News Forex, Index & Komoditi ( Jumat, 14 Maret 2025 )

         News  Forex,  Index  &  Komoditi

(  Jum’at,   14  Maret  2025  )

Harga Emas Global Naik Mencapai Rekor Tertinggi Pasca Data AS

 

Harga Emas melonjak tajam pada hari Kamis dan menembus rekor tertinggi sebelumnya di $2.954 meskipun imbal hasil obligasi Pemerintah AS tinggi dan Dolar AS kuat. Pada saat berita ini ditulis, XAU/USD menembus level $2.960, dan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa $2.971 per troy ounce.

Sebelumnya, Bureau of Labor Statistics (BLS) AS mengungkapkan bahwa harga yang dibayar oleh produsen, mempertahankan "status quo." IHP di bulan Februari naik 3,2% YoY, di bawah prakiraan 3,3% dan turun dari 3,7% di Januari. IHP inti untuk periode yang sama naik 3,4% YoY, di bawah estimasi 3,5%. Pada saat yang sama, Klaim Tunjangan Pengangguran Awal untuk pekan yang berakhir 8 Maret turun dari 222 ribu menjadi 220 ribu, di bawah prakiraan 225 ribu.

Kenaikan terakhir harga Emas kurang memiliki katalis yang mendorong harga menuju $2.971. Namun, tajuk utama dari Rusia mengindikasikan bahwa gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina tidak sedekat yang diprakirakan, karena pembantu utama Rusia mengatakan bahwa proposal AS "tidak memberikan apa-apa" kepada Rusia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harga Minyak Dunia Anjlok di Tengah Perang Dagang dan Ketidakseimbangan

 

Harga minyak mentah anjlok lebih dari 1% pada Kamis (13/3/2025), tertekan oleh kekhawatiran bahwa perang dagang yang dipicu Amerika Serikat dapat menghambat permintaan global, serta ketidakpastian mengenai upaya gencatan senjata Rusia-Ukraina yang diusulkan AS. Melansir Reuters, Jumat (14/3/2025), minyak mentah Brent ditutup turun US$1,07 atau 1,5% ke US$69,88 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) AS melemah US$1,13 atau 1,7% ke US$66,55 per barel. Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pasokan minyak global tahun ini berpotensi melampaui permintaan hingga 600.000 barel per hari. Proyeksi pertumbuhan permintaan global pun direvisi turun menjadi 1,03 juta barel per hari, lebih rendah 70.000 barel dari estimasi bulan sebelumnya. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Presiden AS Donald Trump kembali mengguncang pasar dengan ancaman tarif 200% terhadap anggur, cognac, dan minuman beralkohol dari Eropa. Langkah ini membuka babak baru dalam perang dagang global, memicu kecemasan investor atas potensi hambatan perdagangan yang lebih luas. Analis senior Price Futures Group Phil Flynn mengatakan ketegangan ini mengguncang kepercayaan pelaku pasar. Indeks saham AS tertekan, menekan sentimen minyak meskipun fundamental pasar menunjukkan kondisi yang lebih ketat dari perkiraan. "Pasar saat ini terjebak dalam tarik-menarik antara data fundamental yang mendukung harga dan kekhawatiran tarif yang berpotensi membebani permintaan," ujar Flynn.

Harga Minyak Mentah RI (ICP) Februari 2025 Anjlok, Terseret Kebijakan Tarif AS Badan Energi Internasional (IEA): Perang Dagang Gerus Permintaan Minyak Global Kekhawatiran Ekonomi Global Menghantui, Harga Minyak Melemah meski Permintaan Kuat Sementara itu, Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow mengatakan ekspektasi pertumbuhan permintaan minyak pada 2025 kini semakin bergantung pada perkembangan kebijakan tarif dan respons balik dari negara mitra dagang AS. Di sisi geopolitik, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Moskow setuju dengan proposal AS untuk menghentikan pertempuran, tetapi menegaskan bahwa gencatan senjata harus membawa solusi jangka panjang bagi konflik tersebut. Namun, analis UBS Giovanni Staunovo tetap skeptis bahwa gencatan senjata akan secara signifikan meningkatkan pasokan minyak Rusia di pasar global. Sementara itu, analis Citi memperkirakan harga minyak Brent akan turun ke kisaran US$60 per barel pada paruh kedua 2025, mengingat kebijakan Trump yang berfokus pada stabilitas harga bahan bakar di dalam negeri. Dari sisi produksi, OPEC melaporkan lonjakan output pada Februari, dengan Kazakhstan sebagai kontributor utama. Meskipun begitu, kelompok produsen minyak ini terus berupaya menegakkan kepatuhan terhadap target produksi, sembari bersiap untuk secara bertahap mencabut pemangkasan pasokan. Faktor lain yang membebani pasar adalah merosotnya permintaan bahan bakar pesawat. JP Morgan mencatat bahwa berdasarkan data Administrasi Keamanan Transportasi AS, jumlah penumpang pada Maret turun 5% dibanding tahun lalu, menyusul stagnasi lalu lintas di Februari. Namun, di tengah kekhawatiran tersebut, JP Morgan juga melaporkan bahwa hingga 11 Maret, permintaan minyak global telah mencapai rata-rata 102,2 juta barel per hari, meningkat 1,7 juta barel dibanding tahun lalu dan melebihi perkiraan kenaikan bulanan sebesar 60.000 barel per hari.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Wall Street Ditutup Anjlok, Terseret Kekhawatiran Perang Dagang

 

Wall Street kembali anjlok setelah data inflasi yang dingin dibayangi oleh kekhawatiran bahwa perang tarif yang meningkat dari Amerika Serikat (AS) terhadap beberapa mitra dagang terbesarnya dapat memicu kembali inflasi dan mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Kamis (13/3), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 537,36 poin atau 1,30% ke 40.813,57, indeks S&P 500 melemah 77,78 poin atau 1,39% menjadi 5.521,52 dan indeks Nasdaq Composite turun 345,44 poin atau 1,96% ke 17.303,01.

