News Forex, Index & Komoditi ( Senin, 20 Juni 2025 )

News  Forex,  Index  &  Komoditi

(  Senin,   20  Juni  2025  )

Harga Minyak Dunia Melonjak di Awal Pekan, Dipicu Serangan AS terhadap Situs Nuklir Iran

 

Harga minyak melonjak pada awal perdagangan pekan ini. Mengutip Bloomberg, Senin (23/6) pukul 06.46 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2025 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 75,71 per barel, naik 2,53% dari akhir pekan lalu yang ada di US$ 73,84 per barel.

Harga minyak melonjak menyusul serangan AS terhadap situs nuklir Iran pada akhir pekan.

Kenaikan harga minyak mencerminkan posisi penghindaran risiko yang umum, meskipun pergerakannya memoderasi perubahan yang lebih besar, ketika pedagang awalnya menanti tanda-tanda lebih lanjut mengenai eskalasi konflik Israel-Iran.

"Tema utama adalah volatilitas pergerakan (harga minyak) yang mungkin tidak akan bertahan, jika misalnya Trump memutuskan serangan sudah dilakukan," kata Nick Twidale, kepala analis di ATT Global Markets seperti dikutip Bloomberg.

"Trump memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan Teheran, dan dengan demikian langkah selanjutnya, baik itu eskalasi lebih lanjut atau kembali ke meja perundingan akan lebih penting bagi pasar."

Para pedagang akan mencermati respons Iran dan langkah selanjutnya yang akan dilakukan AS.

Evgenia Molotova, manajer investasi di Pictet Asset Management mengatakan, para investor umumnya memperkirakan konflik ini hanya bersifat lokal, sehingga tidak berdampak lebih luas terhadap perekonomian global.

"Semua akan tergantung pada bagaimana konflik berkembang dan segala sesuatunya tampaknya berubah setiap jam," katanya.

"Satu-satunya cara mereka menanggapi dengan serius adalah jika Selat Hormuz diblokir karena itu akan mempengaruhi akses minyak."

 

 

 

 

 

 

EUR/USD Melemah  Setelah Amerika Serikat Menyerang Iran

 

Pasangan mata uang EUR/USD melemah ke sekitar 1,1480 selama awal perdagangan sesi Asia pada hari Senin. Greenback menguat terhadap Euro (EUR) saat keputusan Presiden AS, Donald Trump, untuk bergabung dalam perang Israel melawan Iran yang secara tajam meningkatkan konflik. Para pedagang akan memantau dengan cermat perkembangan seputar konflik Timur Tengah.

Amerika Serikat (AS) terlibat dalam konflik antara Israel dan Iran selama akhir pekan, dengan pesawat tempur dan kapal selam Amerika menargetkan tiga fasilitas Iran di Iran, Fordo, Natanz, dan Isfahan.  Trump mengatakan fasilitas-fasilitas pengayaan nuklir utama Iran telah "sepenuhnya dihancurkan" dan memperingatkan akan serangan "jauh lebih besar" kecuali Iran setuju untuk berdamai. Ketegangan yang meningkat setelah AS membombardir situs-situs nuklir Iran mendorong mata uang-mata uang safe-haven seperti Greenback dan bertindak sebagai penghalang bagi pasangan mata uang utama.

Di sisi lain, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) memangkas suku bunga untuk delapan kali dalam setahun sebelumnya bulan ini untuk mendukung pemulihan yang lesu di Zona Euro tetapi jelas memberi sinyal jeda di bulan Juli. Presiden ECB, Christine Lagarde, mengatakan bahwa pengurangan suku bunga akan segera berakhir karena bank sentral kini "dalam posisi yang baik" untuk menghadapi ketidakpastian yang ada. Sentimen hawkish dari ECB dapat membantu membatasi penurunan Euro dalam waktu dekat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Teheran Terbakar, Wall Street Bergetar: Serangan AS Bisa Picu Inflasi Global

 

Amerika Serikat (AS) menyerang tiga fasilitas nuklir utama Iran pada Minggu (22/6) dini hari waktu setempat.

Presiden Donald Trump mengklaim, operasi itu "melenyapkan" situs-situs tersebut, tetapi para pejabat masih menilai seberapa signifikan pukulan yang ditimbulkannya terhadap program Teheran.

Breaking news CNN.com sesaat setelah kejadian melaporkan, pesawat pengebom siluman B-2 menjatuhkan lebih dari selusin bom "penghancur bunker" besar-besaran di fasilitas Fordow dan Natanz milik Iran, sementara rudal Tomahawk menghantam Isfahan, menurut kronologi serangan AS.

Sementara itu, para ahli meyakini, serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran telah mengguncang ekonomi global, memicu kekhawatiran akan meningkatnya konflik dan melonjaknya harga minyak.

Para ahli memperingatkan bahwa tanggapan Iran dapat melibatkan serangan terhadap aset AS, infrastruktur energi, atau penutupan Selat Hormuz, yang berpotensi mendorong harga minyak mentah melampaui $130 per barel.

Analis energi, Rachel Ziemba mengatakan kepada USA Today (22/6), bahwa harga minyak mungkin tidak diperdagangkan jauh lebih tinggi sampai dan kecuali ada guncangan pasokan yang berkelanjutan, seperti Iran memutuskan untuk memblokir Selat Hormuz yang penting.

Parlemen Iran pada tanggal 22 Juni dilaporkan menyetujui tindakan yang mendukung hal itu, meskipun apakah itu akan terjadi tergantung pada Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.

