News Forex, Index & Komoditi ( Kamis, 6 Maret 2025 )

         News  Forex,  Index  &  Komoditi

(  Kamis,   6 Maret 2025  )

 

Investor Tunggu Sinyal dari Data Tenaga Kerja AS, Harga Emas Global Menguat

 

Harga emas terkoreksi tipis namun stabil pada Rabu (5/3/2025) meskipun dolar AS melemah, karena investor bersikap wait and see menjelang rilis data tenaga kerja AS yang akan menjadi indikator penting bagi prospek ekonomi. Namun, kekhawatiran seputar perang dagang membuat harga emas tetap bertahan di atas level psikologis US$2.900 per troy ounce. Melansir Reuters, harga emas di pasar spot melemah 0,1% ke level US$2.913,99 per troy ounce, sedangkan kontrak emas berjangka Comex di AS ditutup menguat 0,2% ke level US$2.926 per troy ounce. Harga emas tetap bergerak terbatas meskipun indeks dolar AS melemah lebih dari 1% ke level terendah dalam empat bulan. Wakil Presiden dan Senior Metals Strategist Zaner Metals Peter Grant mengatakan minat beli emas tetap ada, tetapiinvestor tampak lebih berhati-hati menjelang rilis data tenaga kerja nonfarm payroll AS pada Jumat. ”Namun, tren jangka panjang emas masih mengarah ke atas," jelasnya.

Harga Minyak Tertekan Lonjakan Stok AS dan Tarif Trump Wall Street Ditutup Menguat Terdorong Optimisme Meredanya Perang Dagang Beredar Kabar Soal Emas Ilegal dan Palsu, Ini Duduk Perkaranya! Ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump telah mendorong harga emas mencapai rekor tertinggi tahun ini, dengan puncaknya di US$2.956,15 pada 24 Februari. Sejak awal tahun, harga emas telah menguat 11%. Dalam pidatonya di Kongres pada Selasa malam, Trump mengumumkan bahwa AS akan menerapkan tarif baru pada 2 April, termasuk balasan dan tindakan non-tarif lainnya untuk mengatasi defisit perdagangan AS. Tarif ini menyusul tarif 25% terhadap sebagian besar impor dari Meksiko dan Kanada yang mulai berlaku Selasa serta bea impor barang dari China yang naik dua kali lipat menjadi 20%. Sementara itu, laporan ADP National Employment Report mengindikasikan bahwa pertumbuhan tenaga kerja di sektor swasta AS melambat pada Februari. Laporan ADP mencatat lapangan kerja hanya bertambah 77.000 pekerjaan, jauh lebih rendah dari proyeksi 140.000 pekerjaan. Adapun analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan nonfarm payrolls yang akan dirilis Jumat ini menunjukkan penambahan 160.000 pekerjaan. Analis senior RJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan jika data tenaga kerja buruk, harga emas bisa melemah. Jika netral, pergerakan emas akan cenderung stagnan. ”Jika data menunjukkan pertumbuhan ekonomi kuat, harga emas bisa melonjak ke US$3.000 per ounce atau lebih tinggi dalam waktu singkat,” pungkasnya.

 

 

 

 

 

 

Harga Minyak Dunia Melemah, Tertekan Lonjakan Stok AS dan Tarif Trump

 

Harga minyak mentah kembali melemah di hari keempat berturut-turut pada Rabu (5/3/2025), terseret lonjakan stok minyak mentah AS yang melampaui perkiraan. Sentimen pasar juga dibayangi rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi mulai April serta kebijakan tarif AS terhadap Kanada, China, dan Meksiko. Melansir Reuters, Kamis (6/3/2025), harga minyak mentah Brent anjlok US$1,74 atau 2,45% ke level US$69,30 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$1,95 atau 2,86% ke US$66,31 per barel. Brent sempat menyentuh US$68,33, level terendah sejak Desember 2021. Adapun Brent sempat anjlok ke level terendah sejak Mei 2023 di US$65,22. Namun, minyak pulih setelah Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengungkapkan bahwa Presiden Trump masih mempertimbangkan kemungkinan keringanan tarif bagi sektor tertentu. Lutnick menegaskan bahwa tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko tetap berlaku, tetapi AS tengah meninjau penghapusan tarif 10% untuk impor energi dari Kanada, termasuk minyak mentah dan bensin, asalkan sesuai dengan ketentuan Perjanjian AS-Meksiko-Kanada. Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa stok minyak mentah AS naik 3,6 juta barel menjadi 433,8 juta barel dalam sepekan, jauh melebihi ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan hanya 341.000 barel. Data ini langsung mendorong Brent turun lebih dari US$2.

