News Forex, Index & Komoditi ( Jumat, 25 April 2025 )

News  Forex,  Index  &  Komoditi

(  Jum’at,  25  April  2025  )

Harga Emas Global Naik Didorong Pelemahn Dolar AS, Fokus Pasar Tertuju pada Isu Perdagangan

 

Harga emas menguat pada perdagangan Kamis (24/4/2025) setelah mengalami penurunan lebih dari 3% pada sesi sebelumnya.

Penguatan ini didorong oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) serta aksi beli karena harga yang dinilai menarik, sementara perhatian pasar tetap tertuju pada perkembangan terbaru dalam hubungan dagang antara AS dan China.

Harga emas spot tercatat naik 1,4% menjadi US$ 3.333,90 per ons pada pukul 13.46 waktu setempat.

Sebelumnya, emas batangan sempat menyentuh rekor tertinggi di level US$ 3.500,05 pada Selasa, dipicu oleh kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi AS.

Namun, harga emas kemudian turun pada Rabu setelah Presiden AS Donald Trump menarik kembali ancamannya untuk memecat Kepala Federal Reserve dan menunjukkan sikap yang lebih lunak terhadap Tiongkok.

Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup naik 1,7% di posisi US$ 3.348,60 per ons.

"Saat ini, seluruh pasar terfokus pada satu isu, yaitu tarif. China bersikap sebagai pihak yang tersinggung, yang menyebabkan dolar melemah dan mendorong harga emas naik," ujar Tai Wong, seorang pedagang logam independen.

Ia menambahkan bahwa kenaikan harga emas hingga mencapai US$ 3.500 dinilai agak berlebihan dan memerlukan koreksi untuk konsolidasi.

Menurutnya, emas kemungkinan akan bergerak sideways dalam beberapa sesi ke depan, namun tetap berada dalam tren naik sehingga setiap penurunan tajam akan dimanfaatkan untuk membeli.

Di pasar lainnya, saham mengalami pergerakan dan penguatan dolar mulai kehilangan daya tarik seiring upaya investor memahami arah kebijakan Trump. Pelemahan dolar dan meningkatnya sentimen risk-off membuat emas batangan sebagai aset safe haven semakin menarik bagi investor.

China menyerukan pembatalan seluruh tarif unilateral dari AS dan menegaskan bahwa mereka belum mengadakan pembicaraan dagang dengan Washington, meskipun pemerintah AS beberapa kali menyatakan telah terjadi komunikasi.

Sementara itu, data menunjukkan jumlah warga AS yang mengajukan klaim baru tunjangan pengangguran naik sedikit pada pekan lalu. Hal ini mengindikasikan pasar tenaga kerja masih cukup tangguh meskipun dibayangi ketidakpastian ekonomi akibat tarif impor.

Untuk logam mulia lainnya, harga perak spot turun 0,1% menjadi US$ 33,51 per ons, platinum turun 0,1% menjadi US$ 971,60 per ons, sedangkan paladium naik 0,4% menjadi US$ 947,93.

 

Wall Street Ditutup Menguat Didukung Saham Teknologi dan Meredanya Ketegangan Tarif

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada Kamis (24/4/2025), mencatatkan kenaikan selama tiga hari berturut-turut.

Penguatan Wall Street didorong oleh lonjakan saham teknologi, sementara investor mencermati laporan keuangan perusahaan dan mengamati tanda-tanda kemajuan dalam ketegangan tarif antara AS dan China.

Mengutip Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 486,83 poin atau 1,23% ke level 40.093,40. S&P 500 naik 108,91 poin atau 2,03% menjadi 5.484,77, sedangkan Nasdaq Composite menguat 457,99 poin atau 2,74% ke posisi 17.166,04.

Ketiga indeks utama tersebut mencatatkan kenaikan tajam, didorong oleh kinerja kuat saham-saham teknologi besar, terutama yang tergabung dalam kelompok "magnificent seven" yang berfokus pada kecerdasan buatan (AI).

Penguatan Nasdaq didukung oleh hasil kuartalan ServiceNow yang melampaui perkiraan, berkat permintaan tinggi terhadap perangkat lunak berbasis AI.

Sinyal positif juga datang dari sektor perdagangan internasional. Pemerintah China menyerukan pembatalan tarif AS terhadap produk-produk China.

Seruan ini muncul setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan indikasi bahwa Gedung Putih terbuka untuk meredakan ketegangan perdagangan yang telah mengguncang pasar dalam beberapa pekan terakhir.

“Pelonggaran retorika tarif merupakan salah satu alasan saham chip memimpin penguatan, karena sektor ini telah menjadi sasaran utama dalam sengketa dagang AS-China,” ujar Paul Nolte, penasihat kekayaan senior dan ahli strategi pasar di Murphy & Sylvest, Elmhurst, Illinois.

Ia menambahkan, masih banyak ketidakpastian terkait tarif, dan sebagian besar pelaku pasar masih bertindak dengan asumsi terbatas.

Seiring musim laporan keuangan kuartal pertama yang mencapai puncaknya, dampak ketidakpastian perang dagang terhadap sentimen bisnis dan konsumen mulai terlihat.

