News Forex, Index & Komoditi ( Senin, 9 Juni 2025 )

News  Forex,  Index  &  Komoditi

(  Senin,  9  Juni  2025  )

 

Harga Emas Global Melemah Jelang Babak Baru Negosiasi AS-China

 

Harga emas terpantau melemah pada Senin (9/6/2025) pagi setelah kehilangan hampir 2% selama dua sesi sebelumnya di tengah sikap pasar menunggu putaran baru perundingan perdagangan AS-China yang menawarkan harapan ketegangan perdagangan antara keduanya dapat diredakan. Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spor terpantau melemah 0,04% pada US$3.309,04 per troy ounce. Sementara itu, harga emas Comex juga terpantau turun 0,66% pada level US$3.324,60. Harga emas batangan diperdagangkan di atas US$3.306 per troy ounce, setelah turun pada Jumat pekan lalu karena data pekerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan mengurangi beberapa kekhawatiran tentang kemerosotan ekonomi negara tersebut.  Para negosiator perdagangan utama dari Washington dan Beijing akan mengadakan pembicaraan baru di London pada Senin waktu setempat, dengan dominasi China dalam produksi tanah jarang menjadi fokus utama. Investor akan mencermati hasil lelang obligasi pemerintah AS jangka panjang pada Kamis (12/6/2025) mendatang. Penolakan global terhadap utang tersebut mengubah apa yang biasanya merupakan penjualan rutin menjadi peristiwa yang sangat dinanti.  Hasil yang buruk dari pelelangan itu kemungkinan akan menguntungkan bagi harga logam mulia. 

Harga Emas Masih Menguat 0,65% dalam Sepekan Hal itu dapat menambah dorongan bagi reli emas batangan selama lebih dari seperempat tahun ini karena investor lebih menyukai aset yang aman di tengah lingkungan ekonomi dan geopolitik yang semakin bergejolak.  Sementara itu, People's Bank of China (PBOC) menambah cadangan emasnya selama tujuh bulan berturut-turut pada Mei, melanjutkan upayanya untuk mendiversifikasi kepemilikan meskipun terjadi fluktuasi harga yang sedang berlangsung.  Menurut data, PBOC menambahkan 60.000 troy ons logam ke cadangannya bulan lalu, sehingga totalnya menjadi 73,83 juta troy ons. Harga emas batangan naik ke rekor pada April lalu, didukung oleh pembelian bersama bank sentral karena otoritas berusaha untuk mendiversifikasi kepemilikan dari dolar AS. Pembelian tersebut, termasuk yang dilakukan oleh PBOC, dipandang sebagai dukungan utama untuk harga di masa mendatang.  Secara global, analis di Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan, pemain berdaulat menambahkan sekitar 80 metrik ton emas per bulan, senilai sekitar $8,5 miliar pada harga saat ini. Adapun, cadangan devisa China naik menjadi US$3.285 triliun pada Mei dari $3,282 triliun pada akhir April.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sinyal Positif Dialog AS-China, Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari US$1 per Barel

 

Harga minyak dunia melonjak lebih dari US$1 per barel pada Jumat (6/6/2025), mencatatkan kenaikan mingguan pertama dalam tiga pekan terakhir. Sentimen pasar membaik usai laporan ketenagakerjaan AS yang mendukung serta dimulainya kembali dialog dagang antara Amerika Serikat dan China, menumbuhkan optimisme terhadap prospek pertumbuhan di dua raksasa ekonomi dunia. Melansir Reuters, Sabtu (7/6/2025), kontrak berjangka Brent ditutup menguat US$1,13 atau 1,73% ke level US$66,47 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$1,21 atau 1,91% ke level US$64,58 per barel. Keduanya berhasil membalikkan tren penurunan selama dua pekan sebelumnya. Sepanjang minggu ini, Brent naik 2,75%, sedangkan WTI mencatat lonjakan lebih tinggi, mencapai 4,9%. “Saya kira laporan pekerjaan kali ini seperti kisah Goldilocks—tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin, tapi pas untuk meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed,” ujar analis senior Price Futures Group Phil Flynn. Data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan tingkat pengangguran tetap di 4,2% pada Mei, sementara penciptaan lapangan kerja mencapai 139.000, sedikit di bawah rata-rata tahun lalu yang berada di kisaran 160.000. Meskipun pertumbuhan tenaga kerja melambat, tidak ada tanda-tanda perlambatan ekstrem.

Stok AS Menumpuk, Harga Minyak Dunia Mendingin Harga Minyak Global Memanas Dipicu Tensi Geopolitik Global ESDM Bakal Wajibkan KKKS Serap Minyak dari Sumur Rakyat, Segini Harganya Pemangkasan suku bunga—yang sudah lama didorong oleh Presiden Donald Trump—berpotensi mendorong permintaan minyak seiring meningkatnya aktivitas ekonomi. John Kilduff dari Again Capital mengatakan pasar sebelumnya telah mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk terhadap harga minyak mentah. “Namun, semuanya tak terwujud. OPEC+ tetap solid. Pembicaraan AS–China kembali berlangsung, meski detailnya minim. Yang penting, mereka tak bubar seperti Elon (Musk) dan Donald (Trump),” lanjutnya. Media resmi China, Xinhua, melaporkan bahwa pembicaraan antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Trump berlangsung atas permintaan Washington. Trump menyebut hasil pembicaraan itu “sangat positif”, dan mengatakan hubungan dagang AS–Tiongkok dalam kondisi baik. Pergerakan harga minyak terus dipengaruhi oleh dinamika negosiasi tarif serta dampak kebijakan perdagangan AS terhadap perekonomian global. OPEC+—koalisi negara-negara penghasil minyak dan sekutunya termasuk Rusia—telah menyepakati kenaikan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Juli, sesuai rencana sebelumnya. Usulan Arab Saudi untuk kenaikan yang lebih besar ditolak, sebagai bagian dari strategi mempertahankan pangsa pasar. “Menurut proyeksi kami, pasar akan tetap seimbang pada kuartal kedua dan ketiga, seiring meningkatnya permintaan musiman dan memuncak pada Juli–Agustus, yang diimbangi dengan pasokan tambahan dari OPEC+,” tulis HSBC dalam catatannya. Sementara itu, jumlah rig pengeboran minyak dan gas AS—indikator awal produksi masa depan—turun empat menjadi 559 unit pada pekan yang berakhir 6 Juni, level terendah sejak November 2021, menurut Baker Hughes. Rig minyak turun sembilan menjadi 442, sementara rig gas naik lima menjadi 114.
Wall Street Ditutup Menguat Didorong Data Tenaga Kerja dan Harapan Dialog AS–China

