News Forex, Index & Komoditi ( Jumat, 11 April 2025 )

         News  Forex,  Index  &  Komoditi

(  Jum’at,  11  April  2025  )

Harga Emas Global Melonjak, Cetak Rekor Tertinggi Baru

 

Harga emas ditutup melonjak 3% ke level tertinggi sepanjang masa karena penurunan dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya perang dagang antara AS dan China yang mendorong investor menuju logam mulia sebagai tempat berlindung yang aman.

Kamis (10/4), harga emas spot ditutup melonjak 3% ke US$ 3.176,23 per ons. Ini jadi rekor tertinggi baru bagi harga emas spot.

Sejalan, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Juni 2025 ditutup naik 3,2% ke posisi US$ 3.177,5 per ons troi. Ini juga merupakan level harga tertinggi emas batangan.

Sentimen utama bagi harga emas datang setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia akan menurunkan bea masuk yang besar untuk sementara waktu bagi puluhan negara, tetapi menaikkan tarif pada China menjadi 125% dari sebelumnya 104%.

"Emas mendapatkan kembali daya tariknya sebagai tempat berlindung yang aman dan kembali ke jalur untuk mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa," kata Nikos Tzabouras, Analis Pasar Senior di Tradu.com.

"Namun, prospek kesepakatan dengan mitra dagang menimbulkan risiko yang signifikan terhadap potensi kenaikan harga emas, karena hal itu dapat memperbarui tekanan pada logam tersebut. Selain itu, hambatan mungkin muncul dari taruhan pemotongan suku bunga Fed yang dapat memperkuat dolar."

Sementara itu, indeks dolar merosot lebih dari 1% terhadap para pesaingnya, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Data pada hari Kamis menunjukkan, harga konsumen AS turun secara tak terduga melemah pada bulan Maret, tetapi risiko inflasi cenderung meningkat setelah Trump menggandakan tarif China.

Setelah data tersebut, para pedagang bertaruh bahwa Federal Reserve AS akan melanjutkan pemotongan suku bunga pada bulan Juni dan mungkin mengurangi suku bunga kebijakannya sebesar satu poin persentase penuh pada akhir tahun.

"Kami melihat bank sentral membeli (emas), jadi selama kami melihat arus masuk ke ETF dan lebih banyak risiko kebijakan moneter, ada banyak pendorong utama yang akan terus mendukung emas," kata Alex Ebkarian, kepala operasi di Allegiance Gold.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harga Minyak Dunia  Anjlok, Perang Dagang AS-China Memanas

 

 

Harga minyak turun lebih dari US$ 2 per barel dan menghapus reli pada sesi sebelumnya, karena investor menilai kembali jeda yang direncanakan dalam tarif Amerika Serikat (AS) yang luas. Sentimen juga kita beralih ke perang dagang yang semakin dalam antara AS dan China.

Kamis (10/4), harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei 2025 ditutup turun US$ 2,28 atau 3,7% menjadi US$ 60,07 per barel.

Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2025 ditutup turun US$ 2,15 atau 3,3% ke US$ 63,33 per barel.

Kedua kontrak tersebut telah naik lebih dari US$ 2 per barel pada hari Rabu (9/4), setelah Presiden AS Donald Trump menghentikan tarif tinggi yang telah diumumkannya terhadap puluhan mitra dagang AS di pekan lalu, menandai perubahan arah yang tiba-tiba kurang dari 24 jam setelah pungutan tersebut mulai berlaku.

Namun, pada saat yang sama, Trump juga menaikkan tarif terhadap China. Tarif AS atas impor China kini mencapai total 145%, kata Gedung Putih kepada media pada hari Kamis.

China juga mengumumkan pungutan impor tambahan atas barang-barang AS, dengan mengenakan tarif sebesar 84%.

Tarif yang lebih tinggi terhadap China kemungkinan akan mendorong impor minyak mentah AS yang lebih rendah oleh Beijing, mendukung pasokan dan menaikkan tingkat penyimpanan AS, firma penasihat perdagangan Ritterbusch and Associates memberi tahu klien pada hari Kamis.

