News Forex, Index & Komoditi ( Kamis, 20 Maret 2025 )

         News  Forex,  Index  &  Komoditi
(  Kamis,  20  Maret  2025  )
Harga Emas Global Cetak Rekor Tertinggi Setelah The Fed Pertahankan Suku Bunga

 Harga emas melonjak ke rekor tertinggi sepanjang masa pada Rabu setelah pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell.
Bank sentral AS mempertahankan suku bunga seperti yang diharapkan, tetapi mengisyaratkan kemungkinan pemangkasan biaya pinjaman sebesar setengah poin persentase pada akhir tahun ini.
Melansir Reuters, harga emas spot naik 0,5% menjadi US$3.047,80 per ons troi pada pukul 15:57 ET (19:57 GMT), setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi US$3.051,99 dalam sesi perdagangan.
Kontrak berjangka emas AS ditutup hampir tidak berubah di level US$3.041,20.
"Emas kembali mencetak rekor tertinggi setelah penampilan luar biasa dari Ketua Powell—saham dan obligasi juga ikut reli," kata Tai Wong, seorang pedagang logam independen.
"Emas sedang berada dalam pasar bullish setelah menembus level $3.000 dan akan terus naik di tengah ketidakpastian yang meningkat dan ketakutan terhadap inflasi yang lebih tinggi," tambahnya.
The Fed mempertahankan suku bunga kebijakan di kisaran 4,25% hingga 4,50%.
Para pejabat meningkatkan proyeksi inflasi untuk tahun ini, sekaligus menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi, menyusul kebijakan tarif yang diterapkan pemerintahan Trump.
Powell mengatakan bahwa inflasi bisa mengalami hambatan dalam pemulihannya tahun ini, sebagian karena tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.
Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor baja dan aluminium menjadi 25% sejak pekan lalu dan berencana menerapkan tarif timbal balik serta sektoral baru mulai 2 April.
Sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan ekonomi, emas telah menguat lebih dari 15% sepanjang tahun ini.
Futures dana The Fed menunjukkan para pedagang melihat kemungkinan 66% bahwa bank sentral akan mulai memangkas suku bunga pada pertemuan bulan Juni, naik dari 57% sebelum keputusan diumumkan.
Suku bunga yang lebih rendah membuat emas lebih menarik sebagai aset investasi karena tidak memberikan imbal hasil.
Di sisi geopolitik, Rusia dan Ukraina saling menuduh melanggar kesepakatan baru untuk tidak menyerang infrastruktur energi, hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Di tempat lain, harga perak spot turun 0,7% menjadi US$33,79 per ons troi, platinum melemah 0,3% ke US$994,15, dan paladium turun 0,8% ke US$959,54.


Harga minyak dunia naik tipis setelah data pemerintah AS menunjukkan penurunan stok bahan bakar

Harga minyak naik tipis pada Rabu (19/3), setelah data pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan stok bahan bakar. Namun keputusan The Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga membatasi kenaikan harga.
Melansir Reuters, kontrak berjangka Brent ditutup naik 22 sen, atau 0,31%, menjadi US$70,78 per barel.
Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik 26 sen, atau 0,39%, ke US$67,16 per barel.
Stok minyak mentah AS meningkat 1,7 juta barel pekan lalu menjadi 437 juta barel, melampaui perkiraan analis yang memperkirakan kenaikan 512.000 barel.
Namun, stok distilat—termasuk diesel dan minyak pemanas—turun 2,8 juta barel menjadi 114,8 juta barel, jauh melebihi perkiraan penurunan sebesar 300.000 barel.
"Data EIA menunjukkan penarikan bersih dalam stok produk minyak, yang secara bertahap bullish," kata Josh Young, Chief Investment Officer di Bison Interests.
Di Timur Tengah, militer Israel kembali melancarkan operasi darat di Gaza tengah dan selatan, sehari setelah pekerja medis setempat melaporkan lebih dari 400 warga Palestina tewas akibat serangan udara yang menghancurkan gencatan senjata.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump berjanji akan terus menyerang kelompok Houthi di Yaman dan memperingatkan bahwa Iran akan bertanggung jawab atas setiap serangan yang dilakukan kelompok tersebut, yang telah mengganggu jalur perdagangan di Laut Merah.
"Pedagang kini kembali fokus pada risiko geopolitik di Timur Tengah, karena Israel dan AS melancarkan serangan di Gaza dan Yaman," ujar Clay Seigle, peneliti senior di Center for Strategic and International Studies.
The Fed mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50% seperti yang diperkirakan, tetapi mengindikasikan akan menurunkan biaya pinjaman sebesar setengah poin persentase pada akhir tahun ini, dengan latar belakang perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan inflasi.
Di sisi lain, tarif impor AS terhadap Kanada, Meksiko, dan China memicu kekhawatiran akan resesi, yang turut membebani harga minyak karena kekhawatiran permintaan energi yang lebih rendah.
Investor juga mengawasi negosiasi gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.
Rusia setuju dengan usulan Trump agar Moskow dan Kyiv menghentikan sementara serangan terhadap infrastruktur energi masing-masing, yang menurut analis dapat meningkatkan peluang perdamaian dan memungkinkan minyak Rusia kembali ke pasar global.
Namun, prospek gencatan senjata penuh masih belum pasti.
Rusia dan Ukraina saling menuduh melanggar kesepakatan baru tersebut hanya beberapa jam setelah disepakati oleh Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Meskipun demikian, pertukaran tahanan antara kedua negara tetap berlangsung.
"Bahkan jika kesepakatan tercapai, butuh waktu sebelum ekspor energi Rusia meningkat secara signifikan. Dalam jangka pendek, dampaknya lebih kepada pengalihan aliran minyak untuk mendapatkan harga yang lebih baik," kata analis Panmure Liberum, Ashley Kelty.
Rusia, salah satu pemasok minyak terbesar dunia, mengalami penurunan produksi akibat perang dan sanksi yang dikenakan terhadap sektor energi mereka.