Beberapa perusahaan besar, seperti Procter & Gamble, PepsiCo, Chipotle Mexican Grill, dan American Airlines, memangkas atau menarik kembali proyeksi mereka akibat meningkatnya ketidakpastian di kalangan konsumen.

Saham Procter & Gamble turun 3,7%, sementara saham PepsiCo turun 4,9%.

Namun, tidak semua laporan memberikan sentimen negatif. ServiceNow membukukan laba yang melampaui ekspektasi analis berkat permintaan tinggi atas perangkat lunak AI, mendorong sahamnya melonjak 15,5%.

Sementara itu, Hasbro mencatat kinerja di atas ekspektasi berkat kekuatan segmen permainan, yang mengangkat sahamnya sebesar 14,6%.

Hingga saat ini, dari 157 perusahaan dalam indeks S&P 500 yang telah melaporkan kinerja keuangan, sekitar 74% melampaui ekspektasi. Analis saat ini memperkirakan pertumbuhan laba agregat tahunan S&P 500 mencapai 8,9%, naik dari 8,0% pada 1 April, menurut data LSEG.

Dari sisi data ekonomi, pesanan barang tahan lama yang lebih tinggi dari perkiraan serta klaim pengangguran yang stabil menunjukkan ketahanan ekonomi AS.

Saham Alphabet naik dalam perdagangan setelah jam bursa tutup, setelah induk perusahaan Google tersebut melaporkan laba kuartalan yang melampaui estimasi.

Dari 11 sektor utama dalam indeks S&P 500, hanya sektor barang kebutuhan pokok konsumen yang mengalami penurunan. Sektor teknologi mencatat kenaikan terbesar dengan penguatan sebesar 3,5%.

Di Bursa Efek New York (NYSE), jumlah saham yang naik melebihi yang turun dengan rasio 5,84 banding 1. Tercatat 50 titik tertinggi baru dan 30 titik terendah baru.

Sementara itu, di Nasdaq, 3.401 saham menguat dan 1.005 saham melemah, dengan rasio saham naik terhadap turun sebesar 3,38 banding 1.

Indeks S&P 500 mencatat empat titik tertinggi baru dan empat titik terendah baru dalam 52 minggu terakhir. Nasdaq Composite mencatat 40 titik tertinggi baru dan 51 titik terendah baru.

Volume perdagangan saham di bursa AS tercatat sebesar 14,95 miliar saham, lebih rendah dibandingkan rata-rata harian sebesar 19,15 miliar saham dalam 20 sesi perdagangan terakhir.

 

 

 

 

 

Trump Kembali Lontarkan Kritik Terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell

 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melontarkan kritik terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Dalam sebuah upacara penandatanganan perintah eksekutif di Ruang Oval pada Rabu (23/4/2025) malam, Trump menyatakan bahwa Powell mempertahankan suku bunga terlalu tinggi dan membuka kemungkinan untuk segera menghubunginya.

“Saya belum meneleponnya, tetapi mungkin akan segera melakukannya,” ujar Trump.

“Menurut saya, ia telah melakukan kesalahan karena tidak menurunkan suku bunga. Saya yakin kita bisa melakukan yang lebih baik jika itu dilakukan.”

Dalam beberapa hari terakhir, Trump secara terbuka menyerang Powell dan bahkan menyebutnya sebagai “pecundang besar” serta mengatakan bahwa “masa jabatannya tidak akan lama lagi.”

Padahal, Trump sendiri yang menominasikan Powell sebagai Ketua Federal Reserve pada tahun 2017. Namun, hubungan keduanya memburuk seiring berjalannya waktu.

Meski sempat melunakkan sikapnya pada hari Selasa dengan mengatakan tidak berniat memecat Powell, setelah mendapat peringatan dari para penasihat bahwa langkah tersebut dapat berdampak buruk secara hukum dan ekonomi, Trump kembali melayangkan kritik tajam pada hari Rabu.

Ia menuduh Powell bermain politik terkait kebijakan suku bunga. “Ia mempertahankan suku bunga terlalu tinggi,” ujar Trump.

Ia juga menuding Powell lamban menaikkan suku bunga di awal munculnya krisis inflasi.

“Secara historis, dia selalu terlambat… dia direkomendasikan oleh seseorang yang tidak terlalu saya sukai,” tambah Trump, mengacu pada Kevin Warsh, mantan gubernur Federal Reserve, yang sempat disinggung dalam pernyataannya saat KTT Ekonomi Dunia Semafor di Washington, DC, pada 18 April 2024.

Trump dan sejumlah pejabat Gedung Putih menilai bahwa keputusan The Fed untuk menurunkan suku bunga menjelang akhir masa pemerintahan Biden, namun belum dilakukan di bawah kepemimpinan Trump, berpotensi bermuatan politis.

Meski demikian, hingga kini tidak ada bukti bahwa Federal Reserve yang independen bertindak berdasarkan pertimbangan politik. Powell sendiri telah dengan tegas membantah tudingan tersebut dan menekankan bahwa setiap keputusan suku bunga dilakukan secara hati-hati dan tidak tergesa-gesa.