Ekspor minyak mentah AS ke China turun menjadi 112.000 barel per hari (bpd) pada bulan Maret 2025, hampir setengah dari ekspor 190.000 bpd di tahun lalu, data dari pelacak kapal Kpler menunjukkan.

"Jika sengketa perdagangan ini berlanjut lebih lama, kemungkinan ekonomi global akan mengalami kerusakan ekonomi yang signifikan," kata Henry Hoffman, co-portfolio manager dari Catalyst Energy Infrastructure Fund.

Stok minyak mentah AS naik sebesar 2,6 juta barel pada minggu lalu, data pemerintah menunjukkan pada hari Rabu, hampir dua kali lipat dari peningkatan 1,4 juta barel yang diproyeksikan analis dalam jajak pendapat Reuters.

Analis Macquarie mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka mengharapkan peningkatan lagi minggu ini.

Amerika Serikat juga terus maju dengan mengenakan tarif 10% pada semua impornya.

Badan Informasi Energi AS pada hari Kamis menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi globalnya dan memperingatkan bahwa tarif dapat sangat membebani harga minyak, karena memangkas perkiraan permintaan minyak AS dan global untuk tahun ini dan tahun depan.

"Ekspektasi yang didorong oleh tarif akan berkurangnya permintaan di tengah kemungkinan berlanjutnya resesi AS akan tetap menjadi pusat perhatian para pedagang yang kemungkinan akan membatasi kenaikan harga dalam jangka pendek," kata Ritterbusch and Associates.

 

 

 

 

 

 

 

Wall Street Ditutup Anjlok: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Kembali Dilanda Aksi Jual

 

Wall Street kembali anjlok dengan tiga indeks utama ditutup melemah lebih dari 2,5% karena meningkatnya kekhawatiran atas dampak ekonomi dari perang tarif multi-front Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Kamis (10/4), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 1.014,79 poin atau 2,50% menjadi 39.593,66, indeks S&P 500 turun 188,85 poin atau 3,46% ke 5.268,05 dan indeks Nasdaq Composite melemah 737,66 poin atau 4,31% ke 16.387,31.

Di antara 11 sektor dalam indeks S&P 500, semua kecuali barang kebutuhan pokok konsumen berakhir melemah, dengan energi dan teknologi mengalami penurunan persentase terbesar.

Pada sesi ini, saham Big Tech kembali tertekan, dengan masing-masing dari apa yang disebut kelompok Magnificent Seven dari saham momentum terkait kecerdasan buatan turun antara 2,3% dan 7,3%.

Ketiga indeks saham utama AS mengalami kerugian besar, kehilangan sebagian besar keuntungan yang dicetak di sesi sebelumnya karena meningkatnya kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan perdagangan Washington-Beijing yang meredam optimisme atas data ekonomi yang optimis dan negosiasi perdagangan AS-Eropa.

Setelah Trump mengumumkan penangguhan tarif selama 90 hari pada hari Rabu, indeks S&P 500 melonjak 9,5%, lonjakan persentase satu hari terbesar sejak Oktober 2008. Indeks Nasdaq yang sarat teknologi juga melesat 12,2%, mencatat kenaikan harian terbesar kedua yang pernah tercatat.

Setelah naik turun pada hari Rabu dan aksi jual pada hari Kamis, indeks S&P 500 tetap 7,1% di bawah posisi sebelum tarif timbal balik diumumkan pada minggu lalu.

"Investor masih merasa tidak nyaman dengan hal ini, karena mereka tidak tahu apa tujuan akhirnya," kata Paul Nolte, penasihat senior kekayaan di Murphy & Sylvest di Elmhurst, Illinois.

"Saya pikir yang kita lihat, tetap saja, adalah kekhawatiran investor tentang tarif dan itu adalah hal yang paling utama untuk semuanya."

Laporan Indeks Harga Konsumen dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan, harga yang dibayar konsumen untuk sekeranjang barang secara tak terduga turun tipis pada bulan Maret, dengan pertumbuhan harga inti menurun 2,8% secara tahunan, mendekati satu poin persentase dari target inflasi Federal Reserve, yang sebesar 2%.

Namun, jalan yang ditempuh The Fed ke depan, mengingat negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung, kurang jelas.

