News Forex, Index & Komoditi ( Selasa, 15 April 2025 )
Harga emas dunia menguat tipis pada perdagangan Selasa (16/4), didorong oleh ketidakpastian pasar terhadap rencana tarif baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan potensi dampaknya terhadap perekonomian global.
Melansir Reuters, harga emas spot naik 0,1% ke level US$ 3.211,49 per ons troi pada 0000 GMT (07.00 WIB). Sehari sebelumnya, logam mulia ini sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 3.245,42 per ons troi.
Kontrak emas berjangka AS juga naik 0,1% menjadi US$ 3.227,90.
Kenaikan ini terjadi seiring langkah pemerintahan Trump yang terus melanjutkan investigasi terhadap impor farmasi dan semikonduktor.
Pemerintah AS berencana mengenakan tarif atas kedua sektor tersebut dengan alasan ketergantungan terhadap produksi asing menjadi ancaman bagi keamanan nasional.
Trump menyatakan bahwa besaran tarif atas semikonduktor impor akan diumumkan dalam sepekan ke depan, membuat pelaku pasar tetap dalam posisi hati-hati.
Emas, yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding), kerap menjadi aset lindung nilai terhadap ketidakpastian global dan inflasi. Logam ini juga cenderung menguat saat suku bunga rendah.
Ekspektasi inflasi jangka pendek di AS pada bulan Maret tercatat berada di level tertinggi sejak akhir 2023.
Para pelaku pasar memperkirakan adanya penurunan suku bunga sekitar 86 basis poin hingga akhir 2025.
Sementara itu, aliran investasi ke reksa dana emas yang didukung fisik (gold ETF) di China sepanjang April sudah melampaui total kuartal pertama tahun ini dan mengungguli arus masuk dana serupa di AS, menurut data World Gold Council.
Untuk logam mulia lainnya, harga perak turun 0,3% ke US$ 32,26 per ons troi, platinum melemah 0,3% ke US$ 948,60, dan paladium terkoreksi 0,6% ke US$ 950,25.
Harga Minyak Dunia Naik Tipis, Didukung Pengecualian Tarif AS dan Impor Minyak Mentah China
Harga minyak dunia ditutup menguat tipis pada perdagangan Senin (14/4), didorong oleh kebijakan pengecualian tarif impor Amerika Serikat untuk sejumlah barang elektronik serta lonjakan impor minyak mentah China pada bulan Maret.
Namun, kekhawatiran pasar terhadap prospek pertumbuhan global akibat perang dagang membatasi kenaikan harga lebih lanjut.
Melansir Reuters, harga minyak Brent naik 12 sen atau 0,2% menjadi US$ 64,88 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) AS naik 3 sen ke level US$ 61,53 per barel.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada Jumat malam bahwa ponsel pintar, komputer, dan beberapa barang elektronik lainnya asal China akan dibebaskan dari tarif impor baru.
Kebijakan ini dinilai memberi kelegaan jangka pendek bagi pelaku pasar, meski ketidakpastian masih tinggi akibat pernyataan Trump yang menyebut akan menetapkan tarif baru untuk semikonduktor dalam pekan ini.
Di sisi lain, data terbaru menunjukkan impor minyak mentah China melonjak hampir 5% secara tahunan pada Maret.
Kenaikan ini ditopang oleh peningkatan pasokan dari Iran dan pulihnya pengiriman minyak dari Rusia.
Meski demikian, baik Brent maupun WTI telah kehilangan sekitar US$ 10 per barel sejak awal April. Prospek harga juga tertekan oleh eskalasi tensi dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, yang dikhawatirkan akan menekan permintaan energi global.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam laporan bulanannya memangkas proyeksi permintaan minyak global tahun 2025 menjadi hanya 1,3 juta barel per hari, atau turun 150.000 barel dari estimasi sebelumnya. Tarif perdagangan menjadi salah satu alasan revisi tersebut.
“Pemangkasan proyeksi permintaan oleh OPEC semakin menegaskan betapa besarnya dampak ketidakpastian akibat tarif dan perang dagang terhadap outlook pasar energi,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital.
Goldman Sachs memperkirakan harga rata-rata Brent sepanjang sisa tahun ini di US$ 63 per barel, dan WTI di US$ 59. Tahun depan, harga diproyeksi lebih rendah dengan Brent di US$ 58 dan WTI US$ 55.
