News Komoditi & Global ( Senin, 27 Oktober 2025 )
Harga Emas (XAU/USD) jatuh ke sekitar $4.065 selama awal perdagangan sesi Asia pada hari Senin. Logam mulia ini melanjutkan penurunannya saat para pedagang melakukan profit taking setelah rally yang memecahkan rekor yang berkepanjangan. Pertemuan antara Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, di Korea Selatan pada hari Kamis akan menjadi perhatian utama.
Para pedagang bertindak untuk mengamankan keuntungan sejak Emas diperdagangkan di atau dekat level tertinggi sepanjang masa.  Selain itu, optimisme baru tentang diskusi perdagangan AS-Tiongkok dan pembaruan Dolar AS (USD) membatasi aliran safe-haven ke Emas. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan pada hari Minggu bahwa AS dan Tiongkok telah menyetujui kerangka kerja untuk potensi kesepakatan perdagangan yang akan dibahas ketika Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, bertemu nanti pekan ini.
Bessent lebih lanjut menyatakan bahwa ia memprakirakan Tiongkok akan menunda penerapan rezim lisensi mineral tanah jarang dan magnet selama setahun sementara kebijakan tersebut dipertimbangkan kembali.
Di sisi lain, data inflasi AS yang lebih lemah yang dirilis pada hari Jumat telah memperkuat ekspektasi pemotongan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed) AS. Pasar memprakirakan hampir pasti bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pinjaman semalam acuan sebesar 25 basis poin (bp) dari kisaran target saat ini 4,0%-4,25%.
Para pedagang juga memprakirakan pengurangan lain pada bulan Desember. Suku bunga yang lebih rendah dapat mengurangi biaya peluang untuk memegang Emas, mendukung logam mulia yang tidak berimbal hasil ini.
Harga Minyak Dunia Menguat Tersulut Optimisme Deal AS-China 
 
Harga minyak naik karena optimisme kesepakatan dagang AS-China, meningkatkan permintaan energi dan minat aset berisiko, meski surplus pasokan membatasi kenaikan. 
Harga minyak menguat pada Senin (27/10/2025) seiring membaiknya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China, yang memperkuat prospek permintaan energi dan mendorong minat terhadap aset berisiko. Melansir Bloomberg, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2025 terpantau menguat 0,59% atau 0,36 poin ke level US$61,36 per barel pada pukul 07.47 WIB. Sementara itu, harga minyak patokan Brent menguat 0,56% atau 0,37 poin ke level US$66,31 per barel. Para negosiator utama AS dan China mengatakan kedua negara telah mencapai kata sepakat dalam sejumlah isu, membuka jalan bagi Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping untuk memfinalisasi kesepakatan pada Kamis mendatang. Dalam wawancara dengan CBS News, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan ancaman Trump untuk memberlakukan tarif hingga 100% terhadap produk asal China praktis tidak lagi menjadi pertimbangan dengan adanya kesepakatan ini. AS dan China merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, dan meredanya ketegangan yang sempat mengguncang pasar global dinilai akan menjadi katalis positif bagi pertumbuhan ekonomi dunia. 
Putin Kecam Sanksi Minyak AS ke Rosneft-Lukoil, Rusia Ogah Tunduk Harga Minyak Global Melonjak 5% Usai AS Jatuhkan Sanksi ke Rosneft & Lukoil Harga minyak rebound dari posisi terendah lima bulan minggu lalu, setelah sanksi AS terhadap dua produsen minyak terbesar Rusia menyeimbangkan kekhawatiran akan kelebihan pasokan global. Penurunan impor minyak asal Rusia dari India dan China diperkirakan akan mendorong permintaan terhadap jenis minyak lain, menopang harga yang selama ini tertekan oleh meningkatnya produksi dari aliansi OPEC+. Founder Vanda Insights Vandana Hari mengatakan harapan akan tercapainya kesepakatan dagang AS-China dalam waktu dekat menjadi dorongan positif bagi sentimen ekonomi dan permintaan minyak. Dorongan ini lebih tinggi dibandingkan dari sentimen Rusia. “Namun, saya memperkirakan kondisi surplus pasokan akan tetap membatasi kenaikan harga. Brent kemungkinan akan kembali bergerak di kisaran tinggi US$60-an,” ungkapnya seperti dikutip Bloomberg, Senin (27/10/2025). Menurut pejabat AS, sanksi terhadap Rosneft PJSC dan Lukoil PJSC merupakan bagian dari strategi untuk mengakhiri perang di Ukraina dengan cara membuat perdagangan minyak Rusia lebih sulit, lebih mahal, dan lebih berisiko. Namun, sanksi tersebut diperkirakan tidak menimbulkan guncangan pasokan yang dapat memicu lonjakan harga global. Hingga saat ini, sejumlah kilang di India memperkirakan impor minyak Rusia akan turun mendekati nol, sementara pembeli di China menunda sebagian transaksi.