Gubernur The Fed Michelle Bowman mengatakan bahwa meskipun ekonomi AS tetap kuat, dampak kebijakan perdagangan Trump tidak jelas. Sementara, Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan, pemotongan suku bunga dapat dilanjutkan setelah ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan teratasi.

Menanggapi jeda tarif Trump selama 90 hari, Uni Eropa akan menunda pungutan balasan atas barang-barang AS karena negara-negara dalam blok tersebut berebut untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan Washington, kata kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Namun, perang dagang dengan Beijing masih berlanjut, dengan China berjanji untuk "menindaklanjuti sampai akhir" jika AS tidak mengalah.

Indeks Volatilitas Pasar CBOE, yang sering disebut "indeks ketakutan," tetap tinggi, tetapi ditutup pada level tertinggi sesi 40,86.

"Sulit bagi investor untuk merasa nyaman membeli saham dengan volatilitas yang begitu tinggi," tambah Nolte.

Pada sesi ini, saham CarMax turun 17,0% setelah pengecer mobil bekas itu gagal memenuhi ekspektasi laba kuartal keempat.

Musim laba kuartal pertama dimulai pada hari Jumat dengan bank-bank besar, termasuk JPMorgan Chase, Morgan Stanley dan Wells Fargo akan merilis laporan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Australia Tolak Tawaran China untuk Kerja Sama Lawan Kebijakan Tarif AS

 

Australia menolak ajakan China untuk bekerja sama guna melawan tarif Amerika Serikat (AS). Hal tersebut terjadi setelah Australia akan terus mendiversifikasi perdagangannya dan mengurangi ketergantungan pada China, yang merupakan mitra dagang terbesarnya.

"Kami tidak akan bergandengan tangan dengan China sehubungan dengan persaingan apa pun yang sedang berlangsung di dunia," kata Wakil Perdana Menteri Richard Marles kepada Sky News, merujuk pada usulan duta besar China agar negara-negara "bergandengan tangan" dalam perdagangan.

"Kami tidak melakukan itu. Apa yang kami lakukan adalah mengejar kepentingan nasional Australia dan mendiversifikasi perdagangan kami di seluruh dunia."

Ia menambahkan, Australia akan membangun ketahanan ekonominya dengan memperkuat hubungan dagang dengan Uni Eropa, Indonesia, India, Inggris, dan Timur Tengah.

Dalam kolom opini di surat kabar The Age, duta besar China untuk Australia Xiao Qian mendesak Canberra untuk bekerja sama dengan Beijing guna mempertahankan sistem perdagangan global multilateral.

"Dalam situasi baru ini, China siap untuk bekerja sama dengan Australia dan komunitas internasional untuk bersama-sama menanggapi perubahan dunia," kata Xiao.

Presiden AS Donald Trump, secara mengejutkan akan menerapkan bea masuk sementara 10% untuk puluhan negara, tetapi terus menargetkan China dengan menaikkan tarif menjadi 125% dari 104%, yang selanjutnya meningkatkan perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia.

Itu dapat menimbulkan risiko bagi Australia, yang mengirimkan hampir sepertiga barangnya ke China. Ekspor ke AS kurang dari 5% dari total ekspor barang Australia.

Bank sentral Australia telah memperingatkan ketidakpastian yang sedang berlangsung atas tarif dan pembatasan perdagangan lainnya antara AS dan ekonomi utama lainnya dapat memiliki efek yang mengerikan pada investasi bisnis dan keputusan pengeluaran rumah tangga di negara tersebut.

Trump telah mengenakan tarif sepihak sebesar 10% terhadap Australia, tarif terendah dari tarif timbal baliknya untuk semua impor ke Amerika Serikat.

Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan bahwa meskipun bea masuk terhadap Australia, sekutu keamanan utama AS di Indo-Pasifik, "tidak memiliki dasar logika", pemerintahannya tidak akan membalas.

 

 

 

Trump Gagal Tekan China Lewat Tarif, Kini Malah Balik Puji Xi Jinping

 

Gagal menekan China lewat tarif, kini Presiden AS Donald Trump siap berdiskusi dengan Beijing. Trump bahkan menyebut Presiden China sebagai sosok yang cerdas.