 

Bursa saham Amerika Serikat ditutup di zona hijau pada Jumat (6/6/2025) setelah laporan ketenagakerjaan yang solid meredam kekhawatiran pasar atas kondisi ekonomi, sementara saham Tesla bangkit dari tekanan tajam sehari sebelumnya. Indeks S&P 500 berhasil menembus level psikologis 6.000 untuk pertama kalinya sejak 21 Februari, ditopang lonjakan saham-saham teknologi. Melansir Reuters, Sabtu (7/6/2025), indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 442,88 poin (1,05%) ke 42.762,62. Sementara itu, indeks S&P 500 naik 61,02 poin (1,03%) ke 6.000,32, sementara Nasdaq Composite menguat 231,50 poin (1,20%) ke 19.529,95. Secara mingguan, indeks S&P naik 1,5%, Dow menguat 1,17%, dan Nasdaq memimpin dengan lonjakan 2,18%. Investor menyambut positif pernyataan Presiden Donald Trump bahwa tiga pejabat tinggi AS akan bertemu dengan delegasi China di London pada 9 Juni untuk melanjutkan pembicaraan dagang. “Pasar selalu tertarik mengejar iming-iming kesepakatan dagang. Tantangannya hanya, apakah kesepakatan itu benar-benar tercapai,” ujar Jamie Cox dari Harris Financial Group. Sinyal Positif Dialog AS-China, Harga Minyak Naik Lebih dari US$1 per Barel Data Tenaga Kerja AS Kuat, Harga Emas Merosot Lebih dari 1% Rilis Data Ekonomi AS Kurang Menggembirakan, Wall Street Tetap Menghijau Laporan dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan ekonomi AS menambah 139.000 pekerjaan pada Mei, sedikit di atas ekspektasi 130.000 pekerjaan, meski lebih rendah dari revisi April sebesar 147.000. Tingkat pengangguran tetap di 4,2%, sesuai prediksi. Pascarilis data tersebut, para pelaku pasar mulai mengurangi spekulasi akan adanya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dalam waktu dekat. Berdasarkan kontrak suku bunga jangka pendek, investor memperkirakan pemangkasan baru akan dilakukan pada September, dengan kemungkinan hanya satu kali penurunan hingga akhir tahun. The Fed dijadwalkan menggelar rapat bulan ini. “Kami perkirakan The Fed akan menahan suku bunga bulan ini, dan kemungkinan baru melanjutkan siklus pelonggaran jika data pasar tenaga kerja melemah lebih lanjut,” kata Lindsay Rosner, Kepala Investasi Pendapatan Tetap Multi-sektor di Goldman Sachs Asset Management. Di lantai bursa, indeks S&P 500 mencetak rekor tertinggi dalam lebih dari tiga bulan, meski masih sekitar 2% di bawah rekor yang tercatat Februari lalu. Dow Jones pun mencetak level tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Saham Tesla naik 3,8% setelah sehari sebelumnya anjlok sekitar 15% imbas perseteruan terbuka antara Trump dan Elon Musk, termasuk ancaman pemutusan kontrak pemerintah terhadap perusahaan milik Musk. Saham-saham raksasa teknologi lainnya turut reli. Amazon naik 2,7% dan Alphabet (induk Google) menguat 3,25%. Saham Wells Fargo menanjak 1,9% setelah S&P Global meningkatkan prospek peringkatnya dari “stabil” menjadi “positif.” Bank ini baru saja keluar dari batasan aset sebesar $1,95 triliun. Namun, saham Broadcom terkoreksi 5% setelah proyeksi pendapatan kuartalannya tidak memenuhi ekspektasi investor. Lululemon anjlok tajam 19,8% usai memangkas target laba tahunannya, dengan alasan meningkatnya biaya akibat tarif dagang dari Trump.

 

 

 

Bursa Asia Diproyeksi Bergerak Terbatas, Senin (9/6), Ini Sentimen yang Mewarnai

 

Bursa saham Asia diproyeksi akan bergerak terbatas dan cenderung hati-hati pada awal pekan perdagangan, Senin (9/6).

Pelaku pasar global tengah menantikan sejumlah katalis penting, mulai dari perkembangan perundingan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok di London hingga rilis data inflasi AS dan Tiongkok.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai, hasil dari pertemuan tersebut berpotensi menjadi pemicu utama pergerakan pasar.

“Kalau benar-benar bisa menghasilkan kesepakatan yang komprehensif, tentunya akan memberikan katalis positif bagi market,” ujar Nafan kepada Kontan, Minggu (8/6).

Menurut Nafan, pasar Asia juga akan mencermati perkembangan data ekonomi domestik dari masing-masing negara, khususnya data terkait konsumsi masyarakat.

“Apabila indeks keyakinan konsumen (consumer confidence) masih berada di atas level 100, maka hal itu menandakan optimisme masyarakat masih relatif kuat terhadap prospek ekonomi,” jelasnya.

Selain itu, Nafan mengamati adanya kecenderungan perpindahan dana asing ke sektor-sektor yang memiliki prospek pertumbuhan relatif lebih baik. Salah satunya sektor energi yang menunjukkan kinerja positif belakangan ini.

Dari sisi global, sinyal penentu arah pasar juga datang dari data ekonomi penting yang akan dirilis dalam waktu dekat, khususnya data inflasi dari dua ekonomi terbesar dunia, yaitu Amerika Serikat dan Tiongkok.

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila menuturkan bahwa pasar akan mencermati dengan seksama angka inflasi Amerika Serikat yang diperkirakan mengalami kenaikan dari 2,3% menjadi 2,5%. Di saat yang sama, inflasi Tiongkok juga diperkirakan akan menunjukkan penguatan.