Wall St Menguat : Dow Naik Hampir 400 Poin, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada Rabu (19/3), setelah The Fed mempertahankan suku bunga acuan seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Para pelaku pasar dan bank sentral terus mencermati dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap ekonomi dan inflasi.
Melansir Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 383,32 poin atau 0,92% menjadi 41.964,63 dan S&P 500 bertambah 60,63 poin atau 1,08% menjadi 5.675,29. Sementara, Indeks Nasdaq Composite melonjak 246,67 poin atau 1,41% ke level 17.750,79.
The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,50% dan mengindikasikan kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin pada tahun ini, sesuai dengan proyeksi median tiga bulan lalu.
Bank sentral juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat serta inflasi yang lebih tinggi.
Namun, di antara para pengambil kebijakan masih terdapat perbedaan pandangan mengenai langkah ke depan, mencerminkan ketidakpastian terkait dampak kebijakan Trump.
Selain itu, The Fed menyatakan akan memperlambat laju penurunan neraca keuangannya yang masih besar, mengingat tantangan dalam menilai likuiditas pasar di tengah kebuntuan Kongres AS terkait peningkatan batas utang pemerintah.
"Karena meningkatnya kekhawatiran mengenai tarif dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi serta inflasi AS," kata Matthias Scheiber, kepala tim solusi multi-aset di Allspring Global Investments London.
"The Fed mengambil pendekatan ‘tunggu dan lihat’ yang memang sudah diperkirakan."
Scheiber menambahkan, "Untuk tahun 2025, pasar suku bunga saat ini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga hingga sekitar 3,75% pada akhir tahun. Namun, banyak yang akan bergantung pada bagaimana trade-off antara inflasi dan pertumbuhan berkembang—jika pertumbuhan terus melemah, The Fed mungkin harus memangkas suku bunga lebih agresif dari perkiraan."
Pedagang masih memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya dua kali masing-masing 25 basis poin hingga Desember, dengan peluang sebesar 62,2% untuk pemangkasan pertama pada Juni, menurut data yang dikompilasi oleh LSEG.
Penguatan pasar semakin solid setelah Ketua The Fed, Jerome Powell, menyampaikan pernyataannya.
Powell mengatakan masih terlalu dini untuk menentukan apakah dampak tarif AS terhadap inflasi harus diabaikan, dan sulit menilai seberapa besar kenaikan harga yang disebabkan oleh kebijakan tersebut.
"Pasar terutama mencari kepastian, dan saya pikir Powell hanya mempertahankan pandangan yang sudah ada," kata Russell Price, kepala ekonom di Ameriprise Financial, Michigan.
"Ekspektasi inflasi naik sedikit, sementara angka pertumbuhan ekonomi turun sedikit, sehingga pasar menafsirkan bahwa The Fed tidak menambah ketidakpastian yang selama ini membebani saham."
Kebijakan Tarif dan Pergerakan Saham
Uni Eropa berencana memperketat kuota impor baja, mengurangi arus masuk hingga 15% mulai April, menurut pejabat senior UE.
Langkah ini bertujuan mencegah baja murah membanjiri pasar Eropa setelah AS menerapkan tarif baru.
Saham Boeing melonjak 6,84% setelah perusahaan pesawat ini menyatakan bahwa tarif baru AS tidak akan berdampak langsung dalam waktu dekat.
Analis mengatakan bahwa pasar saat ini fokus pada pengumuman Trump terkait kebijakan perdagangan timbal balik yang dijadwalkan pada 2 April.
Semua 11 sektor dalam indeks S&P 500 mencatat kenaikan, dipimpin oleh sektor konsumen yang naik hampir 2%.
Meskipun pasar saham AS mengalami tekanan jual dalam beberapa pekan terakhir akibat data ekonomi yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan dan melemahnya kepercayaan konsumen, indeks saham mulai menunjukkan tanda pemulihan dengan mencatat kenaikan dalam tiga dari empat sesi terakhir.
Beberapa perusahaan juga memangkas proyeksi keuntungan, termasuk General Mills. Pemilik merek Pillsbury ini menurunkan perkiraan penjualan tahunannya, menyebabkan sahamnya turun 2,05%.
Indeks S&P 500 pekan lalu resmi memasuki fase koreksi setelah turun 10% dari level tertingginya baru-baru ini.
Indeks Nasdaq yang didominasi saham teknologi juga mengalami koreksi pada 6 Maret, sementara Dow Jones masih sekitar 3% dari ambang batas koreksi.