Di antara 11 sektor utama pada indeks S&P 500, semua kecuali utilitas berakhir di wilayah negatif, dengan sector layanan komunikasi dan barang konsumsi mengalami koreksi paling dalam.

Pada sesi kali ini, pasar saham AS mendapat tekanan setelah Uni Eropa menanggapi tarif menyeluruh AS terhadap baja dan aluminium dengan mengenakan pajak 50% terhadap ekspor wiski Amerika, yang mendorong Trump untuk mengancam di Truth Social akan mengenakan tarif 200% terhadap impor anggur dan minuman beralkohol Eropa.

Aksi jual besar-besaran menyebabkan ketiga indeks saham utama AS jatuh, dengan kerugian pada saham teknologi dan saham megacap terkait teknologi menyeret Nasdaq anjlok hampir 2%.

"Sentimennya buruk," Mike Dickson, kepala penelitian di Horizon Investments di Charlotte, North Carolina.

"Ada berita utama tarif baru setiap hari, dan itu membebani banyak hal."

"Dan Anda melihatnya paling jelas di beberapa area pasar yang lebih sensitif seperti Magnificent 7 yang cukup meningkat," tambah Dickson. "Saat ini tidak terasa menyenangkan di luar sana."

Indeks S&P 500 ditutup 10,1% di bawah rekor penutupan tertingginya pada 19 Februari, yang mengonfirmasi bahwa indeks penentu arah tersebut telah mengalami koreksi sejak saat itu.

Pada 6 Maret, Nasdaq mengonfirmasi bahwa indeks tersebut mengalami koreksi dengan ditutup 10,4% lebih rendah dari penutupan tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada 16 Desember.

Indeks Dow Jones, yang secara luas dipandang sebagai barometer kesehatan ekonomi AS, ditutup 18,9% di bawah rekor penutupan tertingginya pada 25 November; penurunan 20% atau lebih di bawah level tersebut akan mengonfirmasi bahwa indeks tersebut berada dalam pasar yang melemah.

"Masih banyak ketidakpastian mengenai ekonomi," kata Chuck Carlson, kepala eksekutif di Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.

"Sebagian dari ketidakpastian itu tentu saja didorong oleh tarif, tetapi ada ketidakpastian lain di luar sana, dan itu membuat investor berpikir mungkin pendaratan keras memang terjadi."

Jajak pendapat Reuters/Ipsos terhadap warga Amerika yang dilakukan pada 11-12 Maret menunjukkan bahwa 57% peserta jajak pendapat percaya bahwa langkah Trump untuk mengguncang ekonomi terlalu tidak menentu, dan 53% berpikir perang tarif akan lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat.

Indeks Harga Produsen (PPI) Departemen Tenaga Kerja tampaknya menggemakan data CPI hari Rabu, dengan pembacaan yang lebih dingin dari perkiraan yang tampaknya mengonfirmasi bahwa inflasi tetap berada di jalur menurun yang berliku-liku saat mendekati target tahunan Federal Reserve AS sebesar 2%.

Hal ini, bersama dengan laporan klaim pengangguran yang jinak, memberikan sedikit jaminan bahwa, untuk saat ini, inflasi menuju ke arah yang benar dan pasar tenaga kerja berada pada pijakan yang kokoh.

Pasar juga mengamati pertandingan gulat yang sedang berlangsung di Capitol Hill saat para anggota parlemen berebut untuk meloloskan RUU pengeluaran sementara menjelang tenggat waktu yang semakin dekat untuk mencegah penutupan sebagian pemerintah.

Saham Intel melonjak 14,6% setelah pembuat chip itu menunjuk veteran industri Lip-Bu Tan sebagai kepala eksekutifnya.

Adobe turun 13,9% setelah perusahaan perangkat lunak itu memperkirakan pendapatan kuartalan sesuai dengan estimasi.

Perusahaan ritel diskon Dollar General melaporkan estimasi penjualan toko yang sama yang mengecewakan tetapi memberikan hasil kuartalan yang optimis, sehingga sahamnya naik 6,8%.

 

Presiden Iran kepada Trump: Saya Tak Akan Bernegosiasi

 

Media pemerintah Iran melaporkan pada hari Selasa (11/3/2025), Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya tidak akan bernegosiasi dengan AS meskipun diancam.

Dia kemudian memberi tahu Presiden Donald Trump untuk melakukan apa pun yang dia inginkan.

"Tidak dapat diterima bagi kami bahwa mereka (AS) memberi perintah dan membuat ancaman. Saya bahkan tidak akan bernegosiasi dengan Anda. Lakukan apa pun yang Anda inginkan", media pemerintah mengutip pernyataan Pezeshkian seperti yang dikutip Reuters.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan pada hari Sabtu bahwa Teheran tidak akan diintimidasi untuk berunding.

Pernyataan itu dia tegaskan selang sehari setelah Trump mengatakan dia telah mengirim surat yang mendesak Iran untuk terlibat dalam pembicaraan mengenai kesepakatan nuklir baru.

Sambil menyatakan keterbukaan terhadap kesepakatan dengan Teheran, Trump telah mengembalikan kampanye "tekanan maksimum" yang dia terapkan dalam masa jabatan pertamanya sebagai presiden untuk mengisolasi Iran dari ekonomi global dan menekan ekspor minyaknya hingga mendekati nol.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox Business, Trump mengatakan minggu lalu, "Ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau Anda membuat kesepakatan untuk mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir."

Iran telah lama membantah ingin mengembangkan senjata nuklir. Namun, negara itu "secara dramatis" mempercepat pengayaan uranium hingga kemurnian 60%, mendekati tingkat senjata sekitar 90%, IAEA telah memperingatkan.