Arah Wall Street Pekan Ini: Investor Pantau Suku Bunga Hingga Konflik Dagang AS-China
 
 Laju bursa AS pekan ini dipengaruhi pada suku bunga The Fed, ketegangan dagang AS-China, dan laporan keuangan perusahaan besar, termasuk raksasa teknologi.
Momentum reli bursa Amerika Serikat (AS) pekan ini akan diuji oleh kombinasi sentimen dari tekanan suku bunga, ketegangan dagang, dan rilis kinerja perusahaan-perusahaan besar. Selain itu, meningkatnya ketegangan dagang AS–China dan berlarutnya penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) juga menambah ketidakpastian di pasar. Melansir Reuters pada Senin (27/10/2025), indeks S&P 500 mencatat rekor penutupan tertinggi pada Jumat (24/10/2025), dengan lonjakan sekitar 36% sejak posisi terendahnya pada April. Secara tahunan, indeks acuan ini sudah naik lebih dari 15%. Chris Fasciano, Chief Market Strategist di Commonwealth Financial Network, mengatakan pasar telah naik berbulan-bulan tanpa koreksi signifikan sehingga volatilitas berpotensi meningkat dalam waktu dekat. “Yang perlu kita lihat adalah kinerja laba perusahaan yang tetap kuat dan narasi positif dari pelaku korporasi soal ekonomi. Kekhawatiran baru muncul ketika kepercayaan konsumen atau dunia usaha mulai menurun," ujarnya. Musim laporan keuangan kuartal III/2025 berjalan solid sejauh ini, meski ada kekecewaan dari beberapa emiten besar seperti Netflix dan Texas Instruments. Berdasarkan data LSEG IBES per Jumat pekan lalu, laba perusahaan di indeks S&P 500 diperkirakan tumbuh 10,4% dibandingkan tahun lalu. 
AS-China Mulai Negosiasi Dagang di Malaysia Jelang Pertemuan Trump-Xi Jinping Bahlil Pede Proyek Gas Melon Isi DME Dimulai 2026, Gunakan Teknologi dari China atau Eropa Wall Street Ditutup Menguat, Pasar Menanti Pertemuan Trump-Xi Jinping Sekitar 87% perusahaan yang telah merilis laporan berhasil melampaui perkiraan laba analis, sementara 82% mencatat pendapatan di atas ekspektasi — keduanya lebih tinggi dari rata-rata historis. Pekan ini akan menjadi periode tersibuk musim ini dengan lebih dari 170 perusahaan dijadwalkan merilis kinerja, termasuk lima anggota “Magnificent Seven” — Microsoft, Apple, Alphabet, Amazon, dan Meta Platforms. Meski keunggulan profitabilitas kelompok tersebut terhadap sektor lain mulai menyempit, mereka masih diproyeksikan mencatat kenaikan laba 16,6%, dibandingkan 8,1% untuk perusahaan lain di S&P 500. “Faktor yang paling berpengaruh hingga akhir tahun kemungkinan adalah laporan keuangan raksasa teknologi ini. Ekspektasi pasar terhadap hasil mereka sangat tinggi,"  kata Anthony Saglimbene, Chief Market Strategist di Ameriprise Financial. Fokus ke The Fed Sementara itu, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu (29/10/2025), dari kisaran saat ini 4%–4,25%, menyusul data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan. Namun, karena pasar telah memperhitungkan langkah tersebut, perhatian investor akan tertuju pada sinyal kebijakan berikutnya dari Ketua The Fed Jerome Powell. Bank sentral juga diperkirakan akan memangkas suku bunga kembali pada pertemuan Desember mendatang. “Dampak terbesar akan terjadi jika The Fed memberi indikasi bahwa mereka akan keluar dari jalur pemangkasan suku bunga,” kata Dominic Pappalardo, Chief Multi-Asset Strategist di Morningstar Wealth. Keputusan The Fed kali ini juga terhambat oleh minimnya data ekonomi resmi akibat penutupan sebagian pemerintah sejak 1 Oktober, yang menyebabkan penundaan rilis data ketenagakerjaan di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi pasar tenaga kerja. Art Hogan, Chief Market Strategist di B Riley Wealth, memperingatkan bahwa semakin lama penutupan ini berlangsung, semakin besar dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. “Semakin lama berlanjut, semakin sulit bagi pasar untuk mengabaikannya,” ujarnya. Ketegangan Dagang AS–China Selain faktor domestik, ketegangan antara AS dan China kembali membayangi pasar setelah beberapa bulan relatif tenang. Awal bulan ini, Presiden Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif secara signifikan terhadap China mulai 1 November, sebagai respons atas pembatasan ekspor logam tanah jarang oleh Beijing. Investor kini menanti hasil pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping dalam beberapa hari mendatang, yang diharapkan dapat menurunkan eskalasi ketegangan. “Jika tarif benar-benar naik ke level yang diancamkan Trump, volatilitas pasar kemungkinan meningkat tajam dan respons pasar bisa negatif, terutama jika investor menilai kebijakan itu akan berlangsung lama,” ujar Saglimbene.