Ia juga menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga tidak akan dilakukan secara mendadak sebelum rapat penetapan suku bunga berikutnya yang dijadwalkan berlangsung pada bulan Mei.

“Mudah-mudahan dia akan mengambil keputusan yang tepat—dan keputusan yang tepat adalah menurunkan suku bunga. Jadi kita lihat saja nanti,” kata Trump.

Ia menambahkan bahwa pendapatan dari bea masuk yang meningkat akan menguntungkan perekonomian negara, dan berharap inflasi tidak akan kembali terjadi.

 

Elon Musk Angkat Kaki dari Pemerintahan Donald Trump, Bagaimana Nasib DOGE?

 

Dalam perkembangan signifikan yang mengguncang struktur internal pemerintahan Presiden Donald Trump, dua sumber pemerintahan mengonfirmasi bahwa para anggota kabinet akan mengambil langkah-langkah untuk membatasi pengaruh pegawai Department of Government Efficiency (DOGE) dan merebut kembali kendali atas anggaran serta kebijakan kepegawaian, menyusul keputusan Elon Musk untuk mundur dari peran aktifnya di lembaga tersebut.

DOGE, lembaga eksperimental yang dibentuk melalui perintah eksekutif pada hari pertama masa jabatan Trump, telah menjadi simbol utama agenda pemangkasan birokrasi.

Dipimpin oleh Elon Musk, DOGE memelopori serangkaian pemutusan kontrak, pemangkasan anggaran, dan pengurangan layanan publik dalam upaya mengurangi defisit dan menyusutkan tenaga kerja federal.

Namun, dalam pernyataannya pada Selasa lalu, Musk mengumumkan bahwa ia akan memangkas keterlibatan waktu pemerintahannya menjadi hanya satu atau dua hari per minggu untuk fokus pada Tesla, perusahaannya yang sedang mengalami tekanan finansial berat.

Dengan masa jabatannya sebagai special government employee yang diperkirakan berakhir pada akhir Mei, masa depan DOGE menjadi sorotan.

Ketegangan Internal dan Oposisi dari Kabinet

Ketidaksukaan terhadap DOGE dan dominasi Musk telah lama muncul di kalangan kabinet. Para sekretaris lembaga federal, seperti Marco Rubio (Menteri Luar Negeri) dan Sean Duffy (Menteri Perhubungan), secara terbuka bentrok dengan Musk dalam pertemuan kabinet Maret lalu, menyuarakan kekhawatiran tentang pemotongan anggaran yang mengancam keamanan penerbangan dan efektivitas lembaga pembangunan internasional seperti USAID.

Sumber pemerintah mengungkapkan bahwa tanpa sosok Musk sebagai penyeimbang yang kuat, para menteri kabinet kini memiliki ruang lebih luas untuk memaksakan strategi efisiensi yang lebih terarah dan berdampak jangka panjang.

Reposisi Peran Teknokrat Muda

DOGE, yang sebagian besar diawaki oleh para insinyur muda rekrutan Musk dari perusahaan-perusahaannya seperti SpaceX dan X, akan mengalami restrukturisasi internal. Kredibilitas dan otoritas para teknokrat muda tersebut kini dipertanyakan, mengingat pengalaman minim mereka di sektor pemerintahan.

Peninjauan terhadap kualifikasi mereka telah dimulai dan diperkirakan akan mengurangi pengaruh mereka secara signifikan dalam penentuan arah kebijakan.

Perubahan Kepemimpinan: Siapa Pengganti Musk?

Amy Gleason, yang ditunjuk sebagai Administrator Sementara DOGE oleh Gedung Putih pada Februari, menjadi kandidat utama pengganti Musk.

Namun, peran resmi Musk dalam DOGE telah menuai kebingungan, dengan pernyataan publik Presiden Trump yang menyebutnya sebagai pimpinan, bertentangan dengan pernyataan resmi pengadilan yang menyatakan Musk tidak bekerja di lembaga tersebut.

Juru bicara Gedung Putih, Harrison Fields, membantah bahwa kepergian Musk akan memengaruhi arah kebijakan DOGE. “DOGE telah dirancang agar kabinet memiliki otonomi dalam pemotongan anggaran. DOGE hanyalah elemen pendukung,” ujarnya.

Pernyataan ini mencerminkan keyakinan Gedung Putih bahwa DOGE telah mencapai momentum institusional, dengan arah kebijakannya yang kini dijalankan secara otomatis oleh lembaga-lembaga terkait, tanpa perlu pengawasan langsung dari Musk.

Pengamat seperti Nick Bednar, profesor hukum dari University of Minnesota, menyebut bahwa restrukturisasi yang dipelopori DOGE telah menjadi bagian dari budaya institusional baru di pemerintahan.

“Kereta sudah keluar dari stasiun, dan sulit untuk dihentikan,” katanya, menekankan bahwa banyak pemangkasan yang sudah diterapkan kemungkinan tidak akan dibatalkan, bahkan setelah Musk mundur.