Ziemba menyebutnya sebagai risiko "probabilitas rendah, dampak tinggi" – dan risiko yang kemungkinan besar akan sulit ditebak harganya oleh para pedagang komoditas. Itu berarti harga energi mungkin tidak stabil hingga kondisi membaik – bahkan saat liburan musim panas dimulai dengan sungguh-sungguh dan gelombang panas melanda wilayah tengah dan timur negara itu.

 “Serangan AS terhadap situs nuklir Iran selama akhir pekan dapat meningkatkan tekanan pada ekonomi Amerika yang semakin rapuh karena perang dagang global yang berlangsung selama berminggu-minggu telah memakan korban,” sebut Ziemba.

Di sisi lain, Bank Dunia, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan, dan Dana Moneter Internasional semuanya telah menurunkan perkiraan pertumbuhan global mereka dalam beberapa bulan terakhir.

Setiap kenaikan signifikan dalam harga minyak atau gas alam, atau gangguan dalam perdagangan yang disebabkan oleh eskalasi konflik lebih lanjut, akan bertindak sebagai penghambat lain bagi ekonomi dunia.

"Kita akan lihat bagaimana Teheran menanggapinya serangan itu. Masuknya Amerika ke dalam apa yang sebelumnya merupakan serangan antara Israel dan Iran kemungkinan besar akan berdampak pada harga minyak, yang dapat berdampak pada ekonomi dengan menyebabkan harga transportasi dan gas yang lebih tinggi, sama seperti inflasi keseluruhan di seluruh ekonomi tampaknya telah terkendali,” kata analis ekonomi Bloomberg dalam laporannya yang dikutip The Economic Times (22/6).

Selain itu, lanjut laporan tadi, juga meningkatnya risiko geopolitik bersinggungan dengan potensi eskalasi tarif dalam beberapa minggu mendatang karena penangguhan tarif "timbal balik" yang besar oleh Presiden Donald Trump akan segera berakhir.

“Dampak ekonomi terbesar dari konflik berkepanjangan di Timur Tengah kemungkinan akan terasa melalui melonjaknya harga minyak,” sebut laporan Bloomberg.

Pasca pemogokan AS, produk derivatif yang memungkinkan investor untuk berspekulasi tentang perubahan harga minyak mentah melonjak 8,8% di IG Weekend Markets.

Jika pergerakan itu bertahan saat perdagangan dilanjutkan, ahli strategi IG, Tony Sycamore memperkirakan minyak mentah WTI berjangka akan dibuka pada sekitar $80 per barel.

Dalam skenario ekstrem di mana Selat Hormuz ditutup, minyak mentah bisa melonjak melewati $130 per barel, menurut Daoud, Tom Orlik dan Jennifer Welch, itu bisa membuat CPI AS mendekati 4% di musim panas, mendorong Federal Reserve AS dan bank sentral lainnya untuk menunda waktu pemotongan suku bunga di masa mendatang.

Sementara itu, Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, berbicara setelah bank sentral mempertahankan suku bunga tetap untuk pertemuan keempat berturut-turut pada tanggal 18 Juni, mengatakan kepada wartawan, bahwa Fed sedang mengamati situasi di Timur Tengah, "seperti yang dilakukan semua orang."

"Yang cenderung terjadi adalah ketika terjadi kekacauan di Timur Tengah, Anda mungkin melihat lonjakan harga energi," kata Powell sebelum pemogokan AS.

"Hal-hal itu umumnya tidak cenderung memiliki efek yang bertahan lama pada inflasi, meskipun tentu saja pada tahun 1970-an, hal itu terkenal terjadi, karena Anda mengalami serangkaian guncangan yang sangat, sangat besar. Namun, kami belum melihat hal seperti itu sekarang."

Perekonomian AS jauh lebih tidak bergantung pada minyak asing dibandingkan pada tahun 1970-an, Powell menambahkan.

 

 

 

 

 

 

 

Dolar AS Menguat Tipis, Pasar Tunggu Respons Iran atas Serangan Nuklir

 

Dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada perdagangan Senin (23/6), seiring meningkatnya kekhawatiran investor terhadap ketegangan geopolitik setelah serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.

Meski demikian, penguatan dolar masih terbatas, mencerminkan sikap pasar yang menunggu respons resmi dari Iran.

Kondisi geopolitik yang memanas juga mendorong lonjakan harga minyak ke level tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Sementara itu, pasar saham global melemah, menjadi reaksi pertama terhadap serangan udara AS akhir pekan lalu.

Di pasar valuta asing, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang utama. Terpantau, dolar naik 0,25% terhadap yen Jepang menjadi 146,415, setelah sempat menyentuh level tertinggi dalam sebulan.

Sementara itu, euro melemah 0,33% menjadi US$ 1,1484. Dolar Australia, yang kerap dianggap sebagai mata uang proksi risiko, turun 0,2% menjadi US$ 0,6437, mendekati posisi terendah dalam lebih dari tiga pekan.

Indeks dolar AS yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang utama dunia naik 0,12% ke level 99,037.

Poundsterling Inggris juga melemah 0,25% menjadi US$ 1,34175. Adapun dolar Selandia Baru turun 0,24% menjadi US$ 0,5952.

Pasar Dalam Mode Wait and See

Analis mata uang Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong, mengatakan pasar sedang berada dalam mode wait-and-see, menanti bagaimana reaksi Iran.

Menurutnya, perhatian pasar lebih tertuju pada dampak inflasi dari konflik ketimbang pelemahan ekonomi secara langsung.

“Pasar mata uang akan sangat bergantung pada pernyataan dan tindakan dari pemerintah Iran, Israel, dan AS. Risiko lebih condong ke arah penguatan mata uang safe haven bila konflik semakin meningkat,” ujarnya.