Ekonomi Tetap Kuat, Bank Sentral AS Pertahankan Suku Bunga

Indikator ekonomi terbaru menunjukkan pertumbuhan yang solid, dengan tingkat pengangguran tetap rendah dan pasar tenaga kerja yang kuat.
Meskipun inflasi masih tinggi, Komite Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan target rentang suku bunga federal funds pada 4-1/4 hingga 4-1/2 persen.
Kebijakan moneter tersebut diambil dalam rapat Komite Pasar Terbuka Bank Sentral Amerika Serikat (FOMC).
Melalui pernyataan resmi yang dirilis pada pada 19 Maret 2025 pukul 02.00 waktu setempat, The Fed menekankan komitmennya untuk mencapai pengangguran minimum dan inflasi sebesar 2 persen dalam jangka panjang.
Meskipun ekonomi menunjukkan kinerja positif, The Fed tetap waspada terhadap ketidakpastian yang muncul. Mereka memperhatikan risiko di kedua sisi mandat mereka, yaitu risiko inflasi yang terlalu tinggi dan risiko pertumbuhan ekonomi yang melambat.
The Fed akan terus memantau data ekonomi dan prospek yang berkembang untuk menentukan kapan dan seberapa besar perlu penyesuaian suku bunga di masa mendatang. Mereka juga akan melanjutkan program pengurangan kepemilikan surat utang pemerintah dan sekuritas lainnya, namun dengan kecepatan yang lebih lambat mulai bulan April 2025.
Keputusan ini diambil setelah pemungutan suara yang menghasilkan kesepakatan mayoritas di antara anggota Komite. Hanya satu anggota, Christopher J. Waller, yang menentang keputusan tersebut dan mendukung mempertahankan kecepatan pengurangan kepemilikan sekuritas.
The Fed menegaskan bahwa mereka siap untuk menyesuaikan sikap kebijakan moneter jika diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi. Mereka akan terus memantau berbagai indikator, termasuk kondisi pasar tenaga kerja, tekanan inflasi, ekspektasi inflasi, serta perkembangan ekonomi dan keuangan global.