Tarif dan Rare Earths Jadi Titik Temu Baru AS–China di Tengah Ketegangan Dagang
 
Pejabat ekonomi teratas Amerika Serikat (AS) dan China pada Minggu (26/10/2025) menyepakati kerangka awal perjanjian dagang yang akan diputuskan oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pekan ini.
Kesepakatan tersebut mencakup rencana penangguhan kenaikan tarif AS dan penundaan kontrol ekspor rare earths oleh China, menurut pejabat AS.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan pembicaraan di sela-sela KTT ASEAN di Kuala Lumpur berhasil menghapus ancaman tarif 100% terhadap produk impor asal China yang semula dijadwalkan berlaku mulai 1 November.
Ia juga menyebut Beijing kemungkinan menunda penerapan rezim perizinan ekspor mineral dan magnet rare earths selama satu tahun untuk ditinjau kembali.
Sementara itu, pejabat China bersikap lebih berhati-hati dan tidak memberikan rincian hasil pembahasan tersebut.
Trump dan Xi dijadwalkan bertemu pada Kamis (30/10) di sela-sela KTT APEC di Gyeongju, Korea Selatan, untuk menandatangani kesepakatan final.
Meskipun Gedung Putih telah mengumumkan secara resmi rencana pertemuan itu, pemerintah China belum memberikan konfirmasi.
“Saya pikir kami telah memiliki kerangka kerja yang sangat baik untuk didiskusikan para pemimpin pada Kamis nanti,” ujar Bessent kepada wartawan setelah bertemu Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dan negosiator utama Li Chenggang.
Bessent menambahkan, gencatan tarif antara kedua negara diperkirakan akan diperpanjang melampaui tenggat 10 November.
Ia juga menyebut China akan kembali meningkatkan pembelian kedelai AS setelah tidak ada transaksi pada September karena Beijing lebih memilih pasokan dari Brasil dan Argentina.
Menurutnya, petani kedelai AS akan “merasa sangat diuntungkan” ketika detail kesepakatan diumumkan.
Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer menambahkan bahwa kedua pihak sepakat menahan sebagian tindakan sanksi dan menemukan “jalan ke depan agar AS bisa mendapatkan lebih banyak akses terhadap rare earths dari China serta menyeimbangkan defisit perdagangan.”
Wakil negosiator China Li Chenggang mengatakan kedua pihak telah mencapai “konsensus awal” dan akan menempuh proses persetujuan internal masing-masing.
“Posisi AS sangat keras, sementara China tetap tegas membela kepentingan dan haknya,” ujar Li melalui penerjemah.
“Kami telah melalui konsultasi yang intens dan pertukaran konstruktif dalam mencari solusi atas perbedaan yang ada.”
Trump yang tiba di Malaysia untuk menghadiri KTT ASEAN menyatakan optimisme bahwa kesepakatan akan tercapai.
“Saya pikir kami akan mendapatkan kesepakatan dengan China,” katanya.
Sebelumnya, Trump mengancam akan memberlakukan tarif 100% atas barang asal China mulai 1 November, sebagai balasan terhadap kebijakan ekspor baru Beijing untuk rare earths dan magnet.
China saat ini menguasai lebih dari 90% pasokan global bahan baku penting tersebut, yang digunakan dalam industri kendaraan listrik, semikonduktor, dan peralatan militer.
Ketegangan terkait ekspor ini sempat mengguncang gencatan dagang enam bulan terakhir antara kedua negara.
Selain isu rare earths, kedua pihak juga membahas perluasan perdagangan, krisis fentanyl di AS, biaya pelabuhan, serta transfer kepemilikan TikTok ke perusahaan AS.
Bessent mengatakan kepada NBC bahwa kedua pihak masih merampungkan detail kesepakatan TikTok agar dapat “difinalisasi” oleh Trump dan Xi di Korea Selatan.
Di sela KTT ASEAN, Trump juga menyebut akan bertemu kembali dengan Xi di China dan AS pada kesempatan mendatang, baik di Washington maupun di Mar-a-Lago.
Topik utama pembahasan Trump dengan Xi antara lain pembelian kedelai oleh China, isu Taiwan yang demokratis namun diklaim Beijing sebagai wilayahnya, serta pembebasan taipan media Hong Kong, Jimmy Lai.
Pendiri media Apple Daily itu menjadi simbol utama tindakan keras China terhadap kebebasan pers di Hong Kong.
Trump juga menyinggung akan meminta bantuan China terkait perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung.
Ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia meningkat dalam beberapa pekan terakhir, setelah gencatan dagang sejak Mei lalu gagal mencegah kedua negara saling memberlakukan sanksi baru dan pembatasan ekspor.
