, "Kita akan membuat senjata-senjata terbaik, dan senjata-senjata itu akan dikirim ke NATO." Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan kesepakatan itu mencakup rudal, amunisi, dan pertahanan udara. Trump mengumumkan bahwa rudal Patriot—yang penting untuk mempertahankan diri dari serangan pesawat nirawak dan pengeboman rudal Rusia terhadap bangunan sipil—sudah dikirim ke Ukraina. Peralatan militer apa pun yang akan dipasok ke Ukraina dalam jangka pendek akan berasal dari stok yang ada. "Pertemuan yang luar biasa dengan @POTUS hari ini [Senin]. Kami telah melaksanakan keputusan dari #NATOSummit secara signifikan, menggabungkan lebih banyak pengeluaran, lebih banyak produksi dan lebih banyak dukungan untuk Ukraina. Kebrutalan Rusia harus dihentikan-inisiatif baru ini akan membantu mewujudkan perdamaian yang adil dan abadi," tulis Rutte di X soal pertemuannya dengan Trump. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, pada hari Rabu menulis di X: "Saya mengadakan pertemuan mengenai sektor pertahanan: produksi senjata domestik kami, perjanjian dengan mitra, dan pasokan untuk tentara Ukraina. Kami sedang menganalisis secara menyeluruh bagaimana semua kontrak, perjanjian, dan proyek investasi dilaksanakan. Kami mengidentifikasi langkah-langkah yang harus diambil dalam waktu dekat, serta indikator-indikator utama yang akan digunakan untuk menilai efektivitas manajemen pertahanan pada akhir tahun ini. Harus ada lebih banyak senjata buatan Ukraina."
Alasan Presiden Trump Yakin Rusia Akan Menang dalam Perang Ukraina
Presiden AS Donald Trump yakin bahwa kemenangan Rusia dalam konflik Ukraina tak terelakkan. Itu dilaporkan Politico mengutip seorang pejabat senior Gedung Putih. Baca Juga : Israel Ancam Terus Serang Suriah Pada hari Senin, Trump mengancam akan mengenakan tarif sekunder AS hingga 100% kepada mitra dagang Rusia kecuali kemajuan menuju perjanjian damai dicapai dalam 50 hari. Ia juga mengizinkan pengiriman senjata baru ke Ukraina, yang akan dibiayai oleh anggota NATO Eropa. Moskow telah memperingatkan bahwa deklarasi Trump dapat dilihat oleh Kiev sebagai sinyal untuk melanjutkan perang. 3 Alasan Presiden Trump Yakin Rusia Akan Menang dalam Perang Ukraina 1. Memiliki Kekuatan Ekonomi dan Militer yang Besar Menurut Politico, Trump memutuskan untuk meningkatkan tekanan pada Moskow karena frustrasi dengan serangan Rusia yang terus berlanjut terhadap Ukraina. Sumber tersebut mencatat bahwa presiden AS yakin Moskow dapat mengamankan kemenangan militer melawan Kiev berkat "ekonomi yang lebih besar" dan "militer yang lebih besar". "Pandangan presiden adalah Rusia akan menang; ini masalah berapa lama waktu yang dibutuhkan," kata pejabat Gedung Putih kepada media tersebut, mencatat kemajuan Moskow di medan perang. Baca Juga: 5 Presiden Terkaya di Dunia, Nomor 1 Punya Kekayaan Senilai RpRp3.260 Triliun 2. Rusia Sudah Menguasai Banyak Wilayah Rusia Dalam beberapa bulan terakhir, pasukan Rusia terus menguasai wilayah, membebaskan sepenuhnya Republik Rakyat Lugansk, serta Wilayah Kursk, yang diserbu oleh pasukan Ukraina tahun lalu. Rusia telah menolak ultimatum terbaru Trump, sekaligus mengutuk upaya untuk menekannya. Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov menegaskan bahwa pendekatan ini "tidak dapat diterima" dan menuntut agar Washington dan NATO menghormati kepentingan dan kekhawatiran Rusia. 3. Terbuka untuk Negosiasi Moskow telah berulang kali menekankan bahwa mereka terbuka untuk melakukan negosiasi berdasarkan rasa saling menghormati dengan tujuan menyelesaikan konflik Ukraina secara diplomatis. Namun, para pejabat Rusia juga mengatakan mereka tidak melihat adanya upaya tulus dari pihak Kiev maupun Barat untuk mencapai perdamaian dan berulang kali mengecam seruan para pejabat Barat untuk menimbulkan "kekalahan strategis" terhadap Rusia. Rusia telah menekankan bahwa mereka tetap bertekad untuk mencapai tujuan operasi militernya di Ukraina dan, meskipun lebih suka melakukannya melalui diplomasi, mereka siap menggunakan cara militer jika diperlukan.