Produksi OPEC+ dan Perang Dagang Tekan Harga Minyak ke Level Terendah sejak September OPEC+ Kembali Genjot Produksi, Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah 2025 Pertamina Janji Tingkatkan Transparansi Impor Minyak & BBM “Kebijakan tarif AS terhadap China, Kanada, dan Meksiko memicu respons cepat dari negara-negara tersebut, yang meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan dampaknya terhadap permintaan energi,” ujar analis Panmure Liberum Ashley Kelty. Kanada dan China segera membalas kebijakan Trump pada Selasa, sementara Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menegaskan bahwa negaranya akan merespons, meski belum merinci langkah yang akan diambil. Tekanan tambahan datang dari keputusan OPEC+ yang pada Senin menyetujui peningkatan produksi untuk pertama kalinya sejak 2022. Kelompok yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, sepakat untuk menambah pasokan sebesar 138.000 barel per hari mulai April 2025. Pasar kini mengantisipasi apakah OPEC+ akan terus menaikkan produksi setiap bulan, atau hanya melakukan beberapa penyesuaian terbatas. “Ada kekhawatiran bahwa ini adalah awal dari serangkaian kenaikan pasokan bulanan, tetapi OPEC+ menegaskan bahwa tambahan produksi hanya akan terjadi jika pasar mampu menyerapnya,” ujar analis UBS Giovanni Staunovo. Dalam perkembangan lain, pemerintahan Trump pada Selasa mencabut lisensi yang sebelumnya diberikan kepada Chevron untuk beroperasi di Venezuela. Langkah ini berpotensi memangkas pasokan global hingga 200.000 barel per hari. Di sisi permintaan, analis JP Morgan melaporkan bahwa konsumsi minyak global pada Februari rata-rata mencapai 103,6 juta barel per hari, naik 1,6 juta barel dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, angka ini masih di bawah proyeksi pertumbuhan 1,8 juta barel per hari.
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

EUR/USD Melonjak Menjelang Keputusan Suku Bunga ECB

 

EUR/USD melonjak pada hari Rabu, naik 1,75% dan mendekati level 1,0800 seiring dengan meningkatnya sentimen risiko setelah Presiden AS Donald Trump lagi-lagi mengubah strategi tarifnya sendiri. Presiden Trump sekali lagi mengerem strategi perdagangannya dengan mengancam akan mengenakan pajak impor yang tinggi pada warga negaranya sendiri untuk menghukum negara-negara lain atas serangkaian penghinaan yang dilakukan oleh Donald Trump.

Bank Sentral Eropa (ECB) diprakirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 bp lagi pada hari Kamis, menurunkan Main Refinancing Operations Rate menjadi 2,65% dan menurunkan Tingkat Fasilitas Simpanan menjadi 2,5%. Meskipun ada nada keseluruhan pertumbuhan yang lemah atau tidak seimbang yang meresap dalam data ekonomi UE pada kuartal pertama, para pedagang suku bunga telah memangkas taruhan mereka terhadap pemangkasan suku bunga ECB lainnya sepanjang sisa tahun ini karena inflasi terus terbukti menjadi masalah yang lebih besar daripada yang diprakirakan oleh perencana pusat. Pasar suku bunga kini melihat kurang dari 70 bp dalam pemangkasan suku bunga untuk sisa tahun 2025.

Perubahan Ketenagakerjaan ADP AS untuk bulan Februari menunjukkan hanya 77 Ribu lapangan pekerjaan baru, jauh di bawah prakiraan 140 Ribu dan 186 Ribu pada bulan Maret. Namun, hasil ADP secara konsisten gagal berkorelasi dengan Nonfarm Payrolls (NFP) sejak perubahan pelaporan pada tahun 2022, menunjukkan bahwa kinerja yang lemah tidak memiliki signifikansi yang berarti.

Minggu ini, pemerintahan Trump mengumumkan penundaan satu bulan pada tarif untuk sektor otomotif, yang sangat bergantung pada perdagangan luar negeri. Pengecualian ini dinyatakan secara retroaktif karena tim Trump bertujuan untuk memberlakukan tarif pada mitra dagang tanpa berdampak negatif pada ekonomi AS.

Laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS pada hari Jumat menjadi fokus utama bagi para pedagang minggu ini. Penambahan lapangan pekerjaan bersih AS diprakirakan akan sedikit rebound pada bulan Februari menjadi 160 Ribu, naik dari angka Januari yang cukup biasa yaitu 143 Ribu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Wall Street Menguat, Pasar Melihat Ada Peluang Ketegangan Perdagangan Mereda

 

Indeks utama Wall Street ditutup menguat pada akhir perdagangan Rabu (5/3), karena investor melihat kemungkinan meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan mitra dagang utamanya.

Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 485,60 poin, atau 1,14% ke level 43.006,59, S&P 500 naik 64,48 poin, atau 1,12% ke level 5.842,63 dan Nasdaq Composite naik 267,57 poin, atau 1,46%, ke level 18.552,73.

Di antara 11 sektor pada indeks acuan S&P 500, saham di bidang material, industri, barang konsumsi diskresioner, dan layanan komunikasi menjadi pendorong utama kenaikan. Sedangkan sektor energi dan utilitas mencatat pelemahan terdalam.

Baca Juga: Wall Street Dibuka Datar Rabu (5/3), Pasar Fokus pada Data Ekonomi dan Tarif

Saham produsen mobil naik, dengan saham Ford naik 5,8% dan saham General Motors naik 7,2%. saham Tesla naik 2,6%.

Saham produsen chip Intel turun 2,4% setelah Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa anggota parlemen harus menyingkirkan undang-undang yang menawarkan subsidi kepada industri semikonduktor.

Total volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 15,50 miliar saham dengan rata-rata 15,97 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.

Saham berbalik positif setelah sebuah laporan mengatakan Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan penundaan tarif otomotif selama satu bulan di Kanada dan Meksiko. 
Ekuitas memperpanjang kenaikan setelah pengumuman Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Trump setuju untuk menunda tarif pada beberapa kendaraan.