Mereka juga memprediksi pertumbuhan permintaan minyak global pada kuartal IV 2025 hanya naik 300.000 barel per hari dibanding tahun lalu.
Sementara UBS memangkas proyeksi Brent sebesar US$ 12 menjadi US$ 68 per barel dan memperkirakan WTI berada di level US$ 64. JPMorgan turut menurunkan outlook harga, mengacu pada produksi OPEC+ yang tinggi dan permintaan yang melemah.
Pasar berjangka Brent kini memasuki kondisi contango, di mana harga kontrak pengiriman Desember 2025 lebih rendah daripada Desember 2026.
Ini mencerminkan ekspektasi pasar akan kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan dalam jangka pendek, menurut BMI, anak usaha Fitch Solutions.
Dari sisi geopolitik, Menteri Energi AS Chris Wright menyatakan bahwa Washington dapat menghentikan ekspor minyak Iran sebagai bagian dari strategi menekan Teheran terkait program nuklirnya.
Namun, ketegangan sedikit mereda setelah AS dan Iran menggelar pembicaraan "positif dan konstruktif" di Oman, dan dijadwalkan melanjutkan dialog pekan depan.
Sementara itu, tekanan tambahan datang dari rencana restart terkontrol pipa Keystone oleh South Bow pada Senin, setelah sebelumnya ditutup akibat kebocoran minyak. Jalur ini merupakan salah satu penghubung utama pasokan minyak dari Kanada ke AS.
Wall Street Ditutup Menguat, Apple Cuan Usai Tarif Gadget Dikecualikan
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Senin (14/4), ditopang oleh lonjakan saham Apple setelah pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan pengecualian tarif untuk smartphone dan komputer.
Melansir Reuters, Indeks S&P 500 mendapat dorongan terbesar dari saham Apple yang naik 2,2%.
Sementara Dow Jones Industrial Average naik 0,78% ke 40.524,79, S&P 500 menguat 0,79% ke 5.405,97, dan Nasdaq Composite bertambah 0,64% ke level 16.831,48.
Meski ditutup di zona hijau, ketidakpastian mengenai kebijakan tarif ke depan membatasi penguatan indeks.
Investor tetap khawatir bagaimana perusahaan akan menyesuaikan rantai pasok mereka di tengah kemungkinan perubahan lanjutan pada kebijakan perdagangan AS.
Gedung Putih mengumumkan pengecualian pada Jumat pekan lalu, namun Presiden Trump menegaskan bahwa tarif baru untuk semikonduktor impor akan diumumkan dalam waktu dekat.
Saham Teknologi Rebound
Saham-saham teknologi global cenderung menguat setelah kabar pengecualian tarif, terutama emiten yang bergantung pada pasokan dari China.
Saham Dell Technologies naik 4%, sementara HP menguat 2,5%. Namun, indeks semikonduktor hanya naik 0,3% dan saham Nvidia justru terkoreksi 0,2%.
Perdagangan hari Senin berlangsung volatil, mencerminkan kekhawatiran pasar sejak pengumuman tarif besar-besaran oleh Trump pada 2 April lalu. Investor semakin waspada terhadap potensi resesi akibat eskalasi perang dagang.
“Yang kita hadapi saat ini adalah ketidakpastian yang berkelanjutan, yang membuat konsumen, pelaku usaha, dan investor kesulitan untuk menyusun rencana jangka panjang,” ujar Jed Ellerbroek, Portfolio Manager di Argent Capital Advisors, St. Louis.
Volatilitas Mereda
CBOE Volatility Index (VIX) atau yang dikenal sebagai "indeks ketakutan Wall Street", turun ke level 30,89 — posisi penutupan terendah sejak 3 April.
Namun, analis teknikal mengingatkan bahwa S&P 500 kini berada dalam pola death cross, di mana rata-rata pergerakan 50 hari menembus ke bawah rata-rata 200 hari.
Secara historis, pola ini kerap dikaitkan dengan potensi koreksi jangka panjang, meskipun tidak selalu diikuti dengan penurunan signifikan.
Sejauh ini, S&P 500 masih mencatatkan penurunan sekitar 8% sepanjang tahun 2025.
Meskipun pasar akan tutup pada Jumat untuk libur Good Friday, pekan ini tetap dinilai krusial karena sejumlah perusahaan besar mulai merilis laporan keuangan kuartal I-2025.
Goldman Sachs menjadi salah satu yang mencuri perhatian setelah melaporkan lonjakan laba, mendorong sahamnya naik 1,9% pada perdagangan kemarin.
