News Forex, Index & Komoditi ( Senin, 30 Juni 2025 )
News Forex, Index & Komoditi
( Senin, 30 Juni 2025 )
Harga Emas Global Melemah Setelah Perjanjian perdagangan AS-Tiongkok mengurangi selera investor terhadap Emas
Harga Emas (XAU/USD) melanjutkan penurunannya ke sekitar $3.265 selama awal perdagangan sesi Asia pada hari Senin. Logam mulia ini terjun ke dekat level terendah satu bulan setelah perjanjian perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok meningkatkan selera risiko. Para investor menunggu pidato para pejabat The Fed nanti pada hari Senin untuk mendapatkan dorongan baru.
Perjanjian perdagangan yang dicapai antara AS dan Tiongkok minggu lalu mengenai cara mempercepat pengiriman tanah jarang ke AS dipandang positif oleh pasar. Hal ini, pada gilirannya, mengurangi daya tarik bullion sebagai aset safe-haven. Selain itu, perjanjian gencatan senjata antara Iran dan Israel minggu lalu berkontribusi pada penurunan logam kuning ini.
"Perlambatan dalam geopolitik telah memberikan kesempatan bagi para investor untuk mulai mengambil keuntungan karena prospek ke depan dari semacam perang kinetik dengan Tiongkok dan perkembangan di Timur Tengah," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik yang baru atau ketidakpastian perdagangan yang dipicu oleh Presiden AS, Donald Trump, dapat mendorong pembelian oleh bank sentral dan meningkatkan permintaan logam mulia, aset safe-haven tradisional.
Optimisme yang meningkat terhadap penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) juga dapat mengangkat bullion yang tidak memberikan imbal hasil. Para pedagang meningkatkan taruhan bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga lebih banyak kali tahun ini dan mungkin lebih cepat dari yang diprakirakan sebelumnya karena data AS yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan penurunan yang tidak terduga dalam belanja konsumen.
Harga Minyak Dunia Anjlok karena meredanya risiko geopolitik di Timur Tengah dan prospek kenaikan produksi OPEC+
Harga minyak melemah 1% di awal pekan ini karena meredanya risiko geopolitik di Timur Tengah dan prospek kenaikan produksi OPEC+ lainnya pada bulan Agustus meningkatkan prospek pasokan.
Senin (30/6) pukul 07.45 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak Agustus 2025 melemah 66 sen, atau 0,97% menjadi US$ 67,11 per barel, menjelang berakhirnya kontrak Agustus pada hari ini. Sementara, harga Brent kontrak pengiriman September 2025 yang lebih aktif berada di US$ 65,97 per barel, turun 83 sen.
Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2025 turun 94 sen atau 1,43% ke US$ 64,58 per barel.
Pekan lalu, kedua harga minyak mentah tersebut membukukan penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2023, tetapi keduanya diperkirakan akan berakhir lebih tinggi pada bulan Juni dengan kenaikan bulanan kedua berturut-turut lebih dari 5%.
Perang 12 hari yang dimulai dengan Israel, yang menargetkan fasilitas nuklir Iran pada tanggal 13 Juni menyebabkan harga Brent melonjak di atas US$ 80 per barel setelah AS mengebom fasilitas nuklir Iran dan kemudian merosot ke US$ 67 setelah Presiden Donald Trump mengumumkan gencatan senjata Iran-Israel.
Pasar telah menghilangkan sebagian besar premi risiko geopolitik yang tertanam dalam harga setelah gencatan senjata Iran-Israel, kata analis pasar IG Tony Sycamore dalam sebuah catatan.
Yang lebih membebani pasar, empat delegasi dari OPEC+ mengatakan kelompok itu akan meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada bulan Agustus, menyusul peningkatan produksi dalam jumlah yang sama pada bulan Mei, Juni, dan Juli.
OPEC+ akan bertemu pada tanggal 6 Juli dan ini akan menjadi peningkatan bulanan kelima sejak kelompok itu mulai menghentikan pemotongan produksi pada bulan April.
Di AS, jumlah rig minyak yang beroperasi, indikator produksi masa depan, turun enam menjadi 432 minggu lalu, level terendah sejak Oktober 2021, kata Baker Hughes.
Wall Street Cetak Rekor Tertinggi, The Fed dan Data Ekonomi jadi Fokus Pekan Ini
Bursa saham Amerika Serikat (AS) mencatatkan kenaikan sepanjang pekan lalu seiring Bursa saham Amerika Serikat (AS) mencatatkan kenaikan sepanjang pekan lalu seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang dan data ekonomi yang memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS. Melansir Reuters, Senin (30/6/2025), indeks S&P 500 menguat 3,42% sepanjang perdagangan 23–27 Juni 2025, sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average naik 3,89% dan Nasdaq reli 4,17% dalam sepekan. Adapun, pada perdagangan Jumat (28/6/2025) pekan lalu, indeks S&P 500 dan Nasdaq berhasil mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa atau all time high. Tercatat, indeks S&P 500 menguat 32,05 poin atau 0,52% ke 6.173,07, sedangkan Nasdaq Composite ditutup naik 105,55 poin atau 0,52% ke 20.273,46. Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 432,43 poin atau 1,00% ke level 43.819,27. Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services Indiana menyebut pasar saham menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Investor sedang menunggangi momentum dan mencari titik tembus (breakout).