Bursa Asia- Dibuka Menguat, Setelah The Fed Menahan Suku Bunga

Bursa Asia-Pasifik dibuka menguat mengikuti kenaikan di Wall Street Kamis (setelah Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya.
Bank sentral AS juga menyatakan bahwa kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi yang parah cukup kecil.
Indeks S&P/ASX 200 Australia dibuka naik 0,77%. Sementara itu, futures indeks Hang Seng Hong Kong berada di 24.719, lebih rendah dibandingkan dengan penutupan terakhir 24.771,14.
Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,64% pada pembukaan, sementara indeks Kosdaq yang berisi saham berkapitalisasi kecil juga menguat 0,55%.
Pasar Jepang ditutup karena hari libur nasional.
Keputusan Suku Bunga China
Investor di Asia kini menanti keputusan Loan Prime Rate (LPR) bulanan dari Bank Sentral China (PBOC).
Diperkirakan bahwa suku bunga LPR satu tahun, yang mempengaruhi pinjaman korporasi dan sebagian besar pinjaman rumah tangga di China, akan tetap di 3,1%, sementara LPR lima tahun dipertahankan di 3,6%.
The Fed Tahan Suku Bunga, Proyeksi Dua Pemotongan di 2025
Pada hari Rabu, The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% - 4,5%, namun mengindikasikan bahwa mereka masih memperkirakan dua kali pemotongan suku bunga tahun ini.
Dalam proyeksinya, The Fed memperkirakan inflasi akan meningkat serta pertumbuhan ekonomi akan melambat.
Meski ada kekhawatiran resesi, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa kemungkinan perlambatan ekonomi yang parah cukup kecil.
Keputusan The Fed ini diambil di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan mitra dagang utama.
Sementara itu, futures saham AS tidak banyak berubah setelah tiga indeks utama di Wall Street ditutup menguat, merespons kebijakan The Fed yang tetap mempertahankan rencana pemangkasan suku bunga.


Pernyataan FOMC Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) 19 Maret 2025

Indikator terbaru menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi terus berkembang dengan kecepatan yang solid. Tingkat pengangguran telah stabil pada level rendah dalam beberapa bulan terakhir, dan kondisi pasar tenaga kerja tetap solid. Inflasi tetap agak tinggi.
Komite bertujuan untuk mencapai pengangguran maksimum dan inflasi pada tingkat 2 persen dalam jangka panjang. Ketidakpastian seputar prospek ekonomi telah meningkat. Komite memperhatikan risiko di kedua sisi mandatnya.
Untuk mendukung tujuannya, Komite memutuskan untuk mempertahankan target rentang suku bunga federal funds pada 4-1/4 hingga 4-1/2 persen. Dalam mempertimbangkan sejauh mana dan kapan penyesuaian tambahan untuk target rentang suku bunga federal funds, Komite akan dengan cermat menilai data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko. Komite akan terus mengurangi kepemilikannya atas surat utang pemerintah dan utang lembaga, serta sekuritas hipotek yang dijamin lembaga. Mulai bulan April, Komite akan memperlambat kecepatan penurunan kepemilikan sekuritasnya dengan mengurangi batas penebusan bulanan untuk surat utang pemerintah dari $25 miliar menjadi $5 miliar. Komite akan mempertahankan batas penebusan bulanan untuk utang lembaga dan sekuritas hipotek yang dijamin lembaga pada $35 miliar. Komite sangat berkomitmen untuk mendukung pengangguran maksimum dan mengembalikan inflasi ke target 2 persennya.
Dalam menilai sikap kebijakan moneter yang tepat, Komite akan terus memantau implikasi informasi yang masuk untuk prospek ekonomi. Komite akan siap untuk menyesuaikan sikap kebijakan moneter sesuai jika muncul risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan Komite. Penilaian Komite akan mempertimbangkan berbagai informasi, termasuk pembacaan tentang kondisi pasar tenaga kerja, tekanan inflasi dan ekspektasi inflasi, serta perkembangan keuangan dan internasional.
Pemungutan suara untuk tindakan kebijakan moneter tersebut dilakukan oleh Jerome H. Powell, Ketua; John C. Williams, Wakil Ketua; Michael S. Barr; Michelle W. Bowman; Susan M. Collins; Lisa D. Cook; Austan D. Goolsbee; Philip N. Jefferson; Adriana D. Kugler; Alberto G. Musalem; dan Jeffrey R. Schmid. Pemungutan suara menentang tindakan ini dilakukan oleh Christopher J. Waller, yang mendukung tidak ada perubahan untuk target rentang suku bunga federal tetapi lebih memilih untuk melanjutkan kecepatan penurunan kepemilikan sekuritas saat ini.
In english:
Federal Reserve issues FOMC statement
Recent indicators suggest that economic activity has continued to expand at a solid pace. The unemployment rate has stabilized at a low level in recent months, and labor market conditions remain solid. Inflation remains somewhat elevated.
The Committee seeks to achieve maximum employment and inflation at the rate of 2 percent over the longer run. Uncertainty around the economic outlook has increased. The Committee is attentive to the risks to both sides of its dual mandate.
Baca Juga: Morgan Stanley Akan PHK 2.000 Karyawan di Akhir Bulan Ini
In support of its goals, the Committee decided to maintain the target range for the federal funds rate at 4-1/4 to 4-1/2 percent. In considering the extent and timing of additional adjustments to the target range for the federal funds rate, the Committee will carefully assess incoming data, the evolving outlook, and the balance of risks. The Committee will continue reducing its holdings of Treasury securities and agency debt and agency mortgage-backed securities. Beginning in April, the Committee will slow the pace of decline of its securities holdings by reducing the monthly redemption cap on Treasury securities from $25 billion to $5 billion. The Committee will maintain the monthly redemption cap on agency debt and agency mortgage-backed securities at $35 billion. The Committee is strongly committed to supporting maximum employment and returning inflation to its 2 percent objective.
In assessing the appropriate stance of monetary policy, the Committee will continue to monitor the implications of incoming information for the economic outlook. The Committee would be prepared to adjust the stance of monetary policy as appropriate if risks emerge that could impede the attainment of the Committee's goals. The Committee's assessments will take into account a wide range of information, including readings on labor market conditions, inflation pressures and inflation expectations, and financial and international developments.
Voting for the monetary policy action were Jerome H. Powell, Chair; John C. Williams, Vice Chair; Michael S. Barr; Michelle W. Bowman; Susan M. Collins; Lisa D. Cook; Austan D. Goolsbee; Philip N. Jefferson; Adriana D. Kugler; Alberto G. Musalem; and Jeffrey R. Schmid. Voting against this action was Christopher J. Waller, who supported no change for the federal funds target range but preferred to continue the current pace of decline in securities holdings.