"Xi adalah orang yang cerdas dan kita akan mencapai kesepakatan yang sangat bagus," kata Trump, Rabu (9/10/2025) dilansir BBC.

Ia memberi tahu wartawan di Ruang Oval bahwa presiden Tiongkok adalah salah satu orang terpintar di dunia.

Trump sempat sedikit menyinggung kekuatan senjata AS. "Kita memiliki senjata yang bahkan tidak diketahui siapa pun," katanya sebelum kembali memuji Xi Jinping.

Ia mengatakan, Xi adalah orang yang tahu persis apa yang harus dilakukan dan mencintai negaranya. "Kita akan menerima panggilan telepon di suatu saat dan kemudian kita akan mulai berlomba," kata Trump.

Sebelumnya Perang dagang antara China dan Amerika Serikat kian menjadi-jadi. China tidak menerima atau tunduk begitu saja dengan tarif yang dikenakan oleh AS hingga 104 persen. Alih-alih tunduk China justru mengenakan tarif lebih tinggi lagi buat barang AS mencapai 84 persen.

"Tiongkok mengumumkan tarif 84% atas impor AS, naik dari 34%, yang akan mulai berlaku pada pukul 12:01 waktu Beijing pada 10 April," demikian dilansir BBC, Rabu (9/4/2025) Waktu setempat.

Mulai besok, China akan menambahkan 12 perusahaan Amerika ke daftar kontrol ekspor.

Mereka juga menambahkan enam perusahaan Amerika ke daftar entitas yang tidak dapat diandalkan, termasuk perusahaan AI.

Di jejaring social medianya, Truth Social, Trump menulis, "Ini adalah waktu yang TEPAT untuk memindahkan PERUSAHAAN Anda ke Amerika Serikat, seperti yang dilakukan Apple dan banyak perusahaan lain dalam jumlah yang sangat banyak. Zero TARIF, dan dapat penyambungan dan persetujuan Listrik/Energi. Tidak Ada Penangguhan soal Lingkungan. JANGAN TUNGGU, LAKUKAN SEKARANG!

Secara terpsah Donald Trump juga membanggakan negara-negara yang 'menjilat pantatnya' untuk menegosiasikan tarif selama jamuan makan malam Partai Republik pada hari Selasa.

"Kami akan melakukan yang jauh lebih baik dari itu kali ini, karena kali ini saya melakukan apa yang ingin saya lakukan berkenaan dengan tarif," ujarnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trump: Israel akan Pimpin Serangan ke Iran Jika Negosiasi Nuklir Gagal

 

Perundingan program nuklir Iran akan dimulai di Oman pada Sabtu (12/4/2025). Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (9/4/2025) menyebut opsi militer tetap ada jika kesepakatan gagal diraih dan Israel akan memimpin serangan terhadap Iran.

"Bersama Iran, jika dibutuhkan aksi militer, kita akan menggunakan aksi militer," kata Trump dikutip Ynet.

"Dan Israel jelas akan sangat terlibat (dan) akan menjadi pemimpinnya," kata Trump menambahkan.

Pernyataan itu dilontarkan Trump setelah sebelumnya pada Senin (7/4/2025), Trump mengeklaim pembicaraan langsung antara AS dan Iran akan mulai digelar pada Sabtu. Ia pun berharap kesepakatan akan dicapai dalam perundingan itu.

"Kami akan menggelar pembicaraan secara langsung dengan Iran. Sudah dimulai, dan akan dilaksanakan pada Sabtu," kata Trump saat konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.

Trump tidak memberikan detail terkait perundingan pada Sabtu, namun menggambarkan pertemuan itu sebagai "sebuah pertemuan besar".

Pada Selasa (8/4/2025), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengingatkan potensi bahaya dari kesepakatan nuklir dengan Iran. Ia menegaskan, bersama Trump, Israel sepakat bahwa Iran tidak boleh memiliki bom nuklir.