Sebelumnya, Wall Street telah kehilangan pijakan menyusul data ekonomi yang beragam dan karena investor juga khawatir tentang perang dagang.

"Kita sedang berada di roller coaster tarif," kata Wasif Latif, kepala investasi di Sarmaya Partners di New Jersey.

"Data ekonomi, Fed, dan semua hal itu tampaknya telah dikesampingkan untuk saat ini. Itu hanya pengingat bagaimana kebijakan ini berdampak dalam jangka panjang dan pasar bereaksi terhadapnya."

Di awal sesi, laporan ISM menunjukkan kenaikan tak terduga dalam pertumbuhan di sektor jasa pada bulan Februari. Namun, tanda-tanda kenaikan harga input meredam optimisme.

Secara terpisah, data ADP menunjukkan penggajian swasta meningkat pada bulan Februari dengan laju paling lambat dalam tujuh bulan. Investor sekarang menunggu laporan penggajian penting yang akan dirilis pada hari Jumat.

Ekuitas yang lebih berisiko telah dijual selama beberapa minggu terakhir karena investor khawatir kebijakan perdagangan Trump akan memperkuat tekanan inflasi, memperlambat ekonomi, dan menggerogoti laba perusahaan. Beberapa laporan menunjukkan ekonomi yang mendingin.

"Tren jangka panjang yang kita alami, yaitu pemulihan dari titik terendah pandemi, pada dasarnya telah berakhir dan di atas itu semua, Anda menempatkan Trump, yang kebijakannya (baik itu tarif, deportasi, atau perpanjangan pemotongan pajak 2017) semuanya akan merugikan ekonomi atau menyebabkan inflasi," kata Bill Strazzullo, kepala strategi pasar di Bell Curve Trading di Boston.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bursa Asia Menguat pada Kamis (6/3) Pagi, Mengekor Kenaikan Wall Street

 

Bursa Asia menguat pada perdagangan Kamis (6/3) pagi. Pukul 08.27 WIB, indeks Nikkei 225 naik 272,89 poin atau 0,73% ke 37.691,37, Hang Seng naik 392,88 poin atau 1,67% ke 23.987,09, Taiex naik 36,54 poin atau 0,16% ke 22.945,99, Kospi naik 14,91 poin atau 0,58% ke 2.573.65, ASX 200 turun 34,51 poin atau 0,42% ke 8.106,30, Straits Times naik 22,92 poin atau 0,57% ke 3.921,21 dan FTSE Malaysia naik 3,15 poin atau 0,20% ke 1.567,57.

Mayoritas bursa Asia naik, mengekor kenaikan Wall Street setelah Gedung Putih menyatakan akan menunda pemberlakuan tarif otomotif untuk Meksiko dan Kanada selama satu bulan.

"Pemberbasan tarif dalam bentuk ksepakatan konkret akan menjadi skenario terbaik untuk ekuitas,"  kata Kevin Brocks, direktur di 22V Research seperti dikutip Bloomberg.

Tetapi, Brocks mengingatkan bahwa ketidakpastian yang berkelanjutan merupakan hambatan tersendiri bagi ekonomi.

di Asia, serangkaian data yang tengah dicermati antara lain data pengangguran di Filipina, inflasi di Vietnam dan keputusan suku bunga di Malaysia.

Di China, pejabat mengumumkan target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2025 sebesar 5%.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kanada Ancam Putus Jaringan Listrik 1,5 Juta Pelanggan di AS Usai Tarif Baru Trump

 

Presiden Amerika Serikat ke-47, Donald Trump, kembali memicu ketegangan dagang internasional setelah menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif baru terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok.

Kebijakan ini, yang diumumkan setelah kembalinya Trump ke Gedung Putih pada Januari lalu, menetapkan tarif sebesar 25% untuk barang impor dari Kanada dan Meksiko, serta 10% untuk produk dari Tiongkok.

Langkah ini disebut sebagai upaya untuk menekan negara-negara tersebut agar memenuhi komitmen mereka dalam menghentikan peredaran obat-obatan terlarang ke AS, termasuk fentanyl yang diklaim Trump sebagai ancaman besar bagi rakyat Amerika.

Dalam pernyataan resminya, Trump menegaskan bahwa satu-satunya cara bagi Kanada untuk menghindari tarif ini adalah dengan menjadi negara bagian ke-51 Amerika Serikat, sebuah pernyataan yang langsung menuai reaksi keras dari pemerintah Kanada.

Justin Trudeau Mengecam Keputusan Trump

Mengutip Unilad, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, secara terbuka mengutuk kebijakan ini dalam sebuah pernyataan resmi yang dirilis pada Senin (3 Maret). Ia menegaskan bahwa tidak ada justifikasi yang masuk akal bagi AS untuk memberlakukan tarif sebesar itu terhadap ekspor Kanada.

"Hari ini, setelah jeda 30 hari, pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk melanjutkan penerapan tarif 25% pada ekspor Kanada dan 10% pada energi Kanada. Saya ingin menegaskan dengan jelas – tidak ada justifikasi atas tindakan ini," kata Trudeau dalam pernyataannya.

Lebih lanjut, Trudeau menyatakan bahwa Kanada akan mempertimbangkan langkah-langkah pembalasan guna melindungi kepentingan ekonominya.