Iran telah mempercepat pekerjaan nuklirnya sejak 2019, setahun setelah Presiden Trump saat itu membatalkan pakta nuklir Teheran tahun 2015 dengan enam kekuatan dunia dan menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi negara itu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tantang Trump, Kanada Berlakukan Tarif Balasan Senilai C$29,8 Miliar terhadap AS

 

Pemerintah Kanada akan mengumumkan tarif balasan senilai C$29,8 miliar terhadap Amerika Serikat pada hari Rabu sebagai respons atas kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menerapkan tarif impor terhadap baja dan aluminium.

Seorang pejabat Kanada yang tidak ingin disebutkan namanya mengonfirmasi langkah ini, menandai eskalasi perang dagang antara kedua negara.

Eskalasi Perang Dagang antara Kanada dan AS

Kebijakan tarif baru Trump terhadap impor baja dan aluminium mulai berlaku pada Rabu setelah masa pengecualian dan kuota bebas bea berakhir. Langkah ini merupakan bagian dari kampanye Trump untuk merombak norma perdagangan global agar lebih menguntungkan Amerika Serikat.

Kanada, sebagai pemasok baja dan aluminium terbesar ke AS, terdampak langsung oleh kebijakan ini. Sebagai bentuk perlawanan, pemerintah Kanada mengambil langkah mengenakan tarif balasan yang ditargetkan terhadap berbagai produk AS.

Peralihan Kepemimpinan di Kanada: Trudeau ke Mark Carney

Eskalasi perang dagang ini terjadi di tengah transisi kepemimpinan di Kanada. Perdana Menteri Justin Trudeau dijadwalkan menyerahkan kekuasaan kepada penggantinya, Mark Carney, yang baru saja memenangkan pemilihan kepemimpinan Partai Liberal pada hari Minggu.

Carney, yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Bank of Canada dan Gubernur Bank of England, menyatakan pada hari Senin bahwa ia belum dapat berbicara langsung dengan Trump sebelum resmi dilantik sebagai Perdana Menteri Kanada.

Sementara itu, Trump kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial di media sosial dengan menyatakan keinginannya agar Kanada menjadi "Negara Bagian Ke-51" dari Amerika Serikat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

China Sebut AS Menggunakan Fentanil untuk Memeras Tiongkok

 

Pada Rabu (12/3/2025), China mengatakan bahwa AS telah merusak kerja sama antinarkoba bilateral dengan mengenakan tarif pada barang-barang China terkait fentanil.

Terkait hal tersebut, China meminta Washington untuk berhenti menggunakan masalah tersebut sebagai alat tawar-menawar untuk "memeras" negara tersebut.

Reuters melaporkan, Presiden AS Donald Trump telah menaikkan tarif pada semua impor China menjadi 20% dari tarif sebelumnya sebesar 10% untuk menghukum Beijing atas apa yang disebutnya sebagai kegagalannya menghentikan pengiriman bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi opioid mematikan fentanil ke Amerika Serikat.

"AS seharusnya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kami," kata seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri Tiongkok dalam sebuah pengarahan di Beijing untuk membahas buku putih Tiongkok tentang fentanil yang diterbitkan awal bulan ini.

"Namun sayangnya... Amerika Serikat tidak menghargai kebaikan ini. Sebaliknya, mereka menggunakan isu fentanil untuk menyebarkan segala macam kebohongan dan telah mencoreng nama baik Tiongkok, mengalihkan kesalahan, terlepas dari kemajuan kerja sama," tambahnya.

AS dan Tiongkok memulai kembali kerja sama fentanil dan penegakan hukum lebih dari setahun yang lalu di bawah mantan Presiden AS Joe Biden, membantu memperbaiki hubungan yang telah rusak akibat berbagai masalah mulai dari perselisihan perdagangan, COVID-19, Taiwan, dan hak asasi manusia.

Kerja sama tersebut telah menghasilkan beberapa kunjungan tingkat tinggi selama tahun lalu dan peningkatan pembagian informasi antara para penyelidik, meskipun Trump menuduh Tiongkok tidak bertindak cukup keras dan cepat dengan tindakan keras terhadap fentanilnya.

Pejabat Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan bahwa AS menggunakan sesuatu yang telah mencapai banyak kemajuan sebagai alasan untuk mengenakan tarif pada Tiongkok.

"Ini bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah," katanya, seraya menambahkan bahwa AS membalas kebaikan dengan permusuhan dan tindakannya tidak masuk akal.

"Itu akan sangat merusak dialog dan kerja sama antara kedua negara dalam pengendalian narkoba," kata pejabat itu. "Kami dengan tegas menentang tekanan, ancaman, dan pemerasan dari pihak AS yang mengutip masalah fentanil sebagai alasan."

Selama beberapa tahun terakhir Tiongkok telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi jalur pipa fentanil. Selama pemerintahan Trump pertama, pada tahun 2019, Tiongkok menempatkan fentanil dan analognya di bawah kendali nasional, yang secara efektif mengakhiri ekspor ilegal produk jadi tersebut.

Namun, menurut para ahli, para eksportir mengubah taktik mereka dengan menjual bahan kimia "prekursor" atau bahkan "pra-prekursor" yang digunakan untuk membuat fentanil oleh kartel Meksiko yang hanya memerlukan sedikit modifikasi untuk membuat produk akhir.

AS, tempat penyalahgunaan fentanil menjadi penyebab utama kematian, telah mendorong Tiongkok untuk melakukan kerja sama penegakan hukum yang lebih dalam. Hal ini termasuk menangani keuangan gelap, penangkapan ahli kimia nakal, dan penggerebekan laboratorium yang terlibat dalam produksi prekursor.