Ekspansi kontrol ekspor rare earths oleh China telah menyebabkan kelangkaan global, mendorong AS mempertimbangkan pelarangan ekspor produk berbasis perangkat lunak ke China, termasuk laptop hingga mesin jet.
Venezuela Tuduh AS dan Trinidad-Tobago Lakukan Provokasi Militer di Karibia
 
Pemerintah Venezuela pada Minggu (26/10/2025) mengecam apa yang disebutnya sebagai “provokasi militer” oleh Trinidad dan Tobago yang diduga dilakukan bersama Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA).
Caracas menuding langkah itu bertujuan memicu konfrontasi militer penuh di kawasan Karibia.
Dalam pernyataannya, pemerintah Venezuela menyebut latihan militer gabungan antara Amerika Serikat dan Trinidad dan Tobago yang tengah berlangsung di perairan Karibia merupakan bagian dari upaya tersebut.
Venezuela juga mengklaim telah menangkap sekelompok tentara bayaran yang disebut memiliki “informasi langsung dari badan intelijen Amerika Serikat” dan ditugaskan untuk melancarkan serangan bendera palsu (false flag) di kawasan tersebut.
“Sedang berlangsung serangan bendera palsu di perairan yang berbatasan dengan Trinidad dan Tobago, atau dari wilayah Trinidad maupun Venezuela, untuk memprovokasi konfrontasi militer penuh dengan negara kami,” demikian pernyataan resmi yang disampaikan oleh Wakil Presiden Delcy Rodríguez.
Namun, pemerintah Venezuela tidak memberikan bukti atau rincian tambahan terkait dugaan operasi tersebut.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah mengonfirmasi laporan bahwa dirinya memberi izin kepada CIA untuk menjalankan operasi rahasia di Venezuela.
Presiden Venezuela Nicolás Maduro juga sebelumnya beberapa kali menuduh adanya rencana serangan bendera palsu, termasuk dugaan upaya penanaman bahan peledak di Kedutaan Besar AS di Caracas pada awal Oktober.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan atas tuduhan tersebut.
Di sisi lain, pemerintahan Trump dalam beberapa bulan terakhir meningkatkan operasi militer di kawasan Karibia dan Pasifik, dengan alasan memberantas perdagangan narkotika.
Pentagon pada Jumat lalu mengirim gugus kapal induk USS Gerald Ford ke wilayah tersebut sebagai bagian dari peningkatan kekuatan militer Amerika di kawasan.
Ini Rangkaian Negosiasi Trump di KTT Asean
 
Hubungan perdagangan dan tarif masih menjadi pokok bahasan menarik saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump hadir di KTT ASEAN ke-47 di Malaysia. Sejumlah negara memanfaatkan pertemuan ini untuk membahas ulang tarif perdagangan dengan AS.
Di sela-sela KTT, delegasi AS dan China menggelar perundingan perdagangan untuk mencegah eskalasi baru dalam perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Topik utama dalam pembahasan termasuk pengendalian pasokan logam tanah jarang (rare earth), yang selama ini didominasi oleh China.
Jamieson Greer, Kepala Negosiator Perdagangan AS, mengatakan, pembicaraan berlangsung produktif. Ia juga optimistis akan ada kemajuan dalam negosiasi.
"Saya rasa kami telah menyusun kerangka kerja yang sangat baik untuk dibahas para pemimpin pada Kamis," ujar Menteri Keuangan AS Scott Bessent, dikutip Reuters. Trump akan tur di Asia selama lima hari sampai 30 Oktober.
Di saat yang sama Trump pada Minggu (26/10) menandatangani serangkaian perjanjian dagang dan kerjasama sektor mineral kritis dengan tiga negara Asia Tenggara, yakni Thailand, Malaysia, dan Kamboja. Ini sebagai upaya Washington mendiversifikasi rantai pasok global, karena pembatasan ekspor logam tanah jarang oleh China.
Trump juga berkomitmen mengatasi hambatan tarif dan non-tarif yang selama ini memengaruhi hubungan dagang antara AS dan kawasan ASEAN. Menurut pernyataan Gedung Putih, Amerika Serikat akan mempertahankan tarif sebesar 19% terhadap sebagian besar ekspor dari ketiga negara tersebut.
Di saat yang sama, Trump juga menjadwalkan pertemuan dengan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva pada Minggu malam untuk membahas tarif impor AS sebesar 50% terhadap produk Brasil.
Lula menyebut kebijakan ini sebagai kesalahan besar, mengingat AS mencatat surplus perdagangan sebesar US$ 410 miliar dengan Brasil dalam 15 tahun terakhir. Trump sebelumnya memberi sinyal, ia terbuka untuk menurunkan tarif tersebut.
Namun, pertemuan serupa tidak dijadwalkan dengan Perdana Menteri Kanada Mark Carney, setelah Trump pada Sabtu mengumumkan kenaikan tambahan tarif 10% atas Kanada, menyusul sengketa iklan perdagangan.