“Keduanya akan menjadi acuan penting dalam menentukan arah pasar ke depan, terutama dalam konteks kebijakan suku bunga The Fed dan prospek pemulihan ekonomi Tiongkok,” kata Indy.

Menghadapi situasi tersebut, Indy memproyeksikan bahwa indeks utama kawasan Asia akan bergerak dalam rentang terbatas. Ia memperkirakan indeks Nikkei akan berada di kisaran 36.928 - 38.237, Hang Seng di 23.341 - 24.145, dan Shanghai Composite di rentang 3.286 - 3.432.

Dengan banyaknya faktor yang memengaruhi, baik Nafan maupun Indy sepakat investor cenderung bersikap selektif dan menahan diri dalam mengambil posisi menjelang kepastian dari sejumlah agenda ekonomi penting pekan ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hubungan Memanas, Trump Ancam Putus Kontrak Pemerintah dengan Perusahaan Elon Musk

 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Kamis mengancam akan memutus kontrak pemerintah dengan perusahaan-perusahaan milik Elon Musk, sementara Musk menyatakan bahwa Trump seharusnya dimakzulkan.

Ketegangan ini menandai runtuhnya hubungan dekat antara keduanya, yang berubah menjadi pertikaian terbuka di media sosial.

Perselisihan bermula ketika Trump mengkritik CEO Tesla, Elon Musk, di Kantor Oval. Dalam hitungan jam, hubungan yang sebelumnya akrab itu hancur di depan publik, ketika dua tokoh berpengaruh ini saling melontarkan sindiran pribadi di platform Truth Social milik Trump dan X milik Musk.

"Langkah termudah untuk menghemat anggaran kita, miliaran dan miliaran dolar, adalah dengan mengakhiri subsidi dan kontrak pemerintah untuk Elon," tulis Trump di Truth Social.

Pernyataan tersebut memicu aksi jual saham Tesla di Wall Street. Saham perusahaan mobil listrik itu turun 14,3%, menghapus sekitar US$ 150 miliar dari nilai pasar, penurunan harian terbesar dalam sejarah Tesla.

Beberapa menit setelah penutupan bursa, Musk menjawab “Ya” terhadap unggahan di X yang menyerukan agar Trump dimakzulkan. Meskipun demikian, Partai Republik yang menguasai kedua kamar Kongres kecil kemungkinannya untuk melakukan pemakzulan.

Perselisihan ini telah berkembang sejak beberapa hari sebelumnya, ketika Musk mengecam rancangan undang-undang pemotongan pajak dan belanja besar-besaran yang didorong Trump.

Saat itu, Trump belum merespons, sementara Musk secara terbuka mengampanyekan penolakan atas RUU tersebut karena dinilai akan meningkatkan utang nasional yang kini mencapai US$ 36,2 triliun.

Trump akhirnya angkat bicara pada Kamis, menyampaikan kepada wartawan bahwa ia sangat kecewa terhadap Musk.

"Lihat, saya dan Elon dulu punya hubungan yang baik. Saya tidak tahu apakah itu masih berlaku sekarang," kata Trump.

Sementara Trump berbicara, Musk terus merespons dengan unggahan tajam di X.

"Tanpa saya, Trump akan kalah dalam pemilu," tulis Musk, yang menghabiskan hampir US$ 300 juta untuk mendukung Trump dan Partai Republik dalam pemilu tahun lalu. "Sungguh tidak tahu berterima kasih."

Dalam unggahan lain, Musk menyatakan bahwa tarif dagang andalan Trump akan mendorong AS ke jurang resesi pada akhir tahun ini.

Selain Tesla, Musk juga memimpin SpaceX dan unit satelitnya, Starlink, yang menjadi kontraktor penting bagi program antariksa pemerintah AS.

Sebagai respons terhadap ancaman Trump, Musk mengumumkan akan mulai menonaktifkan wahana antariksa Dragon milik SpaceX, satu-satunya pesawat AS yang saat ini mampu mengangkut astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Namun, beberapa jam kemudian Musk tampak menarik kembali keputusan tersebut. Menanggapi pengguna X yang memintanya untuk menenangkan diri dan memberi jarak dengan Trump selama beberapa hari, Musk menulis: "Nasihat yang bagus. Baiklah, kami tidak akan menonaktifkan Dragon."

Tanda potensi meredanya konflik juga muncul saat Musk menanggapi pernyataan manajer dana lindung nilai Bill Ackman, yang menyerukan agar keduanya berdamai. Musk menulis: "Kamu tidak salah."

Pertarungan Dua Tokoh Ego Besar

Perseteruan ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Trump dan Musk dikenal sebagai tokoh yang agresif secara politik dan memiliki ego besar, serta gemar menggunakan media sosial untuk menyerang lawan mereka. Banyak pengamat telah memprediksi keretakan hubungan ini.

Bahkan sebelum Musk mundur dari pemerintahan pekan lalu, pengaruhnya telah menurun akibat sejumlah benturan dengan para menteri terkait pemotongan anggaran.

Bagi Trump, ini merupakan keretakan besar pertama dengan penasihat senior sejak ia memulai masa jabatan keduanya.

Pada masa jabatan pertamanya (2017–2021), Trump berulang kali berselisih dengan kepala staf, penasihat keamanan nasional, dan strategi politiknya. Beberapa, seperti Steve Bannon, tetap dekat dengannya, sementara lainnya, seperti Duta Besar AS untuk PBB John Bolton, menjadi pengkritik vokal.

Sebagai penyumbang terbesar Partai Republik dalam pemilu 2024, Musk sempat menjadi salah satu penasihat paling berpengaruh bagi Trump. Ia menjabat sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah, yang melancarkan program kontroversial untuk memangkas jumlah pegawai federal dan anggaran belanja.

Musk kerap hadir di Gedung Putih dan beberapa kali datang ke Capitol Hill, kadang membawa putranya yang masih kecil.

Enam hari sebelum konflik ini memuncak, Trump dan Musk tampil bersama di Kantor Oval. Saat itu, Trump memuji pengabdian Musk di pemerintahan, dan keduanya berjanji untuk terus bekerja sama.