Rangkaian berita Reuters tahun lalu menyusup ke rantai pasokan fentanil dan mengungkap bagaimana pengedar narkoba membawa bahan-bahan fentanil buatan China ke AS dan Meksiko, lalu mensintesisnya di laboratorium gelap Meksiko.

 

 

Rusia Bersikap Hati-Hati Atas Rencana Gencatan Senjata 30 Hari dengan Ukraina

 

Pada Rabu (12/3/2025), Kremlin mengatakan bahwa mereka sedang menunggu rincian dari Washington tentang proposal untuk gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina sebelum memberikan tanggapan resmi.

Padahal, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio berharap kesepakatan akan dicapai dalam beberapa hari ke depan.

Mengutip Reuters, saat Moskow mempertimbangkan rencana tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi wilayah Kursk Rusia untuk pertama kalinya sejak pasukan Ukraina merebut sebagian wilayahnya tahun lalu.

Pasukan Kyiv hampir kehilangan pijakan itu, yang diharapkan Ukraina dapat digunakan sebagai pengaruh dalam setiap pembicaraan damai dengan Moskow.

Dengan kunjungan Putin yang menyoroti klaim keberhasilan Rusia di Kursk, Valery Gerasimov, kepala Staf Umum Rusia, mengatakan kepada pemimpin Kremlin bahwa pasukan Ukraina sudah dikepung.

Namun, komandan tentara Ukraina Oleksandr Syrskyi mengatakan di Facebook bahwa pertempuran terus berlanjut di pinggiran kota Sudzha di Kursk dan pasukan Kyiv akan terus beroperasi di sana "selama diperlukan".

Sementara itu, AS pada hari Selasa (11/3/2025) setuju untuk melanjutkan pasokan senjata dan berbagi intelijen setelah Kyiv mengatakan dalam pembicaraan di Arab Saudi bahwa mereka siap untuk mendukung proposal gencatan senjata.

Kremlin mengatakan sedang mempelajari dengan saksama hasil pertemuan itu dan menunggu rincian dari Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Mike Waltz.

Kemudian pada hari Rabu, Gedung Putih mengatakan Waltz telah berbicara dengan mitranya dari Rusia.

Berbicara kepada wartawan saat pesawatnya mengisi bahan bakar di Irlandia, Rubio mengatakan pada hari Rabu: "Beginilah yang kami harapkan dari dunia dalam beberapa hari: Tidak ada pihak yang saling menembak, tidak ada roket, tidak ada rudal, tidak ada peluru, tidak ada apa-apa ... dan pembicaraan pun dimulai."

Di Washington, Presiden Donald Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ia telah menerima "pesan positif" tentang potensi gencatan senjata dalam konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun tersebut, tanpa memberikan rincian lebih jauh.

Setelah pasukan Rusia memperoleh keuntungan di Ukraina pada tahun 2024, Trump membalikkan kebijakan AS tentang perang tersebut. Yakni dengan meluncurkan pembicaraan bilateral dengan Moskow dan menangguhkan bantuan militer ke Ukraina, menuntut agar Ukraina mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri konflik tersebut.

"Rubio dan Waltz mengatakan bahwa mereka akan menyampaikan informasi terperinci kepada kami melalui berbagai saluran tentang inti pembicaraan yang terjadi di Jeddah. Pertama, kami harus menerima informasi ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Rubio mengatakan Amerika Serikat mengharapkan tanggapan positif, dan jika jawabannya "tidak" maka itu akan memberi tahu Washington banyak hal tentang niat Kremlin yang sebenarnya.

Ia mengatakan bahwa Eropa harus terlibat dalam jaminan keamanan apa pun untuk Ukraina, dan bahwa sanksi yang telah dijatuhkan Eropa juga akan dipertimbangkan.

Ketika ditanya apakah Rusia dapat menerima gencatan senjata tanpa syarat, Rubio berkata: "Itulah yang ingin kami ketahui - apakah mereka siap melakukannya tanpa syarat."

Di Kyiv, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memuji pertemuan minggu ini di Arab Saudi antara pejabat AS dan Ukraina sebagai sesuatu yang konstruktif. Dia mengatakan, gencatan senjata potensial selama 30 hari dengan Rusia dapat digunakan untuk menyusun kesepakatan damai yang lebih luas.

Perusahaan Global Waswas, Tarif Baru Trump Memukul Ekonomi

 

Para produsen barang mulai dari pakaian olahraga hingga mobil mewah dan bahan kimia menggambarkan prospek bisnis yang suram pada Rabu (12/3), seiring meningkatnya kekhawatiran akan dampak perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Tarif impor baru untuk baja dan aluminium ke AS resmi berlaku mulai hari ini, menandai upaya Trump untuk menata ulang perdagangan global demi kepentingan AS. Uni Eropa pun langsung merespons dengan tindakan balasan.

Kebijakan tarif Trump, yang telah bolak-balik diimplementasikan sejak ia menjabat pada Januari lalu, telah mengacaukan berbagai industri—mulai dari otomotif hingga energi—dan mengguncang pasar.

Kekhawatiran akan meningkatnya inflasi serta melemahnya daya beli masyarakat AS semakin memperbesar potensi resesi ekonomi di negara tersebut.

"Hampir semua pelaku ekonomi kesulitan memahami perubahan kebijakan Washington yang tidak menentu dan dampaknya terhadap keputusan bisnis sehari-hari," kata Stephen Dover, chief market strategist di Franklin Templeton.

Menurutnya, ketidakpastian ini melumpuhkan berbagai sektor, termasuk layanan kesehatan, ritel, pertanian, pertambangan, dan energi.

Industri otomotif, misalnya, menghadapi ancaman tarif 25% untuk komponen yang diproduksi di Kanada atau Meksiko, sehingga sulit untuk merencanakan investasi jangka panjang.

"Tidak ada eksekutif otomotif yang berani berinvestasi jika keuntungannya bisa lenyap hanya dengan satu tanda tangan pemerintah," tambah Dover.