Perang Dagang Masih Membara, Trump Coba Redam Ketegangan dengan Xi Jinping di Busan
 
 Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menguji kemampuan lobi dan negosiasinya dalam lawatan ke Asia, kawasan yang sempat terpukul oleh kebijakan perdagangannya.
Fokus utama perjalanan ini adalah upaya untuk mencapai kesepakatan dengan Presiden China Xi Jinping di tengah meningkatnya ketegangan ekonomi antara kedua negara.
Trump, yang berangkat dari Washington pada Jumat malam (24/10/2025), akan menjalani kunjungan selama lima hari ke Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan perjalanan terpanjangnya ke luar negeri sejak menjabat kembali pada Januari lalu.
Gedung Putih menyatakan, Trump berupaya menandatangani serangkaian kesepakatan terkait perdagangan, mineral kritis, dan gencatan senjata sebelum pertemuan tatap muka dengan Xi di Busan, Korea Selatan, pada Kamis mendatang.
Ia juga berusaha mempertahankan pencapaian diplomatik utamanya di masa jabatan kedua, gencatan senjata rapuh antara Israel dan Gaza di tengah berlanjutnya perang Rusia-Ukraina dan ketegangan dagang dengan China.
Washington dan Beijing saling menaikkan tarif ekspor dan mengancam akan menghentikan perdagangan di sektor teknologi tinggi dan mineral penting.
Meskipun begitu, baik AS maupun China tidak berharap akan ada terobosan besar dalam pertemuan kali ini.
Menurut sumber yang mengetahui pembicaraan awal, agenda pertemuan lebih difokuskan pada pengelolaan perbedaan pandangan dan langkah kecil menuju perbaikan hubungan.
Kesepakatan sementara mungkin meliputi pelonggaran tarif terbatas atau kesediaan China membeli produk AS seperti kedelai dan pesawat Boeing.
Sebagai imbalan, AS dapat melonggarkan pembatasan ekspor chip berteknologi tinggi, sementara China membuka kembali akses ekspor magnet tanah jarang.
Namun, hasil akhir masih belum pasti bahkan bisa saja tidak ada kesepakatan yang dicapai.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut rencana pertemuan Trump-Xi sebagai “pull-aside”, alias pertemuan singkat tanpa agenda resmi.
Namun Trump kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa ia berharap bisa mengadakan “pertemuan panjang” untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang menggantung.
Pihak China sejauh ini belum mengonfirmasi jadwal pertemuan tersebut.
Trump dijadwalkan menghadiri KTT ASEAN di Kuala Lumpur pada Minggu (26/10/2025), di mana ia juga akan menyaksikan penandatanganan perjanjian gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja.
Di Jepang, ia akan bertemu Perdana Menteri Sanae Takaichi yang diperkirakan akan menegaskan komitmen investasi sebesar US$550 miliar ke AS serta peningkatan anggaran pertahanan Tokyo.
Selanjutnya, Trump menuju Busan, Korea Selatan, untuk menghadiri KTT perdagangan internasional dan kemungkinan pertemuan dengan Xi. Ia dijadwalkan kembali ke Washington sebelum pertemuan tingkat tinggi APEC dimulai.
Trump telah mengancam akan menaikkan tarif terhadap produk impor China hingga total 155% mulai 1 November jika kesepakatan tak tercapai.
Langkah itu hampir pasti akan memicu respons balasan dari Beijing dan mengakhiri jeda dalam perang tarif antara kedua negara.
Selain perdagangan, isu sensitif seperti Taiwan, hubungan China dengan Rusia, serta pembelian minyak Rusia oleh Beijing juga akan masuk dalam agenda pembicaraan.
Trump mengatakan ia juga akan menyinggung kasus Jimmy Lai, pendiri media pro-demokrasi Apple Daily di Hong Kong, yang kini dipenjara berdasarkan undang-undang keamanan nasional China.
“Itu ada dalam daftar saya. Saya akan menanyakan soal itu ... kita lihat nanti hasilnya,” ujar Trump sebelum berangkat.
Masih belum jelas apakah Trump akan mencoba melanjutkan negosiasi dagang dengan Perdana Menteri Kanada Mark Carney, setelah sebelumnya ia memutuskan pembicaraan secara sepihak.
Trump juga sedang menargetkan kesepakatan perdagangan baru dengan Malaysia dan India, sekaligus memperkuat perjanjian yang telah ada dengan Korea Selatan.
Namun hubungan Washington–Seoul sempat menegang karena desakan Trump agar perusahaan-perusahaan Korea menambah investasi di AS hingga US$350 miliar, serta kebijakan deportasi tenaga kerja asing asal Korea.
Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung berharap Trump juga mau kembali membangun dialog damai dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, meski Gedung Putih menegaskan tidak ada rencana pertemuan semacam itu dalam jadwal resmi.
“Menjangkau Korea Utara bukan hal yang mudah,” kata Trump.
“Tapi kalau mereka ingin bicara, saya terbuka untuk itu. Hanya saja, mereka tidak punya banyak sambungan telepon.”