Ancaman Ontario untuk Memutus Pasokan Listrik ke AS

Salah satu respons paling keras datang dari Perdana Menteri Ontario, Doug Ford, yang baru saja memenangkan mayoritas ketiga dalam pemilihan provinsi. Dalam konferensi persnya, Ford menyatakan kesiapannya untuk menghentikan pasokan listrik ke AS jika kebijakan tarif ini terus diberlakukan.

"Jika mereka ingin menghancurkan Ontario, saya akan melakukan apa saja, termasuk memutus pasokan listrik mereka – dengan senyum di wajah saya," ujar Ford dalam wawancara dengan NBC.

Ontario saat ini memasok listrik untuk sekitar 1,5 juta rumah serta sektor manufaktur di negara bagian New York, Michigan, dan Minnesota. Ford memperingatkan bahwa jika AS ingin menghancurkan ekonomi Kanada, maka mereka juga harus merasakan dampaknya.

"Mereka bergantung pada energi kami, mereka perlu merasakan dampaknya. Jika mereka menyerang kami dengan keras, kami akan membalas dua kali lebih keras," tegas Ford saat berbicara dalam sebuah konvensi pertambangan di Toronto.

Implikasi Ekonomi dan Politik dari Konflik Ini

Ketegangan ini menambah daftar panjang sengketa dagang antara AS dan Kanada yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Sebagai mitra dagang terbesar AS, Kanada memainkan peran krusial dalam rantai pasokan industri Amerika, terutama dalam sektor energi, otomotif, dan pertanian.

Jika Ontario benar-benar memutus pasokan listrik ke AS, dampaknya bisa sangat luas. Negara bagian seperti Michigan dan New York yang bergantung pada listrik dari Ontario akan menghadapi lonjakan harga energi dan potensi gangguan dalam operasional manufaktur.

Hal ini juga dapat memperburuk hubungan diplomatik antara kedua negara serta menimbulkan efek domino dalam ekonomi Amerika Utara.

Sementara itu, pemerintahan Biden yang sebelumnya telah berupaya memperbaiki hubungan dengan Kanada kini dihadapkan pada tantangan baru akibat kebijakan Trump yang agresif.

Dalam beberapa bulan ke depan, dunia akan melihat apakah konflik ini dapat diselesaikan melalui jalur diplomasi atau justru semakin memanas dengan serangkaian tindakan balasan dari kedua belah pihak.

 

 

 

 

 

 

Sindir Wapres AS, PM Inggris Beri Penghormatan kepada Veteran Perang

 

Perdana Menteri Inggris, Sir Keir Starmer, memberikan penghormatan kepada para veteran yang bertempur di Afghanistan dan Irak, menyusul pernyataan kontroversial Wakil Presiden AS, JD Vance, yang dianggap merendahkan pasukan Inggris.

Dalam sesi Pertanyaan Perdana Menteri (PMQS), Sir Keir mengenang para prajurit yang gugur dalam tugas, tanpa secara langsung menyinggung pernyataan Vance. Ia menyebutkan bahwa besok menandai 13 tahun sejak enam tentara Inggris tewas dalam patroli di Afghanistan akibat ledakan bahan peledak.

“Kami tidak akan pernah melupakan keberanian dan pengorbanan mereka,” ujar Sir Keir di hadapan anggota parlemen.

Sebelumnya, Vance menuai kritik setelah menyatakan bahwa kepentingan ekonomi AS di Ukraina lebih penting dibandingkan dengan kontribusi “20.000 tentara dari negara acak yang tidak berperang dalam 30 atau 40 tahun.”

Pernyataan ini dianggap menyinggung Inggris dan Prancis, yang telah menyatakan kesediaan mereka mengirim pasukan ke Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan damai. Namun, Vance membantah telah menyebut Inggris atau Prancis secara spesifik.

Anggota parlemen dari Partai Demokrat Liberal, Richard Foord, mengkritik pernyataan Vance dan meminta PM Inggris untuk mengingatkan AS bahwa Inggris telah mendukung negara itu dalam invasi ke Irak pasca-serangan 9/11.

Sir Keir menegaskan bahwa peran historis Inggris dalam kerja sama dengan sekutu sangat penting dan bahwa pengorbanan para tentara harus dihormati.

Dalam diskusi lebih lanjut, PM juga ditanya tentang laporan bahwa AS telah menangguhkan pembagian intelijen dengan Ukraina. Sir Keir tidak memberikan jawaban langsung, tetapi menegaskan bahwa Inggris tetap bekerja sama erat dengan AS dalam bidang pertahanan dan keamanan.

Pada sesi PMQS yang berlangsung tenang, pemimpin Konservatif, Kemi Badenoch, mempertanyakan langkah lebih lanjut yang telah diambil untuk memperoleh jaminan keamanan AS bagi Ukraina.

Sir Keir menjelaskan bahwa ia telah membahas hal tersebut dengan Presiden Donald Trump, yang menegaskan komitmen AS terhadap prinsip NATO.

Sir Keir menekankan bahwa jaminan keamanan dari AS, seperti perlindungan udara, akan krusial dalam mencegah agresi Rusia lebih lanjut terhadap Ukraina jika kesepakatan damai tercapai.

Namun, hingga kini, Trump belum memberikan jaminan tersebut secara eksplisit dan lebih menekankan pada keterlibatan ekonomi AS di Ukraina sebagai bentuk dukungan keamanan.

