News Forex, Index & Komoditi ( Senin, 9 November 2024 )

  News  Forex,  Index  &  Komoditi

         (  Senin,   9  November  2024  )

Harga Emas Global Turun Tajam karena Imbal Hasil AS Melonjak setelah Kemenangan Trump

 

Emas (XAU/USD) berada di bawah tekanan jual yang besar dan merosot di bawah $2.700 pada hari Rabu karena imbal hasil obligasi Treasury AS menguat karena kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS. Data inflasi dari AS dan pidato The Fed minggu depan dapat memberikan gambaran baru mengenai apakah Emas akan mampu melepaskan tekanan bearish.

Emas Mengalami Pelemahan Besar karena Kemenangan Trump

Emas memulai minggu ini dengan tenang dan mencatat kenaikan kecil pada hari Senin dan Selasa karena pasar menahan diri untuk mengambil posisi besar menjelang peristiwa-peristiwa penting yang berisiko minggu ini.

Selama jam perdagangan Asia pada hari Rabu, Dolar AS (USD) mulai mengumpulkan kekuatan terhadap para pesaingnya dan menyebabkan XAU/USD berbalik ke selatan. Berita mengenai Donald Trump yang akan merebut kembali negara bagian Georgia dan North Carolina memicu rally pada imbal hasil obligasi Treasury AS, yang selanjutnya membebani harga Emas. Di awal sesi Eropa, outlet berita mulai menyebut Pennsylvania untuk Trump, negara bagian swing state yang secara luas dilihat sebagai satu-satunya peluang Kamala Harris untuk membalikkan keadaan, namun belum secara resmi mengonfirmasi pemenangnya. Partai Republik juga mendapatkan mayoritas di Senat dan tampaknya akan mengambil alih kendali DPR, mendorong kenaikan imbal hasil AS dan USD. Emas menembus di bawah $2.700 dan turun 3% dalam basis harian untuk mencatatkan penurunan satu hari terbesar tahun ini.

Reaksi awal terhadap kemenangan Trump menunjukkan bahwa pasar mengharapkan kebijakan-kebijakan yang diusulkannya untuk membuka jalan bagi ekonomi AS yang beroktan tinggi, yang dapat membuat tugas Federal Reserve (The Fed) dalam mengendalikan inflasi menjadi lebih sulit dan menyebabkan bank sentral AS menilai kembali strategi pelonggaran kebijakan di masa mendatang.

Data dari Tiongkok menunjukkan pada hari Kamis pagi bahwa Ekspor naik 12,7% dalam USD secara tahunan di bulan Oktober, sementara Impor turun 2,3% di periode yang sama. Akibatnya, surplus perdagangan Tiongkok melebar menjadi $95,27 miliar dari $81,71 miliar di bulan September. Emas berhasil menemukan pijakan setelah data ini tetapi berjuang untuk mengumpulkan momentum pemulihan, dengan investor mengalihkan perhatian mereka ke pengumuman kebijakan The Fed.

The Fed mengumumkan pada hari Kamis bahwa mereka menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 25 basis poin (bp) ke kisaran 4,5%-4,75% setelah pertemuan November, seperti yang diharapkan. Dalam pernyataan kebijakannya, The Fed mengatakan bahwa risiko-risiko pada pasar kerja dan inflasi "kurang lebih seimbang," menggemakan pernyataan dari pernyataan bulan September. Dalam konferensi pers pasca rapat, Ketua The Fed Jerome Powell menahan diri untuk mengisyaratkan apakah mereka dapat memilih untuk melakukan pemangkasan sebesar 25 bp pada bulan Desember. Powell menambahkan bahwa hasil pemilihan presiden tidak akan berpengaruh pada kebijakan moneter dalam waktu dekat. Menyusul kenaikan pada hari Rabu, imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun turun hampir 2,5% pada hari Kamis dan membantu Emas mengoreksi kembali sebagian dari penurunan mingguannya.

 

Investor Emas Menunggu Pidato The Fed dan Laporan Inflasi AS

Pasar saham di AS akan tetap buka pada Hari Veteran pada hari Senin, namun pasar obligasi akan ditutup, membatasi volatilitas pasar pada awal minggu depan.

Pada hari Rabu, Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) akan mempublikasikan data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk bulan Oktober. Investor memprakirakan IHK dan IHK inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, akan naik masing-masing sebesar 0,2% dan 0,3% secara bulanan. Jika IHK inti meningkat pada kecepatan yang lebih rendah dari prakiraan, USD dapat melemah terhadap mata uang-mata uang lainnya dengan reaksi langsung. Di sisi lain, kenaikan 0,3%, atau lebih besar, pada IHK inti bulanan dapat menyulitkan XAU/USD untuk bertahan.

Sementara itu, para pelaku pasar akan mencermati komentar dari para pengambil kebijakan The Fed setelah periode pemadaman berakhir. Alat CME FedWatch menunjukkan bahwa pasar memprakirakan sekitar 70% kemungkinan penurunan suku bunga 25 bp pada bulan Desember. Jika para pejabat The Fed mengadopsi nada yang lebih berhati-hati dalam pelonggaran kebijakan lebih lanjut, dengan alasan potensi efek inflasi dari kebijakan Trump, imbal hasil obligasi AS dapat mulai mendorong lebih tinggi dan membebani XAU/USD.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harga Minyak Dunia Tidak Mampu Hindari Penurunan karena Sentimen Tertekan di Kompleks Komoditas

 

Minyak Mentah turun lebih dari 1% mendekati sesi perdagangan AS pada hari Jumat, tetapi tetap berada dalam kisaran yang ketat yang telah diperdagangkan dalam empat hari terakhir. Euforia pasar setelah kemenangan Presiden terpilih Donald Trump tampaknya memudar karena pasar energi mengalihkan fokus mereka ke Tiongkok, di mana prospek tarif AS yang lebih tinggi dapat terus lebih jauh melukai pertumbuhan dalam konteks permintaan Minyak yang sudah lesu. Ini dapat berarti permintaan lebih sedikit daripada yang telah diprakirakan untuk tahun 2025.

Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak kinerja Greenback terhadap enam mata uang lainnya, telah mendapatkan dukungan setelah pasar diyakinkan oleh Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. The Fed tidak hanya mengumumkan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp), tetapi Powell juga mengatakan bahwa ia tidak akan pergi ke mana-mana. Ini mungkin menghilangkan ketidakpastian apakah Powell akan menyelesaikan sisa dua tahun masa jabatannya sebagai ketua The Fed setelah kemenangan Trump menimbulkan keraguan akan masa depan Powell.

Pada saat artikel ini ditulis, Minyak Mentah (WTI) diperdagangkan di $70,80 dan Minyak Mentah Brent di $74,31.

Berita dan Penggerak Pasar Minyak: Tiongkok Terluka

Rally pasar mereda secara luas karena sesuatu yang disebut sebagai perdagangan Trump beristirahat sejenak dan kekhawatiran terhadap Tiongkok mengambil alih, Bloomberg melaporkan.

Melihat kembali pasokan minyak di bulan Oktober dari OPEC, produksi naik 370.000 barel per hari. Bagian utama dari peningkatan tersebut adalah dari pemulihan produksi Libya menjadi di atas 1 juta barel per hari setelah penyelesaian krisis politik terkait kepemimpinan bank sentral, Bloomberg melaporkan.

Badai Tropis Rafael akan menghantam pantai Texas dan Louisiana pada hari Sabtu, meskipun dampaknya akan tetap kecil karena pusat Badai Tropis diprakirakan tidak akan mencapai daratan, Reuters melaporkan.

Sekitar pukul 18:00 GMT (Sabtu, 01:00 WIB), data jumlah rig minyak AS mingguan dari Baker Hughes akan dirilis. Tidak ada prakiraan, sebelumnya 479.

 

 

 

 

 

 

Dolar Tergelincir, Mata Uang Asia Stabil Pasca Pemangkasan Fed

 

Sebagian besar mata uang Asia stabil pada hari Jumat setelah mencatat kenaikan tajam di sesi sebelumnya, sementara dolar mengalami kerugian setelah Federal Reserve memangkas suku bunga seperti yang diharapkan secara luas.

Mata uang regional menutup sebagian besar kerugian mingguan mereka setelah langkah The Fed, dengan beberapa bahkan berbalik positif untuk minggu ini. Dolar, di sisi lain, jatuh dari level tertinggi empat bulan, dengan beberapa trader juga mengunci keuntungan baru-baru ini.

Fokus juga tertuju pada lebih banyak isyarat mengenai stimulus fiskal dari RRT, karena pertemuan Kongres Rakyat Nasional negara tersebut memasuki hari terakhirnya.

Dolar jatuh dari level tertinggi 4 bulan setelah pemangkasan suku bunga Fed

dollar index dan dollar index futures keduanya stabil di perdagangan Asia, stabil dari penurunan tajam pada hari Kamis setelah Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,50% hingga 4,75%.

Greenback telah melonjak ke level tertinggi empat bulan pada awal pekan ini setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden 2024, dengan kebijakan Trump yang berpotensi meningkatkan inflasi dalam jangka panjang.

The Fed mengatakan bahwa perubahan kepemimpinan AS tidak mungkin mempengaruhi kebijakan moneter dalam waktu dekat. Ketua Jerome Powell mengisyaratkan bahwa ekonomi berada di tempat yang baik, dan bahwa bank kemungkinan akan melonggarkan kebijakan lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.

Para pedagang terlihat memperkirakan 76,5% kemungkinan Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps di bulan Desember, dan 23,5% kemungkinan suku bunga tidak akan berubah, CME Fedwatch menunjukkan.

Yuan China rapuh dengan NPC sebagai fokus

Yuan China - yang merupakan salah satu mata uang yang paling terpukul oleh penguatan dollar minggu ini - sedikit melemah pada hari Jumat, dengan pasangan USDCNY naik 0,2%. Pasangan ini juga diperkirakan akan naik 0,4% minggu ini.

Iklan pihak ketiga. Bukan penawaran atau rekomendasi dari Investing.com. Lihat pengungkapan di sini atau hapus iklan.

Fokus tertuju pada pertemuan NPC, yang berakhir pada hari Jumat, untuk mendapatkan lebih banyak isyarat tentang rencana Beijing untuk meluncurkan stimulus fiskal.

Para analis memperkirakan bahwa pemerintah akan menyetujui setidaknya 10 triliun yuan ($1,6 triliun) dalam bentuk pengeluaran baru untuk tahun-tahun mendatang. Pertemuan NPC diadakan setelah Beijing mengumumkan sejumlah langkah-langkah stimulus selama sebulan terakhir, namun tidak menyebutkan waktu atau skalanya.

Mata uang-mata uang Asia yang lebih luas sebagian besar melemah pada hari Jumat, tetapi berada di atas keuntungan yang kuat dari sesi sebelumnya setelah penurunan suku bunga Federal Reserve.

Yen Jepang merupakan sebuah outlier, dengan pasangan USDJPY turun 0,2% dan semakin menjauh dari level tertinggi tiga bulan setelah para menteri Jepang mengeluarkan peringatan verbal baru mengenai potensi intervensi di pasar mata uang.

Pasangan AUDUSD dolar Australia turun 0,4%, tetapi menuju kenaikan mingguan hampir 2%. Pasangan USDKRW won Korea Selatan naik 0,4%, sementara pasangan USDSGD dolar Singapura naik 0,1%.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Powell Isyaratkan Siap Hadapi Trump demi Bela The Fed

 

Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan bahwa ia siap membela Bank Sentral AS dari tekanan politik menyusul terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden. Ia menegaskan tidak akan jika diminta dan menegaskan bahwa presiden yang baru tidak memiliki wewenang untuk memecatnya atau para pemimpin senior Fed lainnya.

"Tidak," tegas Powell pada hari Kamis, ketika ditanya apakah ia akan mengundurkan diri jika Trump meminta pengunduran dirinya.