Konflik Memanas, Trump Tempatkan Kapal Induk Terbesar AS di Amerika Latin
 
Pemerintahan Presiden Donald Trump meningkatkan eskalasi militer Amerika Serikat di kawasan Karibia dengan pengumuman penempatan kapal induk USS Gerald Ford beserta kelompok pendukungnya ke Amerika Latin pada Jumat (24/10/2025).
Langkah ini dianggap sebagai upaya penegasan kekuatan terbesar Washington di wilayah tersebut, jauh melampaui operasi kontra-narkotika sebelumnya.
Penempatan ini menambah delapan kapal perang, satu kapal selam nuklir, dan pesawat F-35 yang telah berada di kawasan. Langkah ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat dengan Venezuela, yang pemerintahannya telah lama dituduh Washington mendukung jaringan narkotika dan melemahkan institusi demokrasi.
"Kehadiran kekuatan AS yang diperkuat di wilayah tanggung jawab Komando Selatan (USSOUTHCOM AOR) akan meningkatkan kemampuan AS untuk mendeteksi, memantau, dan mengganggu aktor serta aktivitas ilegal yang membahayakan keamanan dan kesejahteraan negara, serta keamanan di belahan Barat," tulis juru bicara Pentagon, Sean Parnell, melalui unggahan di X.
Parnell tidak merinci kapan kapal induk akan tiba di kawasan, namun beberapa hari terakhir, USS Gerald Ford dilaporkan sedang menempuh perjalanan melalui Selat Gibraltar dan berada di perairan Eropa.
Kapal Induk Gerald Ford: Armada Terbesar dan Terbaru AS
Kapal induk USS Gerald Ford, yang mulai beroperasi pada 2017, merupakan kapal induk terbaru dan terbesar di dunia, dengan lebih dari 5.000 awak kapal.
Kapal ini dapat menampung lebih dari 75 pesawat militer, termasuk jet tempur F-18 Super Hornet dan pesawat E-2 Hawkeye untuk sistem peringatan dini. Kapal ini juga dilengkapi reaktor nuklir, misil canggih, dan radar modern untuk kontrol navigasi dan lalu lintas udara.
Kelompok pendukung kapal induk termasuk cruiser Ticonderoga-class Normandy dan destroyer Arleigh Burke-class (Thomas Hudner, Ramage, Carney, Roosevelt), yang memiliki kemampuan surface-to-air, surface-to-surface, dan anti-submarine warfare.
Serangan Militer Terhadap Kapal Narkotika
Sejak awal September, militer AS telah melakukan 10 serangan terhadap kapal narkotika di kawasan Karibia, menewaskan sekitar 40 orang, beberapa di antaranya warga Venezuela, menurut Pentagon.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro beberapa kali menuduh AS berusaha menggulingkannya.
Pada Kamis, Maduro memperingatkan bahwa jika AS campur tangan, “kelas pekerja akan bangkit dan pemogokan insurrectional akan terjadi di jalan-jalan hingga kekuasaan kembali dipulihkan”, serta menambahkan bahwa “juta-juta pria dan wanita bersenjata akan bergerak di seluruh negeri”.
Washington pada Agustus menggandakan hadiah bagi informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro menjadi US$50 juta, menuduh keterlibatan Maduro dalam narkotika dan kelompok kriminal yang dibantah Maduro.
Ketegangan dengan Kolombia Meningkat
Hubungan antara AS dan Kolombia juga memanas, dengan Trump menuduh Presiden Kolombia Gustavo Petro sebagai “pemimpin narkoba ilegal” dan “orang jahat”, tuduhan yang disebut pemerintah Kolombia ofensif.
Tak lama setelah pengumuman kapal induk, administrasi Trump juga menetapkan sanksi terhadap Petro, terkait dugaan narkotika ilegal.
"Kekuatan ini akan memperkuat dan menambah kemampuan yang ada untuk mengganggu perdagangan narkotika serta melemahkan dan membongkar organisasi kriminal transnasional," kata Parnell.
Eskalasi Militer Berlanjut
Trump menyatakan bahwa pemerintahannya akan memberi briefing kepada Kongres AS terkait operasi terhadap kartel narkotika dan bahwa meskipun tidak memerlukan deklarasi perang, operasi di darat akan menjadi langkah berikutnya.
Serangan terbaru terhadap kapal narkotika di Karibia menewaskan enam tersangka 'narco-teroris', menurut pengumuman Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth.
Beberapa ahli hukum dan anggota parlemen Demokrat menilai serangan tersebut menimbulkan pertanyaan hukum internasional terkait kesesuaian dengan hukum perang, sementara sebagian anggota parlemen Republik menyambut baik penempatan kapal induk.
"Presiden Trump tidak main-main dalam melindungi AS dan lingkungan belahan Barat kita," tulis Anggota DPR AS Rick Crawford dari Arkansas di X.