Investor juga menantikan kinerja dari Netflix dan UnitedHealth Group yang dijadwalkan rilis pekan ini.
Sementara itu, saham Pfizer turut menguat 1% setelah perusahaan farmasi itu mengumumkan penghentian pengembangan obat penurun berat badan eksperimentalnya.
“Semua orang tahu bahwa masa depan akan jauh berbeda dari masa lalu, dan manajemen cenderung sangat berhati-hati dalam memberikan panduan jangka panjang,” tambah Ellerbroek.
Ratusan Eks Mossad Sangat Khawatir Atas Masa Depan Negara Israel
Lebih dari 250 mantan anggota lembaga intelijen Israel, Mossad, mengirim surat terbuka berisi kritik kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mengingatkan bahwa mereka tidak "terus tinggal diam". Dilaporkan Intel News, Senin (14/4/2025), surat tersebut diinisiasi oleh mantan pejabat senior Mossad, Gail Shoresh dan negosiator sandera David Meidan.
Surat itu ditandatangani oleh puluhan mantan kepala dan wakil kepala departemen Mossad, termasuk tiga eks direktur yakni Tamir Pardo, Efraim Halevy, dan Danni Yatom. Surat berisi kritik terbuka kepada Netanyahu yang memprioritaskan perang terhadap Hamas daripada nyawa 59 warga Israel yang diyakini masih disandera di Jalur Gaza.
Dalam surat itu mereka meminta pejabat Israel untuk "membuat keputusan berani dan bertindak secara bertanggung jawab demi keamanan negara dan warga negaranya".
Surat itu mengklaim berisi pandangan dari "Mossad dan para veteran, yang bertahun-tahun mendedikasikan diri untuk menjaga keamanan negara".
Mereka mengkritik keras pemerintahan Netanyahu yang menolak bernegosiasi dengan Hamas untuk membebaskan para sandera. Mereka mengingatkan Netanyahu bahwa Mossad dan para veteran "tidak akan berdiam diri" lebih lama.
Mereka juga mengekspresikan "dukungan penuh" terhadap surat terdahulu yang ditulis oleh para pilot Angkata Udara Israel, yang di antaranya kemudian dicopot dari tugas mereka karena mengkritisi pemerintah. Surat dari eks anggota Mossad juga berisi "kekhawatiran mendalam atas masa depan negara" dan meminta Netanyahu "untuk bertindak segara untuk mencapai kesepakatan membebaskan 59 sandera, tanpa penundaan, meski harus dibayar dengan gencatan senjata".
Pengamat: Seperti Uni Soviet Dulu, Israel Sedang Menuju Kehancuran
Siapapun yang mengkritik agresi militer Israel, tak akan digubris. Mereka lantang menggemakan pemikirannya, tapi Netanyahu dengan negara zionis yang dipimpinnya tak bergeming. Dar der dor duar, terus saja membombardir Gaza, Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah.
Bukan fasilitas militer dan prajurit yang terbunuh, tapi wanita dan anak-anak. IDF Israel praktis menjadi pasukan yang mengabaikan segala norma hanya untuk ambisi seorang Netanyahu yang berkepentingan mempertahankan kekuasaannya dan citranya di mata Knesset.
Dua dekade lalu, antropolog Rusia- Amerika Alexei Yurchak menciptakan istilah “hipernormalisasi” untuk menggambarkan realitas Uni Soviet yang mengabaikan norma dan konsensus publik, jauh dari nalar masyarakat luas.
Pada era itu, baik warga negara maupun pejabat mengetahui bahwa sistem Soviet tidak berfungsi dan tidak lagi mencerminkan kenyataan - namun semua orang terus melanjutkan seolah-olah tidak ada yang salah.
Hanya sedikit yang dapat membayangkan bahwa Tembok Berlin akan runtuh, atau bahwa Uni Soviet yang perkasa akan terpecah menjadi 15 negara merdeka , dengan Rusia bergantung pada impor gandum AS pada tahun 1990-an.
Kalau dipikir-pikir kembali, mudah untuk mengidentifikasi bagian-bagian yang rusak dari sistem itu dan memahami betapa sureal dan tak berkelanjutannya - apa yang Yurchak bingkai sebagai hipernormalisasi - sistem itu sebenarnya.