Iran sebelumnya berjanji akan membalas serangan AS yang menjatuhkan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon di atas situs nuklir Fordow.

Di sisi lain, pejabat AS mendesak Iran untuk menahan diri, sementara protes anti-perang mulai bermunculan di beberapa kota di AS.

Sebagai bentuk tekanan terhadap Barat, parlemen Iran menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz, jalur sempit strategis yang dilewati hampir seperempat pengiriman minyak dunia.

Selat ini berbatasan dengan Oman dan Uni Emirat Arab, serta menjadi jalur vital perdagangan energi global.

Risiko Eskalasi Konflik Masih Dihitung

Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi di Saxo Bank, menyatakan pasar saat ini masih memperlakukan serangan AS ke Iran sebagai peristiwa terbatas, bukan awal dari perang skala besar.

“Aliran modal ke aset safe haven masih terbatas, menunjukkan investor menganggap ini sebagai eskalasi satu kali, bukan gangguan terhadap pasokan energi atau perdagangan global,” ujarnya.

Meskipun dolar AS kembali berperan sebagai aset safe haven di tengah krisis geopolitik, penguatannya masih relatif moderat.

Hal ini menunjukkan investor masih berhati-hati dan belum sepenuhnya beralih ke greenback.

Dolar AS diketahui telah turun 8,6% sepanjang tahun ini terhadap mata uang utama dunia, seiring meningkatnya ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang memicu kekhawatiran atas perlambatan ekonomi AS.

Di pasar aset kripto, harga Bitcoin naik 1,3% pada awal perdagangan Senin, setelah sempat turun sekitar 4% pada Minggu. Ethereum juga menguat 2,3% setelah ambles 9% di sesi sebelumnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dunia Menanti Balasan Iran Usai Trump Klaim Menghancurkan Situs Nuklir

 

Dunia menanti respons Iran setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa militer AS telah "menghancurkan total" situs nuklir paling sensitif milik Teheran.

Serangan ini menjadi operasi militer terbesar yang dilancarkan negara Barat terhadap Republik Islam Iran sejak Revolusi 1979, dengan AS bergabung bersama Israel.

Serangan udara AS yang menggunakan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon menghantam situs nuklir Fordow yang tersembunyi di bawah pegunungan.

Kerusakan pada situs tersebut bahkan tampak dari citra satelit. Iran pun berjanji akan membalas serangan ini dengan segala cara, dan meluncurkan rentetan rudal ke arah Israel, yang melukai puluhan orang serta meratakan beberapa bangunan di Tel Aviv.

Namun hingga saat ini, Iran belum menindaklanjuti ancaman terbesarnya: membalas langsung ke wilayah AS, termasuk menyerang pangkalan militer Amerika atau menutup jalur minyak utama dunia di Selat Hormuz.

Berbicara di Istanbul, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan bahwa Teheran akan mempertimbangkan semua opsi balasan dan menegaskan bahwa tidak akan ada jalan kembali ke meja diplomasi sebelum pembalasan dilakukan.

“AS telah menunjukkan bahwa mereka tidak menghargai hukum internasional. Mereka hanya paham bahasa ancaman dan kekuatan,” tegas Araqchi, Minggu (22/6).

Presiden Trump dalam pidato televisi menyebut serangan tersebut sebagai "keberhasilan militer yang spektakuler."

 “Fasilitas pengayaan nuklir utama Iran telah dihancurkan sepenuhnya. Iran, si pembuli Timur Tengah, kini harus memilih perdamaian. Jika tidak, serangan berikutnya akan jauh lebih besar dan lebih mudah dilakukan,” ujarnya.

Meski demikian, pemerintahan Trump menekankan bahwa operasi ini tidak ditujukan untuk menggulingkan rezim ulama Syiah di Iran yang berkuasa sejak 1979.

“Operasi ini bukan tentang perubahan rezim,” kata Menteri Pertahanan Pete Hegseth di Pentagon.

“Presiden mengizinkan operasi presisi untuk menetralkan ancaman yang ditimbulkan oleh program nuklir Iran terhadap kepentingan nasional kita.”

Wakil Presiden AS JD Vance menambahkan, Washington tidak sedang berperang dengan Iran, melainkan dengan program nuklirnya, dan mengklaim bahwa serangan tersebut telah mendorong mundur program itu "dalam jangka waktu yang sangat panjang."

Sementara itu, parlemen Iran menyetujui rencana untuk menutup Selat Hormuz, jalur pelayaran strategis yang dilalui seperempat pasokan minyak dunia.

Namun, keputusan akhir ada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran yang dipimpin oleh pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Langkah tersebut berpotensi mengguncang harga minyak global, merusak perekonomian dunia, dan memicu konfrontasi dengan Armada Kelima Angkatan Laut AS yang bermarkas di Teluk.

Serangan Udara Besar-besaran

Israel memulai konflik ini dengan serangan mendadak pada 13 Juni lalu, dengan tujuan utama menghancurkan program nuklir Iran.

Namun hanya AS yang memiliki bom penghancur bunker raksasa seberat 30.000 pon dan pesawat pembom B2 berukuran besar yang mampu menjatuhkannya, seperti di situs Fordow yang terletak di bawah pegunungan.

Citra satelit menunjukkan kerusakan di area pegunungan dan pintu masuk situs. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan tidak ada peningkatan tingkat radiasi di luar Lokasi.

Sementara seorang sumber Iran menyebut sebagian besar uranium yang diperkaya tinggi telah dipindahkan sebelum serangan.

Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengatakan kepada CNN bahwa belum bisa dipastikan sejauh mana kerusakan di bawah tanah akibat serangan tersebut.

Warga Iran yang dihubungi Reuters menggambarkan suasana ketakutan akan perang besar yang melibatkan AS.