Sebelum ini, Powell berulangkali mengatakan bahwa Trump mempertimbangkan pemecatan kepala Fed selama masa jabatan pertamanya di Gedung Putih.Hal tersebut diungkapkannya selama konferensi pers setelah pertemuan The Fed.

Menanggapinya, Peter Conti-Brown, seorang profesor dan sejarawan Fed di Wharton School, Universitas Pennsylvania mengatakan pernyataan tegas Powell ini menunjukkan bahwa kepemimpinan Fed bersatu dalam hal ini.

"Saya melihat ini sebagai pernyataan Powell bahwa presiden terpilih akan menyampaikan pendapatnya tentang pembentukan Federal Reserve, tetapi tidak sampai ada lowongan yang harus diisi." ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (8/11).

Sebenarnya apa yang dikatakan Powell ini cukup mengejutkan. Mengingat selama ini ia selalu berusaha keras menghindari setiap pertanyaan bermuatan politik yang dilontarkan kepadanya dari wartawan. Ia benar-benar menghindari spekulasi. Rupanya, ia siap mempertimbangkannya ketika masalah tersebut melibatkan perlindungan lembaga yang telah ia layani sejak 2012.

"Ia sangat yakin akan pentingnya independensi Fed, dan mengundurkan diri secara sukarela karena kritik dari seorang presiden akan menunjukkan bahwa Fed tidak independen," tulis Ian Katz, Direktur Pelaksana di Capital Alpha Partners.

Meskipun Trump menunjuknya sebagai Ketua The Fed pada tahun 2018, ia kemudian dengan cepat beralih untuk mendesaknya secara terbuka agar berhenti menaikkan suku bunga di akhir tahun. Ia pun berulang kali mengecam Powell.

Sebenarnya belakangan Trump sudah mulai menarik diri dari pernyataannya yang provokatif tentang seberapa besar seorang presiden harus memengaruhi bank sentral. Juni lalu, kepada Bloomberg, ia menyebut akan membiarkan Powell menjalani masa jabatannya saat ini, yang berakhir pada tahun 2026.

Pada akhirnya, setiap upaya untuk memecat atau menurunkan jabatan Powell atau rekan-rekannya mungkin akan menghadapi pertempuran di pengadilan. Banyak pakar hukum berpendapat bahwa presiden kemungkinan tidak memiliki kewenangan untuk memecat ketua bank sentral, tetapi mungkin ada jalur hukum untuk menurunkan jabatan wakil ketua untuk pengawasan.

Teh Fed sendiri diperkirakan akan menurunkan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang. Powell menegaskan kembali bahwa keputusan kebijakan di masa mendatang akan bergantung pada data ekonomi yang masuk, dan Fed tidak akan mencoba mengantisipasi kebijakan fiskal atau perdagangan.

"Kami tidak tahu seperti apa waktu dan substansi dari setiap perubahan kebijakan," imbuh Powell.

Powell mencatat ekonomi telah menguat dari yang diharapkan, dan juga menunjukkan angka inflasi September yang lebih tinggi dari yang diharapkan. Meskipun ia bersikeras bahwa semua opsi masih tersedia, komentar tersebut membuka kemungkinan bahwa Fed akan menunda penurunan suku bunga pada pertemuan bulan Desember.

 

 

Inggris Jatuhkan Paket Sanksi Terbesar dalam 18 Bulan Terakhir kepada Rusia

 

Pada Kamis (7/11/2024), Pemerintah Inggris telah memberlakukan paket sanksi terbesar terhadap Rusia selama 18 bulan.

Sanksi ini menargetkan orang-orang yang terlibat dalam perang Ukraina, kelompok tentara bayaran Afrika, dan serangan agen saraf di tanah Inggris.

Reuters melaporkan, kementerian luar negeri Inggris mengatakan telah memberikan sanksi kepada 56 badan dan individu, yang bertujuan untuk mengganggu upaya perang Presiden Rusia Vladimir Putin dan aktivitas jahat Rusia secara global.

Di antara mereka terdapat 10 entitas yang berbasis di Tiongkok yang dikatakan memasok mesin dan komponen untuk militer Rusia.

"Langkah-langkah hari ini akan terus menekan kebijakan luar negeri Kremlin yang korosif, merusak upaya Rusia untuk mendorong ketidakstabilan di seluruh Afrika dan mengganggu pasokan peralatan vital untuk mesin perang Putin," kata menteri luar negeri Inggris David Lammy.

Kedutaan Besar Rusia di London tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Sebagian besar tindakan tersebut ditujukan kepada perusahaan-perusahaan yang berkantor pusat di Rusia, Tiongkok, Turki, dan Kazakhstan yang dituduh membantu invasi Rusia ke Ukraina dengan memasok peralatan mesin, mikroelektronika, dan komponen untuk pesawat nirawak.

Berdasarkan laporan Reuters pada bulan September, mereka termasuk perusahaan-perusahaan yang menurut sumber intelijen Eropa merupakan bagian dari upaya Rusia untuk membangun program senjata di Tiongkok.

Inggris juga mengatakan sanksi terbaru akan membahas aktivitas Rusia di Libya, Mali, dan Republik Afrika Tengah dengan menargetkan tiga kelompok tentara bayaran swasta yang memiliki hubungan dengan Kremlin, termasuk Korps Afrika yang dikendalikan Kremlin, dan 11 orang lainnya.

Di antara orang-orang yang dijatuhi sanksi adalah Denis Sergeev, yang didakwa oleh polisi Inggris atas upaya pembunuhan terhadap mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia di kota Salisbury di Inggris selatan pada bulan Maret 2018.

Sergeev, yang menurut Inggris bertindak dengan nama samaran Sergey Fedotov, adalah satu dari tiga orang Rusia yang dikatakan Inggris sebagai perwira intelijen militer GRU yang diduga melakukan serangan tersebut.