Efek Jangka Panjang dan Reaksi Publik

Meski DOGE secara teknis berhasil memangkas biaya operasional dan meningkatkan efisiensi struktural, kritik terhadap dampak sosialnya terus meningkat. Ribuan pekerja federal kehilangan pekerjaan, layanan publik menyusut, dan kepercayaan terhadap netralitas pemerintahan dipertanyakan.

Tom Schatz, presiden Citizens Against Government Waste, menyatakan bahwa mundurnya Musk justru bisa meningkatkan efektivitas DOGE.
“Musk adalah tokoh kontroversial yang menarik perhatian besar. Dengan dia mengambil peran lebih kecil, fokus akan kembali pada hasil, bukan pada personalitas.”

 

Korea Utara Yakin, Perjanjian dengan Rusia Menjamin Perdamaian & Keamanan Eurasia

 

Korea Utara sangat meyakini bahwa lahirnya perjanjian dengan Rusia bisa menjamin terciptanya perdamaian dan keamanan di kawasan Eurasia.

Pernyataan tersebut muncul dalam surat kabar nasional mereka, Rodong Simun, pada hari Kamis (24/4/2025), sehari sebelum Korea Utara memperingati ulang tahun keenam pertemuan puncak pertama antara Kim Jong Un dan Vladimir Putin di Vladivostok.

"Persahabatan Korea Utara-Rusia, yang semakin diperkuat melalui ujian sejarah yang rumit, telah memasuki masa kejayaan baru hari ini di bawah perhatian khusus," ungkap tulis Rodong Simun mengutip pesan Kim Jong Un.

Kim menjelaskan bahwa pertemuan puncak pertama Kim-Putin sebagai titik balik yang mengangkat dan memperkaya persahabatan antara kedua negara tetangga.

Mengutip Yonhap, surat kabar nasional tersebut juga menyebut pertemuan bersejarah itu sebagai peristiwa "terobosan" yang memperbarui hubungan bilateral untuk memenuhi tuntutan waktu, sekaligus menjadi landasan kokoh dalam pengembangan persahabatan kedua negara.

Hubungan Korea Utara dan Rusia terasa semakin erat sejak kedua pemimpin negara menandatangani perjanjian pertahanan bersama di Pyongyang pada bulan Juni tahun 2024.

Sejak saat itu pula, Korea Utara diduga telah mengerahkan pasukan untuk mendukung perang Rusia melawan Ukraina.

Dalam pernyataan hari Kamis, Korea Utara mengklaim perjanjian tersebut menciptakan "jaminan ketergantungan" untuk menjaga perdamaian dan keamanan di benua Eurasia.

Dalam perjanjian bulan Juni 2024, terdapat klausul pertahanan bersama jika terjadi agresi terhadap salah satu negara.

"Perjanjian kemitraan komprehensif yang ditandatangani hari ini menyediakan, antara lain, bantuan timbal balik jika terjadi agresi terhadap salah satu pihak dalam perjanjian ini," kata Putin saat itu.

 

 

Misi Ambisius! China dan Rusia Berencana Bangun Pusat Energi Nuklir di Bulan

 

Dalam langkah ambisius yang menandai babak baru dalam persaingan global di luar angkasa, China bersama Rusia telah merinci rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di permukaan bulan.

Mengutip ladbible, proyek ini dirancang untuk menyuplai energi bagi stasiun penelitian permanen yang disebut International Lunar Research Station (ILRS), dan dijadwalkan beroperasi penuh pada tahun 2035.

Aliansi Strategis Antara China dan Rusia

Rencana ini dipresentasikan dalam forum internasional di Shanghai oleh ilmuwan-ilmuwan dari Badan Antariksa Nasional China (CNSA). Dalam paparan tersebut, mereka menjelaskan bahwa misi Chang’e-8, yang akan diluncurkan pada tahun 2028, akan menjadi fondasi bagi pembangunan pangkalan manusia pertama China di bulan.

Kerja sama antara China dan Rusia bukan hanya soal eksplorasi ilmiah, namun juga menunjukkan koalisi geopolitik baru di luar angkasa yang secara tidak langsung menantang dominasi lama Amerika Serikat melalui program Artemis dan NASA.

Nuklir sebagai Solusi Energi Permanen di Bulan

Salah satu tantangan utama dalam membangun stasiun berawak secara permanen di bulan adalah penyediaan energi. Meski panel surya berskala besar akan dipasang di permukaan bulan, para ilmuwan mengakui bahwa reaktor nuklir akan menjadi tulang punggung suplai energi jangka panjang.

Wu Weiren, kepala perancang program eksplorasi bulan China, menjelaskan:

“Pertanyaan penting untuk ILRS adalah sumber daya listrik. Dalam hal ini, Rusia memiliki keunggulan alami. Mereka memimpin dunia dalam teknologi reaktor nuklir luar angkasa.”

Rusia, melalui Roscosmos, mengonfirmasi bahwa mereka tengah mengembangkan reaktor nuklir bulan yang akan diluncurkan dan dioperasikan bersama China. Rencana ini juga mencakup pengiriman kapal kargo bertenaga nuklir ke orbit, yang dijuluki sebagai “tugboat luar angkasa.”