Pernyataan Vance telah memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk anggota parlemen Inggris dan menteri angkatan bersenjata Prancis.

Inggris sebelumnya bergabung dengan AS dalam invasi ke Afghanistan pada 2001 dan turut serta dalam invasi ke Irak pada 2003, dengan pasukan Inggris di Irak sempat mencapai 46.000 personel.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

China Menyatakan Siap Berperang dengan Amerika

 

China mengatakan siap berperang dengan Amerika karena negara itu meningkatkan anggaran pertahanan dan mengenakan tarif balasan atas impor AS.

Melansir The Telegraph, dalam ancaman langsung kepada Donald Trump, perwakilan China di Amerika mengatakan: "Jika perang adalah yang diinginkan AS, baik itu perang tarif, perang dagang, atau jenis perang lainnya, kami siap berperang sampai akhir."

Pete Hegseth, menteri pertahanan AS, pada gilirannya mengatakan AS "siap" untuk berperang.

"Jika perang adalah yang diinginkan AS, baik itu perang tarif, perang dagang, atau jenis perang lainnya, kami siap berperang sampai akhir," tulis postingan tersebut.

Hegseth mengatakan bahwa AS "siap" dan bahwa "mereka yang mendambakan perdamaian harus bersiap untuk perang."

AS telah memukul China dengan tarif 20% sebagai tanggapan atas apa yang dianggap Gedung Putih sebagai kelambanan China atas aliran fentanil, opioid sintetis, ke Amerika.

Beijing telah menanggapi dengan mengumumkan rencana untuk meningkatkan anggaran pertahanan sebesar 7,2% dan memukul AS dengan tarif timbal balik sebesar 10% hingga 15% pada impor tertentu mulai 10 Maret.

Dalam pernyataan agresif daring, Kementerian Luar Negeri China dan Kedutaan Besar AS memperingatkan Washington bahwa intimidasi tidak membuat China takut. China juga mengkritik Trump karena menghubungkan tarif dengan krisis fentanil.

Bahasa yang berapi-api itu muncul saat badan legislatif tertinggi China bertemu untuk pertemuan Dua Sesi tahunan di Beijing, tempat rencana untuk meningkatkan anggaran pertahanan diungkapkan.

Peningkatan belanja tersebut setara dengan lonjakan tahun lalu dan menjadikan anggaran resmi menjadi sekitar 1,78 triliun yuan (£190 miliar). Kenaikan anggaran pertahanan ini seiring dengan tujuan Presiden China Xi Jinping, yang ingin membangun militer modern pada tahun 2027.

Pada hari Rabu, Li Qiang, perdana menteri Tiongkok, berjanji akan ada "upaya habis-habisan" untuk mencapai target tersebut dalam pidato tahunannya di hadapan legislatif.

Ia mengatakan Beijing akan meningkatkan pelatihan militer dan kesiapan tempur untuk menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan Tiongkok dengan kuat.

Tiongkok telah memicu kekhawatiran dengan langkah-langkah yang semakin agresif di Asia dan Pasifik - termasuk latihan tembak langsung baru-baru ini di lepas pantai Australia, latihan militer di dekat Taiwan dan Vietnam, dan konfrontasi dengan penjaga pantai Filipina di Laut China Selatan.

Jepang, Korea Selatan, dan India semuanya mengkritik proyeksi kekuatan militer tersebut.

Awal minggu ini, terungkap bahwa Tiongkok sedang mengembangkan kapal induk bertenaga nuklir baru, yang akan lebih besar dan lebih canggih daripada kapal mana pun di armadanya, dalam upaya untuk menyaingi AS.

Meskipun Beijing memiliki anggaran militer terbesar kedua di dunia, anggaran tersebut masih kalah jauh dibandingkan pengeluaran Amerika – bahkan dengan memperhitungkan rencana Trump untuk memangkas anggaran AS sebesar 8% selama lima tahun ke depan.

Anggaran militer AS untuk tahun 2025 mencapai sekitar US$ 850 miliar (£662 miliar).

Analis mengatakan bahwa, meskipun retorikanya kuat, China belum secara aktif bersiap untuk perang. Bahasanya yang kuat dipicu oleh tarif pemerintahan Trump, yang juga berlaku untuk Meksiko dan Kanada dan mulai berlaku pada hari Selasa.

Li optimistis tentang kemungkinan pukulan ekonomi dalam pidatonya pada hari Rabu, menetapkan target pertumbuhan 5% untuk tahun ketiga berturut-turut.

Namun, Tiongkok menghadapi tantangan ekonomi yang sulit di dalam negeri, sementara tarif AS dapat menghantam keras industri ekspor penting negara adidaya tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Presiden Prancis: Eropa Harus Siap Membela Ukraina Tanpa Bantuan AS

 

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dalam pidato utama di Prancis pada Rabu (5/3/2025) malam bahwa Eropa harus siap untuk membela Ukraina sendiri, tanpa bantuan lebih lanjut dari Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump.

"Saya ingin percaya bahwa AS akan berdiri di pihak kita, tetapi kita harus siap menghadapi kemungkinan itu," kata Macron dari Istana Élysée di Paris seperti yang dilansir Reuters.

Macron melanjutkan, "Entah kita akan mencapai perdamaian di Ukraina segera atau tidak, kita harus mampu mengenali ancaman Rusia dan mempertahankan diri dengan lebih baik untuk mencegah serangan semacam itu. Apa pun yang terjadi, kita perlu menyediakan lebih banyak senjata, lebih banyak peralatan dalam hal pertahanan, untuk menyediakan kekuatan pencegah."