Toyota dan Tokio Marine Gugat Departemen Transportasi Natal Karena Tak Antisipasi Banjir Sumber Kekayaan Israel yang Menyulut Perang Baru dengan Iran, GDP 11 Kali Indonesia "Mereka tak ingin tertinggal. Banyak investor sudah terlewatkan reli ini, dan sekarang S&P 500 hampir menembus level tertingginya," tambahnya. Dari sisi data ekonomi, laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa pendapatan dan belanja konsumen mengalami kontraksi tak terduga pada Mei. Meski dampak tarif belum tercermin dalam inflasi, laju kenaikan harga masih berada di atas target tahunan The Fed sebesar 2%. Sementara itu, survei terpisah dari University of Michigan menunjukkan bahwa sentimen konsumen membaik pada Juni, meski masih berada di bawah level optimistis yang tercatat setelah pemilu Desember lalu. Ramalan Gerak Wall Street Pekan Ini Perhatian investor pada pekan ini diprediksi akan tertuju ke Washington. Presiden AS Donald Trump mendorong Partai Republik untuk segera meloloskan RUU besar mengenai pemotongan pajak dan peningkatan belanja sebelum 4 Juli 2025, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS. Investor juga akan mencermati data ketenagakerjaan bulanan yang dijadwalkan rilis Kamis (3/7/2025). Pasar saham AS akan tutup pada Jumat (4/7/2025) karena libur nasional. Indeks kejutan ekonomi AS milik Citigroup menunjukkan kecenderungan pelemahan, menandakan bahwa data ekonomi terbaru cenderung meleset dari ekspektasi analis Wall Street. “Setelah data Mei yang melemah, data Juni akan benar-benar mendapat perhatian besar. Jika data memburuk, itu bisa mengguncang pasar," kata Matthew Miskin, Co-Chief Investment Strategist Manulife John Hancock Investments dikutip dari Reuters, Senin (30/6/2025). Berdasarkan survei Reuters, ekonomi AS diperkirakan hanya menambah 110.000 lapangan kerja sepanjang Juni, melambat dibandingkan 139.000 pada Mei. Data terakhir juga menunjukkan jumlah klaim awal tunjangan pengangguran menurun, tetapi tingkat pengangguran berpotensi naik jika pencari kerja kesulitan memperoleh pekerjaan baru. Brent Schutte, Chief Investment Officer di Northwestern Mutual Wealth Management mengatakan, pasar tenaga kerja akan menjadi perhatian utama dalam beberapa pekan ke depan. Data ketenagakerjaan ini dapat memengaruhi ekspektasi pasar terhadap waktu pemangkasan suku bunga berikutnya oleh The Fed. Investor juga memantau apakah tekanan inflasi mulai mereda dan membuka ruang bagi pelonggaran moneter. Sementara itu, tenggat waktu 9 Juli yang ditetapkan untuk pemberlakuan tarif baru terhadap sejumlah negara turut menjadi fokus. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebutkan bahwa kesepakatan dagang dengan 18 mitra utama AS berpotensi rampung sebelum Hari Buruh, 1 September 2025. Saham-saham AS telah mengalami rebound tajam sejak anjlok pada April lalu, usai Trump mengumumkan kebijakan tarif pada apa yang disebutnya sebagai “Hari Pembebasan”. Mundurnya Trump dari beberapa tarif yang paling agresif membantu meredakan kekhawatiran akan potensi resesi, meskipun pasar tetap rentan terhadap perkembangan kebijakan dagang. Investor juga akan mencermati pembahasan RUU fiskal di Kongres, untuk melihat seberapa besar potensi stimulus yang akan dikucurkan serta dampaknya terhadap defisit anggaran federal. Musim laporan kinerja keuangan kuartal II akan dimulai dalam beberapa pekan mendatang, dengan kekhawatiran terkait dampak tarif terhadap margin laba perusahaan dan daya beli rumah tangga. Berdasarkan data LSEG IBES, laba emiten S&P 500 diperkirakan tumbuh 5,9% pada kuartal II secara tahunan. Josh Jamner, Senior Investment Strategy Analyst di ClearBridge Investments menuturkan, dalam beberapa minggu terakhir, pasar sangat dipengaruhi oleh geopolitik. "Saya rasa dimulainya musim laporan laba akan mengembalikan fokus pasar ke fundamental," jelasnya.
PM Spanyol Singgung 'Genosida' di Gaza, Israel Tidak Terima
Kedutaan Besar Israel di Madrid menuduh Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez telah "menjelek-jelekkan" Israel terkait Gaza. Israel menyatakan pihaknya memiliki hak untuk membela warganya.
Dilansir Aljazeera, Minggu (27/6/2025), pernyataan Kedubes Israel ini diunggah lewat akun X resmi milik mereka. Pernyataan ini tidak langsung merujuk pada pernyataan Sanchez sebelumnya pada pertemuan Uni Eropa di mana ia menyebut perang Israel di Gaza sebagai 'genosida'.
Namun, ia sangat menyesalkan pernyataan Sanchez. Pernyataan Sanchez dinilai salah secara moral.
"Ini tidak hanya sangat disesalkan: ini tidak dapat dipertahankan secara moral," kata Kedubes Israel.
"Mari kita perjelas: Israel, negara demokrasi yang menghadapi ancaman eksistensial di berbagai bidang, memiliki hak - dan kewajiban - untuk membela warganya," tambahnya.
Sebagai tanggapan, pemerintah Spanyol menyebut pernyataan Israel itu "tidak dapat diterima" dan memanggil pihak kedutaan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan Gaza berada dalam situasi genosida yang dahsyat. Dia mendesak Uni Eropa untuk segera menangguhkan kesepakatan kerja samanya dengan Israel.
Dilansir AFP, Jumat (27/6/2025), komentar tersebut merupakan kecaman terkeras hingga saat ini oleh pemimpin Sosialis tersebut. Sanchez merupakan kritikus vokal atas serangan Israel di Gaza.
Berbicara kepada wartawan di KTT UE di Brussels, Sanchez menyebutkan tinjauan hak asasi manusia baru-baru ini oleh layanan diplomatik blok tersebut yang, katanya, membahas "situasi genosida yang dahsyat yang terjadi di Gaza".