Kapal Kargo Nuklir: Infrastruktur Masa Depan di Orbit

Yury Borisov, mantan kepala Roscosmos, menyampaikan bahwa kapal ini akan menjadi:

“Struktur siklopik raksasa yang mampu memindahkan kargo besar dari satu orbit ke orbit lain, mengumpulkan sampah antariksa, dan melakukan banyak aplikasi lainnya.”

Sistem seperti ini akan memperkuat jaringan logistik luar angkasa, membuat pembangunan dan suplai misi di bulan menjadi lebih berkelanjutan dan efisien.

 

Negosiasi dengan AS, Korea Selatan Targetkan Tarif Dagang yang Lebih Rendah

 

Delegasi Korea Selatan akan bertemu dengan mitra AS pada Kamis (24/4) untuk membuka putaran negosiasi perdagangan. Kerja sama dalam pembuatan kapal dan energi diharapkan masuk dalam agenda, dan mungkin biaya pertahanan bersama.

Mengutip Reuters, Kamis (24/4), Korea Selatan, yang menghadapi tarif timbal balik AS sebesar 25%, merupakan salah satu negara pertama yang diajak pemerintahan Trump untuk memulai pembicaraan dagang.

"Saya pikir ini hanya akan menjadi serangan pembuka negosiasi," kata Tom Ramage, analis kebijakan ekonomi yang berbasis di Washington di Korea Economic Institute of America (KEI).

Mengingat Seoul bersaing dengan negara lain dan menghadapi jangka waktu 90 hari sebelum jeda tarif berakhir, ia mengatakan pembicaraan kemungkinan akan diperpanjang, dan bahkan dapat menghasilkan beberapa bentuk Perjanjian Perdagangan Bebas AS-Korea yang dinegosiasikan ulang.

Korea Selatan, sekutu utama AS, sering kali menjadi sasaran Trump karena surplus perdagangannya dengan Amerika Serikat, yang mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 55,6 miliar pada tahun 2024, naik 25% dari tahun 2023 dan hampir lima kali lebih tinggi daripada tahun 2019.

Menteri Keuangan Korea Selatan Choi Sang-mok dan Menteri Perindustrian Ahn Duk-geun akan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer di Washington, D.C. pada pukul 8 pagi (1200 GMT), di sela-sela pertemuan Dana Moneter Internasional dan Grup Bank Dunia.

Pertemuan tersebut diatur atas permintaan Amerika Serikat, kata Seoul, dan terjadi setelah Presiden AS Donald Trump dan Penjabat Presiden Korea Selatan Han Duck-soo membahas pembuatan kapal, pembelian energi, proyek gas Alaska, dan pembayaran pertahanan melalui panggilan telepon pada tanggal 8 April.

"Pemerintah akan melakukan yang terbaik untuk menemukan win-win antara kedua negara, dengan fokus pada tiga bidang neraca perdagangan, pembuatan kapal dan LNG, berdasarkan prinsip bahwa kepentingan nasional adalah prioritas utama," kata Han pada Kamis.

Sejak panggilan tersebut, pejabat Korea Selatan telah menggembar-gemborkan pembuatan kapal sebagai "kartu yang sangat penting" yang dimilikinya.

Korea Selatan adalah pembuat kapal terbesar kedua di dunia setelah China, dan Trump secara khusus menyerukan kerja sama di sektor tersebut sejak kembali berkuasa.

Pada saat yang sama, Seoul telah mengambil sikap yang lebih hati-hati terhadap proyek gas Alaska, dengan mengatakan bahwa partisipasi dapat menjadi bagian dari paket negosiasi, sambil mencatat pertanyaan tentang profitabilitasnya.

Sektor otomotif Korea Selatan dianggap sangat rentan terhadap tarif, karena penjualan mobil negara itu ke Amerika Serikat mencapai 49% dari total ekspor otomotifnya.

AS telah menerapkan tarif 25% untuk mobil, yang mendorong Seoul untuk mengumumkan langkah-langkah dukungan darurat untuk membantu perusahaan-perusahaan eksportir besar seperti Hyundai Motor dan Kia.

Mengenai masalah pembayaran untuk 28.500 tentara AS yang ditampung Korea Selatan, Ahn mengatakan pada hari Rabu bahwa Seoul siap jika masalah itu diangkat, tetapi Menteri Luar Negeri Cho Tae-yul mengatakan kepada anggota parlemen kemudian bahwa hal itu tidak akan dipertimbangkan untuk kesepakatan paket dan harus ditangani secara terpisah.

Sebagai persiapan untuk diskusi tentang hambatan non-tarif, delegasi Seoul akan mencakup pejabat dari delapan kementerian yang berbeda: keuangan, perdagangan, urusan luar negeri, teknologi, transportasi, lingkungan, pertanian, dan kesehatan.

Korea Selatan adalah salah satu dari tiga negara Asia-Pasifik yang memiliki pakta perdagangan komprehensif dengan Amerika Serikat, yang menghilangkan hampir semua tarif antara kedua negara.

Perjanjian ini pertama kali ditandatangani pada tahun 2007 tetapi direvisi pada tahun 2018 selama masa jabatan pertama Trump setelah ia mengatakan bahwa perjanjian awal tersebut merupakan kesepakatan yang mengerikan.