Namun, jika pertikaian ini berlanjut, hal ini bisa mempersulit upaya Partai Republik mempertahankan kendali atas Kongres pada pemilu sela tahun depan.

Selain sumbangan dana kampanye, Musk juga memiliki basis pengikut online yang besar dan berperan mempertemukan Trump dengan komunitas Silicon Valley dan para donor kaya.

Musk sebelumnya telah menyatakan niatnya untuk mengurangi pengeluaran politiknya ke depan.

Tak lama setelah pernyataan Trump di Kantor Oval pada Kamis, Musk menggelar jajak pendapat untuk 220 juta pengikutnya di X: "Sudah waktunya membentuk partai politik baru di Amerika yang benar-benar mewakili 80% masyarakat yang ada di tengah?"

Serang RUU Trump

Musk menyerang RUU yang disebut Trump sebagai "RUU besar dan indah" dengan menyebutnya sebagai "kehinaan menjijikkan" yang akan memperburuk defisit federal. Kritiknya memperdalam perpecahan internal di Partai Republik yang dapat menghambat kelolosan RUU tersebut di Senat.

Analis independen memperkirakan RUU ini bisa menambah utang nasional sebesar US$ 2,4 triliun hingga US$ 5 triliun.

Trump menyatakan bahwa penolakan Musk sebenarnya dipicu oleh penghapusan insentif pajak untuk kendaraan listrik dalam RUU tersebut. Ia juga menyindir bahwa Musk mungkin merindukan posisi di Gedung Putih.

"Dia bukan yang pertama," kata Trump. "Orang-orang meninggalkan pemerintahan saya... lalu pada suatu titik mereka sangat merindukannya. Beberapa menerima kenyataan itu, tapi sebagian menjadi bermusuhan."

Musk menulis di X, "BUNUH RUU-nya," dan menyatakan bahwa ia tidak keberatan dengan pemangkasan insentif kendaraan listrik selama RUU tersebut dibersihkan dari "gunungan penghamburan dana yang menjijikkan."

Ia juga mengutip pernyataan-pernyataan lama Trump yang mengkritik pengeluaran pemerintah, lalu bertanya: "Ke mana orang ini sekarang?"

Musk sebelumnya datang ke pemerintahan dengan rencana ambisius untuk memangkas anggaran federal sebesar US$ 2 triliun. Namun, ia keluar pekan lalu setelah hanya berhasil memangkas sekitar 0,5% dari total pengeluaran, sambil menimbulkan kekacauan di berbagai lembaga.

Fokus Musk yang makin besar pada politik juga memicu protes di berbagai fasilitas Tesla di AS dan Eropa, menurunkan angka penjualan, dan membuat para investor khawatir bahwa perhatiannya terlalu terbagi.

 

 

 

 

 

 

 

Kekayaan Elon Musk Menguap Rp 434 Triliun Akibat Perseteruan dengan Trump

 

Kekayaan pendiri Tesla, Elon Musk, turun drastis sebesar US$ 26,7 miliar atau sekitar Rp434 triliun (kurs Rp16.264) pada Kamis (5/6/2025), menurut perkiraan Forbes.

Penurunan ini membuat total kekayaan Musk menyusut menjadi US$ 388 miliar atau sekitar Rp 6.310 triliun dan menjadi salah satu hari terburuk bagi saham Tesla sejak Maret lalu.

Penurunan tajam tersebut terjadi seiring merosotnya saham Tesla sebesar 14% atau US$ 47 per lembar, menjadi US$285.

Anjloknya saham ini terjadi di tengah kondisi pasar yang relatif stabil, dan dipicu oleh meningkatnya ketegangan antara Musk dan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Perseteruan Musk dan Trump makin memanas setelah keduanya saling melontarkan hinaan. Musk mengklaim bahwa Trump tidak akan memenangkan masa jabatan kedua tanpa dukungannya, sementara Trump menuduh Musk menderita "sindrom kebencian terhadap Trump."

Akibatnya, saham Tesla turun ke level terendah dalam empat pekan terakhir, dan kini diperdagangkan lebih dari 40% di bawah rekor tertingginya yang tercatat pada Desember.

Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor terkait kemungkinan perubahan kebijakan regulasi terhadap kendaraan otonom Tesla di bawah pemerintahan Trump.

Analis dari Wedbush, Dan Ives, dalam catatannya kepada klien menyatakan bahwa para investor khawatir konflik antara Musk dan Trump dapat berdampak buruk terhadap arah kebijakan regulasi bagi Tesla dalam pengembangan teknologi otonom selama pemerintahan Trump.

Nilai pasar Tesla anjlok lebih dari US$ 150 miliar dalam satu hari, lebih besar dari total kapitalisasi pasar tiga produsen mobil besar Amerika lainnya—Ford, General Motors, dan Rivian—jika digabungkan. Nilai ini juga setara dengan lima kali lipat kekayaan Trump yang saat ini diperkirakan sekitar US$ 5,5 miliar.

Sejak pelantikan Trump pada Januari, di mana Musk sempat hadir dalam acara yang menuai kontroversi, harga saham Tesla telah turun 33%. Sebagai perbandingan, indeks acuan S&P 500 hanya mencatat penurunan kurang dari satu persen dalam periode yang sama.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trump dan Xi Sepakat Lanjutkan Pembicaraan di Tengah Memanasnya Sengketa Dagang

 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk melanjutkan pembicaraan di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dan perselisihan mengenai mineral penting, dalam percakapan telepon yang jarang terjadi pada Kamis.

Dalam panggilan telepon yang berlangsung lebih dari satu jam, Xi meminta Trump untuk menghentikan kebijakan perdagangan yang dinilai mengguncang ekonomi global serta memperingatkannya agar tidak mengancam Taiwan, menurut ringkasan percakapan dari pemerintah China.

Sebaliknya, Trump menyatakan melalui media sosial bahwa pembicaraan tersebut sangat positif, dengan fokus utama pada isu perdagangan.