Khamenei Ancam Serangan Lebih Besar pada AS-Israel, Sebut Zionis Anjing yang Terikat
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengancam akan meluncurkan serangan militer yang lebih besar terhadap Israel dan kepentingan Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah. Dia juga menyebut rezim Zionis sebagai anjing yang terikat dan bergantung pada perlindungan Washington. "Fakta bahwa bangsa kita siap menghadapi kekuatan Amerika Serikat dan anjingnya yang terikat—rezim Zionis (Israel)—, sangat patut dipuji," kata Khamenei dalam pidatonya pada hari Rabu. Bulan lalu, Israel meluncurkan invasi dengan membombardir situs-situs nuklir Iran dan dibalas Teheran dengan gelombang serangan rudal dan drone yang menghantam situs-situs militer dan fasilitas penting Zionis. Amerika Serikat kemudian ikut campur dengan menyerang fasilitas nuklir Iran. Baca Juga: Iran Tak Percaya dengan Gencatan Senjata Israel, Siap Perang Lagi Sebagai respons Iran menyerang pangkalan militer AS di Qatar. "Pangkalan yang diserang Iran merupakan pangkalan regional Amerika yang sangat sensitif dan pukulan yang lebih besar dapat dijatuhkan kepada AS dan negara-negara lain," kata Khamenei. Ancaman Khamenei disampaikan dalam pidato publik pertamanya sejak gencatan senjata Iran-Israel yang ditengahi AS mulai berlaku sejak 24 Juni. Berbicara di hadapan para pejabat peradilan di Teheran, Khamenei mengatakan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan Iran terhdap pangkalan AS di Qatar menjadi jelas setelah sensor terhadap media dicabut. Teokrat veteran berusia 86 tahun itu mengatakan serangan Israel dan AS terhadap Iran bertujuan untuk menggulingkan rezim tetapi gagal. "Para agresor berasumsi bahwa dengan menargetkan individu-individu dan pusat-pusat kunci tertentu di Iran, mereka akan melemahkan sistem. Mereka kemudian berencana untuk melepaskan proksi-proksi mereka yang terpendam—mulai dari kaum munafik dan monarki hingga preman—yang memicu kerusuhan dan menyeret orang-orang ke jalan untuk menggulingkan sistem Islam," paparnya. “Tuhan Yang Mahakuasa membatalkan rencana mereka...Dia membawa rakyat ke medan perang untuk mendukung pemerintah dan sistem," ujarnya. Khamenei melanjutkan dengan mengatakan bahwa ketergantungan Israel pada Amerika Serikat menunjukkan kelemahannya. “Jika rezim Zionis dapat mempertahankan diri, ia tidak akan berpaling ke Amerika,” katanya. “Ia menyadari bahwa ia tidak dapat mengatasi Republik Islam.” Beralih ke masalah internal, Khamenei memerintahkan pengadilan untuk mengejar apa yang disebutnya “kejahatan terkini” melalui semua jalur hukum. “Kita tidak boleh melepaskan kerah penjahat,” katanya. "Sekalipun butuh dua puluh tahun, hal itu harus diupayakan." Dia menepis kekhawatiran tentang pengadilan internasional, dengan mengatakan bahwa suatu hari nanti mereka mungkin akan bertindak adil "jika seorang hakim independen muncul." Saat ini, Iran berada di bawah tekanan untuk