Pembicaraan perdagangan tersebut terjadi saat Korea Selatan masih terlibat dalam krisis politik terburuknya dalam beberapa dekade.

Pemilihan presiden dadakan akan diadakan pada tanggal 3 Juni, setelah mantan Presiden Yoon Suk Yeol dimakzulkan dan dicopot dari jabatannya bulan ini karena gagalnya deklarasi darurat militer.

"Pada dasarnya kami mengharapkan kemajuan konkret dalam negosiasi antara pemerintah Korea dan AS akan muncul hanya setelah pemilihan presiden dadakan," kata Oh Suk-tae, seorang ekonom di Societe Generale.

Oh mengatakan akan sangat sulit bagi Korea Selatan untuk membuat komitmen tegas apa pun pada proyek energi dan biaya pertahanan di bawah presiden sementara.

Namun, dalam wawancara bulan ini, Han telah menyatakan kesediaannya untuk mencapai kesepakatan, dengan mengatakan Korea Selatan tidak akan melawan Washington karena berutang kepada AS atas pemulihannya dari Perang Korea 1950-1953.

 

 

 

Apple dan Meta Didenda Ratusan Juta Euro oleh Uni Eropa, Bakal Picu Kemarahan Trump?

 

Komisi Eropa pada hari Rabu menjatuhkan denda besar terhadap dua raksasa teknologi asal Amerika Serikat.

Apple didenda sebesar 500 juta euro (sekitar US$570 juta) dan Meta sebesar 200 juta euro, sebagai bagian dari upaya pertama dalam menegakkan Digital Markets Act (DMA) aturan baru yang bertujuan mengekang dominasi perusahaan teknologi besar di pasar digital.

Keputusan tersebut berpotensi memicu ketegangan baru dengan Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya mengancam akan mengenakan tarif terhadap negara-negara yang menjatuhkan sanksi kepada perusahaan-perusahaan Amerika.

Tanggapan Apple dan Meta

Apple menolak tuduhan tersebut dan menyatakan akan mengajukan banding atas denda tersebut.

“Pengumuman hari ini kembali menunjukkan bagaimana Komisi Eropa secara tidak adil menargetkan Apple,” kata perusahaan dalam pernyataan email.

“Ini buruk untuk privasi dan keamanan pengguna kami, buruk untuk produk, dan memaksa kami memberikan teknologi secara cuma-cuma,” tambah pernyataan tersebut.

Meta juga mengkritik keputusan tersebut dan menuding adanya standar ganda.

“Komisi Eropa mencoba menghambat perusahaan-perusahaan sukses dari AS, sementara perusahaan dari Tiongkok dan Eropa diizinkan beroperasi dengan standar yang berbeda,” kata Meta.

“Ini bukan sekadar denda; ini adalah upaya untuk memaksa kami mengubah model bisnis kami dan memberlakukan tarif miliaran dolar secara tidak langsung,” terang Meta.

Alasan dan Fokus Sanksi

Apple didenda karena dianggap membatasi pengembang aplikasi untuk mengarahkan pengguna ke penawaran yang lebih murah di luar App Store. Praktik ini melanggar aturan DMA, yang mengharuskan perusahaan dominan membuka akses yang adil bagi pengembang.

Meta dikenai sanksi karena menerapkan model "bayar atau setuju" (pay-or-consent) pada layanan Facebook dan Instagram, yang dinilai melanggar prinsip perlindungan data dan persaingan sehat. Pengguna diberikan pilihan antara menggunakan layanan gratis dengan pelacakan iklan, atau membayar untuk layanan bebas iklan.

Kedua perusahaan diberikan waktu dua bulan untuk mematuhi aturan atau menghadapi denda tambahan yang lebih berat. Meta disebut tengah berdiskusi dengan regulator tentang model bisnis alternatif yang telah diperkenalkan sejak November 2023.

Penyelidikan Tambahan terhadap Apple

Meski Apple lolos dari denda terkait pengaturan browser iPhone berkat perubahan yang memudahkan pengguna mengganti peramban, regulator tetap menyatakan bahwa Apple melanggar DMA karena menghambat proses sideloading yaitu pengunduhan aplikasi dari luar App Store.

Syarat teknis dan komersial Apple disebut tidak menarik bagi pengembang karena mewajibkan mereka membayar biaya baru bernama Core Technology Fee, yang dinilai tidak sejalan dengan semangat kompetisi terbuka.

Uni Eropa juga mencabut status gatekeeper pada layanan Meta Marketplace, karena jumlah penggunanya turun di bawah ambang batas yang ditetapkan DMA.

“Kami telah mengambil tindakan penegakan hukum yang tegas namun seimbang terhadap kedua perusahaan, berdasarkan aturan yang jelas dan dapat diprediksi,” ujar Komisi Eropa.

 

 

Korea Selatan Tuding DeepSeek Transfer Data Pengguna Tanpa Izin

 

Otoritas perlindungan data Korea Selatan bahwa perusahaan kecerdasan buatan China, DeepSeek telah mentransfer informasi pengguna tanpa izin ketika layanan tersebut masih tersedia untuk diunduh di pasar aplikasi negara itu, Kamis (24/4).