Ia mengumumkan akan ada diskusi lanjutan tingkat rendah antara AS dan China, serta menekankan bahwa "tidak boleh ada lagi pertanyaan mengenai kompleksitas produk tanah jarang." Kepada wartawan, Trump menambahkan, "Kami dalam kondisi yang sangat baik dengan Tiongkok dan kesepakatan perdagangan."

Kedua pemimpin juga saling mengundang untuk melakukan kunjungan ke negara masing-masing.

Panggilan telepon ini terjadi di tengah perselisihan yang semakin dalam antara Washington dan Beijing terkait ekspor mineral tanah jarang, yang mengancam gencatan senjata rapuh dalam perang dagang kedua negara. Namun, belum ada kejelasan apakah isu tersebut telah diselesaikan, berdasarkan pernyataan dari kedua pihak.

Trump menyatakan bahwa delegasi AS, yang terdiri dari Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer, akan segera bertemu dengan mitra China di lokasi yang belum ditentukan.

Sebelumnya, pada 12 Mei, kedua negara telah menyepakati gencatan 90 hari yang mencabut sebagian tarif tiga digit yang diberlakukan sejak Trump mulai menjabat.

Meskipun kesepakatan itu disambut baik pasar, banyak isu mendasar belum terselesaikan, termasuk perdagangan fentanil ilegal, status Taiwan yang demokratis, serta keluhan AS terhadap model ekonomi Tiongkok yang terpusat dan berorientasi ekspor.

Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari, Trump kerap mengancam tindakan ekonomi terhadap mitra dagang, namun beberapa kali mencabut ancaman tersebut pada saat-saat terakhir.

Pendekatan yang tidak konsisten ini membingungkan para pemimpin dunia dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku bisnis. Pada Kamis, indeks saham utama AS mengalami kenaikan.

Langkah China pada April lalu untuk menangguhkan ekspor berbagai mineral dan magnet penting terus mengganggu rantai pasokan global, termasuk bagi industri otomotif, produsen chip komputer, dan kontraktor militer.

Beijing memandang ekspor mineral ini sebagai alat tawar politik untuk menekan pemerintahan Trump jika pertumbuhan ekonomi AS terganggu akibat terhentinya produksi berbasis mineral tersebut.

Kesepakatan 90 hari untuk mencabut tarif dan pembatasan masih dianggap rapuh. Trump menuduh Tiongkok melanggar kesepakatan tersebut dan memberlakukan pembatasan baru terhadap perangkat lunak desain chip dan produk lain yang dikirim ke China. Pemerintah Tiongkok membantah tuduhan tersebut dan mengancam akan melakukan pembalasan.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis oleh kantor berita pemerintah Xinhua, pemerintah China menyatakan, "Pihak AS harus bersikap realistis terhadap kemajuan yang telah dicapai dan menarik kembali tindakan negatif terhadap Tiongkok."

Xi juga menekankan bahwa Amerika Serikat harus menangani isu Taiwan dengan bijaksana.

Saingan Utama

Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir mengidentifikasi China sebagai pesaing geopolitik utama dan satu-satunya negara yang mampu menyaingi kekuatan ekonomi dan militer AS.

Meski demikian, Trump tetap memuji Xi, termasuk atas ketangguhan dan kemampuannya memimpin tanpa batasan masa jabatan, yang tidak dimiliki oleh presiden AS.

Trump telah lama mendorong diadakannya panggilan atau pertemuan dengan Xi, namun China enggan menyetujuinya karena lebih memilih menyusun rincian kesepakatan terlebih dahulu sebelum melibatkan para pemimpin. Bagi Trump dan timnya, pembicaraan antar pemimpin dianggap krusial untuk membuka jalan keluar dari kebuntuan negosiasi di tingkat bawah.

Pemerintah China menyebut bahwa panggilan telepon tersebut dilakukan atas permintaan Trump. Tidak jelas kapan terakhir kali kedua pemimpin itu berbicara. Kedua belah pihak mengklaim telah melakukan pembicaraan pada 17 Januari, beberapa hari sebelum pelantikan Trump.

Namun, China menyatakan tidak ada panggilan telepon baru yang dilakukan sejak saat itu.

Pembicaraan ini diawasi ketat oleh para investor, mengingat kekhawatiran bahwa konflik dagang dapat mengganggu rantai pasok global menjelang musim belanja Natal. Tarif yang diberlakukan Trump juga sedang menjadi subjek gugatan hukum di pengadilan AS.

Trump dan Xi pernah bertemu dalam beberapa kesempatan, termasuk kunjungan kenegaraan pada 2017. Namun, mereka belum pernah bertatap muka secara langsung sejak pertemuan G20 di Osaka pada 2019.

Xi terakhir kali mengunjungi AS pada November 2023 dalam pertemuan puncak dengan Presiden Joe Biden yang menghasilkan kesepakatan untuk melanjutkan komunikasi militer dan menekan produksi fentanil.

 

 

 

 

 

 

 

Rusia Akan Merespons Serangan Ukraina Jika Dianggap Perlu

 

Pemerintah Rusia menyatakan akan merespons serangan Ukraina apabila dinilai perlu oleh pihak militer.

Pernyataan ini disampaikan Kremlin pada Kamis (5/6), setelah menuduh Kyiv melakukan aksi terorisme negara dan mengonfirmasi bahwa Presiden Vladimir Putin telah memberi tahu  Presiden AS Donald Trump mengenai kewajiban Moskow untuk membalas.

Sebelumnya, Ukraina dituduh melancarkan serangan drone terhadap pesawat pembom berat Rusia di pangkalan udara di Siberia dan wilayah utara Rusia pada akhir pekan.

Selain itu, Rusia juga menuding Ukraina meledakkan jembatan kereta api di bagian selatan negara tersebut yang menewaskan tujuh orang.

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam konferensi pers hariannya, mengutip pernyataan Putin terkait serangan terhadap kereta penumpang.

“Presiden menggambarkan rezim Kyiv sebagai rezim teroris, karena pimpinan mereka secara sadar memberi perintah untuk meledakkan kereta penumpang. Ini merupakan bentuk terorisme negara,” ujarnya.

Meski begitu, Rusia belum menyampaikan bukti bahwa pimpinan Ukraina berada di balik serangan tersebut, dan pihak Kyiv juga belum mengklaim bertanggung jawab.