menyetujui kesepakatan nuklir dengan AS, karena Washington dan tiga kekuatan Eropa telah menetapkan batas waktu kesepakatan pada akhir Agustus. Jika tidak ada kemajuan hingga saat itu, Prancis mengatakan bahwa mekanisme "snapback" akan secara otomatis memberlakukan semua sanksi internasional yang dicabut berdasarkan kesepakatan Iran 2015, yaitu Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Meskipun demikian, Parlemen Iran merilis pernyataan pada hari Rabu yang menyatakan bahwa Teheran tidak akan melanjutkan perundingan nuklir dengan AS kecuali prasyaratnya terpenuhi, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh ISNA, Kamis (17/7/2025). "Baik di bidang diplomatik maupun militer, kapan pun kami memasuki panggung, kami melakukannya dengan tangan penuh dan bukan dari posisi lemah," imbuh pidato Khamenei, seraya menambahkan bahwa para diplomat harus mematuhi "pedoman" dan melanjutkan pekerjaan mereka.
OPEC Optimistis Ekonomi Dunia Bakal Membaik di Paruh Kedua Tahun ini
OPEC mengatakan, ekonomi global mungkin berkinerja lebih baik dari perkiraan pada paruh kedua tahun ini meskipun terdapat konflik perdagangan.
Selain itu, menurut OPEC, asupan minyak mentah kilang akan tetap tinggi untuk memenuhi peningkatan perjalanan musim panas, yang akan membantu mendukung prospek permintaan.
Melansir Reuters, dalam laporan bulanan pada hari Selasa (15/7/2025), Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2025 dan 2026 setelah mengalami penurunan pada bulan April, dengan mengatakan bahwa prospek ekonomi tetap kuat.
"India, Tiongkok, dan Brasil sejauh ini melampaui ekspektasi. Sementara Amerika Serikat dan Zona Euro terus mengalami pemulihan dari tahun lalu. Dengan ini, pertumbuhan ekonomi paruh kedua tahun 2025 mungkin akan lebih baik dari perkiraan saat ini," kata OPEC dalam laporan tersebut.
Perekonomian yang solid dan terlepas dari konflik perdagangan akan memudahkan OPEC+, yang merupakan gabungan OPEC plus Rusia dan sekutu lainnya, untuk melanjutkan rencananya memompa lebih banyak barel minyak guna mendapatkan kembali pangsa pasar setelah bertahun-tahun melakukan pemangkasan produksi yang bertujuan untuk mendukung pasar.
Pada 5 Juli lalu, OPEC+ sepakat untuk meningkatkan produksi sebesar 548.000 barel per hari pada bulan Agustus, yang selanjutnya mempercepat peningkatan produksi pada pertemuan pertamanya sejak harga minyak melonjak, kemudian turun, menyusul serangan Israel dan AS terhadap Iran.
Harga minyak belum turun secara signifikan meskipun kenaikan OPEC+ lebih besar dari perkiraan dan tenggat waktu 50 hari Presiden AS Donald Trump bagi Rusia untuk mengakhiri perang Ukraina, yang didukung oleh meningkatnya permintaan musiman.
Asupan minyak mentah kilang global mencatat peningkatan tajam sebesar 2,1 juta barel per hari pada bulan Juni dari Mei. Penyebabnya adalah kilang-kilang sudah beroperasi kembali setelah dilakukan pemeliharaan, sebuah tanda pasar minyak yang lebih kuat.