Selain itu, menurut Badan Perlindungan Data, DeepSeek juga mengirim konten dalam permintaan AI yang dimasukkan oleh pengguna ke Beijing Volcano Engine Technology Co. Ltd. bersama dengan perangkat, informasi perangkat, jaringan, dan aplikasi.

DeepSeek kemudian mengatakan kepada agensi bahwa keputusan untuk mengirim informasi ke Volcano Engine adalah untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan bahwa mereka telah memblokir transfer konten permintaan AI mulai April 10 April.

Namun institusi tersebut tetap memutuskan mengeluarkan rekomendasi untuk DeepSeek agar segera menghapus prompt AI konten yang ditransfer ke Volcano Engine dan menetapkan dasar hukum untuk mentransfer informasi pribadi ke luar negeri.

Sebulan setelahnya, pada bulan Februari, Badan Data Korea Selatan memblokir aplikasi DeepSeek di negaranya. Disebutkan DeepSeek mengakui gagal memperhitungkan beberapa aturan institusi tersebut dalam hal perlindungan data pribadi.

DeepSeek tidak hanya diblokir dari lembaga pemerintahan tetapi juga perusahan-perusahaan strategis di Korea Selatan yang memiliki kepentingan dalam menjaga data mereka. Langkah tersebut diambil sebagai bagian dari upaya menjaga keamanan informasi dan mencegah potensi risiko dari penggunaan layanan AI.

 

 

 

Ketegangan Antara India dan Pakistan Meningkat Pasca Tewasnya 26 Orang di Kashmir

 

India melancarkan serangan diplomatik terhadap Pakistan pasca insiden serangan mematikan yang menewaskan 26 orang di Kashmir hari Rabu, 23 April 2025.

India menuduh Pakistan mendukung gerakan terorisme lintas batas di Kashmir. Pada Rabu malam, serangan terjadi dan menewaskan 26 orang, sebagian besar di antaranya merupakan turis.

Merespons tragedi tersebut, India langsung memberlakukan tindakan diplomatik, termasuk menurunkan hubungan diplomatik, menangguhkan perjanjian pembagian air utama, dan menutup perbatasan darat utama dengan Pakistan.

Pakistan tentu saja menyangkal tuduhan tersebut. Tak lama setelah kejadian, kelompok militan bernama Kashmir Resistance mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Pihak Pakistan juga langsung mengadakan pertemuan dengan Komite Keamanan Nasional, yang terdiri dari pejabat senior sipil dan militer, pada hari Kamis.

"India telah mengambil langkah-langkah yang tidak bertanggung jawab dan melontarkan tuduhan. Langkah-langkah itu tidak bersifat kinetik. Setiap langkah kinetik yang diambil India akan mendapat respons kinetik yang sama dari Pakistan," kata Menteri Luar Negeri Pakistan Ishaq Dar kepada saluran TV lokal Dunya News, dikutip AP.

Pasca insiden terbaru ini, India mengatakan sejumlah diplomat Pakistan diminta meninggalkan New Delhi dan diplomat India ditarik dari Pakistan.

Menteri Luar Negeri India, Vikram Misri, mengumumkan bahwa misi diplomatik di kedua negara akan mengurangi staf mereka dari 55 menjadi 30 orang mulai 1 Mei 2025.

Konflik Kashmir

Hubungan diplomatik antara India dan Pakistan semakin buruk sejak New Delhi mencabut status semiotonom wilayah Kashmir pada tahun 2019.

Kedua negara masing-masing mengelola sebagian wilayah Kashmir, tetapi keduanya mengklaim wilayah tersebut secara keseluruhan.

Kedua negara juga rutin melempar tuduhan, mengklaim pihak lawan telah mendukung pasukan pemberontak untuk mengganggu stabilitas di Kashmir.

India menganggap semua militansi di Kashmir sebagai terorisme yang didukung Pakistan. Sebaliknya, banyak warga Muslim Kashmir menganggap para militan sebagai bagian dari perjuangan kemerdekaan dalam negeri.

Pada tahun 2019, sebuah mobil berisi bahan peledak menabrakkan diri ke konvoi paramiliter dan menewaskan 40 tentara. India kemudian mengklaim menyerang kamp pelatihan militan di Pakistan.

Pakistan menanggapi dengan serangan udara, menembak jatuh pesawat militer India, dan menangkap seorang pilot India yang kemudian dibebaskan.

Dua tahun kemudian, kedua negara memperbarui perjanjian gencatan senjata sebelumnya di sepanjang perbatasan mereka. Meskipun begitu, serangkaian serangan pemberontak Kashmir masih terus terjadi.

 

Trump: Lebih Sulit Berurusan dengan Ukraina Daripada Rusia

 

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali melemparkan pernyataan kontroversial yang berpeluang memperburuk situasi perang di Ukraina.

Berbicara kepada wartawan pada hari Rabu (23/4), Trump mengaku bahwa saat ini Rusia sudah siap untuk melakukan dialog yang mengarah ke perdamaian.

Di sisi lain, pihak Ukraina dianggap masih sangat sulit untuk didekati. Baginya, mencapai kesepakatan dengan Rusia jauh lebih mudah daripada dengan Ukraina.