Bulan lalu, penyelidikan publik atas kematian seorang wanita yang secara tidak sengaja diracuni oleh agen saraf mendengar bahwa Skripal yakin Putin sendiri yang memerintahkan serangan Novichok.

Moskow telah berulang kali menolak tuduhan Inggris bahwa mereka terlibat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Saham Tesla Meroket! Kemenangan Trump di Pemilu AS Bawa Angin Segar bagi Raksasa EV

 

Saham Tesla melonjak pada Rabu seiring keyakinan investor bahwa produsen kendaraan listrik (EV) ini dan CEO-nya, Elon Musk, akan mendapatkan keuntungan dari kembalinya Donald Trump ke kursi kepresidenan.

Dengan rencana Trump untuk menerapkan tarif tinggi pada impor Cina dan kemungkinan pengurangan subsidi energi alternatif, Tesla berpotensi memperkuat posisinya di pasar.

Dampak Potensial Kebijakan Trump bagi Tesla

Di bawah pemerintahan Trump, industri EV diprediksi akan mengalami perubahan besar, terutama dengan berkurangnya subsidi untuk energi alternatif yang kemungkinan besar akan merugikan produsen EV yang lebih kecil.

Selain itu, kebijakan tarif tinggi Trump terhadap produk impor Cina dapat mengurangi persaingan dari EV murah buatan Cina, yang memberikan keuntungan kompetitif bagi Tesla.

Dan Ives, seorang analis dari Wedbush, menyatakan, “Tesla memiliki skala dan jangkauan yang tiada tandingannya. Dinamika ini bisa memberikan Musk dan Tesla keunggulan kompetitif di lingkungan tanpa subsidi EV, ditambah dengan tarif Cina yang lebih tinggi yang akan menjauhkan produsen EV Cina.”

Pada Rabu, saham Tesla melonjak 14,8%, sementara pesaing lainnya mengalami penurunan: saham Nio dari Shanghai turun 5,3%, Rivian jatuh 8,3%, dan Lucid Group turun 5,3%.

Dominasi Pasar EV di Amerika Serikat

Tesla saat ini memegang pangsa pasar EV terbesar di Amerika Serikat, yakni sebesar 48,9% hingga pertengahan 2024 menurut data dari Administrasi Informasi Energi AS.

Keunggulan Tesla di pasar domestik semakin kuat dengan berkurangnya ancaman dari produsen EV luar negeri, terutama dari Cina, seiring dengan kebijakan proteksionisme yang diusung Trump.

Implikasi Pengurangan Subsidi Energi Bersih

Subsidi untuk energi bersih sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden pada tahun 2022.

Undang-undang ini memberikan kredit pajak bagi konsumen EV dan insentif manufaktur bagi produsen kendaraan listrik.

Namun, jika Trump kembali ke Gedung Putih, ada kemungkinan bahwa kebijakan ini akan diubah atau dihapus, yang dapat memengaruhi pasar EV secara keseluruhan.

Elon Musk, yang merupakan salah satu pendukung terbesar Trump, telah menyumbang setidaknya US$119 juta untuk mendukung kampanye Trump.

Selain itu, Musk berjanji akan menyumbangkan US$1 juta per hari bagi para pemilih yang menandatangani petisi untuk komite aksi politiknya.

Tantangan yang Masih Dihadapi Tesla

Meski mengalami peningkatan saham, Tesla tidak bebas dari tantangan. Sepanjang semester pertama tahun ini, Tesla mengalami penurunan penjualan dan keuntungan. Namun, laba perusahaan naik 17,3% di kuartal ketiga, menandakan potensi pemulihan.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi Tesla adalah investigasi oleh pemerintah AS terhadap sistem “Full Self-Driving” (FSD) setelah beberapa laporan kecelakaan di kondisi dengan visibilitas rendah, termasuk satu insiden yang melibatkan pejalan kaki.

Penyelidikan ini mencakup sekitar 2,4 juta kendaraan Tesla dari tahun model 2016 hingga 2024.

Bulan lalu, saham Tesla juga turun setelah peluncuran robotaksi yang telah lama ditunggu di studio Hollywood.

Investor kurang puas dengan kemajuan Tesla dalam pengembangan kendaraan otonom, sementara pesaingnya telah mencapai pencapaian signifikan.

Meski ada kekhawatiran tentang keandalan perangkat lunak FSD, saham Tesla secara keseluruhan menunjukkan peningkatan 16,1% sepanjang tahun ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pasar Saham Global Mencetak Pekan Terbaik Sejak Agustus Berkat Kemenangan Trump

 

Pasar saham global bersiap mencatat pekan terbaiknya sejak Agustus pada Jumat (8/11) ini.

Didukung oleh kemenangan telak Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat (AS) dan upaya baru China dalam memberikan dukungan fiskal untuk memperkuat ekonominya yang melambat.

Sehari setelah The Fed melakukan pemotongan suku bunga sebesar seperempat poin, perhatian investor beralih kembali pada dampak pemilu AS serta perkembangan kebijakan dari Beijing.

Yuan di pasar offshore melemah, sementara saham perusahaan China yang terdaftar di AS dan sektor yang terkait dengan China di Eropa juga turun, mencerminkan kekecewaan investor atas paket stimulus yang diumumkan China.

Saham berjangka AS sedikit melemah, indeks STOXX Eropa turun 0,7%, sementara indeks Nikkei Jepang ditutup naik 0,3%.

Pergerakan yang moderat ini menutupi kenaikan kuat di pasar saham selama pekan ini, terutama di Wall Street, di mana kemenangan Trump meningkatkan ekspektasi pengurangan regulasi dan pemotongan pajak yang dapat mendorong ekonomi AS.

Indeks S&P 500 naik lebih dari 4% minggu ini, siap mencatat pekan terbaiknya dalam lebih dari setahun. Indeks MSCI Global juga naik lebih dari 3% menuju pekan terbaik sejak Agustus, mendekati rekor tertinggi.

“Kemenangan Trump yang telak memberikan mandat untuk memperbaiki ekonomi AS. Jadi, pajak akan turun, birokrasi akan berkurang, dan regulasi akan lebih longgar,” ujar Guy Miller, Chief Markets Strategist di Zurich Insurance Group.