Laporan OPEC juga menunjukkan bahwa pada bulan Juni, OPEC+ memompa 41,56 juta barel per hari, naik 349.000 barel per hari dari bulan Mei.
Angka ini sedikit lebih rendah dari kenaikan 411.000 barel per hari yang diminta oleh kelompok tersebut dalam peningkatan kuota bulan Juni.
Korut Kini Jadi Sekutu Penting Bagi Rusia Daripada Iran atau Tiongkok
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menangis tersedu-sedu saat ia menghempaskan diri di atas satu dari enam peti jenazah seorang tentara yang terbungkus bendera nasional.
Foto-foto duka citanya ditampilkan dalam sebuah pertunjukan gala di sebuah teater di Pyongyang akhir bulan lalu, yang merayakan ulang tahun pakta pertahanan bersama yang ditandatangani oleh Kim dan mitranya dari Rusia, Vladimir Putin.
Para tentara tersebut gugur dalam pertempuran bersama pasukan Rusia dalam perang melawan Ukraina.
Mengutip Al Jazeera, meskipun para pendukung NATO Ukraina menolak untuk mengerahkan pasukan darat, para pejuang Korea Utara telah berpartisipasi dalam pertempuran sengit di wilayah Kursk di Rusia barat, yang sebagian diduduki oleh serangan balasan Ukraina.
"Korea Utara kini menjadi sekutu yang lebih penting bagi Rusia daripada Iran atau Tiongkok," kata Oleg Ignatov, analis senior Rusia untuk Crisis Group.
Korea Utara memasok Rusia dengan amunisi dan beberapa jenis senjata berat. Mengenai tentara Korea Utara, sumber-sumber Rusia mengatakan mereka profesional dan disiplin.
Pada awal operasi Kursk, mereka tidak memiliki keterampilan tempur modern yang dibutuhkan untuk jenis perang ini, yang melibatkan penggunaan drone dalam jumlah besar, tetapi mereka dengan cepat beradaptasi.
Melihat ke depan, ada tanda-tanda bahwa aliansi Rusia-Korea Utara sedang berkembang.
Dua minggu lalu, sumber intelijen Ukraina mengatakan kepada CNN bahwa Korea Utara berencana untuk melipatgandakan penempatannya di sepanjang garis depan dengan Ukraina dengan mengirimkan hingga 30.000 tentara tambahan.
Rusia menyambut baik tambahan pasukan tersebut karena, menurut hitungan yang dilakukan oleh media independen Rusia, Mediazona, dan BBC, tentara Moskow telah menderita lebih dari 116.000 korban sejak melancarkan perang skala penuh terhadap negara tetangganya pada tahun 2022.
Beberapa pengamat mengatakan Korea Utara, negara yang terkenal terisolasi, juga memiliki banyak keuntungan.
"Dari sudut pandang operasi militer, Korea Utara kini telah memiliki pengalaman langsung dengan peperangan modern, yang tidak dimiliki Korea Selatan," kata Rachel Minyoung Lee, peneliti senior di 38 North, Stimson Center, dan peneliti POSCO di East-West Center.
"Dari sudut pandang kebijakan, hubungan Korea Utara yang membaik dengan Rusia memberi Kim Jong Un kemampuan manuver strategis yang lebih besar, karena manfaat langsung seperti pengiriman minyak dan gandum Rusia serta kemungkinan transfer teknologi militer ke Korea Utara – hingga peluang jangka panjang yang tampaknya dilihat Kim Jong Un dengan memelihara hubungan ini," tambahnya.
Ia juga bilang, bahwa semua ini memberi Korea Utara sedikit atau bahkan tidak ada insentif untuk melibatkan Amerika Serikat, apalagi Korea Selatan.
"Hubungan Korea Utara dengan Rusia memberi Kim pengaruh yang lebih kuat terhadap Tiongkok, yang dapat memiliki implikasi regional yang lebih luas dalam jangka panjang," ujarnya.