Ini Janji Balasan Putin kepada Pebisnis Barat yang Menolak Keras Rusia

Perusahaan-perusahaan Barat yang bersikap keras saat meninggalkan Rusia tidak akan diizinkan untuk membeli kembali bisnis yang mereka tinggalkan dengan sejumlah kecil uang atau mengisi ceruk yang telah diambil oleh bisnis lokal.
Hal tersebut ditegaskan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa (18/3/2025).
Mengutip Reuters, ratusan perusahaan Barat telah hengkang dari Rusia sejak Moskow mengirim puluhan ribu pasukan ke Ukraina pada bulan Februari 2022.
Perusahaan telah mengambil pendekatan yang berbeda dengan bisnis mereka, di mana ada beberapa yang menjual, yang lain menyerahkan kunci kepada manajer atau, dalam beberapa kasus, meninggalkan aset sama sekali.
Beberapa perusahaan, seperti Renault, McDonald's, dan Henkel, menyetujui opsi pembelian kembali saat keluar, meskipun ketentuan kesepakatan tersebut sebagian besar masih dirahasiakan.
Putin, saat berbicara di forum bisnis Moskow, mengatakan bahwa ia telah meminta pemerintah untuk mengawasi perusahaan-perusahaan Barat yang mungkin memiliki kesepakatan pembelian kembali untuk memastikan bahwa setiap kasus dipertimbangkan dengan saksama jika kesepakatan tersebut diaktifkan.
Putin mengatakan bahwa ia menghormati perusahaan-perusahaan yang terus bekerja sama dengan Rusia, tetapi memiliki pandangan berbeda terhadap perusahaan-perusahaan yang telah "menolak dengan keras" saat keluar.
Perusahaan-perusahaan yang keluar karena tekanan politik dalam negeri dan menjual aset mereka dengan harga yang sangat murah seharusnya tidak diizinkan untuk membeli kembali dengan jumlah yang sama, kata Putin.
"Jika ceruk perusahaan Barat telah diisi oleh perusahaan Rusia, maka...seperti yang kita katakan, kereta telah berangkat," kata Putin.
Ia juga memperingatkan para pelaku bisnis Rusia bahwa sanksi Barat terhadap individu dan bisnis Rusia, yang jumlahnya mencapai 28.595 menurut penghitungan Kementerian Keuangan, tidak bersifat sementara dan bahwa meskipun sanksi tersebut dilonggarkan, hambatan lain untuk berbisnis akan muncul.
"Kita tidak boleh berharap akan kebebasan penuh dalam perdagangan, pembayaran, dan arus modal," kata Putin. "Kita juga tidak boleh mengandalkan mekanisme Barat untuk membela hak-hak investor dan pengusaha.
"Pesaing kita akan selalu ingin melemahkan dan menahan kita. Bahkan jika satu pihak memberi isyarat dan menawarkan untuk mencabut atau melonggarkan sesuatu, metode lain untuk menimbulkan masalah bagi kita akan segera ditemukan," kata Putin lagi.