Macron memperingatkan bahwa Ukraina tidak dapat ditinggalkan dalam perangnya melawan Rusia.

"Siapa yang dapat percaya bahwa dalam konteks ini, Rusia akan berhenti di Ukraina? Rusia telah menjadi, dan akan tetap menjadi, ancaman bagi Prancis dan Eropa," jelasnya.

Presiden Prancis menegaskan bahwa Prancis dan negara-negara Eropa lainnya harus mengambil langkah-langkah konkret, termasuk berinvestasi dalam kemampuan pertahanan dan militer, untuk melindungi keamanan negara mereka dan Ukraina.

"Tetap menjadi penonton di dunia yang berbahaya ini akan menjadi gila," kata Macron. "Inisiatif untuk perdamaian berjalan ke arah yang benar, dan saya menyambutnya, dan kita perlu terus membantu warga Ukraina untuk melawan sampai mereka dapat bernegosiasi dengan Rusia untuk perdamaian yang solid dan abadi bagi diri mereka sendiri dan bagi kita semua. Jalan menuju perdamaian tidak dapat dicapai dengan meninggalkan Ukraina."

Macron mengulangi pernyataan yang disampaikan oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer selama akhir pekan di sebuah pertemuan puncak pertahanan di London bahwa Eropa mungkin harus mengerahkan pasukan darat di Ukraina.

"Pasukan kami akan berada di sana jika diperlukan untuk menjamin perdamaian, tidak sebelum perjanjian damai ditandatangani," kata Macron pada hari Rabu.

Dia menambahkan, "Kami akan terus bertemu dengan sekutu untuk bergerak maju menuju penandatanganan perjanjian tersebut. Ini adalah rencana untuk perjanjian perdamaian yang langgeng, solid, dan dapat diverifikasi, yang sedang kami kerjakan dengan mitra Eropa dan Ukraina."

Macron dan Starmer telah bekerja sama dalam upaya putus asa untuk memulihkan hubungan Amerika-Ukraina setelah adu mulut luar biasa Jumat lalu di Gedung Putih antara Presiden Donald Trump, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dan Wakil Presiden JD Vance.

Baik Starmer maupun Macron telah berusaha untuk menyeimbangkan dukungan terbuka mereka selama bertahun-tahun untuk Zelenskyy dengan kebutuhan untuk mempertahankan hubungan baik dengan Amerika Serikat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rencana Mesir untuk Gaza: Solusi US$53 Miliar Tanpa Pemindahan Paksa Warga Palestina

 

Para pemimpin negara-negara Arab pada Selasa (4/3) mengadopsi rencana rekonstruksi Gaza yang diusulkan Mesir dengan anggaran sebesar US$53 miliar.

Rencana ini bertujuan membangun kembali Gaza tanpa harus memindahkan penduduk Palestina dari wilayah tersebut, berbeda dengan visi “Middle East Riviera” yang sebelumnya diajukan oleh Presiden AS Donald Trump.

Gedung Putih menyatakan bahwa rencana yang diadopsi oleh negara-negara Arab tidak mencerminkan realitas di Gaza dan menegaskan bahwa Trump tetap berpegang pada proposalnya.

Rencana Trump, yang berisi pemindahan paksa warga Palestina dan pengambilalihan Gaza oleh AS, menuai kecaman global bulan lalu serta memperkuat ketakutan lama warga Palestina akan pengusiran permanen dari tanah mereka.

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengumumkan bahwa proposal Mesir, yang disambut baik oleh Hamas namun dikritik oleh Israel dan AS, telah diterima dalam penutupan KTT di Kairo.

Dalam pidatonya, Sisi menyatakan keyakinannya bahwa Trump dapat mencapai perdamaian mengingat kondisi Gaza yang hancur akibat serangan militer Israel.

Siapa yang Akan Mengelola Gaza?

Pertanyaan utama mengenai masa depan Gaza adalah siapa yang akan mengelola wilayah tersebut dan negara mana yang akan menyediakan miliaran dolar untuk rekonstruksi.

Sisi mengatakan bahwa Mesir telah bekerja sama dengan Palestina untuk membentuk komite administrasi yang terdiri dari teknokrat independen dan profesional Palestina guna mengelola Gaza setelah perang berakhir.

Komite ini akan bertanggung jawab atas distribusi bantuan kemanusiaan dan pengelolaan Gaza dalam jangka waktu sementara, sebagai persiapan bagi kembalinya Otoritas Palestina (PA) ke wilayah tersebut.

Salah satu tantangan utama adalah nasib kelompok Hamas, yang menjadi rival PA. Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.200 orang di Israel dan lebih dari 250 orang disandera, menurut data Israel.

Serangan ini diikuti dengan serangan militer Israel yang telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan setempat.

Serangan tersebut juga menyebabkan hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi serta menimbulkan tuduhan genosida dan kejahatan perang yang dibantah oleh Israel.

Hamas dalam pernyataannya menyatakan setuju dengan proposal komite administrasi Mesir.

Kelompok ini menyatakan tidak akan mencalonkan wakilnya dalam komite yang diusulkan, tetapi akan memiliki hak veto terhadap anggota, tugas, dan agenda komite yang berada di bawah pengawasan PA.

Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty mengatakan pada Selasa (4/3) malam bahwa daftar anggota komite telah ditentukan.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang memimpin PA, menyambut baik gagasan Mesir dan mendesak Trump untuk mendukung rencana yang tidak melibatkan pemindahan warga Palestina.

Abbas, yang berkuasa sejak 2005, juga menyatakan kesiapan untuk mengadakan pemilihan presiden dan parlemen jika situasi memungkinkan, seraya menegaskan bahwa PA adalah satu-satunya pemerintahan dan kekuatan militer yang sah di wilayah Palestina.

Hamas menyatakan pihaknya menyambut baik pemilihan tersebut.

Namun, Abbas mengalami penurunan legitimasi akibat pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat yang terus berlanjut.

Banyak warga Palestina menganggap pemerintahannya korup, tidak demokratis, dan tidak mewakili kepentingan mereka.

Israel dan AS Menolak Rencana Mesir

Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataannya menyebut rencana tersebut “berdasarkan perspektif usang” dan menolak keterlibatan PA, serta mengkritik keputusan yang membiarkan Hamas tetap memiliki peran di Gaza. Washington juga menyatakan ketidaksetujuannya.

“Proposal saat ini tidak menangani kenyataan bahwa Gaza saat ini tidak layak huni dan penduduknya tidak dapat hidup secara manusiawi di tengah puing-puing serta bahan peledak yang belum meledak,” kata juru bicara Gedung Putih Brian Hughes.

“Presiden Trump tetap teguh dengan visinya untuk membangun kembali Gaza tanpa Hamas,” tambahnya.

Pendanaan Rekonstruksi Bergantung pada Negara-Negara Teluk

Pendanaan rekonstruksi Gaza akan membutuhkan dukungan besar dari negara-negara Teluk kaya minyak seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi, yang memiliki sumber daya finansial yang cukup.

Perdana Menteri Palestina Mohammed Mustafa mengatakan dana rekonstruksi ini akan mencari pendanaan internasional serta mekanisme pengawasan, kemungkinan melalui Bank Dunia.

UEA, yang memandang Hamas dan kelompok Islamis lainnya sebagai ancaman eksistensial, menginginkan perlucutan senjata Hamas secara total dan segera, sementara negara-negara Arab lain mengusulkan pendekatan bertahap, menurut sumber yang mengetahui masalah ini.

Seorang sumber dekat dengan kerajaan Saudi mengatakan bahwa keberadaan Hamas yang masih bersenjata menjadi hambatan utama karena adanya penolakan kuat dari AS dan Israel, yang harus menyetujui rencana tersebut.

Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, dalam pidatonya di KTT menegaskan bahwa diperlukan jaminan internasional agar gencatan senjata sementara saat ini tetap berlaku serta mendukung peran PA dalam mengelola Gaza.

Para pemimpin UEA dan Qatar tidak memberikan pernyataan dalam sesi terbuka KTT.

Hamas didirikan pada tahun 1987 oleh Ikhwanul Muslimin Mesir selama Intifada Palestina pertama.

Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri pada Selasa menolak tuntutan Israel dan AS agar kelompoknya melucuti senjata, dengan menyatakan bahwa hak untuk melakukan perlawanan tidak dapat dinegosiasikan.

Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa Hamas tidak akan menerima proyek atau bentuk pemerintahan non-Palestina maupun kehadiran pasukan asing di Gaza.

Sejak mengusir PA dari Gaza setelah perang saudara singkat pada 2007, Hamas telah menekan seluruh oposisi di wilayah tersebut.

Alternatif untuk Rencana Trump

Mesir, Yordania, dan negara-negara Teluk Arab selama hampir satu bulan telah berkonsultasi mengenai alternatif terhadap rencana Trump yang mendorong eksodus warga Palestina dan pengambilalihan Gaza oleh AS. Mereka khawatir rencana tersebut dapat mengacaukan stabilitas kawasan.

Sebuah rancangan komunike akhir dari KTT yang dilihat oleh Reuters menolak pemindahan massal warga Palestina dari Gaza.

Rencana Rekonstruksi Gaza yang diajukan Mesir terdiri dari 112 halaman dan mencakup peta pengembangan kembali wilayah tersebut serta puluhan gambar AI berwarna yang menggambarkan kompleks perumahan, taman, dan pusat komunitas.

Rencana ini mencakup pembangunan pelabuhan komersial, pusat teknologi, hotel pantai, dan bandara.

Sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa Israel kemungkinan tidak akan menolak entitas Arab yang bertanggung jawab atas pemerintahan Gaza jika Hamas disingkirkan.

Namun, seorang pejabat Israel mengatakan kepada Reuters bahwa sejak awal tujuan perang Israel adalah menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas.

“Oleh karena itu, jika mereka ingin Hamas setuju untuk dilucuti senjatanya, itu harus segera dilakukan. Tidak ada pilihan lain yang akan diterima,” kata pejabat tersebut.

Sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan bahwa kelompok tersebut hanya kehilangan beberapa ribu pejuang selama perang di Gaza.