“Antara sekarang hingga akhir tahun, ada angin segar untuk saham AS. Potensi pasar AS besar.”

Di tempat lain, indeks saham DAX Jerman turun setelah mencatat performa harian terbaiknya di tahun 2024, didorong oleh ekspektasi bahwa Jerman mungkin akan menghapus batasan utang.

Kekecewaan Stimulus China

China mengumumkan paket utang senilai 10 triliun yuan (US$1,4 triliun) untuk mengatasi kesulitan pembiayaan pemerintah daerah dan menstabilkan pertumbuhan ekonomi.

Menteri Keuangan Lan Foan menyatakan bahwa lebih banyak stimulus akan datang, meskipun beberapa analis memperkirakan bahwa Beijing mungkin tidak ingin mengeluarkan semua kebijakan keuangannya sebelum Trump resmi menjabat pada Januari.

Saham blue-chip China yang naik 3% pada Kamis, turun 1% pada Jumat, begitu juga dengan indeks Hang Seng di Hong Kong, mengindikasikan kehati-hatian pasar menjelang pengumuman tersebut.

Yuan offshore melemah 0,3% menjadi 7,1730 per dolar, sementara saham sektor mewah dan pertambangan Eropa yang terkait dengan China turun lebih dari 3%.

“Jika tidak ada tambahan stimulus pada malam ini, pengumuman fiskal hari ini adalah kekecewaan bagi mereka yang mengharapkan stimulus besar-besaran,” kata Mark Williams, kepala ekonom Asia di Capital Economics.

Pemotongan Suku Bunga The Fed

Imbal hasil US Treasury menurun setelah Ketua The Fed Jerome Powell pada Kamis memberikan sinyal pendekatan kebijakan yang hati-hati.

Pemotongan suku bunga ini mengikuti pemotongan seperempat poin oleh Bank of England dan pemotongan setengah poin oleh Swedia pada Kamis.

Imbal hasil Treasury tenor 10-tahun turun 3 basis poin menjadi 4,31%, setelah mengalami kenaikan tajam usai hasil pemilu AS.

Powell mengatakan hasil pemilu Selasa tidak akan memiliki dampak “jangka pendek” pada kebijakan moneter AS.

“The Fed menunjukkan pandangan ekonomi yang lebih tidak pasti dan inflasi yang masih tinggi,” ujar Mahmood Pradhan, kepala ekonomi makro global di Amundi Investment Institute.

“Bersamaan dengan kemungkinan perubahan kebijakan di bawah pemerintahan baru, kami memperkirakan laju pelonggaran yang lebih hati-hati tahun depan.”

Indeks dolar, yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama lainnya, turun menjadi 104,36, setelah jatuh 0,7% pada Kamis, penurunan terbesar sejak 23 Agustus.

Pada Rabu, indeks ini melonjak 1,53%, mencatat peningkatan terbesar dalam lebih dari dua tahun, mencerminkan volatilitas meningkat seiring investor menganalisis dampak kebijakan administrasi Trump yang baru.

Euro dan pound sedikit melemah terhadap dolar, sementara dolar AS turun hampir 0,5% menjadi 152,31 yen.

Bitcoin naik sedikit di atas US$76.000, menyusul lonjakan hampir 10% minggu ini, mencapai rekor tertinggi US$76.980 pada Kamis.

Trump telah berjanji untuk menjadikan AS sebagai “pusat kripto global.”

Setelah minggu yang penuh gejolak, emas turun 0,6% menjadi $2.691, setelah anjlok lebih dari 3% pada Rabu, namun kembali naik 1,8% pada malam sebelumnya. Minggu lalu, emas melonjak ke rekor tertinggi sepanjang masa $2.790,15.

Sedangkan minyak mentah Brent memangkas penurunan selama perdagangan di London dan terakhir turun 1% menjadi US$74,86 per barel. Sementara West Texas Intermediate AS turun 1,2% menjadi US$71,45 per barel.

 

 

 

 

Nissan Motor Umumkan akan PHK 9.000 Karyawannya, Sahamnya Langsung Anjlok 10%

 

Saham Nissan Motor merosot hingga 10% di perdagangan Tokyo pada Jumat (8/11).

Sehari setelah perusahaan otomotif Jepang tersebut mengumumkan rencana untuk memangkas 9.000 karyawan dan mengurangi kapasitas produksi sebesar 20% akibat lemahnya penjualan di pasar China dan Amerika Serikat (AS).

Harga saham ini mencatatkan penurunan harian terbesar sejak Agustus lalu dan terakhir diperdagangkan turun 6,5% pada 383,5 yen, sedikit di atas posisi terendah dalam empat tahun terakhir.

Sebagai produsen mobil terbesar ketiga di Jepang, Nissan pada Kamis (7/11) lalu juga menurunkan proyeksi laba operasional tahunannya sebesar 70% dan bahkan mencabut perkiraan laba bersihnya karena restrukturisasi yang diperkirakan akan memangkas biaya hingga 400 miliar yen (sekitar $2,61 miliar) untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret mendatang.

Seperti banyak produsen mobil global lainnya, Nissan menghadapi tantangan berat di China di mana perusahaan domestik seperti BYD meraih pangsa pasar dengan kendaraan listrik (EV) yang terjangkau serta hibrida bensin-listrik yang dilengkapi dengan perangkat lunak canggih.

Di AS, Nissan juga menghadapi kesulitan karena ketiadaan varian hybrid di saat permintaan untuk kendaraan jenis ini tengah melonjak.

CEO Nissan Makoto Uchida menyatakan bahwa pihaknya tidak mengantisipasi lonjakan popularitas kendaraan hybrid di AS dan bahwa permintaan untuk model andalan mereka yang telah diperbarui tidak sekuat yang diharapkan.