"Kami setuju bahwa Iran tidak boleh punya senjata nuklir. Ini bisa diselesaikan lewat perjanjian, tapi hanya lewat perjanjian ala-Libya: Mereka meledakkan sendiri instalasi (nuklir), melucuti semua insfrastruktur di bawah pengawasan Amerika, ini akan bagus," kata Netanyahu dikutip Jewish News Syndicate.

"Kemungkinan kedua, mereka menghambat pembicaraa, dan di sanalah opsi militer diambil. Semua memahami ini. Kami membahas (opsi militer) panjang hal ini," Netanyahu menambahkan.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi pada Selasa mengonfirmasi negosiasi soal program nuklir bersama AS. Namun ia membantah bahwa perundingan itu bersifat langsung.

"Iran dan Amerika Serikat akan bertemu di Oman pada Sabtu untuk pembicaraan tidak langsung tingkat tinggi," kata Araghchi lewat unggahan di X.

Senator Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Lindsey Graham mengklaim bahwa Iran saat ini memiliki stok uranium untuk membuat enam bom nuklir. Namun, Graham tidak menyertakan bukti atau sumber informasi atas klaimnya itu.

"Mereka memiliki cukup uranium untuk membuat enam bom nuklir," kata Graham kepada Fox News dalam sebuah wawancara.

"Mereka akan menggunakannya. Iran sangat dekat dengan pembuatan enam bom nuklir. Mereka akan membunuh Israel. Mereka akan menyerang kita," kata Graham menambahkan.

Sebelumnya, Komando Pusat AS, Jenderal Michael Kurilla pada 7 Maret lalu mengatakan, bahwa Teheran belum membuat keputusan untuk membuat bom nulir. Pernyataan Kurila sejalan dengan keterangan Presiden Iran Masoud Pezeshkian kepada NBC News pada pertengahan Januari bahwa Teheran tidak mengejar tujuan membuat bom atom.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Prancis Siap Akui Negara Palestina pada Juni, Macron: Kita Perlu Membuat Pengakuan

 

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Rabu (9/4/2025) mengatakan negaranya kemungkinan akan mengakui Palestina sebagai negara ketika konferensi internasional digelar di Arab Saudi pada Juni. Saat ini, 140 lebih negara dari 193 anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengakui negara Palestina.

"Kita perlu membuat pengakuan... Tujuan kita adalah menjadi ketua bersama dalam sebuah konferensi dengan Arab Saudi pada Juni, di mana kita bisa menyelesaikan pengakuan ini," kata Macron kepada stasiun televisi France 5.

Majelis Umum PBB pada 1947 melakukan pemungutan suara untuk membagi wilayah Palestina negara Arab dan negara Yahudi, sedangkan Yerusalem berada di bawah pengelolaan internasional khusus. Pembagian wilayah itu rencananya dilaksanakan pada Mei 1948, ketika mandat Inggris atas Palestina berakhir, tetapi yang terbentuk hanya negara Yahudi bernama Israel.

AU Israel Guncang, 970 Tentara Membangkang Tolak Perang

 

Komandan Angkatan Udara Israel pada hari Rabu mengancam akan mengusir sekitar 970 personel – termasuk pilot, perwira dan tentara. Hampir seribu perwira dan tentara itu baru saja menandatangani surat menolak melanjutkan perang di Gaza.

Harian Israel Haaretz melaporkan bahwa “sekitar 970 awak pesawat, beberapa di antaranya bertugas sebagai cadangan aktif, menandatangani surat yang menentang perang namun tidak menyerukan penolakan untuk bertugas.”

Dalam beberapa hari terakhir, para pemimpin senior Angkatan Udara melakukan panggilan telepon pribadi kepada pasukan cadangan yang mendukung pesan tersebut, mendesak mereka untuk mencabut dukungan mereka, kata outlet tersebut.

Para komandan memberi tahu pasukan cadangan bahwa mereka akan dipecat jika menolak mematuhinya, menurut Haaretz. Menyusul ancaman tersebut, hanya 25 penandatangan yang mencabut namanya, sementara delapan lainnya meminta untuk menambahkan tanda tangan.

Para penandatangan surat tersebut, termasuk perwira senior dan pilot Angkatan Udara, berpendapat bahwa “pertempuran di Gaza demi kepentingan politik, bukan kepentingan keamanan.”