Media Pemerintah China Peringatkan AS akan Terkena Tarif Tinggi dari Negara Lain

Media pemerintah China, Global Times, memperingatkan bahwa tarif AS akan menimbulkan kerugian signifikan pada ekonomi Amerika. Sebab, negara-negara lain membalas dengan "tarif tinggi" pada barang-barang Amerika.
Mengutip Reuters, kondisi ini akan membuka pintu bagi tindakan lebih lanjut oleh Beijing karena gelombang pungutan lainnya membayangi AS.
Hampir dua bulan setelah kembali ke Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump telah memicu konflik perdagangan dengan China, Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa.
Trump juga mengancam tarif timbal balik pada setiap negara yang mengenakan pajak atas impor AS, dengan pungutan tersebut berpotensi mulai berlaku pada tanggal 2 April.
Tiongkok dengan cepat menanggapi dengan tindakan balasan pada bulan Februari dan Maret ketika dua putaran tarif Trump mulai berlaku. Dan Beijing secara luas diperkirakan akan segera bereaksi terhadap tarif April jika tarif tersebut benar-benar berlaku.
"Menanggapi tarif AS, mitra dagangnya tidak akan tinggal diam," tulis tabloid nasionalis Tiongkok Global Times dalam tajuk rencana pada hari Selasa.
"Membalas dengan tarif tinggi pada ekspor AS dapat menjadi pilihan bagi banyak negara," lanjut Global Times.
Beijing telah mengenakan pungutan balasan pada pertanian dan ekspor pangan AS, memberlakukan pembatasan ekspor dan investasi pada 25 perusahaan AS, menangguhkan lisensi impor kedelai dari tiga perusahaan AS, dan menghentikan impor kayu gelondongan AS.
Tiongkok juga meluncurkan penyelidikan terhadap beberapa produk serat optik AS.
Untuk membantu perusahaan dagang di Tiongkok melawan "guncangan eksternal", kementerian perdagangannya akan mengambil serangkaian langkah untuk membantu mereka memperluas penjualan di negara tersebut, menurut Yuyuan Tantian, akun media sosial yang berafiliasi dengan lembaga penyiaran negara CCTV, pada hari Senin, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
"Banyak negara secara aktif berupaya untuk mendiversifikasi kemitraan ekonomi mereka dan mengurangi ketergantungan mereka pada AS dengan menjalin aliansi perdagangan baru," kata Global Times.