Restrukturisasi yang dilakukan Nissan ini merupakan upaya terbaru dalam rangka membangkitkan bisnis mereka, yang tidak sepenuhnya pulih sejak mantan Ketua Carlos Ghosn tersingkir pada 2018 dan hubungan dengan mitra aliansinya, Renault, berkurang.

Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang Yoji Muto menolak memberikan komentar kepada wartawan mengenai kemungkinan dukungan pemerintah terhadap Nissan.

Analis dari Tokai Tokyo Intelligence Laboratory, Seiji Sugiura menilai, sebagian besar masalah hybrid Nissan di AS disebabkan oleh manajemen yang hanya berfokus pada penjualan model EV baru dan model konvensional berbahan bakar bensin.

"Perusahaan telah merilis rencana jangka menengahnya musim semi ini, namun pada akhirnya rencana itu tidak memiliki arti apa-apa. Saya rasa pemahaman mereka terhadap situasi ini benar-benar keliru," kata Sugiura.

Dalam rencana jangka menengah yang diumumkan Nissan pada Maret lalu, perusahaan berencana meluncurkan 30 model baru dalam tiga tahun ke depan.

Selanjutnya, meningkatkan penjualan global sebesar 1 juta unit, mencapai margin laba operasi di atas 6% pada akhir tahun fiskal 2027, dan memberikan total pengembalian bagi pemegang saham lebih dari 30%.

 

 

 

 

 

 

Trump Menang, Saham-saham China yang Terafiliasi dengan Tesla Melonjak

 

Saham perusahaan Tiongkok yang terasosiasi dengan Tesla melonjak setelah pemilihan umum AS, dengan harapan bahwa produsen kendaraan listrik terbesar di dunia akan mendapat manfaat dari hubungan dekat antara Donald Trump dan CEO Tesla, Elon Musk.

Investor berspekulasi bahwa kemenangan Trump akan membawa dampak positif bagi Tesla.

Pada Kamis pagi, saham beberapa produsen Tiongkok yang diduga sebagai pemasok Tesla meningkat hingga 20 persen. Di forum investasi populer Tiongkok, Xueqiu.com, topik "Saham konsep Tesla melonjak.

Apakah sudah terlambat untuk membeli?" menjadi perbincangan yang ramai. "All in," ungkap salah satu investor di forum tersebut.

Musk, yang secara terbuka mendukung Trump selama kampanye, mendapat pujian dari Trump dalam pidato kemenangannya pada hari Rabu. Selain memiliki koneksi dengan Trump, Musk juga memiliki hubungan erat dengan pemerintah Tiongkok.

Gigafactory Tesla di Shanghai, yang dibuka pada akhir 2019, merupakan basis produksi terbesar perusahaan. Musk juga sempat bertemu dengan Perdana Menteri Li Qiang pada April lalu di Beijing.

Pada bulan Juli, Musk menyebut bahwa pemerintah Tiongkok kemungkinan akan menyetujui perangkat lunak Full Self-Driving (FSD) Tesla pada akhir tahun ini.

Namun, laporan media pemerintah Tiongkok, China Daily, bulan lalu menyatakan bahwa otoritas Tiongkok masih meninjau aplikasi tersebut dengan fokus pada keamanan data dan regulasi.

Kenaikan Harga Saham Pemasok Tesla di Tiongkok

Saham Wuxi Jigang Precision Machinery, produsen yang berspesialisasi dalam pengecoran aluminium alloy dan memasok komponen untuk Tesla Model 3 dan Model Y, melonjak lebih dari 20 persen pada perdagangan Kamis pagi dan ditutup naik 18,5 persen. Saham ini telah meningkat lebih dari 68 persen sepanjang tahun ini.

Pemasok Tesla lainnya, Chongqing Millison Technologies, juga melonjak lebih dari 15 persen pada perdagangan pagi dan ditutup naik 8,5 persen. Perusahaan yang terdaftar di bursa ChiNext ini mengalami penurunan sekitar 1 persen sejak awal tahun.

Meskipun saham pemasok Tesla mengalami kenaikan, beberapa investor memilih untuk menghindari saham ini.

Kekhawatiran bahwa pemasok yang sama mungkin juga melayani produsen kendaraan listrik lokal, yang bisa terkena dampak negatif dari tarif AS, menjadi alasan utama. "AS pasti akan menargetkan produsen kendaraan listrik Tiongkok," ujar seorang investor yang berbasis di Shanghai.

Pengaruh Kebijakan Pemerintah Tiongkok pada Saham Pemasok Tesla

Menurut analis, kinerja positif saham pemasok Tesla kemungkinan juga didorong oleh inisiatif kebijakan baru-baru ini dari pemerintah Tiongkok.

Saham berkapitalisasi kecil di bursa Tiongkok telah memimpin reli sejak akhir September setelah Beijing mengumumkan sejumlah langkah untuk mendukung perekonomian.

Indeks Beijing Stock Exchange 50 mencapai rekor tertinggi pada Kamis, dengan kenaikan sebesar 30 persen tahun ini.

Sementara itu, indeks ChiNext telah naik 24 persen tahun ini, meski turun 7,8 persen dari puncaknya pada awal Oktober.

Kenaikan saham-saham terkait Tesla di Tiongkok memperlihatkan optimisme investor terhadap prospek perusahaan dalam menghadapi tantangan global dan kebijakan ekonomi Tiongkok yang berpotensi mendukung pertumbuhan pasar otomotif listrik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menilik Kepentingan Bisnis Elon Musk di Balik Dukungan Politik Donald Trump

 

Elon Musk, pendiri perusahaan ternama seperti SpaceX dan Tesla, telah menarik perhatian besar atas dukungan finansialnya terhadap kampanye Donald Trump.

Dengan menyumbangkan lebih dari US$100 juta, Musk dianggap oleh beberapa pihak sebagai salah satu kontributor utama dalam kemenangan Trump.

Namun, di balik dukungan ini, terdapat kepentingan bisnis Musk yang berpotensi besar mendatangkan keuntungan bagi perusahaannya.