Laporan yang diterbitkan minggu lalu menemukan 'indikasi' bahwa Israel melanggar kewajiban hak asasi manusianya berdasarkan kesepakatan kerja sama yang menjadi dasar hubungan dagangnya dengan UE.
Teks tersebut mengutip blokade Israel atas bantuan kemanusiaan untuk wilayah Palestina, tingginya jumlah korban sipil, serangan terhadap jurnalis, dan pemindahan serta kerusakan besar-besaran yang disebabkan oleh perang.
Sanchez mengatakan 'sangat jelas' bahwa Israel melanggar kewajibannya dan bahwa UE tersebut harus menangguhkan kesepakatan kerja sama 'segera;.
"Tidak masuk akal" bahwa blok tersebut telah memberlakukan 18 putaran sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina tetapi, "dengan standar ganda, bahkan tidak mampu menangguhkan kesepakatan asosiasi", tambahnya.
Iran Berterima Kasih ke China Karena Didukung Saat Konflik dengan Israel
Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh mengucapkan terima kasih ke China karena didukung saat bentrok selama 12 hari dengan Israel. Iran berharap China bisa menegakkan keadilan dan memainkan peran yang lebih besar.
Dilansir CNN, Jumat (27/6/2025), ucapan itu disampaikan Nasirzadeh saat menghadiri pertemuan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), kelompok keamanan regional yang dipimpin China dan Rusia pada Kamis (26/6). Kelompok ini semakin menonjol karena China dan Rusia berupaya membangun blok internasional alternatif bagi blok yang didukung oleh Amerika Serikat.
Pertemuan SCO bertepatan dengan pertemuan para pemimpin NATO di Den Haag, di mana Presiden AS Donald Trump mengatakan AS akan bertemu dengan Iran "minggu depan" untuk membahas kemungkinan perjanjian nuklir.
Dalam laporan kantor berita Xinhua, Nasirzadeh mengucapkan terima kasih ke China karena telah menghargai kedaulatan Iran.
"Menyampaikan rasa terima kasih kepada China atas pengertian dan dukungannya terhadap sikap sah Iran," ujarnya.
Ia juga berharap China akan terus memainkan peran besar dalam gencatan senjata. Dia berharap China bisa menegakkan keadilan.
"Berharap China akan terus menegakkan keadilan dan memainkan peran yang lebih besar dalam mempertahankan gencatan senjata saat ini dan meredakan ketegangan regional," katanya.
Sebelumnya diketahui bahwa China mengecam serangan Israel terhadap Iran pada 13 Juni 2025 lalu. Serangan yang menewaskan para pemimpin militer Iran ini memicu konflik panas antara kedua negara. Bahkan, konflik ini turut menyeret Amerika Serikat.
Gencatan senjata pun diberlakukan setelah perang 12 hari. China mendukung gencatan senjata ini sekaligus mengkritik campur tangan AS.
Sebagai pendukung diplomatik dan ekonomi utama Iran, China telah bergerak untuk lebih memperdalam kolaborasi dalam beberapa tahun terakhir, termasuk mengadakan latihan angkatan laut bersama. China telah lama menyuarakan penentangan terhadap sanksi AS terhadap Iran dan mengkritik penarikan AS dari kesepakatan nuklir Iran pada 2015.
Makin Panas, Donald Trump Punya Niat Dongkel Ketua The Fed Jerome Powell
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menunjukkan rasa ketidaksenangannya terhadap Ketua The Fed Jerome Powell.
Donald Trump memiliki rencana untuk mengganti Powell lebih awal dari masa jabatan seharusnya. Trump mempertimbangkan memilih dan mengumumkan pengganti Jerome Powell pada bulan September atau Oktober, demikian laporan Wall Street Journal mengutip sejumlah sumber seperti dilansir dari Reuters, Kamis (26/6).
Hubungan Donald Trump dengan Jerome Powell memang makin panas. Trump berulangkali kembali melontarkan kritik tajam terhadap Powell.
Pekan lalu, Trump menyebut Powell telah gagal menjalankan tugasnya sebagai pimpinan bank sentral dan terlambat dalam mengambil langkah penurunan suku bunga.
Dalam pernyataannya di Gedung Putih pada Rabu (18/6), Trump bahkan secara terbuka mempertimbangkan kemungkinan menunjuk dirinya sendiri sebagai pimpinan The Fed.
"Powell terlambat," ujar Trump, merujuk pada keinginannya agar The Fed segera memangkas suku bunga acuan.
Trump mengangkat Powell menjadi Ketua The Fed saat masa jabatannya sebelumnya, namun sejak saat itu hubungan keduanya kerap diwarnai ketegangan.
Trump berulang kali mengkritik kebijakan suku bunga tinggi yang menurutnya menghambat pertumbuhan ekonomi AS.
Menhan Israel: Kami Berencana Membunuh Khamenei, Tapi Belum Ada Kesempatan
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, secara terbuka mengakui bahwa mereka memang memiliki rencana untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Dalam wawancara dengan kanal televisi domestik, Channel 13, Katz menjelaskan bahwa Israel siap membunuh Khamenei jika menemukannya.
Saat ini, Israel masih berusaha menemukan keberadaan Khamenei dan mengakui bahwa kesempatan untuk menghabisinya belum ada.
"Jika dia ada dalam pandangan kami, kami akan menghabisinya. Israel telah melakukan banyak pencarian untuk Khamenei, namun peluang operasional belum muncul," kata Katz, dikutip Times of Israel.
Sebelumnya, dalam wawancara dengan Kan, Katz mengatakan bahwa Khamenei telah ditandai untuk dibunuh, namun Israel tidak dapat menemukannya setelah ia bersembunyi di bunker.
"Khamenei memahami hal ini, ia bergerak sangat dalam di bawah tanah, memutus kontak dengan para komandan. Jadi, pada akhirnya hal ini tidak realistis," kata Katz dalam wawancara dengan Kan.