“Masa depan kami gelap. Kami seperti hidup dalam film horor,” kata Bita (36), seorang guru dari kota Kashan, sebelum sambungan teleponnya terputus.

Ibukota Teheran nyaris kosong, jutaan warga memilih mengungsi ke pedesaan untuk menghindari serangan udara Israel.

Pemerintah Iran menyebut lebih dari 400 warga tewas sejak serangan Israel dimulai, sebagian besar adalah warga sipil.

Iran telah membalas dengan meluncurkan rudal ke arah Israel selama sembilan hari terakhir, menewaskan sedikitnya 24 orang dan menandai pertama kalinya rudal Iran berhasil menembus pertahanan Israel dalam jumlah besar.

Garda Revolusi Iran mengklaim meluncurkan 40 rudal ke arah Israel pada malam terakhir.

Sirene serangan udara berbunyi di hampir seluruh wilayah Israel pada Minggu, memaksa jutaan orang menuju ruang perlindungan.

Di Tel Aviv, Aviad Chernovsky (40) keluar dari tempat perlindungan dan mendapati rumahnya hancur akibat hantaman langsung.

“Sulit untuk hidup di Israel saat ini, tapi kami kuat. Kami tahu bahwa kami akan menang,” ujarnya.

Selama sembilan hari perang, Israel dilaporkan berhasil membunuh sejumlah besar pimpinan militer Iran melalui serangan ke pangkalan dan kediaman para komandan.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menyatakan bahwa pihaknya siap terus menekan hingga pemerintahan ulama Iran tumbang, meskipun membantah bahwa itu adalah tujuan utama.

Keputusan Trump untuk ikut bergabung dalam perang dianggap sebagai langkah paling berisiko dalam kebijakan luar negerinya.

Ia sebelumnya sempat menyatakan bersedia berdamai, namun juga sempat menyatakan keinginan membunuh pemimpin tertinggi Iran.

Netanyahu memuji keputusan Trump sebagai langkah “berani,” dan pemimpin oposisi Israel Yair Lapid juga menyambut baik langkah tersebut, menyebut dunia kini menjadi tempat yang lebih aman.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Iran Tolak Perundingan Program Nuklir saat Serangan Israel Berlanjut

 

Iran mengatakan pada hari Jumat (20/6) bahwa mereka tidak akan membahas masa depan program nuklirnya saat diserang oleh Israel. Eropa mencoba membujuk Teheran untuk kembali berunding dan Amerika Serikat mempertimbangkan apakah akan terlibat dalam konflik tersebut.

Seminggu setelah mulai menyerang Iran, militer Israel mengatakan telah melakukan serangan baru terhadap puluhan target militer dalam semalam, termasuk lokasi produksi rudal dan organisasi penelitian yang terlibat dalam pengembangan senjata nuklir di Teheran.

Iran meluncurkan setidaknya satu rentetan rudal baru pada hari Jumat pagi, yang menyerang dekat apartemen perumahan, gedung perkantoran, dan fasilitas industri di kota selatan Beersheba.

Gedung Putih mengatakan pada hari Kamis bahwa Presiden Donald Trump akan memutuskan apakah akan terlibat atau tidak dengan keterlibatan AS dalam konflik tersebut dalam dua minggu ke depan, dengan mengutip kemungkinan negosiasi yang melibatkan Iran dalam waktu dekat.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan pada hari Jumat bahwa tidak ada ruang untuk negosiasi dengan sekutu adidaya Israel, Amerika Serikat, "sampai agresi Israel berhenti".

Namun, ia dijadwalkan bertemu dengan menteri luar negeri Eropa di Jenewa pada hari Jumat untuk pembicaraan yang diharapkan dapat membuka jalan kembali ke jalur diplomasi atas program nuklir Iran.

Dua diplomat mengatakan sebelum pertemuan yang melibatkan Prancis, Inggris, Jerman, dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa bahwa Araqchi akan diberi tahu bahwa AS masih terbuka untuk pembicaraan langsung. Harapan untuk terobosan rendah, kata para diplomat.

Israel mulai menyerang Iran Jumat lalu, dengan mengatakan musuh lamanya itu hampir mengembangkan senjata nuklir.

Iran, yang mengatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai, membalas dengan serangan rudal dan pesawat nirawak terhadap Israel.

Israel secara luas dianggap memiliki senjata nuklir. Israel tidak membenarkan atau membantah hal ini.

Serangan udara Israel telah menewaskan 639 orang di Iran, menurut Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia, sebuah organisasi hak asasi manusia yang berbasis di AS yang melacak Iran. Korban tewas termasuk pejabat tinggi militer dan ilmuwan nuklir.

Israel mengatakan sedikitnya dua lusin warga sipil Israel tewas dalam serangan rudal Iran.

Reuters tidak dapat memverifikasi jumlah korban tewas dari kedua belah pihak secara independen. Rincian korban dalam serangan terbaru belum diketahui.

Warga sipil jadi korban

Kedua belah pihak mengatakan mereka menyerang target militer dan pertahanan, tetapi warga sipil juga terjebak dalam baku tembak dan masing-masing menuduh pihak lain menyerang rumah sakit.

Sebuah situs web berita Iran mengatakan sebuah pesawat tanpa awak telah menyerang sebuah apartemen di sebuah gedung perumahan di pusat kota Teheran pada hari Jumat, tetapi tidak memberikan rinciannya.

Serangan Israel terhadap instalasi nuklir Iran sejauh ini hanya menimbulkan risiko kontaminasi yang terbatas, kata para ahli. Tetapi mereka memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap stasiun tenaga nuklir di Bushehr dapat menyebabkan bencana nuklir.