Dukungan Finansial Elon Musk untuk Kampanye Trump

Pada pemilihan terakhir, Elon Musk dikabarkan menyumbang sekitar US$120 juta ke dalam PAC (Political Action Committee) yang mendukung Donald Trump.

Dukungan finansial ini tak hanya menarik perhatian publik, tetapi juga menimbulkan spekulasi tentang alasan di baliknya.

Bagi banyak pihak, ini adalah bentuk investasi yang dilakukan Musk untuk memperoleh akses dan pengaruh di lingkaran pemerintahan Trump.

Langkah tersebut dinilai strategis, mengingat potensi manfaat besar yang dapat diperoleh Musk dan perusahaannya jika Trump terpilih kembali.

Permintaan Keuntungan Bisnis dari Dukungan Politik

Tidak lama setelah kemenangan Trump diumumkan, Elon Musk mulai mengajukan permintaan terkait bisnisnya.

Salah satunya adalah untuk menempatkan beberapa karyawan dari SpaceX dalam posisi pemerintahan, termasuk di Departemen Pertahanan.

Langkah ini dianggap sebagai upaya Musk untuk memperoleh akses langsung terhadap kebijakan pemerintah yang bisa berdampak pada proyek-proyek besar SpaceX.

Langkah ini menunjukkan upaya transparan Musk dalam menukar dukungan finansialnya dengan keuntungan bisnis, sebuah praktik yang biasanya berlangsung dalam kerahasiaan.

Dukungan politik Musk berpotensi membuka peluang bagi SpaceX dan Tesla untuk mendapatkan kontrak pemerintah yang bernilai miliaran dolar.

Hal ini juga bisa memberikan keuntungan jangka panjang dalam hal kebijakan dan peraturan yang menguntungkan perusahaan-perusahaan Musk.

Potensi Keuntungan Bagi SpaceX dan Tesla dari Dukungan Politik

Jika permintaan Musk disetujui, posisi karyawan SpaceX di pemerintahan dapat memberikan pengaruh besar dalam keputusan terkait proyek SpaceX dan Tesla.

Berikut ini beberapa manfaat yang mungkin diperoleh oleh perusahaan-perusahaan Musk:

1. Kontrak Pemerintah untuk SpaceX

SpaceX saat ini mengandalkan kontrak dengan badan-badan pemerintah, termasuk NASA, untuk proyek-proyek besar seperti misi ke bulan.

Dukungan politik ini dapat memperkuat posisinya dalam memenangkan kontrak bernilai miliaran dolar untuk proyek-proyek masa depan.

2. Subsidies dan Kredit Pajak untuk Tesla

Tesla memperoleh subsidi dan kredit pajak dari pemerintah federal, terutama dalam program-program yang mendukung kendaraan listrik.

Dukungan ini penting bagi Tesla untuk menjaga daya saingnya di pasar kendaraan listrik. Musk berpotensi memperoleh perluasan manfaat ini jika karyawannya memegang peran dalam pemerintahan.

3. Kendali atas Kebijakan Lingkungan dan Teknologi Kendaraan Otonom

Kebijakan pemerintah yang mengatur kendaraan listrik dan teknologi otonom merupakan aspek kunci bagi pertumbuhan Tesla.

Dukungan Trump dapat memberikan kebebasan lebih bagi Tesla dalam menghadapi regulasi yang terkait dengan teknologi otonom, yang menjadi fokus utama perkembangan perusahaan.

4. Rencana Departemen Efisiensi Pemerintahan oleh Elon Musk

Selain dukungan langsung melalui karyawan di posisi strategis, Musk juga mempertimbangkan peran yang lebih besar di pemerintahan.

Dalam kampanye Trump, Musk menyatakan minatnya untuk memimpin "Departemen Efisiensi Pemerintahan" yang bertujuan untuk mengurangi pengeluaran federal.

Target utama dari departemen ini adalah mengidentifikasi dan memangkas pengeluaran, serta menutup agen-agen federal yang dianggap tidak efisien.

Dengan memegang posisi ini, Musk dapat langsung mempengaruhi kebijakan yang mengatur alokasi dana federal, yang berpotensi besar bagi kepentingan bisnisnya.

Hal ini juga dapat berdampak pada sektor-sektor lain, seperti energi dan lingkungan, yang selama ini menjadi target regulasi pemerintah.

Implikasi dan Kekhawatiran Publik

Dukungan finansial Elon Musk terhadap kampanye Trump dan permintaannya atas imbalan politik telah menimbulkan kekhawatiran, terutama dalam hal potensi konflik kepentingan.

Hubungan yang erat antara Musk dan pemerintahan Trump dapat menimbulkan pengaruh yang tidak sehat dalam pengambilan keputusan pemerintah.

Dengan menempatkan karyawan SpaceX di posisi kunci pemerintahan, Musk dapat memperoleh akses langsung untuk memengaruhi kebijakan yang menguntungkan perusahaan-perusahaannya, tanpa mempertimbangkan dampak yang mungkin muncul bagi masyarakat luas.

Para kritikus juga mempertanyakan potensi dampak negatif bagi kepentingan publik, terutama dalam hal regulasi lingkungan dan teknologi kendaraan otonom.

Tindakan ini dinilai sebagai bentuk "perlakuan khusus" yang dapat merugikan persaingan bisnis yang sehat dan mengabaikan kepentingan masyarakat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Donald Trump Menang Pemilu AS, Bagaimana Implikasi Terhadap Kasus-Kasus Hukumnya?

 

Donald Trump kembali memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat pada 5 November 2024, mengalahkan Wakil Presiden Kamala Harris dalam persaingan yang semula diprediksi ketat.

Namun, hasil akhirnya menunjukkan kemenangan yang jelas, dengan Trump memperoleh lebih dari 270 suara elektoral dalam waktu singkat setelah pemungutan suara berakhir.

Dengan kemenangan ini, Trump akan dilantik sebagai Presiden AS ke-47 pada 20 Januari 2025, bersama Wakil Presiden terpilih, JD Vance.