Tahun lalu, kapal induk USS George Washington ditempatkan di Amerika Selatan, namun itu bagian dari latihan yang dijadwalkan jauh sebelumnya. Berbeda dengan Gerald Ford, penempatan kali ini dinilai langsung merespons situasi keamanan dan narkotika.
Pejabat Senior China: Reunifikasi Damai dengan Taiwan Jadi Jalan Terbaik
 
Pejabat tinggi Partai Komunis China (PKC) menyatakan bahwa reunifikasi damai dengan Taiwan merupakan “jalan terbaik ke depan” bagi hubungan lintas Selat.
Pernyataan ini disampaikan oleh Wang Huning, anggota Komite Tetap Politbiro PKC sekaligus pejabat yang membidangi urusan Taiwan, seperti dikutip Xinhua, Sabtu (25/10/2025).
Dalam acara di Great Hall of the People, Beijing, untuk memperingati 80 tahun “pemulihan” Taiwan ke dalam pemerintahan China, Wang menegaskan bahwa Beijing tidak akan mentoleransi aktivitas apa pun yang mempromosikan kemerdekaan Taiwan.
Wang juga mengatakan bahwa China akan “memimpin dalam berbagi hasil pembangunan dan kemajuan” dengan rakyat Taiwan, menurut laporan terpisah dari Central News Agency (CNA), kantor berita resmi Taiwan.
Namun, Dewan Urusan Daratan (Mainland Affairs Council/MAC) Taiwan menilai pernyataan tersebut hanya mengulang “pesan lama” Beijing, dan menegaskan bahwa tujuan sesungguhnya adalah menggabungkan Taiwan secara paksa.
 “Pengalaman Hong Kong telah menunjukkan bahwa konsep ‘satu negara, dua sistem’ pada akhirnya bermakna pemerintahan otoriter oleh Partai Komunis China,” kata MAC dalam pernyataan resminya.
MAC juga menegaskan, prospek pembangunan di bawah skema “unifikasi” tidak menarik bagi masyarakat Taiwan.
Berbeda dengan China, pemerintah Taiwan tidak memperingati peristiwa tersebut. Taipei justru merayakan peringatan Pertempuran Guningtou tahun 1949, ketika pasukan komunis gagal merebut Pulau Kinmen yang hingga kini masih dikuasai Taiwan.
“Kami ingin terus menjadi mitra keamanan terpercaya bagi sekutu kami, dan bersama-sama membangun garis pertahanan kuat untuk melindungi nilai-nilai kebebasan dan demokrasi,” tulis Presiden Lai Ching-te di laman Facebook resminya, Sabtu (25/10).
China dan Taiwan, yang memiliki interpretasi berbeda atas sejarah akhir Perang Dunia II, berulang kali bersitegang sepanjang tahun ini.
Taiwan sebelumnya merupakan koloni Jepang sejak 1895 hingga 1945, sebelum diserahkan kepada pemerintahan Republik China.
Setelah kalah perang saudara melawan komunis di bawah pimpinan Mao Zedong, pemerintahan Republik China melarikan diri ke pulau itu pada 1949 — dan hingga kini mempertahankan nama resmi Republik China (ROC).
Pemerintah Taiwan menegaskan menolak klaim teritorial Beijing dan menyatakan bahwa hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan pulau tersebut.
PM Thailand Akan Teken Gencatan Senjata dengan Kamboja Disaksikan Trump di Malaysia
 
 Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, dijadwalkan melakukan kunjungan ke Malaysia untuk menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Kamboja, yang akan disaksikan oleh Presiden AS Donald Trump.
Langkah ini dilakukan setelah Trump menarik diri dari KTT ASEAN akibat wafatnya Ratu Ibu Sirikit pada Sabtu lalu.
Menteri luar negeri negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) telah mengadakan pertemuan pada Sabtu untuk memulai akhir pekan diplomasi global di Kuala Lumpur. Di sisi lain, tim dari Amerika Serikat dan Tiongkok juga mengadakan pembicaraan perdagangan paralel dengan KTT ASEAN.
Trump dijadwalkan tiba pada Minggu pagi untuk memulai perjalanan Asia-nya.
Ia diperkirakan akan menyaksikan penandatanganan perjanjian gencatan senjata yang lebih luas antara Kamboja dan Thailand, setelah sebelumnya membantu mengakhiri konflik perbatasan berdarah selama lima hari pada Juli yang menewaskan puluhan orang dan membuat sekitar 300.000 warga sementara harus mengungsi.
Perdana Menteri Anutin menyatakan bahwa upacara gencatan senjata akan digelar Minggu pagi, setelah itu ia akan kembali ke Thailand.
Anutin juga memastikan akan melewatkan KTT APEC pekan depan di Korea Selatan. Kabinet Thailand dijadwalkan bertemu pada Sabtu pagi untuk membahas rencana pemakaman Ratu Ibu Sirikit.