Pada kesempatan yang sama, Katz mengakui bahwa Israel tidak mengetahui lokasi seluruh uranium yang diperkaya Iran. Israel juga mengklaim tidak akan terjun ke dalam perang meskipun tahu bahwa AS akan ikut menyerang.
Sejalan dengan itu, Presiden AS Donald Trump juga menyampaikan bahwa dirinya siap memburu Khamenei. Trump bahkan mengklaim telah mengetahui keberadaan pemimpin Iran tersebut, namun tidak akan membunuhnya.
"Kami tahu persis di mana yang disebut 'Pemimpin Tertinggi' bersembunyi. Ia adalah target yang mudah, tetapi aman di sana - Kami tidak akan menghabisinya (membunuhnya), setidaknya tidak untuk saat ini," tulis Trump di Truth Social yang juga dibagikan di X tangga 17 Juni 2025.
Salah satu sikap awal yang diambil Amerika Serikat terkait perang Iran-Israel adalah menolak rencana yang diajukan Israel untuk membunuh Khamenei.
Pejabat Gedung Putih khawatir bahwa rencana untuk membunuh Khamenei dapat mengobarkan konflik dan berpotensi mengganggu stabilitas kawasan.
Dolar Tak Dilirik Pasar, Kekhawatiran Soal Independensi The Fed Meningkat
Nilai tukar dolar AS kembali terpukul setelah investor mencemaskan makin menipisnya independensi bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
Mata uang Negeri Paman Sam itu kini meluncur ke titik terendah dalam lebih dari tiga tahun terakhir.
Presiden Donald Trump pada Rabu (25/6) kembali melontarkan kritik keras terhadap Ketua The Fed Jerome Powell, menyebutnya sebagai sosok yang “buruk”.
Ia juga menyatakan telah mengantongi tiga hingga empat nama calon pengganti untuk posisi tertinggi di bank sentral tersebut.
Pada Kamis (26/6), indeks dolar yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya kembali melemah tajam, menghapus penguatan tipis sebelumnya yang sempat dipicu oleh arus investasi ke aset safe haven akibat ketegangan di Timur Tengah.
Dolar telah anjlok sekitar 10% sejak awal tahun ini dan berada di jalur penurunan tahunan terbesar sejak 2003.
Tekanan terhadap dolar kian dalam di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga dan tenggat perjanjian dagang yang mendekat pada 9 Juli mendatang.
Pasar Bertaruh Dolar Akan Terus Melemah
“Kami mengambil posisi short terhadap dolar dalam situasi seperti ini, ketika institusi mulai kehilangan kredibilitas,” ujar Kaspar Hense, manajer portofolio senior di RBC BlueBay Asset Management.
Posisi short berarti bertaruh nilai mata uang akan menurun.
Menurut Hense, pasar belum sepenuhnya memperhitungkan risiko penunjukan tokoh pro-pelonggaran seperti Kevin Hassett atau Scott Bessent sebagai Ketua The Fed berikutnya yang dapat memicu penurunan suku bunga tanpa mempertimbangkan risiko fundamental.
Adapun kandidat kuat yang disebut-sebut menggantikan Powell antara lain mantan Gubernur The Fed Kevin Warsh, Kepala Dewan Ekonomi Nasional Kevin Hassett, Gubernur The Fed saat ini Christopher Waller, serta Menteri Keuangan AS Scott Bessent.
“Saya pikir pasar sedang mem-price in kemungkinan Presiden Trump menunjuk seseorang yang terlihat lebih condong mendukung agendanya,” kata Kit Juckes, kepala analis valuta asing di Societe Generale.
Sementara itu, pernyataan pejabat The Fed Michelle Bowman yang ditunjuk Trump sebagai pengawas sektor perbankan bahwa waktu penurunan suku bunga “semakin dekat” juga turut menekan dolar, seiring naiknya ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter.
Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada Juli mencapai hampir 25%, naik signifikan dibandingkan hanya 12,5% pada pekan lalu.
Kepercayaan Global Mulai Luntur
Sikap konfrontatif Trump terhadap sekutu lama AS dalam isu perdagangan dan pertahanan, serta serangannya terhadap The Fed, kembali membangkitkan kekhawatiran di Jerman soal cadangan emas negaranya yang disimpan di Federal Reserve New York.
Bank Sentral Eropa bahkan dilaporkan meminta bank-bank di kawasan euro untuk menilai kebutuhan likuiditas dolar dalam skenario krisis, seandainya mereka tidak bisa mengandalkan The Fed di bawah pemerintahan Trump, menurut laporan Reuters bulan lalu.
“Risiko jangka pendek terbesar saat ini adalah jika serangan terhadap The Fed terus berlanjut,” ujar Nick Rees, kepala riset makro Monex Europe.
Ia bahkan mengaku tengah merevisi proyeksi nilai tukar jangka pendek mereka akibat perkembangan terbaru ini.
Sementara itu, ING menilai penguatan euro di atas level US$1,17 membuka peluang untuk menembus US$1,20, meski syaratnya adalah sentimen terhadap dolar harus memburuk lebih jauh.
Ancaman terhadap Independensi Kebijakan
Seema Shah, kepala strategi global di Principal Asset Management, menyoroti bahwa dolar bahkan tidak mendapat dukungan signifikan dari meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dalam dua pekan terakhir sinyal bahwa peran safe haven-nya ikut tergerus.
Biasanya, dolar menguat saat harga minyak naik. Namun pekan lalu, greenback hanya mencatat penguatan 0,7%.
Sebagai mata uang cadangan utama dunia, dolar kini menghadapi tekanan besar dari kebijakan AS yang tidak konsisten, memperburuk ketidakpastian ekonomi dan menggoyahkan kepercayaan terhadap posisi “eksepsionalisme” ekonomi AS.