The Fed akan Perlambat Pengurangan Neraca

The Fed mengumumkan pada Rabu (19/3) bahwa mulai bulan depan, bank sentral akan memperlambat laju pengurangan neraca di tengah kebuntuan yang sedang berlangsung terkait peningkatan batas utang pemerintah Amerika Serikat (AS).
Perubahan ini kemungkinan akan bertahan hingga akhir proses pengetatan kuantitatif (quantitative tightening/QT).
Pengumuman ini disampaikan dalam pertemuan Federeal Open Market Committee (FOMC) yang juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap, di tengah ketidakpastian yang signifikan serta meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap prospek ekonomi yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintahan Trump yang agresif dan sering kali tidak menentu.
Perubahan dalam kebijakan QT ini sebelumnya telah disinggung dalam risalah pertemuan FOMC Januari lalu.
Namun, Gubernur The Fed, Christopher Waller, yang kerap memiliki pandangan berbeda dengan rekan-rekannya mengenai manajemen aset dan obligasi bank sentral, tidak setuju dengan keputusan perlambatan ini.
Sebagai bagian dari langkah ini, The Fed mengurangi batas bulanan obligasi Treasury yang dibiarkan jatuh tempo tanpa diganti dari US$25 miliar menjadi US$5 miliar mulai 1 April.
Sementara itu, batas untuk sekuritas berbasis hipotek (MBS) tetap tidak berubah di angka US$35 miliar per bulan.
Keputusan Besar
Sebelum pertemuan The Fed, sejumlah bank telah memperkirakan adanya perubahan dalam QT berdasarkan panduan dalam risalah pertemuan Januari.
Namun, sebagian besar pihak memperkirakan langkah ini bersifat sementara karena dikaitkan dengan masalah pengelolaan kas pemerintah yang juga bersifat sementara.
Namun, Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers pasca-pertemuan FOMC, memberikan indikasi kuat bahwa perlambatan ini akan berlangsung lebih lama dan bertujuan untuk memastikan proses QT berjalan lebih lancar hingga selesai.
"Para pejabat The Fed akhirnya sangat mendukung langkah ini," ujar Powell.
Ia juga menambahkan bahwa kebijakan ini dapat memperpanjang durasi QT sebelum bank sentral perlu menghentikannya sepenuhnya.
Beberapa pelaku pasar menilai perlambatan QT ini, yang hampir seluruhnya berfokus pada obligasi Treasury, sebagai bentuk penghentian QT secara tidak langsung.
"Ini adalah keputusan besar," kata James Knightley, Kepala Ekonom Internasional di ING.
"Tidak jelas mengapa The Fed tidak langsung menghentikan QT sepenuhnya, kecuali untuk menghindari pemberitaan bahwa kebijakan QT untuk Treasury benar-benar telah berakhir," tambahnya.
Ia juga mencatat bahwa ini merupakan kali kedua The Fed memperlambat QT, setelah sebelumnya mengurangi batas bulanan dari $60 miliar menjadi $25 miliar pada Mei lalu.
Saat ditanya mengapa The Fed tidak memperlambat laju penjualan sekuritas berbasis hipotek, Powell menjelaskan bahwa langkah tersebut mungkin akan terjadi di masa mendatang.
Sejak awal, The Fed mengalami kesulitan mencapai batas maksimal dalam pengurangan sekuritas berbasis hipotek karena lambatnya penciptaan hipotek baru serta minimnya aktivitas refinancing akibat kenaikan suku bunga.
"The Fed ingin mengurangi kepemilikan sekuritas berbasis hipotek," kata Powell.
Ia menambahkan bahwa bahkan ketika The Fed mencapai titik di mana ingin mempertahankan neracanya tetap stabil, kemungkinan besar mereka tetap akan membiarkan obligasi berbasis hipotek jatuh tempo tanpa menggantinya.
Dinamika Pengurangan Neraca
The Fed telah menjalankan QT sejak 2022 sebagai upaya mengurangi likuiditas berlebih yang disuntikkan ke sistem keuangan selama pandemi COVID-19.
Untuk menstabilkan perekonomian dan memberikan stimulus, The Fed sebelumnya membeli obligasi Treasury dan hipotek dalam jumlah besar, sehingga total asetnya melonjak lebih dari dua kali lipat hingga mencapai puncak US$9 triliun.
Hingga saat ini, QT telah memangkas lebih dari US$2 triliun dari neraca The Fed. Namun, para pejabat The Fed percaya bahwa masih ada cukup banyak likuiditas berlebih dalam sistem keuangan, sehingga proses QT masih bisa berlanjut.
Salah satu tantangan terbaru dalam kebijakan QT adalah batas utang AS, yang membatasi jumlah pinjaman yang dapat dilakukan pemerintah.
Akibat keterbatasan ini, Departemen Keuangan terpaksa menggunakan dana dari rekeningnya di The Fed untuk membayar tagihan, yang justru menambah likuiditas dalam sistem.
Jika batas utang dinaikkan, Departemen Keuangan kemungkinan akan kembali membangun cadangan kasnya, yang pada gilirannya akan menarik likuiditas keluar dari sistem.
Dalam kondisi seperti ini, para pejabat The Fed akan kesulitan mengukur likuiditas pasar secara akurat.
Hal ini membuat bank sentral sulit menentukan apakah mereka telah mengurangi terlalu banyak likuiditas, yang berisiko mengguncang pasar keuangan, seperti yang terjadi pada September 2019 saat QT terakhir kali dihentikan.
Secara keseluruhan, perlambatan QT memberikan ruang bagi The Fed untuk mengakhiri proses ini dengan lebih terkendali.
Beberapa analis bahkan berpendapat bahwa langkah ini dapat memungkinkan The Fed untuk melanjutkan QT lebih lama, sebuah pandangan yang juga didukung oleh Powell.