Rusia telah membuka kembali rantai pasokan ke Korea Utara yang telah lama tidak aktif, mengabaikan sanksi internasional.
"Kedua negara telah melanjutkan lalu lintas di sepanjang jalur Khasan-Tumen," ujar Neimat Khalilov, seorang ilmuwan politik dan anggota klub pakar Digoria, kepada Al Jazeera, merujuk pada perbatasan Rusia dengan Korea Utara.
"Rusia memasok batu bara, pupuk, dan bijih besi melalui perlintasan kereta api, sementara [Korea Utara] memasok makanan laut dan logam tanah jarang... Secara terpisah, perlu dicatat modernisasi pelabuhan Rajin [Korea Utara], yang sedang berlangsung dengan partisipasi Federasi Rusia. Tujuan proyek ini adalah menjadikan pelabuhan tersebut sebagai alternatif hub Korea Selatan, sehingga meningkatkan arus kargo melalui Vladivostok ke Korea Utara," urai Khalilov.
Ekspor Jepang Turun untuk Bulan Kedua Secara Berturut-turut, Terbebani Tarif AS
Ekspor Jepang turun untuk bulan kedua secara berturut-turut pada bulan Juni 2025, data menunjukkan pada hari Kamis, menggarisbawahi meningkatnya tekanan yang ditimbulkan oleh tarif AS yang luas terhadap ekonomi negara yang rapuh.
Jepang gagal mencapai kesepakatan dengan AS sebelum berakhirnya masa jeda sementara tarif khusus negara pada 9 Juli, setelah berfokus pada penghapusan tarif sektoral 25% yang berlaku untuk mobil, andalan ekonomi yang bergantung pada ekspor.
Washington kini berencana mengenakan tarif sebesar 25% untuk impor Jepang, kecuali jika kesepakatan dagang tercapai sebelum 1 Agustus.
Data menunjukkan bahwa total ekspor berdasarkan nilai turun 0,5% secara tahunan pada bulan Juni 2025, dibandingkan dengan perkiraan median pasar untuk kenaikan 0,5% dan penurunan 1,7% pada bulan Mei, penurunan pertama dalam delapan bulan.
Ekspor ke Amerika Serikat (AS) turun 11,4% pada bulan Juni dibandingkan tahun sebelumnya, sementara ekspor ke Tiongkok turun 4,7%, data menunjukkan.
Total impor tumbuh 0,2% pada bulan Juni dibandingkan tahun sebelumnya, dibandingkan dengan perkiraan pasar untuk penurunan 1,6%.
Akibatnya, neraca perdagangan mencatat surplus 153,1 miliar yen setara US$ 1,03 miliar, dibandingkan dengan proyeksi surplus sebesar 353,9 miliar yen.
Tarif AS menambah tekanan pada ekonomi Jepang yang sedang terpuruk akibat lesunya konsumsi domestik. Ekonomi Jepang menyusut pada kuartal pertama karena kenaikan biaya hidup yang menekan permintaan.
Sejauh ini, produsen mobil Jepang telah menghindari kenaikan harga yang signifikan di AS dengan memangkas harga mobil ekspor dan menyerap biaya tarif agar tetap kompetitif sambil mengorbankan keuntungan.
Jepang mengekspor barang senilai 21 triliun yen ke Amerika Serikat di tahun lalu, dengan mobil mewakili sekitar 28% dari total ekspor.
Ketidakpastian yang berkepanjangan mengenai dampak tarif dan jalannya negosiasi perdagangan kemungkinan akan memaksa Bank of Japan untuk terus berfokus pada risiko penurunan ekonomi dan menunda kenaikan suku bunga untuk sementara waktu, menurut para analis.
Israel Dilaporkan Siap Mundur dari Gaza, Gencatan Senjata Kian Dekat
Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dilaporkan menemui titik terang. Hal ini setelah Israel dilaporkan bersedia mundur dari sebagian besar wilayah Gaza dalam perundingan.