Sekarang, pertimbangkan ini: 15 petugas medis dan petugas penyelamat baru-baru ini dieksekusi oleh tentara Israel di Gaza, dan setelah salah satu dari mereka menangkap momen tersebut dalam video - membantah narasi resmi tentara Israel - dunia bertanya-tanya.
Namun, di Israel, kisah itu nyaris tak menimbulkan gejolak. Tidak ada perhitungan publik, tidak ada introspeksi moral - kecuali dari keluarga sandera, yang terus memperjuangkan orang-orang yang mereka cintai tanpa mengakui penderitaan dahsyat yang menimpa dua juta warga Palestina di Gaza atas nama mereka.
Fakta bahwa petugas penyelamat dieksekusi dengan cara yang mengingatkan pada film-film distopia - tanpa pembenaran apa pun - sementara masyarakat Israel terus bersikap seolah-olah kejadian itu terjadi di planet lain sungguh mengejutkan.
Tidak ada satu pun politikus Israel yang mengajukan pertanyaan atau mengkritik insiden tersebut. Di tengah kegilaan ini, masyarakat Israel tampaknya berada dalam keadaan disonansi kognitif, terpisah dari realitas itu sendiri.
Lembaga PBB dipaksa angkat kaki
Akhir tahun lalu, cabang Amnesty International di Israel menolak menerima laporan organisasi itu sendiri tentang genosida di Gaza . Padahal, Amnesty Israel - yang kemudian dibekukan oleh organisasi internasional itu - memiliki paparan paling langsung terhadap kengerian di Gaza dan wacana publik yang melegitimasinya.
Perang Israel telah menewaskan lebih dari 50.800 orang di Gaza dan menyebabkan kelaparan yang meluas. Penerimaan masyarakat Israel yang berlebihan terhadap kekerasan ini terjadi ketika negara itu semakin terjerumus ke dalam absurditas, dengan perdana menterinya yang membongkar lembaga-lembaga negara.
Selama kunjungannya baru-baru ini ke Hungaria, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dianugerahi gelar doktor kehormatan dari Universitas Layanan Publik di Budapest. Rupanya, mengatur genosida dan menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional membuat seseorang memenuhi syarat untuk mendapatkan penghargaan akademis.
Yang lebih mengejutkan lagi, ketika bertugas di sebuah lembaga yang dimaksudkan untuk melatih pegawai negeri, Netanyahu menyerang pegawai negeri itu sendiri
Tiga lembaga paling sentral di Israel: militer, polisi, dan Mahkamah Agung. Militer sedang mengalami pergolakan , dengan sejumlah besar komandan mengundurkan diri atau diberhentikan setelah kegagalan pada 7 Oktober 2023. Layanan kepolisian menjadi kacau di bawah pengaruh Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben Gvir, dengan Shin Bet menyelidiki dugaan “infiltrasi oleh Kahanist”.
Mahkamah Agung, yang sering dituduh mempromosikan agenda kiri atau liberal, pada kenyataannya, lebih peduli dengan perlindungan Israel di mata internasional. Bahkan ketika dihadapkan dengan isu-isu inti identitas - seperti undang-undang negara-bangsa yang kontroversial , yang mengukuhkan superioritas Yahudi atas warga Palestina - pengadilan memberikan validasi hukum penuh. Ini adalah pengadilan yang sama yang melegitimasi perampasan tanah oleh pemukim di Tepi Barat yang diduduki.
Tidak seperti di negara demokrasi normal, tokoh keamanan Israel tidak hanya dikagumi; mereka juga disalurkan secara profesional ke dunia politik. Dari Moshe Dayan hingga Yitzhak Rabin, Ariel Sharon, Shaul Mofaz, Benny Gantz dan banyak lainnya, kredensial keamanan merupakan jalur langsung menuju kekuasaan.
Sementara itu, Netanyahu menentang kontrol birokrasi, istri dan putranya dituduh mencampuri penunjukan pejabat senior negara, meskipun tidak memiliki kewenangan hukum. Keduanya telah menjadi tokoh yang memecah belah - diidolakan oleh sebagian penduduk dan dibenci oleh sebagian lainnya.
Di luar carut marut dalam negeri Israel, Netanyahu terus mengejar ambisi ekspansinya yang membahayakan stabilitas kawasan. Sekembalinya dari kunjungan baru-baru ini ke Gedung Putih, ia dilaporkan mendesak Washington untuk mempertimbangkan serangan terhadap Iran jika kondisi tertentu dalam negosiasi AS-Iran tidak terpenuhi. Pada saat yang sama, ia mendorong fragmentasi di Suriah dengan cara yang menguntungkan kepentingan strategis Israel - seolah-olah warga Suriah tidak memiliki suara atas masa depan mereka sendiri.