Serangan Israel Menewaskan 400 Orang di Gaza, Netanyahu: Ini Baru Permulaan

Serangan udara Israel menghantam Gaza pada Selasa (18/3) dan menewaskan lebih dari 400 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Serangan ini mengakhiri hampir dua bulan ketenangan relatif sejak gencatan senjata dimulai. Israel memperingatkan bahwa ini baru permulaan.
Israel dan kelompok militan Hamas saling menuduh melanggar gencatan senjata yang telah berlaku sejak Januari, memberikan jeda bagi 2,3 juta penduduk Gaza yang telah mengalami kehancuran akibat perang.
Hamas, yang masih menahan 59 dari sekitar 250 sandera yang diculik dalam serangan mereka pada 7 Oktober 2023, menuduh Israel merusak upaya mediasi untuk mencapai kesepakatan damai permanen. Namun, Hamas tidak mengeluarkan ancaman pembalasan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa serangan ini diperintahkan karena Hamas menolak proposal perpanjangan gencatan senjata.
"Mulai sekarang, Israel akan bertindak melawan Hamas dengan kekuatan yang semakin besar. Dan mulai sekarang, negosiasi hanya akan terjadi di bawah tekanan perang," kata Netanyahu dari markas militer Kirya di Tel Aviv.
"Hamas sudah merasakan pukulan keras dalam 24 jam terakhir. Dan saya ingin menegaskan: ini baru permulaan."
Serangan udara menghantam rumah-rumah dan kamp pengungsi dari utara hingga selatan Gaza.
Saksi mata mengatakan sebuah pesawat tempur Israel menembakkan rudal ke Gaza City pada Selasa malam.
Tembakan dari tank-tank Israel juga menghujani wilayah Gaza, menurut saksi.
Otoritas kesehatan Palestina melaporkan 408 orang tewas dalam serangan ini, menjadikannya salah satu hari paling mematikan sejak perang dimulai.
"Itu adalah malam penuh teror. Rasanya seperti hari-hari pertama perang," kata Rabiha Jamal (65 tahun), seorang ibu lima anak dari Gaza City.
Perintah Evakuasi
Warga di Beit Hanoun (utara Gaza) dan Khan Younis (selatan) meninggalkan rumah mereka setelah militer Israel memerintahkan evakuasi dari apa yang mereka sebut sebagai "zona pertempuran berbahaya."
Warga terlihat membawa barang-barang mereka, ada yang berjalan kaki, menggunakan mobil, atau becak.
Mesir dan Qatar, yang menjadi mediator gencatan senjata bersama Amerika Serikat, mengecam serangan Israel.
Sementara itu, Uni Eropa menyatakan penyesalan atas berakhirnya gencatan senjata.
Koordinator darurat PBB Tom Fletcher mengatakan bahwa "kemajuan kecil" yang dicapai selama gencatan senjata kini telah musnah.
Israel juga telah menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza selama lebih dari dua minggu, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah terjadi.
Namun, Dorothy Shea, duta besar sementara AS untuk PBB, mengatakan bahwa Hamas adalah pihak yang bertanggung jawab atas kembalinya perang.
"Hamas bisa saja membebaskan para sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, tetapi mereka memilih perang," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Brian Hughes.
Korban Menumpuk di Rumah Sakit
Mantan sandera dan keluarga para sandera yang masih ditahan di Gaza menyatakan kemarahan mereka atas dimulainya kembali perang.
Di Gaza, saksi mata melaporkan tembakan tank Israel di Rafah (selatan Gaza). Anak-anak yang kebingungan duduk di samping tas berisi barang-barang mereka, bersiap untuk melarikan diri.
Di rumah sakit-rumah sakit yang kewalahan akibat 15 bulan serangan, jenazah-jenazah yang dibungkus plastik putih dengan bercak darah terlihat bertumpuk.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa banyak korban tewas adalah anak-anak, dan 562 orang lainnya terluka.
Beberapa pejabat Hamas yang tewas dalam serangan udara termasuk Essam Addalees (kepala pemerintahan Hamas), Ahmed Al-Hetta (wakil menteri kehakiman), dan Mahmoud Abu Watfa (kepala keamanan Hamas), menurut pernyataan Hamas.
Perundingan Gagal, Perang Kembali
Sebelumnya, tim negosiator Israel dan Hamas bertemu di Doha untuk membahas perpanjangan gencatan senjata setelah tahap pertama yang menghasilkan pembebasan 33 sandera Israel dan 5 warga Thailand, sebagai imbalan atas pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina.
Israel menginginkan pembebasan sandera yang tersisa dengan imbalan gencatan senjata hingga setelah Ramadan dan Paskah Yahudi pada April.
Namun, Hamas mengatakan masih berkomunikasi dengan mediator dan ingin melanjutkan kesepakatan yang telah disetujui.
Hamas menuduh Israel mengkhianati perjanjian dengan menolak memulai pembicaraan tahap kedua serta menutup akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Perang ini meletus setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menurut Israel menewaskan sekitar 1.200 orang.
Sejak saat itu, kampanye militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 48.000 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina.


 

Share this Post