Dalam pertemuan tahunan ASEAN, blok ini berencana menekankan multilateralisme perdagangan dan memperdalam hubungan dengan mitra baru, sekaligus mengelola dampak dari kebijakan tarif global Trump. ASEAN juga akan menyambut Timor Leste, negara termuda di Asia, sebagai anggota ke-11.
Diplomasi Perdagangan AS-Tiongkok dan Tarif Global
Sejalan dengan KTT, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Perdagangan AS Jamieson Greer menggelar pembicaraan perdagangan dengan delegasi Tiongkok yang dipimpin Wakil Perdana Menteri He Lifeng.
Kedua ekonomi terbesar dunia ini berusaha mencari jalan tengah setelah Trump mengancam tarif 100% pada barang Tiongkok dan pembatasan perdagangan lainnya mulai 1 November, sebagai tanggapan atas kontrol ekspor Tiongkok terhadap magnet dan mineral tanah jarang.
Pertemuan Puncak dengan Pemimpin Dunia
Sejumlah pemimpin dunia akan hadir di KTT pada Minggu, termasuk Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, PM Kanada Mark Carney, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, dan PM Jepang terpilih Sanae Takaichi.
Trump juga diperkirakan mengadakan pertemuan yang sangat dinantikan dengan Lula, meskipun jadwal resmi belum dikonfirmasi.
Lula menyatakan akan membahas tarif 50% yang diberlakukan AS terhadap barang Brasil, yang menurutnya merupakan "kesalahan", mengacu pada surplus perdagangan AS sebesar US$410 miliar dengan Brasil dalam 15 tahun terakhir.
Trump mengatakan ia bersedia mempertimbangkan pengurangan tarif terhadap Brasil jika kondisi tepat.
Sementara itu, Trump menyatakan tidak berniat bertemu PM Kanada Carney, karena ia “puas dengan kesepakatan yang ada.”
Sebelumnya, pembicaraan perdagangan AS-Kanada sempat terhenti akibat iklan dari pemerintah provinsi Ontario yang menampilkan mantan Presiden Ronald Reagan menyatakan tarif memicu perang dagang dan bencana ekonomi. Trump menilai video tersebut menyesatkan.
Trump Beri Nafas bagi Industri Tembaga AS, Aturan Emisi Era Biden Dicabut
 
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat (24/10/2025) resmi mencabut aturan era pemerintahan Biden yang memperketat batas emisi dari fasilitas peleburan tembaga (copper smelters).
Aturan emisi yang dikeluarkan pada Mei 2024 itu mewajibkan smelter untuk mengurangi polutan seperti timbal, arsenik, merkuri, benzena, dan dioksin sesuai standar udara bersih federal terbaru.
Gedung Putih menyatakan langkah ini bertujuan mendukung keamanan mineral nasional AS dengan mengurangi beban regulasi pada industri tembaga domestik.
“Penerapan aturan ketat pada industri yang kecil dan sudah terbatas ini justru berisiko mempercepat penutupan smelter, melemahkan basis industri nasional, serta meningkatkan ketergantungan terhadap kapasitas pemrosesan yang dikendalikan asing,” kata pernyataan resmi Gedung Putih.
Proklamasi tersebut merujuk pada dua smelter tembaga yang beroperasi di AS milik Freeport-McMoRan di Arizona dan Rio Tinto di Utah dan menegaskan bahwa kebijakan baru ini berlaku untuk fasilitas milik Freeport.
Freeport, yang berbasis di Phoenix, menyambut baik keputusan Trump. Perusahaan menilai kelonggaran dua tahun itu menunjukkan pentingnya komoditas tembaga bagi keamanan nasional.
“Kebijakan ini mengakui tantangan operasional yang dihadapi industri peleburan tembaga domestik dan memberikan waktu untuk meninjau kembali aturan Copper Rule serta implementasi ke depan,” ujar juru bicara Freeport.
Sementara itu, Rio Tinto menyatakan bahwa smelter mereka di Utah tidak terdampak karena telah berinvestasi pada teknologi penangkap emisi.
“Operasi Kennecott kami di Utah telah lama berkomitmen mengurangi jejak lingkungan melalui inovasi dan investasi,” kata juru bicara Rio Tinto.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi Trump yang lebih luas untuk mengamankan pasokan mineral kritis AS.
Sebelumnya, Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang menetapkan tembaga sebagai bahan penting bagi sektor pertahanan, infrastruktur, serta teknologi baru seperti energi bersih dan kendaraan listrik.
Perintah tersebut memicu penyelidikan berdasarkan Section 232 untuk menentukan apakah impor tembaga mengancam keamanan nasional AS, mengingat ketergantungan tinggi pada pemasok luar negeri.
Hasil tinjauan itu mendorong pemerintahan Trump untuk menetapkan tarif impor 50% pada tembaga tertentu serta mewajibkan penjualan sebagian besar tembaga daur ulang berkualitas tinggi di pasar domestik.