Kekhawatiran soal independensi The Fed memperparah situasi. Bagi investor global, independensi institusi seperti bank sentral adalah elemen penting yang selama ini menopang stabilitas ekonomi dan kepastian kebijakan.
Sebuah survei oleh lembaga pemikir OMFIF terhadap 75 manajer cadangan bank sentral menunjukkan bahwa 70% responden merasa iklim politik AS saat ini menjadi penghalang untuk berinvestasi dalam dolar, lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
“Jika pengumuman nama Ketua The Fed berikutnya dilakukan dalam beberapa bulan ke depan, itu bisa sangat mengguncang pasar,” ujar Shah.
“Ini akan kembali membuka keraguan soal kredibilitas dan keandalan institusi-institusi AS, yang biasanya sangat dihindari oleh para investor.”
Inflasi Inti Tokyo Capai 3,1% di Juni 2025, Meleset dari Target
Inflasi konsumen inti di ibu kota Jepang, Tokyo, melambat tajam pada bulan Juni 2025 karena pemotongan sementara tagihan listrik. Namun, inflasi inti tetap jauh di atas target Bank of Japan (BOJ) sebesar 2%, menjaga ekspektasi pasar tetap hidup untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Kenaikan harga jasa yang stabil menambah kenaikan berkelanjutan dalam biaya pangan termasuk beras pokok Jepang.
Jumat (27/6), data menunjukkan terkait tekanan harga yang meluas, menumpuk pada ekonomi yang bergantung pada ekspor, yang menghadapi hambatan dari tarif AS yang tinggi.
Data tersebut akan menjadi salah satu faktor yang akan diteliti bank sentral Jepang pada tinjauan suku bunga berikutnya pada tanggal 30-31 Juli, ketika dewan akan mengeluarkan perkiraan pertumbuhan dan harga triwulanan yang baru.
Indeks harga konsumen (IHK) Tokyo, yang tidak termasuk biaya makanan segar yang fluktuatif, naik 3,1% pada bulan Juni 2025, secara tahunan. Realisasi tersebut di bawah perkiraan pasar rata-rata untuk inflasi 3,3%.
Realisasi itu melambat dari inflasi 3,6% pada bulan Mei 2025, yang sebagian besar disebabkan oleh dimulainya kembali subsidi bahan bakar dan pemotongan sementara biaya air di Tokyo, yang bertujuan untuk membantu rumah tangga mengatasi panasnya musim panas.
Indeks terpisah untuk Tokyo yang tidak memperhitungkan biaya bahan bakar dan makanan segar - yang diawasi ketat oleh BOJ sebagai ukuran harga yang didorong oleh permintaan domestik - naik 3,1% pada bulan Juni 2025 dari tahun sebelumnya setelah kenaikan 3,3% pada bulan Mei 2025, data tersebut menunjukkan.
"Perlambatan inflasi utama di Tokyo pada bulan Juni sebagian mencerminkan dimulainya kembali subsidi energi," kata Marcel Thieliant, kepala Asia-Pasifik di Capital Economics.
"Dengan inflasi dasar yang masih berjalan jauh di atas perkiraan Bank Jepang, kami masih memperkirakan Bank akan menaikkan suku bunga pada bulan Oktober," katanya.
Harga makanan, tidak termasuk barang-barang yang mudah menguap seperti sayuran, naik 7,2% pada bulan Juni dari tahun sebelumnya, meningkat dari kenaikan 6,9% bulan sebelumnya.
Menyoroti pukulan terhadap rumah tangga, data menunjukkan masyarakat di Tokyo membayar 89% lebih banyak untuk beras dibandingkan dengan tahun lalu. Lalu 48% lebih mahal untuk sebatang cokelat dan 50% lebih mahal untuk sekantong biji kopi.
Inflasi sektor jasa berada pada 2,1% pada bulan Juni 2025 setelah mencapai inflasi 2,2% pada bulan sebelumnya.
BOJ keluar dari program stimulus radikal selama satu dekade tahun lalu dan menaikkan suku bunga jangka pendek menjadi 0,5% pada bulan Januari dengan pandangan bahwa Jepang berada di ambang pencapaian target inflasi 2% secara berkelanjutan.
Sementara bank sentral telah mengisyaratkan kesiapan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, dampak ekonomi dari tarif AS yang lebih tinggi memaksanya untuk memangkas perkiraan pertumbuhannya pada bulan Mei dan mempersulit keputusan seputar waktu kenaikan suku bunga berikutnya.
Yang semakin membingungkan prospek kebijakan, inflasi konsumen telah melampaui target 2% BOJ selama lebih dari tiga tahun karena perusahaan terus membebankan kenaikan biaya bahan baku.
Meningkatnya biaya hidup telah menarik perhatian beberapa anggota dewan BOJ termasuk Naoki Tamura, yang mengatakan pada hari Rabu bahwa BOJ mungkin perlu menaikkan suku bunga "secara tegas" jika risiko inflasi meningkat.
Israel Akui Rencanakan Pembunuhan Khamenei Tapi Gagal
Menteri Pertahanan Israel Israel Katz mengungkapkan rencana negaranya membunuh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei selama perang 12 hari kemarin. Rencana itu gagal karena Khamanei terlindungi dengan ketat.
Katz mengatakan pada hari Kamis bahwa Israel tidak memerlukan izin dari Amerika Serikat untuk membunuh Khamenei, yang tampaknya membantah laporan media sebelumnya bahwa Washington memveto pembunuhan tersebut. “Kami ingin melenyapkan Khamenei, namun tidak ada peluang operasional,” kata Katz dalam wawancara dengan Channel 13 Israel.