Dilansir the Times of Israel, pejabat senior Israel menyatakan kesepakatan penyanderaan antara Israel dan Hamas “lebih mungkin terjadi” pada Rabu. Sementara dua sumber yang terlibat dalam upaya mediasi mengatakan jendela untuk mencapai kesepakatan dalam beberapa hari ini telah terbuka setelah Tel Aviv setuju untuk secara signifikan mengurangi kehadiran pasukannya di Gaza selama gencatan senjata 60 hari.
“Saya yakin kesepakatan dapat dicapai,” kata pejabat Israel tersebut dalam sebuah pernyataan pada wartawan, yang berbicara tanpa menyebutkan namanya. "Ini tidak sederhana. Berunding dengan Hamas tidaklah mudah atau singkat, dan saya tidak bisa memberikan jadwal, tapi itu masih dalam jangkauan."
Komentar pejabat Israel tersebut mengisyaratkan sebuah optimisme di tengah-tengah desakan baru untuk gencatan senjata di Gaza yang akan melihat kembalinya sekitar separuh dari para sandera Israel. Presiden AS Donald Trump dijadwalkan menjadi tuan rumah dan makan malam pada Rabu dengan perdana menteri Qatar, di mana negosiasi sedang berlangsung, dalam upaya untuk memajukan kesepakatan.
Beberapa jam sebelum acara makan malam, Trump menyatakan di Gedung Putih bahwa “Kami memiliki kabar baik tentang Gaza,” tanpa menjelaskan lebih lanjut. Utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang juga hadir dalam acara tersebut, mengatakan kepada para wartawan bahwa pembicaraan di Doha berjalan dengan baik.
Sementara itu, seorang diplomat Arab dan sumber kedua yang terlibat dalam upaya mediasi mengatakan kepada The Times of Israel bahwa Tel Aviv telah setuju untuk menurunkan tuntutan yang lebih maksimal terkait dengan tingkat penarikan sebagian wilayahnya dari Gaza selama gencatan senjata, setelah mendapat tekanan yang signifikan dari Witkoff.
Berkat tekanan Witkoff, peta baru yang diserahkan oleh Israel tidak lagi membayangkan IDF tetap berada di Koridor Morag yang membagi kota Rafah dan Khan Younis di Gaza selatan, kata kedua sumber itu.
Israel juga setuju untuk mengurangi cakupan kehadirannya di Rafah, di mana mereka mengatakan bahwa mereka bermaksud untuk menciptakan “kota kemanusiaan” yang kontroversial. Israel sebelumnya merencanakan memindahkan semua penduduk Gaza ke sana, diperiksa pada saat masuk, dan dicegah untuk meninggalkannya, untuk mendorong pembersihan etnis di Jalur Gaza.
Proposal Israel yang diperbarui untuk penarikan diri dari Gaza kemungkinan besar akan menghambat kemampuan untuk mengimplementasikan rencana “kota kemanusiaan” tersebut, kata diplomat Arab itu.
Para mediator saat ini bertemu dengan para negosiator Hamas di Doha untuk meninjau peta Israel terbaru, menurut sumber yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, yang mengatakan bahwa peta tersebut sebagian besar sejalan dengan permintaan Hamas sebelumnya agar IDF mundur ke posisi yang mereka pegang sebelum gencatan senjata sebelumnya mulai runtuh pada 2 Maret.
Sementara itu, Hamas telah mengindikasikan bahwa mereka siap untuk berkompromi dengan tuntutannya akan komitmen Israel di muka untuk gencatan senjata permanen, dengan imbalan jaminan pribadi dari Trump bahwa gencatan senjata akan tetap berlaku hingga kedua belah pihak mencapai kesepakatan.
Dengan kompromi Hamas atas tuntutan gencatan senjata permanen dan kompromi Israel atas ruang lingkup penarikannya, para mediator percaya bahwa rintangan yang lebih sulit dalam perundingan Doha yang sedang berlangsung telah diatasi.