Israel mengatakan bertekad untuk menghancurkan kemampuan nuklir Iran tetapi ingin menghindari bencana nuklir di wilayah yang dihuni oleh puluhan juta orang dan menghasilkan sebagian besar minyak dunia.

Pertemuan di Jenewa akan dimulai pada Jumat sore. Kota Swiss ini merupakan tempat kesepakatan awal dicapai pada tahun 2013 untuk mengekang program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi. Kesepakatan komprehensif menyusul pada tahun 2015.

Trump menarik AS keluar dari perjanjian tersebut pada tahun 2018. Serangkaian pembicaraan baru antara Iran dan AS gagal ketika Israel meluncurkan apa yang disebutnya Operasi Rising Lion terhadap fasilitas nuklir dan kemampuan balistik Iran pada tanggal 12 Juni.

Trump telah berganti-ganti antara mengancam Teheran dan mendesaknya untuk melanjutkan pembicaraan nuklir. Utusan khususnya untuk wilayah tersebut, Steve Witkoff, telah berbicara dengan Araqchi beberapa kali sejak minggu lalu, kata beberapa sumber.

Timur Tengah gelisah sejak kelompok militan Palestina Hamas menyerangnya pada bulan Oktober 2023, yang memicu perang Gaza, dan Israel telah berperang di beberapa front melawan sekutu regional Iran.

Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, memperingatkan pada hari Jumat tentang tindakan lebih lanjut terhadap sekutu Iran, Hizbullah, sehari setelah kelompok militan Lebanon itu mengisyaratkan akan membantu Iran.

Pejabat Barat dan regional mengatakan Israel berusaha menghancurkan pemerintahan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Kamis "jatuhnya rezim ... mungkin merupakan akibatnya, tetapi terserah kepada rakyat Iran untuk bangkit demi kebebasan mereka."

Kelompok oposisi Iran berpikir waktu mereka mungkin sudah dekat, tetapi aktivis yang terlibat dalam protes sebelumnya mengatakan mereka tidak mau melepaskan kerusuhan massal saat negara mereka diserang, dan otoritas Iran telah menindak keras perbedaan pendapat.

"Bagaimana orang bisa turun ke jalan? Dalam keadaan yang mengerikan seperti itu, orang hanya fokus untuk menyelamatkan diri mereka sendiri, keluarga mereka, rekan senegaranya, dan bahkan hewan peliharaan mereka," kata Atena Daemi.

 

 

 

Ini Spesifikasi dan Sejarah Sejjil, Rudal Canggih Iran yang Buat Israel Ketar-Ketir

 

 

Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) meluncurkan serangan ke Israel yang merupakan gelombang ke-12 dari “Operation True Promise 3” pada Rabu (18/6/2025) malam waktu setempat. Berbeda dengan serangan sebelumnya, kali ini Iran menggunakan rudal Sejjil untuk pertama kalinya —salah satu jajaran dari persenjataan rudal balistik dan jelajah unggulan yang dimilikinya.

“Gelombang ke-12 Operation True Promise 3 telah dimulai, dengan peluncuran rudal Sejjil dua tahap yang sangat berat dan memiliki jangkauan jauh,” demikian laporan Kantor Berita Iran IRNA.

Target utama peluncuran Sejjil adalah Markas Besar Komando Pusat Tentara Israel untuk Komunikasi, Kontrol, dan Intelijen (C4I), yang letaknya berdekatan dengan rumah sakit militer Soroka Medical Center di Beersheba. Serangan tersebut membuat ketegangan antara Iran dan Israel semakin meningkat yang memicu Netanyahu untuk kembali membalas serangan Iran.

Berikut sejumlah fakta mengenai rudal Sejjil yang bisa Anda ketahui.

1. Spesifikasi

Rudal Sejjil merupakan rudal balistik jarak menengah dua tahap berbahan bakar padat yang dirancang dan diproduksi sendiri oleh Iran. Memiliki nama lain Ashoura, rudal ini memiliki panjang 18 meter, diameter 1,25 meter, dengan berat total saat peluncuran 23.600 kilogram atau 23,6 ton.

Digunakan sejak 2012, Sejjil dapat membawa hulu ledak tunggal sekitar 700 dengan jangkauan hingga 2.000 km. Diduga, rudal ini akan membawa hulu ledak peledak tinggi (HE) sampai Iran memperoleh hulu ledak nuklir.

2. Pengembangan Sejjil

Rudal Sejjil diperkirakan mulai dikembangkan pada akhir 1990-an, yang merupakan hasil pengembangan dari rudal-rudal Iran sebelumnya, terutama rudal jarak pendek Zelzal (SRBM).

Meskipun memiliki ukuran, berat, dan jangkauan yang serupa dengan varian rudal Iran lainnya yakni Shahab 3, penggunaan bahan bakar padat merupakan peningkatan besar dibandingkan desain Shahab.

Penggunaan bahan bakar padat pada Sejjil, secara khusus, merupakan hasil kemajuan teknologi propelan yang dicapai bersamaan dengan program Zelzal pada 1990-an, yang diyakini mendapat bantuan dari China.

Bahan bakar padat dipilih karena memiliki waktu peluncuran yang lebih cepat, sehingga kemungkinan rudal akan hancur saat proses peluncuran akan menjadi jauh lebih kecil. Namun, di sisi lain, rudal berbahan bakar padat memiliki karakteristik kinerja tertentu yang membuatnya lebih sulit untuk diarahkan dan dikendalikan.

3. Sejarah operasional

Uji coba peluncuran pertama rudal Sejjil dilakukan pada 2008, dengan rudal dilaporkan terbang sejauh 800 km. Peluncuran kedua dilakukan pada Mei 2009 untuk menguji sistem pemandu dan navigasi yang telah ditingkatkan.