Katz mengklaim bahwa Khamenei tahu bahwa ada upaya pembunuhan yang akan terjadi, dan melakukan tindakan “bawah tanah secara mendalam”, memutuskan kontak dengan para komandan yang menggantikan para pemimpin Korps Garda Revolusi Islam yang dibunuh dalam gelombang pertama serangan Israel.
Khamenei merilis pesan video selama perang, dan tidak ada bukti yang mengkonfirmasi bahwa dia terputus dari para jenderalnya. Membunuh Khamenei akan menjadi peningkatan besar dalam konflik tersebut. Selain menjadi kepala negara de facto di Iran, pemimpin tertinggi Iran juga merupakan otoritas spiritual tertinggi bagi jutaan Muslim Syiah di seluruh dunia.
Ali Khamenei kemarin mengatakan Iran “tidak akan pernah menyerah” kepada Amerika Serikat, dengan nada menantang dalam pernyataan pertamanya sejak gencatan senjata dengan Israel diberlakukan.
Khamenei mengklaim kemenangan setelah 12 hari perang, yang berpuncak pada serangan Iran terhadap pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah, di Qatar, setelah AS bergabung dalam serangan Israel.
“Presiden AS [Donald] Trump mengungkap kebenaran dan memperjelas bahwa Amerika tidak akan puas dengan penyerahan Iran… peristiwa seperti itu tidak akan pernah terjadi,” kata Khamenei.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump telah berulang kali menyatakan bahwa perang dapat memicu pergantian rezim, dan Presiden AS Donald Trump mengunggah di media sosial pada hari Minggu lalu bahwa konflik tersebut dapat “MEMBUAT IRAN HEBAT LAGI”.
Komentar Katz muncul di tengah laporan yang saling bertentangan mengenai tingkat kerusakan yang ditimbulkan pada kemampuan nuklir Iran, terutama akibat pemboman AS terhadap lokasi di Fordow, Natanz dan Isfahan. Khamenei mengatakan pada hari Kamis bahwa AS telah “melebih-lebihkan” dampak serangan tersebut.
Menteri Pertahanan Israel mengatakan bahwa negaranya mendapat “lampu hijau” dari Trump untuk melancarkan serangan lain terhadap Iran jika negara itu dianggap membuat “kemajuan” dalam program nuklirnya.
“Saya tidak melihat situasi di mana Iran akan memulihkan fasilitas nuklirnya setelah serangan itu,” katanya.
Sementara itu, Netanyahu mengatakan pada hari Kamis bahwa hasil perang memberikan “jendela peluang” untuk perjanjian diplomatik formal lebih lanjut dengan negara-negara Arab.
Konflik tersebut berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi AS setelah Iran membalas serangan AS dengan serangan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid Qatar, yang menampung pasukan AS.
"Kami telah berjuang dengan tekad melawan Iran dan meraih kemenangan besar. Kemenangan ini membuka jalan untuk memperluas perjanjian perdamaian secara dramatis," kata Netanyahu dalam pidato video, merujuk pada Perjanjian Abraham, yang menjalin hubungan resmi antara Israel dan beberapa negara Arab pada tahun 2020.
Iran juga menyatakan kemenangan setelah perang tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka menggagalkan tujuan Israel – yaitu mengakhiri program nuklir dan rudal balistik Teheran – dan berhasil memaksa Netanyahu untuk mengakhiri serangan tersebut dengan serangan rudal yang menyebabkan kehancuran luas di Israel.
Media Israel: IDF di Ambang Kehancuran di Gaza
Serangan-serangan pejuang Palestina beberapa hari belakangan menimbulkan gelombang kejut di Israel. Terbunuhnya tujuh tentara oleh seorang pejuang Palestina di Khan Yunis disebut awal dari kehancuran IDF di Jalur Gaza.
Avi Ashkenazi, koresponden militer untuk surat kabar Ma'ariv, mengatakan bahwa tentara Israel telah berada di ambang kehancuran di Gaza, dan kelanjutan perang tidak dapat ditoleransi lagi. Dia mengeluarkan seruan yang jelas untuk mengakhiri apa yang disebutnya sebagai perang yang tidak masuk akal dan menghindari dampak yang lebih berat yang mungkin akan segera ditanggung Israel.
Hal ini muncul dalam sebuah artikel yang dia tulis mengomentari video yang dilansir pejuang Palestina tentang operasi kompleks yang dilakukan oleh Brigade Qassam, sayap bersenjata Hamas, di Khan Yunis, yang mengakibatkan kematian tujuh tentara, menurut pengakuan tentara Israel.
Koresponden militer menggambarkan insiden tersebut sebagai tanda nyata dari keruntuhan sistematis tentara Israel setelah hampir dua tahun berperang, dengan kepemimpinan politik yang tampaknya benar-benar terlepas dari kenyataan dan tidak memiliki visi nyata tentang bagaimana perang ini akan berakhir.
Ashkenazi mencatat dalam artikelnya bahwa insiden tersebut mewakili “pengawasan serius yang mempengaruhi tingkat tertinggi negara,” mulai dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu hingga Menteri Pertahanan Yisrael Katz, termasuk Kepala Staf baru, Letjen Eyal Zamir, wakilnya, Letjen Tamir Yadai, dan komandan Komando Selatan, Letjen Yaniv Asor.
Dia menambahkan bahwa rekaman video tentang serangan tersebut, di mana seorang pejuang Palestina menaiki kendaraan lapis baja Puma—kendaraan militer tua yang seharusnya sudah tidak digunakan lagi beberapa dekade yang lalu—dan melemparkan alat peledak ke dalamnya, “mengejutkan.”
“Ini adalah bukti kegagalan nyata dalam mempersiapkan pasukan darat dan melengkapinya dengan sarana yang sesuai untuk medan perang masa kini, mulai dari sistem perlindungan dan pengawasan hingga infrastruktur operasional.”