Namun, diplomat Arab tersebut mengatakan bahwa kedua belah pihak masih harus mencapai kesepakatan mengenai mekanisme distribusi bantuan kemanusiaan dan jumlah serta identitas para tahanan Palestina yang akan dibebaskan selama gencatan senjata selama dua bulan dengan imbalan 10 sandera Israel yang masih hidup dan jenazah 18 sandera yang terbunuh. Hamas saat ini menahan 50 sandera, termasuk setidaknya 28 mayat yang telah dikonfirmasi tewas oleh IDF.
Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Eyal Zamir mengatakan pada Rabu pagi bahwa pembicaraan berada pada “titik kritis” dan jika tidak ada kesepakatan penyanderaan yang segera dicapai, militer akan “mengintensifkan dan memperluas” serangannya terhadap Hamas “sebanyak mungkin.”
“Dalam beberapa hari mendatang, kita akan tahu apakah ada kesepakatan atau tidak,” katanya kepada pasukan selama kunjungan ke Gaza, menambahkan bahwa IDF akan “memasuki wilayah tambahan dan melanjutkan operasi seperti yang telah kita lakukan sampai sekarang.”
Pejabat senior Israel tersebut melanjutkan dengan mengatakan bahwa Israel "tidak terpaku pada perang; perang itu sendiri bukanlah sebuah ideologi; perang adalah sebuah alat. Mungkin ada upaya, mungkin upaya besar dari berbagai pihak, untuk mewujudkan [solusi diplomatik]. Kita belum sampai di sana, ini masih terlalu dini, tetapi upaya itu mungkin akan datang."
Pejabat tersebut mengatakan bahwa Israel tetap berkomitmen untuk mengakhiri kontrol Hamas atas Gaza dan membebaskan para sandera yang tersisa. "Israel tahu apa tujuannya. Saya dapat menyederhanakannya dengan sangat jelas dalam empat kata," katanya, menyampaikan pesan dalam bahasa Inggris: “Sandera kembali, Hamas keluar.”
Pejabat itu menambahkan bahwa perpecahan masih terjadi di dalam kabinet keamanan Israel mengenai konsesi yang harus diberikan dalam perundingan Doha.
“Beberapa anggota kabinet mengatakan untuk tidak menarik diri dari wilayah yang kami rebut dalam Operasi Kereta Gideon,” katanya, mengacu pada invasi darat Israel yang intensif ke Gaza yang dimulai pada bulan Mei, di mana militer merebut sebagian besar wilayah daerah kantung tersebut. “Saya mengatakan kepada mereka, ‘Kalau begitu, katakanlah Anda tidak menginginkan kesepakatan,’” kata pejabat itu.
Satu perubahan signifikan yang kini membuat kesepakatan lebih mungkin terjadi adalah meningkatnya keterbukaan Hamas terhadap kerangka kerja gencatan senjata sementara yang diusulkan oleh Witkoff, yang telah diterima oleh Israel, kata pejabat tersebut. Perubahan itu muncul sekitar dua minggu yang lalu, katanya, "sebagai hasil dari tekanan militer yang kuat dan keterlibatan Amerika, bersama dengan keinginan Hamas untuk mencapai kerangka kerja. Sebagai hasil dari keinginan tersebut dan hubungan Qatar dengan Hamas, Qatar mengambil jenis keterlibatan yang berbeda."
Salah satu tanda keterlibatan tersebut akan terjadi pada Rabu malam ketika Trump menjamu Perdana Menteri Qatar Muhammad bin Abdulrahman al-Thani untuk makan malam. Presiden AS telah berulang kali menyerukan diakhirinya perang di Gaza, dan pada Ahad ia mengatakan bahwa ia berharap kesepakatan gencatan senjata akan “diluruskan” minggu ini.