Sementara itu, pejabat Israel mengklaim sekitar 20.000 pejuang Hamas telah tewas, dan kelompok tersebut telah dihancurkan sebagai formasi militer yang terorganisir.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trump Bebaskan Beberapa Produsen Mobil dari Tarif Kanada dan Meksiko Selama Sebulan

 

Gedung Putih mengatakan, Presiden AS Donald Trump akan membebaskan produsen mobil dari tarif 25% yang dikenakannya terhadap Kanada dan Meksiko selama satu bulan selama mereka mematuhi perjanjian perdagangan bebas yang ada. Ini merupakan sebuah perkembangan yang setidaknya untuk saat ini menghentikan penurunan tertajam Wall Street dalam hampir tiga bulan.

Mengutip Reuters, Kamis (6/3), Trump juga terbuka untuk mendengar tentang produk lain yang harus dikecualikan dari tarif, yang mulai berlaku pada hari Selasa, kata Gedung Putih.

Namun Trump menegaskan bahwa ia tidak akan menghentikan perang dagangnya dengan Kanada dan Meksiko saat ia menekan kedua negara untuk mencegah penyelundupan fentanil.

Setelah panggilan telepon dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Trump mengatakan ia tidak yakin situasinya telah membaik.

"Ia mengatakan bahwa situasinya sudah membaik, tetapi saya berkata, 'Itu tidak cukup baik,'" tulis Trump di platform Truth Social miliknya. 
"Panggilan telepon itu berakhir dengan cara yang 'agak' bersahabat!"

Kantor Trudeau mengatakan diskusi akan terus berlanjut.

Statistik resmi menunjukkan sebagian kecil fentanil di Amerika Serikat masuk melalui perbatasan Kanada.

Penangguhan selama satu bulan memicu rebound pada saham otomotif, tetapi ketegangan perdagangan telah menciptakan ketidakpastian yang tak terduga bagi perusahaan-perusahaan AS dan melemahkan kepercayaan konsumen, yang menyebabkan aksi jual saham dalam beberapa hari terakhir.

Saham General Motors naik 7,2% dan Ford naik 5,8% pada hari Rabu, tetapi saham kedua perusahaan tersebut masih turun pada tahun ini.

Tarif Trump menimbulkan kesulitan ekstrem bagi para produsen mobil, yang memproduksi kendaraan di ketiga negara dan sering kali mengirimkan suku cadang melintasi perbatasan Amerika Utara beberapa kali saat suku cadang tersebut dirakit menjadi sistem dan kendaraan jadi.

Pengecualian selama satu bulan untuk mobil dan truk yang mematuhi aturan konten kompleks Perjanjian AS-Meksiko-Kanada, seperti yang telah digariskan Trump, akan menjadi keuntungan bagi Ford, GM, dan Stellantis.

Trump juga mungkin akan menghapuskan tarif 10% untuk impor energi Kanada, seperti minyak mentah dan bensin, yang mematuhi aturan asal USMCA, kata seorang sumber yang mengetahui diskusi tersebut.

Tarif Trump mengancam akan merusak hubungan antara ketiga mitra dagang tersebut. Kanada telah membalas dengan tarifnya sendiri pada impor tertentu dari AS, sementara Meksiko telah berjanji untuk membalas juga.

Fentanyl bertanggung jawab atas sebagian besar kematian akibat overdosis obat di Amerika Serikat, yang telah meningkat di atas 100.000 per tahun dalam beberapa tahun terakhir. Para pejabat mengatakan Kanada dan Meksiko adalah jalur untuk pengiriman obat dan bahan kimia prekursornya ke AS dalam paket kecil yang tidak sering diperiksa oleh agen bea cukai.

Data publik menunjukkan 0,2% dari semua fentanil yang disita di AS berasal dari perbatasan Kanada, sementara sebagian besar berasal dari perbatasan selatan.

Para pejabat AS menyita sekitar sepertiga ons di sepanjang perbatasan Kanada pada bulan Januari, turun dari 5,5 pon pada bulan November.

Tarif tersebut mengancam akan menggagalkan pemulihan ekonomi Kanada yang masih muda dan dapat memicu resesi. Negara ini bergantung pada Amerika Serikat untuk 75% ekspornya dan sepertiga dari semua impornya, dan pejabat Kanada telah berjanji untuk melawan keras jika perlu.

Kanada berpotensi menggunakan ekspor minyak dan gas sebagai daya ungkit dalam negosiasi jika tarif AS atas impor Kanada meningkat, Menteri Luar Negeri Melanie Joly mengatakan kepada audiensi bisnis Toronto pada hari Rabu.

Ketegangan perdagangan juga mungkin telah merugikan Amerika Serikat. Data baru yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan pertumbuhan penggajian yang melambat, serta pertumbuhan upah yang lebih rendah bagi pekerja yang berganti pekerjaan.

Sementara laporan Federal Reserve menemukan ketidakpastian yang meluas di antara bisnis AS tentang kebijakan Trump. Laporan "Beige Book" Fed menunjukkan beberapa bisnis tidak menunggu tarif berlaku untuk menaikkan harga mereka.

Dolar mencapai titik terendah tiga bulan pada hari Rabu, sementara indeks saham AS, yang telah jatuh terus-menerus minggu ini, menemukan setidaknya pijakan sementara. Indeks acuan S&P 500 naik 1,1%, menelusuri kembali sekitar sepertiga dari penurunannya dari dua hari sebelumnya.

Trump juga telah mengenakan bea masuk tambahan sebesar 10% untuk barang-barang China, dan China telah menanggapinya dengan tarif tambahan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post