Sejak tahun 2009, telah dilakukan empat uji coba penerbangan tambahan, dengan uji coba keenam meluncurkan rudal sejauh sekitar 1.900 km ke arah Samudra Hindia.

Sejjil tidak lagi dilakukan uji coba sejak 2012, dan baru pada 2021 kembali diluncurkan sebagai bagian dari latihan militer “Great Prophet”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tolak AS Terlibat Perang Iran-Israel, Direktur Intelijen tak Diizinkan Ikut Rapat di Gedung Putih

 

 

Direktur Intelijen Nasional AS, Tulsi Gabbard, seperti dilaporkan NBC, tidak diizinkan ikut serta dalam diskusi internal Gedung Putih terkait konflik antara Iran dan Israel. Laporan NBC pada Kamis (19/6/2025), mengutip pejabat senior pemerintahan yang mengetahui persoalan tersebut.

Gabbard, yang secara terbuka menentang keterlibatan AS dalam konflik luar negeri, dilaporkan mulai tidak disukai oleh Presiden AS Donald Trump, menurut media tersebut. Namun, meskipun ada perbedaan pandangan dengan Trump, Gabbard tidak diperkirakan akan mengundurkan diri dari kabinet, kata sumber tersebut.

Trump, Selasa (17/6/2025), mengecam pernyataan Gabbard di Kongres pada Maret lalu, yang menyatakan Komunitas Intelijen AS menilai Iran tidak sedang mengembangkan senjata nuklir. Sumber NBC menyebutkan bahwa penilaian intelijen AS terkait kapabilitas nuklir Iran hingga kini belum berubah.

Israel melancarkan operasi militer besar-besaran terhadap Iran pada Jumat (13/6/2025) dini hari, dengan tuduhan bahwa Iran tengah menjalankan program nuklir militer secara rahasia. Angkatan udara Israel melakukan serangkaian serangan udara di berbagai wilayah Iran, termasuk Teheran, yang menewaskan sejumlah pejabat militer senior dan ilmuwan nuklir.

Beberapa fasilitas nuklir penting, termasuk Natanz dan Fordow, juga menjadi sasaran serangan.Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyebut serangan tersebut sebagai kejahatan dan memperingatkan Israel akan menghadapi “nasib pahit dan mengerikan.”

Sebagai balasan, Iran meluncurkan operasi True Promise III pada Jumat malam dan menyasar sejumlah target militer di dalam wilayah Israel. Iran membantah tuduhan bahwa program nuklirnya memiliki dimensi militer. Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, pada 18 Juni menyatakan bahwa badan tersebut belum menemukan bukti nyata bahwa Iran sedang mengembangkan senjata nuklir secara aktif.

Laporan CNN pada Selasa (17/6/2025), mengutip sumber terpercaya, juga menyebut bahwa penilaian intelijen AS sampai saat ini menunjukkan bahwa Iran tidak secara aktif mengejar senjata nuklir. Mantan Duta Besar Inggris untuk Uzbekistan sekaligus aktivis hak asasi manusia, Craig Murray, mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Iran telah menunjukkan sikap yang "sangat bertanggung jawab dan sabar" dalam beberapa tahun terakhir, meski terus mendapatkan provokasi dari Israel.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Liga Arab: Israel Ancaman Global!

 

Serangan Israel terhadap Iran merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional yang mengancam keamanan seluruh dunia. Dampak serangan bukan hanya dirasakan Timur Tengah tapi juga global.

Perwakilan Liga Arab Walid Hamed Shiltag mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA Novosti, serangan Israel merusak perdamaian dan keamanan internasional.

"Serangan Israel, agresi Israel terhadap Iran merupakan tindakan agresi terhadap hukum internasional, peraturan internasional, serta perdamaian dan keamanan. Situasi yang saat ini muncul di kawasan kita mengancam tidak hanya Timur Tengah, tetapi seluruh dunia," kata Shiltag di sela-sela Forum Ekonomi Internasional St Petersburg (SPIEF), Jumat (20/6/2025).

Liga Arab mengutuk agresi Israel terhadap Iran karena tindakan agresi terhadap negara berdaulat, sehingga bertentangan dengan Piagam PBB. Organisasi tersebut juga masih menunggu AS, apakah akan bergabung dengan Israel menyerang Iran atau tidak.

"Sikap kami adalah untuk perdamaian dan penyelesaian masalah ini secara damai. Dan saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk berterima kasih kepada Presiden Rusia (Vladimir) Putin atas pernyataan dan seruan positif kepada pihak-pihak yang bertikai, Iran dan Israel, untuk menghentikan konflik ini dan menyelesaikannya dengan cara damai," kata Shiltag.

Lebih lanjut dia menegaskan konflik di Timur Tengah tidak akan selesai sampai konflik Palestina diselesaikan. Oleh karena itu penyelesaian masalah Palestina menjadi agenda utama bagi negara-negara Arab.

Israel menyerang Iran sejak Jumat pekan lalu, menuduhnya sedang membuat senjata nuklir.

Angkatan Udara Israel melakukan beberapa gelombang serangan ke seluruh Iran, termasuk beberapa fasilitas nuklir, Natanz, Isfahan, dan Fordow.

Iran sejak awal membantah sedang membuat atau memiliki program nuklir.

Bahkan penilaian intelijen Amerika Serikat (AS) mencapai kesimpulan bahwa Iran tidak secara aktif mengejar senjata nuklir.

Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi juga belum melihat bukti konkret bahwa Iran memiliki program senjata nuklir.