Ketegangan antara kedua negara meningkat sejak perang dimulai pada Februari 2022.

Serangan Ukraina di wilayah Rusia dan serangan udara balasan Rusia di medan tempur turut memperburuk prospek perundingan damai, meskipun kedua pihak sempat melanjutkan pembicaraan di Turki bulan lalu.

Meski situasi memanas, Peskov menyampaikan bahwa Putin mendukung pandangan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengenai perlunya melanjutkan kontak tingkat kerja dengan Ukraina.

Terkait pembicaraan antara Putin dan Trump pada Rabu (4/6), Peskov menyatakan bahwa keduanya tidak membahas kemungkinan pertemuan tatap muka. Namun, menurutnya, terdapat pemahaman bersama bahwa pertemuan semacam itu perlu dilakukan dengan persiapan matang.

Peskov juga menegaskan bahwa isu pencabutan sanksi terhadap Rusia tidak dibicarakan dalam percakapan tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trump Tangguhkan Masuknya Mahasiswa Internasional yang akan Belajar di Harvard


 

 

Presiden AS Donald Trump menangguhkan masuknya warga negara asing yang ingin belajar atau berpartisipasi dalam program pertukaran di Universitas Harvard, selama enam bulan pertama, di tengah meningkatnya perselisihan dengan sekolah Ivy League tersebut.

Mengutip Reuters, Kamis (5/6), deklarasi Trump mengutip masalah keamanan nasional sebagai pembenaran untuk melarang mahasiswa internasional memasuki Amerika Serikat untuk melanjutkan studi di universitas yang berbasis di Cambridge, Massachusetts tersebut.

Harvard dalam sebuah pernyataan menyebut pengumuman Trump sebagai langkah pembalasan ilegal lainnya yang diambil oleh Pemerintah yang melanggar hak Amandemen Pertama Harvard.

"Harvard akan terus melindungi mahasiswa internasionalnya," tambahnya.

Penangguhan tersebut dapat diperpanjang lebih dari enam bulan. Pengumuman Trump juga mengarahkan Departemen Luar Negeri AS untuk mempertimbangkan pencabutan visa akademik atau visa pertukaran bagi mahasiswa Harvard saat ini yang memenuhi kriteria pengumumannya.

Arahan pada hari Rabu itu dikeluarkan seminggu setelah seorang hakim federal di Boston mengumumkan bahwa dia akan mengeluarkan perintah pengadilan yang melarang pemerintah mencabut kewenangan Harvard untuk menerima mahasiswa internasional, yang jumlahnya sekitar seperempat dari jumlah mahasiswanya.

Pemerintah telah melancarkan serangan multipihak terhadap universitas tertua dan terkaya di negara itu, membekukan miliaran dolar dalam bentuk hibah dan pendanaan lainnya serta mengusulkan untuk mengakhiri status bebas pajaknya, yang memicu serangkaian gugatan hukum.

Harvard berpendapat bahwa administrasi tersebut merupakan tindakan balasan terhadap Harvard karena menolak untuk menyetujui tuntutannya untuk mengendalikan tata kelola, kurikulum, dan ideologi fakultas dan mahasiswanya.

Harvard menggugat setelah Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem pada tanggal 22 Mei mengumumkan bahwa departemennya segera mencabut sertifikasi Program Mahasiswa dan Pengunjung Pertukaran Harvard, yang memungkinkannya untuk menerima mahasiswa asing.

Tindakannya segera diblokir sementara oleh Hakim Distrik AS Allison Burroughs. Menjelang sidang di hadapannya minggu lalu, departemen tersebut mengubah arah dan mengatakan bahwa mereka akan menantang sertifikasi Harvard melalui proses administratif yang lebih panjang.

Meskipun demikian, Burroughs mengatakan bahwa dia berencana untuk mengeluarkan putusan pendahuluan jangka panjang atas desakan Harvard, dengan mengatakan bahwa putusan tersebut diperlukan untuk memberikan perlindungan kepada mahasiswa internasional Harvard.

Dalam kabel internal yang dilihat oleh Reuters yang dikeluarkan sehari setelah sidang pengadilan tersebut, Departemen Luar Negeri memerintahkan semua misi konsulernya di luar negeri untuk memulai pemeriksaan tambahan terhadap pemohon visa yang ingin bepergian ke Harvard untuk tujuan apa pun.

Arahan dua halaman hari Rabu itu mengatakan Harvard telah menunjukkan sejarah hubungan asing dan radikalisme yang mengkhawatirkan, dan memiliki keterlibatan yang luas dengan musuh asing, termasuk China

"FBI telah lama memperingatkan bahwa musuh asing memanfaatkan akses mudah ke pendidikan tinggi Amerika untuk mencuri informasi, mengeksploitasi penelitian dan pengembangan, serta menyebarkan informasi palsu," kata deklarasi itu.

Dikatakan bahwa Harvard telah melihat "peningkatan drastis dalam kejahatan dalam beberapa tahun terakhir sementara gagal mendisiplinkan setidaknya beberapa kategori pelanggaran perilaku di kampus," dan gagal memberikan informasi yang cukup kepada Departemen Keamanan Dalam Negeri tentang "kegiatan ilegal atau berbahaya yang diketahui" dari mahasiswa asing.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Citi PHK 3.500 Pekerja Teknologi di China, Fokus Restrukturisasi Global

 

Bank raksasa asal Amerika Serikat (AS), Citigroup Inc, akan memangkas sekitar 3.500 karyawan di dua pusat teknologi mereka di Shanghai dan Dalian, China, sebagai bagian dari langkah restrukturisasi global.

Pemangkasan ini merupakan bagian dari upaya Citi untuk menyederhanakan operasional teknologi secara global, memperkuat manajemen risiko, serta memperbaiki pengelolaan data dan tata kelola teknologi informasi (TI).

"Langkah ini ditujukan untuk menyederhanakan dan mengecilkan operasi teknologi global agar lebih efisien dan terkelola dengan baik," ungkap Citi dalam pernyataan resmi, Kamis (5/6).