Selain menjadi berita besar di dunia politik, kemenangan Trump juga menimbulkan pertanyaan mengenai kelanjutan sejumlah kasus kriminal yang sedang dihadapinya.

Bagaimana kasus-kasus hukum yang menyangkut Trump kemungkinan akan terpengaruh dengan kembalinya dia ke Gedung Putih?

Kasus Hukum yang Sedang Diadili

Mengutip ladbible.com, Trump saat ini menghadapi beberapa tuduhan kriminal, termasuk 34 kasus pemalsuan catatan bisnis terkait skandal pembayaran uang tutup mulut kepada aktris porno, Stormy Daniels.

Trump dinyatakan bersalah dalam semua tuduhan tersebut, meskipun dia membantah terlibat. Kasus ini melibatkan pembayaran sebesar US$130,000 kepada Daniels untuk membungkam klaimnya mengenai pertemuan pribadi dengan Trump.

Tanggal Penjatuhan Vonis

Tanggal vonis atas kasus ini dijadwalkan pada 26 November 2024. Meski Trump telah terbukti bersalah, kecil kemungkinan ia akan dipenjara karena undang-undang federal melarang seorang presiden yang sedang menjabat untuk diproses secara hukum dalam kasus semacam ini.

Selain itu, data dari The New York Times menunjukkan bahwa hanya 42% dari kasus dengan vonis serupa yang berujung pada hukuman penjara, sehingga peluang Trump menerima hukuman penjara juga rendah.

Kasus-Kasus Lain yang Masih Menunggu Pengadilan

Selain kasus pemalsuan catatan bisnis, Trump juga menghadapi tuduhan terkait dengan:

Penyimpanan dokumen rahasia negara setelah meninggalkan Gedung Putih pada 2020.

Upaya menggagalkan hasil pemilihan presiden 2020, di mana ia kalah dari Joe Biden.

Sebelum pemilu 2024, kedua kasus ini masih dalam tahap investigasi yang dipimpin oleh jaksa khusus Departemen Kehakiman.

Namun, dengan terpilihnya kembali Trump sebagai presiden, proses hukum kedua kasus ini kemungkinan besar akan dihentikan.

Berdasarkan laporan NBC News, jaksa khusus kemungkinan akan menghentikan penyelidikan ini karena adanya kekebalan presiden yang melarang pengadilan bagi presiden yang sedang menjabat.

Implikasi Kekebalan Presiden

Sebagai presiden yang sedang menjabat, Trump akan memiliki kekebalan dari tuntutan hukum federal yang menghalangi proses kriminal terhadap dirinya.

Hal ini kemungkinan besar akan berdampak pada penutupan kasus yang sedang diselidiki oleh Departemen Kehakiman.

William Barr, mantan Jaksa Agung AS dan sekutu Trump, mengeluarkan pernyataan yang mendukung keputusan tersebut.

Ia menyatakan bahwa masyarakat AS telah memilih Trump untuk memimpin dengan "pengetahuan penuh tentang klaim yang diajukan terhadapnya," dan menyarankan agar seluruh jaksa federal serta negara bagian "membantu negara maju" dengan menghentikan kasus-kasus tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Donald Trump Menang Telak di Pemilu AS, Sejumlah Selebritas Hollywood Siap Hengkang

 

Kemenangan besar Presiden Terpilih Donald Trump dalam Pemilu Amerika Serikat menimbulkan kegembiraan di kalangan pendukungnya, namun menyebabkan kekecewaan bagi jutaan pendukung Demokrat.

Trump berhasil merebut lima dari tujuh negara bagian penting, termasuk Pennsylvania, Georgia, North Carolina, dan Michigan, yang mengamankan kemenangannya atas saingan utamanya, Wakil Presiden Kamala Harris.

Trump, yang kini berusia 78 tahun, menyatakan bahwa era baru akan dimulai bagi Amerika. Namun, Harris dalam pidato kekalahannya menekankan bahwa perjuangan untuk kebebasan, kesempatan, dan keadilan bagi semua orang akan tetap berlanjut.

Selebritas yang Berencana Meninggalkan Amerika

Mengutip unilad.com, beberapa selebritas ternama menyatakan rencana mereka untuk meninggalkan AS setelah kemenangan Trump. Di antaranya:

Sophie Turner: Aktris "Game of Thrones" ini mengungkapkan akan kembali ke Inggris, menyatakan ketidaksetujuannya atas hasil pemilu.

Cher: Penyanyi legendaris ini mengaku bahwa pengalaman masa lalu Trump di Gedung Putih berdampak buruk pada kesehatannya, dan ia berencana meninggalkan AS jika Trump kembali menjabat.

America Ferrera: Aktris "Barbie" ini kecewa atas kekalahan Kamala Harris, dan dikabarkan akan mencari rumah di Inggris bersama suami dan anak-anaknya.

Raven-Symoné: Bintang "That’s So Raven" ini sebelumnya menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa ia akan meninggalkan AS jika Trump memenangkan pemilu.

Agenda Penting Menuju Pelantikan Trump

26 November – Putusan Kasus Uang Tutup Mulut di New York: Trump dijadwalkan menghadapi putusan atas dakwaan kasus penipuan terkait pembayaran tutup mulut yang memengaruhi pemilu 2016.

5 Desember – Sidang Kasus RICO di Georgia: Trump menghadapi tuduhan konspirasi untuk membalikkan hasil pemilu 2020 di Georgia.

17 Desember – Pemungutan Suara Kolese Elektoral: Para elektoral negara bagian bertemu untuk memilih presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil suara negara bagian.

6 Januari – Penghitungan Suara Kolese Elektoral di Kongres: Kongres secara resmi mengumumkan hasil pemilihan kolese elektoral.

20 Januari – Pelantikan Trump sebagai Presiden ke-47: Trump dan Wakil Presiden Terpilih JD Vance akan dilantik di Gedung Capitol, Washington D.C.

Kemenangan Trump di pemilu ini membawa AS ke babak baru yang akan dimulai pada 20 Januari 2025, saat ia resmi dilantik.

 

 

 

Share this Post