"Saya pikir Rusia sudah siap. Saya pikir kita punya kesepakatan dengan Rusia. Kita harus mencapai kesepakatan dengan Zelenskyy. Saya pikir akan lebih mudah untuk berurusan dengan Zelenskyy. Sejauh ini, memang lebih sulit, tapi tidak apa-apa," kata Trump, dikutip TASS.

Trump dan Zelenskyy Kembali Berselisih

Trump juga turut mengomentari pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang tidak akan mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia.

Melalui laman Truth Social miliknya pada hari Rabu, Trump menulis bahwa pernyataan tersebut adalah hal yang buruk bagi upaya negosiasi.

"Itu adalah hal yang buruk bagi negosiasi karena Krimea telah hilang bertahun-tahun lalu di bawah naungan Presiden Barack Obama dan bahkan tidak menjadi bahan diskusi," tulis Trump.

Pada hari Selasa, Zelenskyy menegaskan kembali bahwa Ukraina tidak akan pernah menyerahkan Krimea kepada Rusia, yang merebutnya pada tahun 2014 melalui jalan yang ang dikecam secara internasional.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan di sini (tentang Krimea). Ini bertentangan dengan konstitusi kita," kata Zelenskyy, dikutip Reuters.

Sejak mulai kembali bekerja di Gedung Putih pada Januari 2025, Trump telah mengubah kebijakan AS terhadap perang di Ukraina, yakni dengan menekan Ukraina untuk menyetujui gencatan senjata sambil mengurangi tekanan pada Rusia.

ran Perkuat Kompleks Nuklir Bawah Tanah di Tengah Pembicaraan dengan AS

 

Iran memperkuat sistem keamanan di sekitar dua kompleks terowongan bawah tanah yang terhubung dengan fasilitas nuklir utamanya di Natanz, menurut laporan dari Institut Sains dan Keamanan Internasional yang dirilis Rabu.

Laporan ini muncul menjelang putaran ketiga pembicaraan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) terkait pembatasan program pengayaan uranium Teheran.

Laporan tersebut, yang berdasarkan citra satelit komersial terbaru, mengungkap bahwa kompleks tersebut dibangun di bawah Gunung Kolang Gaz La.

Citra satelit yang diambil pada 29 Maret menunjukkan pintu masuk yang diperkeras, panel dinding tinggi di sepanjang jalan beraspal di puncak gunung, serta penggalian tambahan untuk pemasangan panel baru. Sisi utara kompleks juga terhubung dengan sistem keamanan pabrik Natanz.

Presiden Institut, David Albright, menyatakan bahwa pembangunan kompleks tersebut telah berlangsung selama beberapa tahun dan tampaknya segera akan beroperasi. Ia menambahkan bahwa lokasi ini dibangun jauh lebih dalam dibandingkan fasilitas nuklir Fordow di dekat Qom.

Akses ke kompleks bawah tanah tersebut saat ini ditutup bagi para inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang selama ini memantau program nuklir Iran.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa fasilitas tersebut bisa digunakan untuk menyimpan uranium yang sangat diperkaya atau bahan nuklir yang tidak diumumkan, termasuk sentrifus canggih untuk memurnikan uranium dengan cepat hingga tingkat senjata.

Direktur Jenderal IAEA Raphael Grossi menyatakan dalam kunjungan ke Washington bahwa potensi penggunaan terowongan oleh Iran tidak dapat dikesampingkan, dan pihaknya telah berulang kali membahas masalah ini dengan Teheran.

Namun, Iran menolak kewajiban hukum untuk melaporkan pembangunan fasilitas sebelum adanya bahan radioaktif, dengan menyatakan bahwa hal tersebut bukan urusan IAEA.

“Jelas bahwa ini adalah lokasi dengan banyak kegiatan penting terkait program nuklir Iran,” kata Grossi. “Prosesnya seperti pingpong – kita protes, mereka terus membangun.”

Di sisi lain, Iran menyatakan bahwa sentrifus canggih akan dipasang di kompleks baru tersebut sebagai pengganti fasilitas yang rusak akibat sabotase di Natanz pada tahun 2020.

Kepala energi nuklir Iran, Mohammad Eslami, mengindikasikan bahwa penguatan keamanan di kompleks ini merupakan bagian dari upaya untuk melindungi fasilitas nuklir dari potensi ancaman.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menanggapi laporan ini lewat media sosial dengan menyebut bahwa Israel dan kelompok berkepentingan tertentu tengah berupaya menggagalkan jalannya diplomasi.

Ketegangan meningkat setelah Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir tahun 2015 dan mengancam akan menyerang Iran jika kesepakatan baru tidak segera tercapai.

Iran pun menolak tuntutan agar program nuklirnya dibongkar sepenuhnya, dengan menegaskan bahwa mereka berhak atas teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Israel, yang menuduh Iran sedang berupaya membangun senjata nuklir meski dibantah Teheran, belum mengesampingkan kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dalam beberapa bulan ke depan.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa setiap kesepakatan harus menghasilkan penghentian total program nuklir Iran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post