Dampak ke Perusahaan Global

Porsche Jerman menyatakan sedang mengkaji cara untuk meneruskan beban tarif 25% kepada konsumen AS tanpa merusak margin keuntungan mereka. Hal ini bisa berdampak pada kenaikan harga mobil mewah.

Tanpa tarif tambahan pun, Porsche memperingatkan bahwa penurunan penjualan, tingginya biaya produksi, dan ketidakpastian perdagangan dapat menggerus keuntungan mereka pada 2025. Sahamnya pun anjlok 4,5%.

Di sektor baja, dua produsen utama Korea Selatan sedang mempertimbangkan opsi investasi di AS sebagai respons terhadap tarif logam baru.

Sementara itu, analis J.P. Morgan, Bruce Kasman, memperkirakan kemungkinan resesi AS tahun ini mencapai 40%.

Jika Trump benar-benar menerapkan tarif balasan pada April, peluang resesi bisa meningkat hingga 50%.

Ketika ditanya tentang kemungkinan resesi akibat kebijakan perdagangannya, Trump menampik, "Saya tidak melihat itu terjadi sama sekali."

Namun, sehari sebelumnya, ia menolak untuk mengesampingkan kemungkinan tersebut.

Kekhawatiran di Pasar dan Konsumsi

Meskipun indeks saham Eropa cukup stabil karena berita kesepakatan gencatan senjata 30 hari antara Ukraina dan Rusia, laporan keuangan Puma dan Inditex (pemilik Zara) menunjukkan bahwa ketidakpastian perdagangan mulai memukul daya beli masyarakat.

Saham Puma anjlok hampir 25% ke level terendah dalam sembilan tahun setelah perusahaan memprediksi pertumbuhan penjualan yang lebih lambat akibat lemahnya permintaan di AS dan China.

Sementara itu, Inditex mencatat awal tahun yang lambat sejak 1 Februari, terutama di AS, yang merupakan pasar terbesar kedua mereka. Sahamnya turun lebih dari 8% ke level terendah sejak Agustus.

CEO Inditex Oscar Garcia Maceiras tetap optimistis dengan pasar AS meskipun menghadapi ketidakpastian akibat perang dagang.

Namun, ia mengakui bahwa dinamika geopolitik yang terus berubah membuat perencanaan jangka panjang menjadi sulit.

Sejak awal tahun, lebih dari 900 dari 1.500 perusahaan terbesar AS telah menyebut dampak tarif dalam laporan keuangan mereka atau dalam diskusi dengan investor, menurut data LSEG.

Tarif baru juga telah mendorong harga aluminium di AS ke rekor tertinggi, dan meskipun data terbaru menunjukkan inflasi AS meningkat lebih lambat dari perkiraan pada Februari, tarif impor diperkirakan akan menaikkan harga barang dalam beberapa bulan ke depan.

Di Jerman, distributor bahan kimia Brenntag memperingatkan bahwa 2025 akan tetap menjadi tahun yang penuh tantangan karena ketidakpastian ekonomi dan politik global.

CEO Brenntag Christian Kohlpaintner mengatakan bahwa perusahaannya relatif terlindungi dari beban tarif karena mengandalkan sumber bahan baku dan penjualan lokal. Namun, ia menilai kondisi global saat ini sangat tidak menentu.

"Risiko terbesarnya adalah perusahaan berhenti berinvestasi, dan konsumen juga menunda pembelian," kata Justin Onuekwusi, kepala investasi di St. James's Place.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ini Ancaman Trump kepada Rusia Jika Putin Tolak Perjanjian Damai

 

Presiden AS Donald Trump mengancam akan menghancurkan ekonomi Rusia jika Vladimir Putin menolak usulan gencatan senjata selama 30 hari dengan Ukraina.

Trump mengatakan pada hari Rabu (12/3/2025) bahwa konsekuensi jika Rusia mengabaikan gencatan senjata akan "sangat buruk". Akan tetapi bersikeras bahwa dia tidak percaya hal itu akan terjadi.

Mengutip The Telegraph, intervensi Trump  dilakukan setelah adanya laporan bahwa Putin siap menunda perjanjian apa pun yang akan memperlambat momentum pasukannya di medan perang.

Ketika ditanya tentang tekanan terhadap mitranya dari Rusia untuk membuat kesepakatan, Trump menjawab dengan lugas.

"Ya. Kita bisa. Tetapi saya harap itu tidak perlu. Seperti yang Anda ketahui, saya selalu mengatakan Ukraina mungkin merupakan pihak yang lebih sulit,” jelas Trump.

Sebelumnya, Trump mengancam Rusia dengan sanksi ekonomi besar-besaran atas pemboman jarak jauhnya terhadap kota-kota Ukraina.

“Ada hal-hal yang dapat Anda lakukan yang tidak menyenangkan, dalam arti finansial,” kata presiden AS kepada wartawan di Ruang Oval.

Dia menambahkan, “Saya dapat melakukan hal-hal yang secara finansial akan sangat buruk bagi Rusia, akan sangat menghancurkan bagi Rusia. Namun, saya tidak ingin melakukan itu karena saya menginginkan perdamaian.”

Usulan gencatan senjata sementara dibahas oleh pejabat Ukraina dan AS selama delapan jam perundingan di Jeddah, Arab Saudi, pada hari Selasa.

Pada Rabu malam, John Healey, Menteri Pertahanan Inggris, menyampaikan pesan kepada Putin di mana ia mendesaknya untuk menerima proposal gencatan senjata.

“Ini adalah hari-hari yang menentukan bagi perdamaian di Ukraina. Rakyat Ukraina menginginkan perdamaian, kita semua menginginkan perdamaian. Saya katakan kepada Presiden Putin: sekarang giliran Anda. Anda mengatakan ingin bicara: buktikan. Terima gencatan senjata, mulai negosiasi, akhiri perang. Jangan salah, tekanan sekarang ada pada Putin,” jelas Healey saat berbicara di Forum Keamanan Pertahanan Paris.

Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, sebelumnya mengatakan kepada wartawan bahwa Rusia sedang menunggu kabar dari Washington, dan diperkirakan akan ada panggilan telepon antara Trump dan Putin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ayatollah Khamenei: Jika Kami Ingin Membuat Bom Nuklir, AS tidak Bisa Menghentikan Kami

 

 

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei pada Rabu (12/3/2025), kembali menegaskan bahwa tidak ada gunanya bernegosiasi dengan Amerika Serikat terkait program nuklir Iran. Khamenei juga menegaskan, bahwa AS tidak bisa menghentikan negaranya, jika Iran ingin membuat bom nuklir.

"Jika kami ingin membuat bom nuklir, AS tidak akan bisa menghentikan kami. Tapi kami tidak mengejar (kepemilikan) senjata nuklir, dan kami telah menjelaskan alasan kami soal ini sebelumnya," kata Khamenei, dikutip Ynet.

Khamenei juga merespons ancaman dari Presiden AS Donald Trump pekan lalu yang menjadikan aksi militer sebagai opsi jika Iran menolak bernegosiasi. Teheran mengonfirmasi telah menerima surat dari Trump lewat Uni Emirat Arab.

"Saat Presiden AS menyatakan siap bernegosiasi dengan kami, itu adalah sebuah tipuan opini publik. Tidak ada artinya bernegosiasi saat kami tahu pihak lain tidak pernah mempertahankan komitmennya. Tawaran Trump untuk bernegosiasi adalah sebuah upaya yang seakan ia mencari jalan dialog dan damai sambil mencitrakan Iran sebagai pihak yang menolaknya," kata Khamenei.

Merespons ancaman militer Trump jika Iran menolak bernegosiasi, Khamenei menegaskan,"AS mengancam akan mengambil aksi militer, namun itu akan tidak bijak karena Iran akan merespons dengan sebuah serangan balik"

Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Mariano Grossi pada Senin (3/3/2025) mengungkapkan bahwa, Iran saat ini mengalami lonjakan produksi uranium di level 60 persen. Iran diprediksi bisa meningkatkan pengayaan uraniumnya ke level bom nuklir atau 90 persen dan mampu memproduksi enam bom nuklir dalam waktu yang cepat.

"Merujuk laporan terkahir saya, stok uranium U-235 Iran meningkat hingga 60 persen telah bertambah 275 kilogram, naik 182 kilogram dalam tiga bulan terakhir. Iran satu-satunya negara non-nuklir yang melakukan pengayaan uranium pada level ini, membuat saya sangat khawatir," kata Grossi dalam sebuah pernyataan dikutip Anadolu.

Grossi mengekspresikan "kekhawatiran serius" atas masalah keamanan yang tidak teratasi, dan menekankan pentingnya mengatasi masalah keamanan itu sehingga mereka bisa percaya diri bahwa program nuklir Iran "hanya untuk perdamaian".

Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan tertutup pada Rabu (12/3/2025) guna membahas stok uranium Iran yang mendekati level bom nuklir. Pertemuan itu digelar atas permintaan 15 anggota di antaranya Prancis, Yunani, Panama, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat.

Mereka juga meminta DK PBB untuk membahas kewajiban Iran kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk menyediakan "informasi yang dibutuhkan untuk mengklarifikasi masalah penting terkait materi nuklir yang tidak terdeklarasikan di beberapa titik lokasi di Iran," ujar salah seorang diplomat.

Negara-negara Barat menilai tidak perlu memproduksi uranium dalam skala seperti yang diproduksi Iran saat ini di bawah kepentingan program sipil, dan tidak ada negara yang tidak membuat bom nuklir pada level pengayaan uranium hingga 60 persen atau lebih. Namun, Iran selalu menegaskan, bahwa program nuklirnya untuk kepentingan damai.

Hamas Nilai Langkah Israel Putus Pasokan Listrik dan Makanan ke Gaza, Kejahatan Perang

 

 

Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada Rabu (12/3/2025) mengecam tindakan Israel yang terus memutus pasokan listrik dan makanan ke Jalur Gaza. Mereka menyebut tindakan tersebut sebagai “kejahatan perang”.

“Pemutusan listrik oleh Israel yang telah berlangsung lebih dari 16 bulan, ditambah dengan penghentian suplai listrik terbatas ke instalasi desalinasi Deir al-Balah, merupakan kejahatan perang yang berisiko menyebabkan bencana kekeringan,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, Rabu (12/3/2025).

Hamas menuduh Israel menggunakan air dan makanan sebagai alat perang terhadap warga sipil, yang menurutnya merupakan bagian dari upaya sistematis untuk memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza. Pemerintahan pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu juga dituduh menerapkan “hukuman kolektif yang belum pernah terjadi sebelumnya” terhadap lebih dari dua juta penduduk Gaza.

Israel memutus total pasokan listrik ke Jalur Gaza pada Ahad (9/3/2025) sebagai langkah terbaru untuk memperketat blokade terhadap wilayah Palestina tersebut, meskipun ada perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan. Pelapor Khusus PBB, Francesca Albanese, mengecam tindakan Israel tersebut sebagai “peringatan genosida,” dengan menegaskan bahwa tanpa listrik, tidak akan ada air bersih.

Langkah itu juga diikuti dengan keputusan Israel untuk menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang memicu peringatan dari kelompok lokal dan organisasi hak asasi manusia bahwa kelaparan massal dapat kembali terjadi di wilayah tersebut.