Anggota oposisi Israel telah lama berpendapat bahwa perang di Gaza dimaksudkan untuk memungkinkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap menjabat dan tidak ada hubungannya dengan keamanan Israel.

Beberapa hari sebelumnya, Komandan Angkatan Udara Mayjen Tomer Bar bertemu dengan beberapa pihak penting yang menandatangani perjanjian tersebut. Selama pertemuan tersebut, petugas cadangan dengan tajam mengkritik keputusan Bar yang mengancam semua penandatangan dengan pemecatan, dan menyebutnya sebagai tindakan yang melampaui batas hukum dan etika yang melanggar hak anggota cadangan untuk mengekspresikan pandangan politik, menurut Haaretz.

Bar menjawab bahwa masalah ini bukanlah hukuman, dengan mengatakan, “Mereka yang menandatangani sebuah teks yang mengklaim dimulainya kembali perang terutama bersifat politis dan merugikan prospek pembebasan sandera tidak dapat memenuhi tugas cadangan mereka.”

Dia menganggap penandatanganan surat itu pada masa perang “tidak sah,” menurut outlet tersebut. Bar juga memperkirakan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera akan segera ditandatangani.

Sebelumnya, militer Israel memecat dua tentara cadangan pada tanggal 19 Maret, satu dari intelijen, satu lagi dari Angkatan Udara, karena menolak bergabung dalam perang Gaza setelah pertempuran dilanjutkan. Ada yang menyebut menteri-menteri pemerintah dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai “pengkhianat busuk,” tulis surat kabar itu.

Tentara Israel kembali melakukan serangan mematikan di Gaza pada tanggal 18 Maret dan sejak itu telah menewaskan hampir 1.500 korban, melukai 3.700 lainnya, dan menghancurkan perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan di wilayah kantong tersebut yang ditandatangani pada bulan Januari.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pekan lalu bersumpah untuk meningkatkan serangan terhadap Gaza ketika upaya sedang dilakukan untuk melaksanakan rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut. Lebih dari 50.800 warga Palestina telah terbunuh di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional karena agresi di Jalur Gaza.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PM Pakistan Prihatin Kekuatan Dunia Diam Atas Aksi Genosida Israel di Gaza

 

Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, pada Rabu (9/4/2025) menyatakan prihatin atas sikap diam kekuatan-kekuatan global terhadap perang genosida yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza. Sharif mengecam gelombang serangan bom terbaru di wilayah yang terkepung itu, sekaligus menegaskan kembali dukungan penuh Pakistan terhadap perjuangan rakyat Palestina yang dinilainya sebagai perjuangan yang “adil.”

Ia juga mengumumkan rencana untuk menyuarakan kecaman terhadap kekejaman Israel di “setiap forum internasional” tanpa terkecuali. Pernyataan tersebut disampaikan Sharif saat menerima kunjungan delegasi Jamat-e-Islami (JI), partai politik berbasis agama yang berpengaruh di Pakistan, di Kantor Perdana Menteri, menurut keterangan resmi pemerintah.

Ketua JI, Hafiz Naeem-ur-Rahman, telah mengumumkan aksi protes nasional menentang agresi Israel, termasuk rencana "Gaza Million March" di kota pelabuhan Karachi serta unjuk rasa di sekitar konsulat AS di berbagai wilayah pada 13 April mendatang.

Israel kembali melancarkan serangan besar-besaran di Gaza sejak 18 Maret, yang telah menewaskan hampir 1.400 orang dan melukai lebih dari 3.600 lainnya. Serangan itu juga menghancurkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang telah ditandatangani pada Januari lalu.

Pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu pekan lalu menyatakan akan meningkatkan serangan ke Gaza. Hal ini sejalan dengan upaya implementasi rencana Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan warga Palestina dari wilayah tersebut.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 50.800 warga Palestina – sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak – telah tewas akibat gempuran brutal Israel di Jalur Gaza.

Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada November lalu telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga sedang menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang yang dilancarkannya di wilayah Gaza.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pelapor PBB: Israel tak akan Berhenti di Gaza, Ingin Caplok Wilayah Negara Lain

 

Pelapor Khusus PBB untuk urusan Palestina Francesca Albanese memperingatkan akan berlanjutnya brutal Israel terhadap rakyat Palestina dan juga negara lain. Aksi ini akan terus berlanjut jika tidak ada tindakan nyata dari komunitas internasional. Israel, kata dia, juga akan memperluas wilayah jajahannya ke negara lain di Timur Tengah.

Ia menegaskan, tak banyak waktu tersisa untuk menyelamatkan rakyat Palestina. Hal itu disampaikan Albanese dalam sebuah acara dua hari tentang Palestina di Pantin, pinggiran kota Paris, pada 5–6 April lalu.

Albanese mengatakan kepada kantor berita Anadolu bahwa Israel tidak pernah benar-benar menghormati gencatan senjata sejak dimulai pada Januari.

“Israel tidak berniat menghentikan aksinya karena sejumlah alasan,” ujar Albanese. “(Pemimpin otoritas Israel Benjamin) Netanyahu akan menjadi target proses hukum jika ia menghentikan perang terhadap Palestina.”

“Barangkali Anda memperhatikan bahwa Netanyahu dijadwalkan hadir di pengadilan sehari setelah ia memerintahkan serangan baru ke Gaza. Jadi, pertanyaannya: apakah itu berkaitan? Mungkin saja,” tambahnya.

Albanese juga mengungkapkan Netanyahu menghadapi tekanan hukum baik di tingkat nasional maupun internasional. Namun, ia menyatakan pesimismenya terhadap proses hukum yang adil, baik dari sistem peradilan nasional Israel maupun pengadilan internasional.

“Saya kira saya tak lagi memiliki harapan pada keadilan, baik di tingkat nasional Israel maupun internasional. Semua tampak justru semakin siap menggelar karpet merah untuknya,” ujarnya.

Albanese menyebut para pemukim ideologis di pemerintahan Israel berambisi untuk mencaplok Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.

“Mereka memanfaatkan momen bersejarah ini — lemahnya Eropa dan agresivitas Amerika Serikat — sebagai peluang untuk memperluas penaklukan, bukan hanya di Palestina, tetapi juga di kawasan Timur Tengah,” jelasnya.

“Serangan juga masih berlangsung terhadap Lebanon dan Suriah. Akan naif jika mengira Israel akan berhenti di sini.”

Ia juga menanggapi upaya kelompok pro-Israel yang ingin mengakhiri mandatnya sebagai pelapor khusus PBB. “Itu pekerjaan mereka. Mereka dibayar untuk itu,” ujarnya tegas.

Hukum internasional menentukan

Albanese menegaskan bahwa menghentikan tindakan Israel dapat dilakukan berdasarkan kerangka hukum internasional. “Hukum internasional memberi tahu kita apa yang harus dilakukan: akhiri pendudukan, akhiri genosida, akhiri apartheid,” tegasnya.

Namun, ia menambahkan bahwa instrumen penting lainnya yang diperlukan adalah kemauan politik dari negara-negara, yang menurutnya hingga kini belum ada.

Ia menyatakan bahwa genosida di Gaza terus meningkat demi memenuhi rencana pembersihan etnis terhadap Palestina.

“Sudah jelas bahwa Israel menginginkan wilayah dari Laut Tengah hingga Sungai Yordan untuk mendirikan kedaulatan eksklusif bagi rakyat Yahudi — dan mereka secara terbuka menyatakannya,” ungkap Albanese.

Ia juga menyebut bahwa rakyat Palestina masih harus menanggung akibat dari antisemitisme Eropa sekitar satu abad silam.

Militer Israel kembali melancarkan serangan mematikan ke Gaza pada 18 Maret, yang telah merenggut nyawa hampir 1.400 orang dan melukai lebih dari 3.400 lainnya.

Serangan ini juga menghancurkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang disepakati pada Januari.

Pekan lalu, Netanyahu berjanji akan meningkatkan serangan di Gaza, seiring dengan upaya pelaksanaan rencana Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan warga Palestina dari wilayah tersebut.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 50.700 warga Palestina telah terbunuh akibat agresi brutal Israel di Gaza. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga sedang menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di wilayah Gaza.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post