Ashkenazi menunjukkan bahwa kegagalan di Khan Yunis bukanlah sebuah insiden yang terisolasi, melainkan akibat dari serangkaian kelalaian yang panjang, dan bahwa tragedi tersebut merupakan perwujudan dari kegagalan yang kompleks "dalam persiapan pasukan, dalam pasokan peralatan, dan dalam penggunaan taktisnya, di samping kelelahan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diderita oleh para prajurit setelah hampir dua tahun berperang."
Ashkenazi menegaskan bahwa tentara Israel "dalam masalah besar" di Jalur Gaza, menghadapi "kegagalan militer dan politik yang berkelanjutan setelah 629 hari pertempuran."
Dia juga yakin tentara Israel benar-benar kelelahan. “Kita memasuki Jabalia beberapa kali, meratakan Beit Hanoun, menginvasi Rafah lebih dari sekali, dan menghancurkan sebagian besar lingkungan Khan Yunis. Saat ini, kita beroperasi dengan empat divisi militer, menggunakan sebagian besar unit reguler.”
Menurut koresponden militer, Divisi 143 dan 162, yang telah berada di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, bersama dengan Brigade Givati, Brigade 401, dan puluhan unit lainnya, semuanya jelas mengalami kemunduran fisik dan psikologis, tercermin dalam kesalahan operasional, penurunan intensitas pertempuran, penurunan disiplin, dan kemerosotan profesionalisme militer.
Hal ini juga merujuk pada rusaknya peralatan tempur, termasuk tank, kendaraan lapis baja, dan pesawat terbang, hingga pada titik di mana tentara tidak lagi mampu mempertahankan kualitas pertempuran yang diperlukan.
Sementara para menteri Israel mengakui bahwa operasi militer di Gaza buntu, sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadakan konsultasi keamanan mengenai situasi militer dan tahanan. Hal ini terjadi di tengah pernyataan AS tentang kemajuan signifikan yang dapat mengarah pada kesepakatan untuk mengakhiri perang.
Pada Rabu malam, Channel 12 Israel mengutip tiga menteri yang mengatakan bahwa perang di Gaza memiliki implikasi teoritis, namun tidak mencapai hasil praktis. Para menteri mengindikasikan bahwa ada kebutuhan untuk mengambil tindakan lebih lanjut di tingkat militer atau berusaha mengakhiri perang dan mencapai kesepakatan.
Channel 12 menjelaskan, Netanyahu masih percaya bahwa rencana yang efektif adalah rencana bertahap, serupa dengan yang dirumuskan oleh Steve Witkoff, utusan presiden AS untuk Timur Tengah.
Penyergapan yang menewaskan tujuh tentara Israel oleh Brigade Qassam di Khan Yunis telah memicu seruan di Israel agar mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dan mengembalikan tahanan Israel yang ditahan di Gaza.
Dalam konteks ini, para pejabat di koalisi penguasa dan Partai Likud menyerukan diakhirinya operasi di Gaza tanpa melibatkan dua menteri, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich.
Channel 12 mengutip para pejabat tersebut yang mengatakan bahwa tidak dapat disangkal bahwa Israel telah kelelahan di garis depan Gaza. Seorang pejabat Likud mengatakan bahwa jika perjanjian mengenai Gaza diusulkan, Netanyahu akan menyetujuinya.
Brigade Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), mengumumkan bahwa pejuangnya di sebelah timur lingkungan Shuja'iyya di Kota Gaza menembak seorang tentara Israel di dekat "Bukit Muntar" Senin lalu.
Di Jabalia timur, di Jalur Gaza utara, Brigade Qassam mengkonfirmasi penghancuran dua tank Merkava, sebuah pengangkut personel lapis baja, dan sebuah buldoser militer D9 dengan ranjau darat berdaya ledak tinggi yang telah disiapkan sebelumnya pada Jumat lalu (20 Juni).
Sementara itu, Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam, menyiarkan rekaman ledakan ladang ranjau yang menargetkan konvoi militer Israel di timur Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 12 Juni, sebagai bagian dari serangkaian operasi "Batu Daud" yang dilakukan oleh faksi perlawanan selama beberapa waktu.
Rekaman itu menunjukkan para penyerang mempersiapkan dan melengkapi area terbuka operasi dengan apa yang mereka katakan sebagai alat peledak improvisasi (IED), yang diledakkan di tiga kendaraan Israel setelah mereka kembali ke lokasi.
Faksi-faksi perlawanan terus melaporkan serangan yang menargetkan kendaraan dan tentara Israel, yang terjadi awal bulan ini dan mengakibatkan kematian 20 orang, termasuk petugas, dan cedera lainnya, menurut media Israel.
Pada Rabu, pejuang Palestina melansir penyergapan yang dilakukan oleh Brigade Qassam terhadap dua pengangkut personel lapis baja Israel. Operasi tersebut mengakibatkan kematian seorang perwira dan enam tentara, dan melukai sejumlah besar lainnya, karena ketidakmampuan tentara untuk memadamkan api yang terjadi di pengangkut personel lapis baja setelah seorang pejuang memasang alat peledak ke dalamnya.
Pasukan pemadam kebakaran militer dipanggil ke tempat kejadian dan melakukan upaya untuk memadamkan kapal tanker yang terbakar, namun tidak dapat melakukan apa pun, menurut radio tentara pendudukan.
Sebuah buldoser D9 dibawa ke lokasi dan menutupi kapal tanker tersebut dengan pasir sebagai upaya untuk memadamkannya, namun semua upaya untuk memadamkan api gagal.
Ayatollah Khamenei Muncul, Umumkan Kemenangan Iran Atas Israel dan AS
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei untuk pertama kalinya muncul usai tercapainya gencatan senjata antara Iran dan Israel pascaperang 12 hari. Khamenei mengeklaim kemenangan Iran terhadap Israel dan Amerika Serikat (AS) ikut terlibat dalam perang setelah mengetahui Israel 'akan dihancurkan'.