Selesai di Kuartal IV, Sebagian Posisi Dipindahkan

Pengurangan tenaga kerja ini ditargetkan rampung pada awal kuartal IV-2025.

Sebagian besar posisi yang terdampak merupakan pekerja penuh waktu, menurut sumber yang mengetahui langsung proses ini.

Namun, Citi menyebutkan bahwa sebagian dari posisi tersebut akan dialihkan ke pusat teknologi lain milik Citi di luar China.

Sayangnya, perusahaan tidak merinci jumlah pasti maupun lokasi pemindahan pekerjaan tersebut.

Langkah ini menindaklanjuti laporan sebelumnya bahwa Citi telah lebih dulu memangkas sekitar 200 kontraktor TI di China pada Mei 2025.

Imbas Denda Regulator dan Efisiensi Operasi

Pada Maret lalu, Citi mengumumkan rencana internal untuk mengurangi ketergantungan pada kontraktor IT dan merekrut ribuan karyawan tetap untuk mendukung penguatan sistem pengendalian internal, menyusul sanksi regulator atas lemahnya tata kelola data.

Langkah efisiensi ini tak hanya terjadi di China. Citi juga telah melakukan penyesuaian tenaga kerja di AS, Indonesia, Filipina, dan Polandia, sejalan dengan restrukturisasi global yang tengah berlangsung.

Komitmen Bisnis Tetap di China

Meskipun memangkas ribuan tenaga kerja di unit teknologi, Citi tetap mempertahankan komitmen bisnisnya di Negeri Tirai Bambu.

Selain perbankan korporasi, Citi juga tengah memproses pembentukan perusahaan sekuritas dan berjangka yang sepenuhnya dimiliki di China.

"Citi tetap berkomitmen melayani klien korporasi dan institusi di China serta mendukung kebutuhan perbankan lintas batas mereka," ujar Marc Luet, Head of Banking Citi untuk Jepang, Asia Utara, dan Australia.

Setelah pemangkasan ini, Citi diperkirakan akan memiliki sekitar 2.000 pegawai di China, termasuk beberapa ratus orang di unit teknologi, ungkap sumber anonim.

 

 

 

 

 

 

 

 

Kecam Genosida di Gaza, Belanda Bekukan Kerja Sama dengan Tiga Universitas Israel

 

Universitas Erasmus Rotterdam (EUR) di Belanda, Kamis (5/6), mengumumkan bahwa mereka membekukan kerja sama di seluruh institusi dengan tiga universitas Israel.

"Universitas Erasmus Rotterdam (EUR) segera membekukan kerja samanya dengan Universitas Bar-Ilan, Universitas Ibrani Yerusalem, dan Universitas Haifa," katanya dalam sebuah pernyataan.

Bergantung pada saran dari Komite Penasihat Independen tentang Kerja Sama Sensitif (ACGS), keputusan tersebut akan menangguhkan program yang ada dan tidak akan mengizinkan dimulainya kerja sama penelitian baru.

"Kerja sama internasional kami didasarkan pada kebebasan akademis dan diplomasi ilmiah. Namun, kebebasan itu memiliki batasan ketika hak asasi manusia yang mendasar dipertaruhkan," kata presiden dewan eksekutif Annelien Bredenoord.

"Berdasarkan penyelidikan komite, kami menganggap risiko keterlibatan tidak langsung dalam pelanggaran hak asasi manusia terlalu tinggi," tambahnya.

Kolaborasi dengan ketiga universitas tersebut ditangguhkan karena "risiko signifikan" Bar-Ilan untuk terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan hubungan dua sekolah lainnya dengan militer Israel (IDF), berdasarkan penyelidikan komite.

"Untuk mempertimbangkan kolaborasi kelembagaan di masa mendatang dengan Universitas Ibrani Yerusalem dan Universitas Haifa, Dewan Eksekutif mewajibkan universitas-universitas ini untuk secara nyata menjauhkan diri dari keterlibatan dalam pelanggaran hak asasi manusia, khususnya terkait aktivitas penelitian di wilayah pendudukan dan kerja sama dengan IDF," katanya.

Mengakui bahwa keputusan tersebut akan memicu berbagai reaksi, dewan eksekutif menyatakan solidaritas dengan mereka yang terkena dampak perang di Jalur Gaza.

"Kami melihat bahwa mahasiswa dan staf, baik yang berlatar belakang Yahudi/Israel maupun gerakan pro-Palestina, terkadang tidak lagi merasa aman untuk menyuarakan pendapat. Itu sangat memengaruhi kami," kata dewan eksekutif itu.

"Kami tetap berkomitmen pada kampus yang aman dan terhormat di mana ada ruang untuk dialog, pendapat yang berbeda, dan rasa saling menghormati, menyadari bahwa ketidakamanan yang dirasakan tidak selalu dapat dikendalikan sepenuhnya," tambahnya.

Larang impor produk bantuan Israel

Presiden Chile Gabriel Boric menyatakan keinginannya untuk mengajukan undang-undang yang melarang impor barang yang diproduksi di permukiman ilegal Israel di wilayah Palestina.

"Kita tidak bisa terus menerus membiayai kematian anak-anak," kata Boric di depan parlemen di Valparaiso pada beberapa hari lalu.

Dalam pidatonya, dia juga mengecam serangan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023 dan menyerukan agar semua sandera yang ditahan kelompok perlawanan Palestina itu dibebaskan.

Boric menekankan bahwa kebijakannya menargetkan "pemerintahan genosida, bukan orang Israel". Dia juga mendukung Spanyol yang berencana menerapkan embargo senjata terhadap Israel.

Menanggapi pernyataan itu, Duta Besar Israel untuk Chile Gil Artzyeli memperingatkan bahwa boikot yang diusulkan Boric bisa memicu sanksi perdagangan, terutama dari Amerika Serikat.

Namun, Boric menyatakan bahwa pendiriannya didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, bukan karena alasan perdagangan.

"Ini bukan soal perdagangan, tetapi masalah prinsip dan keadilan," kata dia.

Boric juga menyatakan bahwa mengkritik pemerintah Israel bukanlah sikap anti-Yahudi.

"Kami mengkritik tindakan, bukan orang," katanya, menegaskan.