 

 

 

Rusia: Serangan Israel terhadap Nuklir Iran Bisa Mengulang Tragedi Chernobyl

 

Rusia memperingatkan serangan Israel terhadap situs nuklir Bushehr Iran dapat mengulang tragedi Chernobyl seperti yang melanda Ukraina tahun 1986. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr dibangun oleh Rusia. Seorang juru bicara militer Zionis mengatakan Israel telah menyerang lokasi tersebut, tetapi seorang pejabat militer Israel kemudian menyebut pernyataan tersebut sebagai "kesalahan" dan mengatakan dia tidak dapat mengonfirmasi atau menyangkal bahwa situs nuklir Bushehr di pesisir Teluk telah diserang. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada wartawan bahwa Israel telah berjanji kepada Rusia bahwa para pekerja Moskow—yang sedang membangun lebih banyak fasilitas nuklir di lokasi Bushehr—akan aman, bahkan saat Israel mencoba melemahkan kemampuan nuklir Iran dengan paksa. Baca Juga: Iran Akan Terus Serang Israel: Situs Nulir Zionis Bakal Hadapi Pukulan Telak! Alexei Likhachev, kepala perusahaan nuklir negara Rusia; Rosatom, memperingatkan bahwa situasi di sekitar PLTN Bushehr penuh dengan risiko. "Jika terjadi serangan terhadap unit daya pertama yang beroperasi, itu akan menjadi bencana yang sebanding dengan Chernobyl," tulis kantor berita RIA, mengutip pernyataan Likhachev. Likhachev merujuk pada tragedi nuklir terburuk di dunia pada tahun 1986, ketika sebuah reaktor nuklir meledak di Chernobyl di Ukraina Soviet. "Serangan terhadap Bushehr akan menjadi sangat...jahat," imbuh pernyataan Likhachev. Menurutnya, Rusia telah mengevakuasi beberapa spesialisnya dari Bushehr, tetapi tenaga kerja inti—yang menurut Putin berjumlah ratusan orang—tetap berada di lokasi. "Kami siap menghadapi skenario apa pun, termasuk evakuasi cepat semua karyawan kami," imbuh pernyataan Likhachev. Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan serangan Israel terhadap fasilitas nuklir damai Iran tidak dapat diterima dan ilegal. "Kami terutama prihatin dengan keselamatan PLTN Bushehr, yang dalam operasinya melibatkan spesialis Rusia," katanya kepada wartawan, seperti dikutip Al Arabiya, Jumat (20/6/2025). "Kami ingin secara khusus memperingatkan Washington agar tidak melakukan intervensi militer dalam situasi ini, yang akan menjadi langkah yang sangat berbahaya dengan konsekuensi negatif yang benar-benar tidak dapat diprediksi," imbuh Zakharova, menggarisbawahi peringatan yang pertama kali dikeluarkan Moskow pada hari Rabu. Putin, dalam komentarnya pada Kamis pagi, bersikap defensif ketika ditanya apa lagi yang akan dilakukan Moskow untuk membantu Teheran. Dia mengatakan Iran tidak meminta bantuan militer, bahwa hubungan mereka kuat, dan bahwa kehadiran pekerja Rusia yang terus membangun lebih banyak fasilitas nuklir di Bushehr menunjukkan dukungan Rusia terhadap Iran. Namun, Putin juga menekankan pentingnya hubungan Rusia dengan Israel—meskipun dia kemudian mengecam perilaku Israel dalam panggilan telepon dengan Presiden China Xi Jinping—dan mengatakan dia yakin solusi diplomatik yang akan memuaskan kekhawatiran Israel tentang keamanannya sendiri dan Iran dapat ditemukan. Rusia menandatangani kemitraan strategis dengan Iran pada bulan Januari dan juga memiliki hubungan dengan Israel, meskipun hubungan tersebut telah tegang karena perang Moskow di Ukraina. Tawaran Rusia untuk menjadi penengah dalam konflik Israel-Iran sejauh ini belum ditanggapi. Mikhail Bogdanov, wakil menteri luar negeri Rusia lainnya, menjauh ketika ditanya oleh Reuters tentang kemungkinan AS bergabung dalam perang Israel melawan Iran. "Tuhan melarang, konsekuensinya akan sulit diprediksi," katanya.

3 Negara yang Bela Iran dalam Perang Melawan Israel, 2 di Antaranya Punya Bom Nuklir

 