"Ucapan selamat saya atas kemenangan Iran atas rezim AS. Rezim AS telah masuk ke medan perang secara langsung karena meraka jika meraka tida, rezim Zionis akan sepenuhnya dihancurkan. (AS) masuk ke peperangan sebagai upaya untuk menyelamatkan rezim itu dan tidak mendapatkan apapun," kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan televisi-televisi Iran pada Kamis (26/6/2025).
Khamenei menegaskan, ke depannya Iran akan membalas setiap serangan AS dengan menargetkan pangkalan-pangkalan militer AS di Timur Tengah. Khamenei mengatakan, serangan apapun terhadap Iran harus dibayar mahal, dan mengingatkan bahwa Iran telah menargetkan serangan rudal ke pangkalan militer terbesar AS di kawasan, di Qatar setelah Washington ikut campur dalam perang.
"Republik Islam telah menampar Amerika di wajahnya. Menyerang salah satu pangkalan paling penting Amerika di kawasan," kata Khamenei.
Ini jadi kemunculan pertama Khamenei dalam sepekan terakhir setelah 12 hari perang Iran-Israel. Dia berbicara di tempat yang dirahasiakan dengan latar tirai berwarna cokelat, duduk di antara bendera Iran dan foto pendahulunya, Ayatollah Ruhollah Khomeini.
"Fakta bahwa Republik Islam telah mengakses markas penting Amerika di kawasan dan bisa mengambil tindakan melawan siapapun yang dianggap perlu adalah bukanlah insiden kecil, itu adalah insiden besar, dan insiden itu bisa diulang pada masa depan jika sebuah serangan dilancarkan," khamenei menegaskan.
Iran Tegaskan tidak akan Ada Lagi Negosiasi-Negosiasi Soal Nuklir
Wakil Presiden Iran, Mohammad Reza Aref, pada Rabu (26/6/2025), mengumumkan bahwa tidak akan ada lagi negosiasi terkait pengayaan uranium di wilayahnya. Ia menegaskan, bahwa negaranya telah memasuki fase baru saat hitung-hitungan regional dan global secara fundamental telah berubah, dan kekuatan negara Barat tak bisa lagi menerapkan syarat-syarat seperti sebelumnya.
Saat inspeksi mendadaknya mengunjungi pusat pelayanan darurat di Teheran selama serangan Israel, Aref mengatakan, bahwa "Negara-negara Barat saat ini sangat jelas memahami, sanksi-sanksi yang mereka terapkan tidak lagi efektif, dan pembicaraan soal 'nol pengayaan' sudah usang."
Dia menambahkan, "Kami tidak akan memperbolehkan pengayaan (uranium) menjadi alat tawar lagi."
Aref menegaskan, bahwa agresi terakhir meneguhkan militansi dan persatuan rakyat Iran. Ia memuji peran dari warga negara bisa, khususnya sopir-sopir truk yang secara sukarela mengirim barang-barang penting selama masa-masa kritis. Dia menegaskan, mobilisasi massal dan persatuan nasional merepresentasikan sebuah pergerakan penting dalam sejarah bangsa Iran.
Di baris depan pertahanan, Aref menggarisbawahi bahwa pihak musuh tidak mengantisipasi respons keras dari kesiapan strategis Iran. Dia menambahkan, "Serangan balasan Iran terhadap pangkalan militer AS memaksa negara Barat untuk memediasi gencatan senjata" -- sebuah demonstrasi dari kapasitas penangkalan Iran atas musuh.
Aref menyimpulkan bahwa, syahidnya para pemimpin dan ilmuwan hanya akan menguatkan Iran, "Setiap syuhada membangkitkan satu generasi baru muda baru yang teguh beriman."
Dia menegaskan, bahwa institusi keamanan dan pertahanan telah terbukti kemampuan mereka untuk mengisi segera gap kepemimpinan dan melancarkan operasi serangan balasan dalam beberapa jam. Dia juga mengumumkan sebuah formasi dari komite rekonstruksi spesial yang bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil, merealisasikan komitmen dukungan pemerintah untuk institusi pelayanan publik dan upaya meningkatkan kemampuan mereka menghadapi tantangan masa depan.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi pada Rabu (26/6/2025) menyayangkan penarikan Iran dari Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT). "Ini tentu saja sangat disayangkan. Saya berharap hal ini tidak terjadi. Saya pikir ini tidak akan membantu siapapun," sebut Grossi dalam konferensi pers bersama Kanselir Austria Christian Stocker, Wakil Kanselir Andreas Babler, dan Menlu Beate Meinl-Reisinger pada rapat Kabinet Keamanan Austria.
Grossi memperingatkan bahwa hal itu juga menyebabkan “isolasi” terhadap negara terkait dan melemahkan kredibilitas serta efektivitas perjanjian NPT secara serius. Mengenai persediaan uranium Iran yang masih tinggi setelah konflik terbaru dengan Israel, Grossi mengatakan "ini merupakan prioritas utama untuk dapat kembali ke lokasi untuk menilai keadaan.
"Kita harus kembali, dan kembali bersama para pengawas ke tempat-tempat ini tidaklah mudah. Jadi Saya akan berusaha terlibat kembali dengan mereka secepatnya," sebut Grossi.
Pernyataan Grossi disampaikan setelah parlemen Iran pada Rabu pagi menyetujui penangguhan kerja sama dengan pengawas nuklir PBB tersebut, satu hari setelah gencatan senjata yang diusulkan AS dengan Israel mulai berlaku.
"Organisasi Energi Atom Iran akan menangguhkan kerja samanya dengan Badan Energi Atom Internasional hingga keamanan fasilitas nuklir kami terjamin," kata Mohammad Bagher Ghalibaf, juru bicara parlemen, dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Kantor Berita Fars.