Rencana terbaru Boric itu muncul setelah dia baru-baru ini menarik atase militer Chile dari Israel sebagai protes terhadap krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina.

Ketegangan antara pemerintah Chile dan Israel muncul pertama kali pada September 2022, ketika Boric menolak menerima Duta Besar Israel yang akan menyerahkan surat kepercayaan.

Ketegangan itu meningkat pada November 2023, ketika Boric memanggil pulang Duta Besar Chile di Israel untuk berkonsultasi menyusul pengeboman kamp pengungsi Palestina.

Pada April lalu, Boric menolak keikutsertaan Israel dalam pameran "International Air and Space Fair (Fidae)," yang ditafsirkan oleh Israel sebagai sanksi politik.

Pemerintah Chile juga menyatakan dukungannya pada Afrika Selatan yang menggugat Israel di Mahkamah Internasional (ICJ).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

AS Sanksi Empat Hakim ICC yang Hendak Tangkap Netanyahu

 

 

Pemerintahan Trump menjatuhkan sanksi kepada empat hakim di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas penyelidikan pengadilan tersebut terhadap dugaan kejahatan perang yang dilakukan Israel dalam agresi di Gaza dan di Tepi Barat.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka akan membekukan aset apa pun yang dimiliki para hakim ICC, yang berasal dari Benin, Peru, Slovenia dan Uganda, di yurisdiksi AS. Langkah ini langkah terbaru yang diambil pemerintah untuk menghukum ICC dan pejabatnya atas penyelidikan yang dilakukan terhadap Israel dan Amerika Serikat.

 “Seperti yang dinilai oleh ICC, keempat individu ini secara aktif terlibat dalam tindakan ICC yang tidak sah dan tidak berdasar yang menargetkan Amerika atau sekutu dekat kami, Israel,” kata Menteri Luar Negeri Marco Rubio dalam sebuah pernyataan.

“ICC dipolitisasi dan secara keliru mengklaim diskresi yang tidak terkekang untuk menyelidiki, menuntut, dan mengadili warga negara Amerika Serikat dan sekutu kami,” kata Rubio. “Pernyataan berbahaya dan penyalahgunaan kekuasaan ini melanggar kedaulatan dan keamanan nasional Amerika Serikat dan sekutu kami, termasuk Israel.”

Pada Februari, kepala jaksa pengadilan yang berbasis di Den Haag, Karim Khan, dimasukkan ke dalam daftar “Warga Negara yang Ditunjuk Khusus dan Orang yang Diblokir” di Washington, yang melarangnya melakukan bisnis dengan orang Amerika dan membatasi masuknya dia ke AS. Khan mengundurkan diri bulan lalu sambil menunggu penyelidikan atas dugaan pelanggaran seksual.

Dalam beberapa menit setelah pengumuman pemerintah, pengadilan mengutuk tindakannya. “Langkah-langkah ini jelas merupakan upaya untuk melemahkan independensi lembaga peradilan internasional,” kata juru bicara ICC Fadi El Abdallah dalam sebuah pernyataan.

Sanksi baru ini menargetkan Hakim ICC Reine Alapini-Gansou, yang berasal dari negara Benin di Afrika Barat dan merupakan bagian dari majelis hakim praperadilan yang mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tahun lalu. Dia juga menjabat sebagai hakim yang awalnya memberi lampu hijau pada penyelidikan dugaan kejahatan Israel di wilayah Palestina pada tahun 2021.

Wanita berusia 69 tahun itu juga merupakan bagian dari majelis hakim yang mengeluarkan surat perintah penangkapan Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2023. Tahun lalu, pengadilan di Moskow mengeluarkan surat perintah penangkapannya.

Dari Slovenia, Beti Hohler terpilih sebagai hakim pada tahun 2023. Dia sebelumnya bekerja di kantor kejaksaan di pengadilan, sehingga Israel menolak partisipasinya dalam proses yang melibatkan pejabat Israel. Hohler mengatakan dalam sebuah pernyataan tahun lalu bahwa dia tidak pernah bekerja dalam penyelidikan wilayah Palestina selama delapan tahun sebagai jaksa.

Bouth Luz del Carmen Ibáñez Carranza, dari Peru, dan Solomy Balungi Bossa, dari Uganda, adalah hakim banding di ICC. Setiap perempuan pernah menangani kasus-kasus yang melibatkan Israel.

Baik AS maupun Israel bukan anggota dan tidak mengakui legitimasi pengadilan tersebut, yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu atas dugaan kejahatan perang atas respons militernya di Gaza setelah serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023. Israel membantah keras tuduhan tersebut.

Selama masa jabatan pertamanya, Trump menargetkan ICC dengan sanksi, menyuarakan ketidaksenangannya terhadap penyelidikan terhadap Israel dan keluhan mengenai dugaan kejahatan perang yang dikatakan dilakukan oleh pasukan AS di Afghanistan. Sanksi tersebut dicabut oleh pemerintahan Presiden Joe Biden pada awal tahun 2021.

Rubio mengatakan AS akan terus mengambil tindakan untuk melindungi kepentingannya dan kepentingan Israel di pengadilan. “Amerika Serikat akan mengambil tindakan apa pun yang kami anggap perlu untuk melindungi kedaulatan kami, Israel, dan sekutu AS lainnya dari tindakan tidak sah yang dilakukan ICC,” ujarnya.

Liz Evenson, direktur peradilan internasional di Human Rights Watch, mengatakan sanksi pemerintahan Trump “bertujuan untuk menghalangi ICC dalam mencari pertanggungjawaban di tengah kejahatan berat yang dilakukan di Israel dan Palestina, dan ketika kekejaman Israel meningkat di Gaza, termasuk keterlibatan AS.”

“Sanksi AS terhadap hakim ICC adalah serangan terang-terangan terhadap supremasi hukum pada saat yang sama ketika Presiden Trump berupaya melemahkannya di dalam negeri,” kata Evenson dalam sebuah pernyataan. “Sanksi dimaksudkan untuk menghentikan pelanggaran hak asasi manusia, bukan untuk menghukum mereka yang mencari keadilan atas kejahatan terburuk.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post