Setidaknya ada tiga negara yang menyatakan dukungannya pada Iran untuk melawan agresi Israel. Dua dari tiga negara pembela Teheran itu memiliki senjata nuklir. Perang Iran-Israel dimulai sejak Jumat pekan lalu, dimulai dengan agresi udara militer Zionis dengan nama sandi Operasi Rising Lion yang menargetkan situs-situs nuklir dan militer Teheran. Iran terus membalas dengan meluncurkan Operasi True Promise III yang menargetkan situs-situs penting Zionis, termasuk markas besar Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Teheran sejauh ini sendirian dalam perangnya melawan agresi militer Zionis. Tak ada negara yang membantu maupun memasok senjata ke Iran. Baca Juga: Korea Utara Bela Iran, Sebut Agresi Israel Kejahatan Tak Termaafkan Meski demikian, ada tiga negara yang menyatakan pembelaannya pada Iran dalam melawan arogansi militer Zionis. Tiga negara itu adalah China, Korea Utara, dan Arab Saudi. 3 Negara yang Bela Iran dalam Perang Melawan Israel 1. China China, yang merupakan salah satu kekuatan nuklir dunia, membela hak Iran untuk membela diri dari agresi militer Zionis Israel. Menteri Luar Negeri China Wang Yi telah berbicara dengan mitranya dari Iran, Seyed Abbas Araghchi, mengecam serangan Israel yang memicu konflik terbaru di Timur Tengah. Meski demikian, Beijing juga menawarkan diri untuk "memainkan peran yang konstruktif" dalam penyelesaian konflik. "China secara tegas mengutuk pelanggaran Israel terhadap kedaulatan, keamanan, dan integritas teritorial Iran…(dan) mendukung Iran dalam menjaga kedaulatan nasionalnya, mempertahankan hak dan kepentingannya yang sah," kata Wang dalam panggilan telepon dengan Araghchi, menurut pernyataan resmi yang dikeluarkan Beijing, sebagaimana dikutip dari CNN. Penentangan tegas China terhadap agresi Israel sangat kontras dengan respons negara tersebut terhadap invasi Rusia ke Ukraina–yang ditolak Beijing untuk dikecam saat meningkatkan hubungan dekatnya dengan Moskow. 2. Korea Utara Korea Utara (Korut), yang juga memiliki senjata nuklir, membela Iran dengan mengecam serangan udara Israel sebagai tindakan agresi yang mengerikan. Menurut pemerintah yang dipimpin Kim Jong-un tersebut, rezim Zionis, yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Barat, adalah entitas "seperti kanker" yang mengancam perdamaian di Timur Tengah. Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyuarakan kekhawatiran serius tentang serangan militer Israel terhadap Iran yang dimulai sejak Jumat pekan lalu karena meningkatkan bahaya perang habis-habisan baru di Timur Tengah. "Situasi gawat yang disaksikan dunia saat ini jelas membuktikan bahwa Israel, yang didukung dan dilindungi oleh AS dan Barat, adalah entitas yang seperti kanker bagi perdamaian di Timur Tengah dan penyebab utama penghancuran perdamaian dan keamanan global," kata kementerian tersebut. "Korea Utara mengecam serangan Israel terhadap Iran sebagai tindakan agresi yang mengerikan yang melanggar kedaulatan dan integritas teritorial negara berdaulat dan kejahatan yang tidak dapat dimaafkan terhadap kemanusiaan," lanjut Kementerian Luar Negeri Korut. "Kaum Zionis yang membawa perang baru ke Timur Tengah dan pasukan di balik layar yang dengan bersemangat melindungi dan mendukung mereka akan dianggap sepenuhnya bertanggung jawab atas penghancuran perdamaian dan keamanan internasional," imbuhnya. Setelah menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1973, Korea Utara dan Iran diketahui memiliki hubungan dekat saat keduanya berada di bawah sanksi internasional atas program senjata mereka. 3. Arab Saudi Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS) mengatakan Riyadh dan dunia Islam mendukung Iran dalam melawan agresi Zionis Israel. Dukungan Pangeran Mohammed bin Salman itu disampaikan selama panggilan telepon dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian sehari setelah perang Iran-Israel pecah. "Arab Saudi berdiri di samping saudara-saudaranya di Iran, dan saat ini seluruh dunia Islam bersatu dalam mendukung [Iran]," katanya. "Hari ini, seluruh dunia Islam mendukung Anda secara serempak," lanjut Pangeran Mohammed bin Salman. Calon raja Arab Saudi tersebut berjanji bahwa dia akan terus aktif bekerja melalui saluran diplomatik untuk menekan Israel agar menghentikan agresinya. "Israel berfokus pada peningkatan ketegangan untuk menyeret Amerika Serikat ke dalam konflik ini, tetapi kami percaya tanggapan bijaksana dari Republik Islam Iran akan mencegah hal ini terjadi," ujarnya.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memperingatkan kelompok Hizbullah Lebanon agar waspada. Dia mengatakan kesabaran Israel terhadap musuh-musuh yang mengancamnya telah menipis. "Sekretaris Jenderal Hizbullah tidak belajar dari para pendahulunya dan mengancam akan bertindak terhadap Israel sesuai dengan perintah diktator Iran," ujar Katz dalam posting di X. Pemimpin Hizbullah sebelumnya, Hassan Nasrallah, dibunuh selama kampanye Israel melawan Hizbullah tahun lalu. Dia menegaskan, "Saya sarankan kepada perwakilan Lebanon untuk berhati-hati dan memahami bahwa Israel telah kehilangan kesabaran terhadap teroris yang mengancamnya." Pimpinan Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan pada hari Kamis (19/6/2025) bahwa kelompok Lebanon akan bertindak sesuai yang dianggapnya tepat dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai "agresi brutal Israel-Amerika" terhadap Iran. Sementara itu, Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri yang berpengaruh, politikus Syiah berpangkat tertinggi di negara itu dan sekutu dekat Hizbullah, berbicara kepada MTV News setempat tadi malam, menyatakan keyakinannya bahwa Lebanon tidak akan bergabung dengan Iran dalam perang apa pun melawan Israel. "Saya 200% yakin Lebanon tidak akan terlibat perang karena mereka tidak berminat melakukannya dan akan membayar harga yang mahal," ujar Berri kepada jaringan tersebut. "Iran tidak membutuhkan kita. Israel-lah yang membutuhkan dukungan," papar dia. Komentarnya muncul di tengah pembicaraan dari Iran, Israel, dan Amerika Serikat (AS) tentang apakah Hizbullah akan diaktifkan untuk mendukung Iran dengan serangan terhadap Israel atau tidak. Kelompok tersebut sejauh ini mengisyaratkan mereka tidak akan ikut campur dalam perang ini, tetapi sekutu dekatnya Iran mungkin akan menekan mereka untuk terlibat jika AS juga ikut berperang di pihak Israel.

 

 

 

 

 

 

Share this Post