Pada Selasa (11/3/2025), juru bicara Perusahaan Distribusi Listrik Gaza, Mohammad Thabet, mengungkapkan bahwa Israel hanya menyediakan lima megawatt listrik ke Gaza sejak November lalu sebelum akhirnya memutus pasokan sepenuhnya. Hamas menegaskan bahwa penutupan perbatasan Gaza oleh Israel serta pemblokiran pasokan makanan dan obat-obatan merupakan “pelanggaran berat” terhadap perjanjian gencatan senjata dan “pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan kemanusiaan.”

Hamas mendesak PBB, organisasi kemanusiaan, dan negara-negara Arab untuk segera bertindak guna menghentikan “kejahatan biadab ini,” mencabut blokade, serta membawa para pemimpin Israel ke pengadilan internasional.

Lebih dari 48.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas akibat serangan brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023. Serangan tersebut sempat dihentikan setelah gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan yang mulai berlaku pada Januari.

Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang dilancarkannya di wilayah tersebut.

 

 

 

Trump Mundur dari Rencana Kosongkan Gaza

 

 

Presiden AS mengatakan bahwa tidak ada warga Palestina yang akan diusir dari Jalur Gaza yang terkepung, sikap yang merevisi rencananya mengosongkan Gaza. Pernyataan ini di tengah pembicaraan antara Amerika Serikat dengan negara-negara Arab soal rekonstruksi Gaza.

Pernyataan Trump disampaikan saat konferensi pers di Washington dengan Perdana Menteri Irlandia Micheal Martin, yang tiba di Amerika Serikat untuk kunjungan tanpa batas waktu. Ketika ditanya oleh seorang jurnalis tentang rencananya untuk mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza, Trump menjawab bahwa "tidak ada warga Palestina yang akan diusir dari Gaza," sambil menekankan bahwa Washington bekerja "sangat keras" dalam berkoordinasi dengan Israel untuk mencapai solusi terhadap situasi di Gaza.

Menurut apa yang dilaporkan oleh jaringan berita Eropa Euronews pada hari Rabu, Trump menambahkan bahwa tanggal 7 Oktober adalah “hari yang sangat buruk,” dan bahwa Israel “dikepung” pada saat itu, klaimnya.

Sejak 25 Januari, Presiden AS telah menggalakkan rencana pemindahan warga Palestina dari Gaza ke negara tetangga, seperti Mesir dan Yordania. Kedua negara telah menolak usulan ini, namun negara-negara Arab lainnya, serta organisasi regional dan internasional, telah bergabung dengan mereka.

Pada awal Februari, ia menyampaikan rencananya mengenai masalah ini, mengusulkan pemindahan permanen warga Palestina, agar Amerika Serikat mengambil alih kendali Jalur Gaza, dan meluncurkan rencana untuk membangun kembali dan mengubahnya menjadi “Riviera Timur Tengah.”

Komentar Trump juga muncul setelah Menteri Keuangan sayap kanan Israel Bezalel Smotrich mengatakan pada Ahad bahwa Tel Aviv akan membuka kantor “Otoritas Emigrasi” baru di bawah Kementerian Pertahanan untuk mengelola pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza, menurut beberapa laporan media. Dia mengatakan rencana tersebut mendapat dukungan dari pemerintahan Trump.

“Berbagai pejabat di pemerintahan berulang kali mengatakan kepada saya, 'Kami tidak akan membiarkan dua juta orang Nazi tinggal di luar pagar,'” katanya, mengacu pada warga Palestina di Gaza.

“Dulu, berbicara tentang orang yang meninggalkan Gaza adalah hal yang tabu, tetapi sekarang orang yang gila adalah yang paling realistis.” “Tidak hanya realistis, namun ini adalah satu-satunya rencana yang realistis”, tambahnya, menurut surat kabar Washington Post.

Sementara, Aljazirah negara-negara Arab menyampaikan rencana rekonstruksi Gaza mereka kepada utusan khusus AS Steve Witkoff dan setuju untuk melanjutkan konsultasi dengannya, menurut pernyataan bersama dari kelompok lima negara tersebut, sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Qatar baru saja dikonfirmasi.

Qatar menjadi tuan rumah pertemuan antara negara-negara Arab dan Witkoff di Doha, yang juga dihadiri oleh perwakilan dari Yordania, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Organisasi Pembebasan Palestina.

 “Para menteri Arab menekankan pentingnya membangun gencatan senjata di Gaza dan wilayah Palestina yang diduduki, menekankan perlunya upaya tulus untuk mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan solusi dua negara, memastikan terpenuhinya aspirasi rakyat Palestina untuk kebebasan dan kemerdekaan,” bunyi pernyataan tersebut.

Ditambahkannya, “Para menteri Arab menegaskan kembali komitmen mereka untuk mempertahankan dialog guna memperkuat gencatan senjata dan bekerja sama untuk membangun keamanan, stabilitas, dan perdamaian di kawasan, melalui upaya diplomasi yang intensif dan koordinasi dengan berbagai pihak regional dan internasional.”

Konsultasi mengenai rencana tersebut akan dilanjutkan dengan utusan tersebut sebagai “dasar bagi upaya rekonstruksi” di Jalur Gaza, kata pernyataan itu. Rencana yang didukung negara-negara Arab ini dipandang sebagai usulan tandingan terhadap usulan Trump agar Jalur Gaza dikurangi populasinya untuk “mengembangkan” wilayah kantong yang berada di bawah kendali AS, dalam apa yang disebut pembersihan etnis. Rencana Arab terdiri dari tiga tahap utama: Tindakan sementara, rekonstruksi dan pemerintahan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Para menlu G7 bertemu bahas Ukraina, China

 

 

 

Para menteri luar negeri kelompok G7 berkumpul di resor kecil di Kanada, Rabu (12/3), untuk membahas berbagai masalah global utama, mulai dari perang di Ukraina hingga cara menghadapi kekuatan China di Indo-Pasifik.

Para diplomat dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat, ditambah Uni Eropa, akan secara resmi memulai pembicaraan di La Malbaie, Quebec, pada Kamis, hanya dua hari setelah Amerika Serikat setuju untuk melanjutkan bantuan militer dan pembagian intelijen dengan Ukraina menyusul hubungan yang relatif mencair.

Pada malam menjelang pembicaraan G7, hampir semua peserta berkumpul untuk resepsi penyambutan di kota tersebut.

Mereka bertemu untuk apa yang disebut para pejabat sebagai diskusi "lengkap" untuk pertama kalinya sejak Presiden AS Donald Trump kembali menjabat pada 20 Januari.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio melakukan perjalanan dari Arab Saudi, tempat para pejabat senior Ukraina mengatakan mereka siap menerima usulan pemerintahan Trump untuk gencatan senjata segera selama 30 hari dalam perang melawan Rusia, yang diluncurkan pada Februari 2022.

Kesepakatan antara Amerika Serikat dan Ukraina setelah pembicaraan selama berjam-jam pada Selasa itu disambut baik oleh negara-negara G7 lainnya dan membawa momentum baru bagi proses perdamaian yang baru lahir yang sempat goyah hampir dua pekan sebelumnya ketika Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berselisih di Gedung Putih di depan media.

Gencatan senjata yang diusulkan sekarang membutuhkan persetujuan dari Rusia, dengan Trump dan pejabat pemerintahan AS mengatakan terserah Kremlin untuk menunjukkan bahwa mereka ingin menuju ke arah yang sama.

Rubio mengatakan kepada wartawan sebelum tiba di Kanada bahwa Rusia "mungkin memproses berita tersebut sama seperti negara-negara lain di dunia, jadi kami berharap mendapat jawaban positif dari mereka. Keputusan ada di tangan mereka."

Pada Kamis, para menteri akan mengadakan sesi tentang berbagai topik termasuk masa depan Ukraina dan Eropa, China dan Indo-Pasifik, keamanan maritim, dan peran kelompok tersebut di Timur Tengah, menurut pejabat G7.

Sebelum meninggalkan Tokyo, Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya mengatakan bahwa ia akan melakukan yang terbaik untuk "memastikan persatuan dan kerja sama G7."

Iwaya menekankan bahwa kelompok tersebut telah lama berbagi nilai-nilai universal seperti demokrasi dan tujuan bersama untuk mewujudkan tatanan internasional yang bebas dan terbuka, serta mereka tidak dapat membiarkan keretakan terbentuk di saat situasi internasional sedang berubah.

Mengingat bahwa Jepang adalah satu-satunya negara peserta dari Asia, Iwaya juga mengatakan bahwa akan sangat penting baginya untuk memberikan perspektif Indo-Pasifik.

Pada Jumat (13/3), sebelum mengakhiri pertemuan mereka, para menteri akan bertukar pandangan tentang tantangan yang ditimbulkan oleh negara-negara seperti China, Iran, dan Korea Utara, serta kerja sama untuk perdamaian di Afrika, menurut para pejabat.

Mereka bermaksud untuk mengeluarkan pernyataan bersama yang akan menyoroti dukungan mereka terhadap upaya yang sedang berlangsung yang dipimpin AS untuk menghentikan perang di Ukraina dan komitmen mereka terhadap Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, dan aman, sambil menyuarakan penentangan terhadap segala upaya untuk secara sepihak mengubah status quo di wilayah tersebut dan di tempat lain, kata para pejabat.

Rubio mengatakan bahwa AS ingin memiliki peran untuk memajukan proses perdamaian di Ukraina sembari menunggu respons dari Rusia dan "mendesak mereka dengan tegas untuk mempertimbangkan mengakhiri semua permusuhan sehingga orang-orang akan berhenti meninggal, sehingga peluru akan berhenti beterbangan, dan agar suatu proses dapat dimulai untuk menemukan perdamaian permanen."

 

 

 

 

 

ICJ akan gelar sidang kewajiban Israel atas Palestina pada April

 

Mahkamah Internasional (ICJ) pada Rabu (12/3) mengatakan akan mengadakan sidang terbuka membahas kewajiban Israel terhadap PBB, organisasi internasional dan pihak ketiga, atas wilayah Palestina yang diduduki.

"Mahkamah akan mengadakan sidang terbuka, yang akan dimulai pada Senin, 28 April 2025 di Istana Perdamaian di Den Haag, tempat kedudukan Mahkamah," kata ICJ dalam sebuah pernyataan.

Proses tersebut, yang dimulai setelah permintaan pendapat konsultasi, telah menarik tanggapan dari berbagai kelompok negara dan entitas. 45 pernyataan resmi dari sejumlah negara, menurut pernyataan tersebut, diajukan dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh perintah presiden ICJ pada 23 Desember lalu.

Sementara Uni Afrika diberikan perpanjangan luar biasa untuk mengajukan pernyataannya melampaui batas waktu semula.

Daftar kontributor yang mengajukan pernyataan resmi mencakup negara-negara dari berbagai benua, seperti Chile, Malaysia, Rusia, Turki, Pakistan, Qatar, Spanyol, Afrika Selatan, Irlandia, Arab Saudi, China, Belanda, Brasil, Mesir, Israel, Prancis, AS, dan Palestina.

Organisasi-organisasi internasional utama seperti PBB, Organisasi Kerja Sama Islam, dan Liga Arab juga telah menyampaikan perspektif mereka, kata pernyataan tersebut.

Sesuai dengan Pasal 106 aturan ICJ, pernyataan tertulis dapat dipublikasikan setelah proses lisan dimulai.

Israel juga menghadapi kasus genosida di ICJ atas perangnya di Jalur Gaza, yang sejak Oktober 2023 telah menewaskan sekitar 50.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar Gaza menjadi puing-puing.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post