Netanyahu terus berbicara tentang rencana pemindahan Gaza , bahkan ketika dunia Arab dan masyarakat internasional menolak gagasan itu sebagai ancaman berbahaya bagi stabilitas global.
Namun, di sepanjang jalan raya Israel, Anda masih akan menemukan papan iklan raksasa Presiden AS Donald Trump dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dengan slogan: "Israel siap untuk normalisasi dengan Arab Saudi."
Bertentangan dengan apa yang Netanyahu dan banyak orang Israel ingin percayai, Israel tidak dapat menjadi penguasa regional. Ini bukan karena Israel tidak memiliki kekuatan militer; sebaliknya, dengan dukungan AS dan Barat yang lebih luas, Israel memiliki kekuatan yang cukup besar. Negara zionis ini lebih memilih kekuatan keras seperti perang dan pengerahan militer, tidak dengan diplomasi.
Pengamat timur tengah Abed Abou Shhadeh dalam sebuah tulisannya menjelaskan, kekuatan nuklir di seluruh dunia menyeimbangkan kekuatan keras dengan kekuatan lunak, menyadari sepenuhnya bahwa tank dan sanksi tidak dapat mengendalikan segalanya. Budaya, perubahan sosial, iklim, manusia - semua ini juga membentuk urusan global.
Selain itu, demografi dan geografi tidak memihak Israel: jutaan rakyat Suriah, Lebanon , dan Palestina, yang ingin dikuasainya. Ketergantungan Israel pada kekuatan saja sudah menunjukkan tanda-tanda kehancuran. Ketegangan politik di antara berbagai kelompok Israel - terutama seputar masalah sandera - mulai memengaruhi tentara itu sendiri, dengan tentara cadangan mengalami kelelahan yang meluas . Efek psikologis jangka panjang dari perang terhadap tentara adalah nyata, dan harga sosialnya baru mulai terlihat.
Tidak ada yang normal tentang apa yang terjadi di Israel saat ini. Gagasan bahwa kegilaan ini dapat terus berlanjut tanpa batas waktu bukan hanya tidak masuk akal; tetapi juga berbahaya.
Petualangan regional Netanyahu yang gegabah tidak hanya mengganggu stabilitas Timur Tengah - tetapi juga menghancurkan masyarakat Israel sendiri. Negara zionis yang diimpikan Theodore Herzl dan para pendirinya kini sedang menuju kehancurannya.
Seribu prajurit Israel minta setop perang
Sekelompok 1.000 anggota dan mantan personel cadangan Angkatan Udara Israel pada Kamis (10/4) menyerukan pembebasan semua sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, “meskipun hal itu berarti harus mengakhiri perang” melawan kelompok Palestina, Hamas.
“Kelanjutan perang tidak lagi mendorong tercapainya tujuan-tujuan yang telah diumumkan dan justru akan menyebabkan kematian para sandera, tentara IDF (militer), dan warga sipil tak bersalah,” bunyi surat terbuka yang dipublikasikan oleh para mantan personel cadangan tersebut di sejumlah media Israel.
Surat itu menyerukan “pemulangan segera” para sandera Israel dari Gaza, dan menyatakan bahwa perang yang sedang berlangsung kini hanya melayani “kepentingan politik dan pribadi.”
“Hanya melalui kesepakatan para sandera dapat dipulangkan dengan aman, sementara tekanan militer justru memperbesar risiko kematian sandera dan membahayakan keselamatan tentara kita,” tulis mereka, sambil menyerukan warga Israel untuk “bergerak dan mengambil tindakan.”
Mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Dan Halutz, termasuk salah satu penandatangan surat tersebut.
Pemimpin otoritas Israel, Benjamin Netanyahu, mengecam para penandatangan surat itu.
“Mereka adalah kelompok ekstremis pinggiran yang kembali mencoba memecah belah masyarakat Israel dari dalam,” kata Netanyahu dalam pernyataannya.
Ia menuduh mereka memiliki satu tujuan, yaitu “menjatuhkan pemerintahan. Mereka tidak mewakili tentara maupun rakyat.”
Kepala pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa surat tersebut merusak “legitimasi” perang di Gaza, dan mendesak pimpinan militer serta angkatan udara untuk menangani isu ini “dengan cara yang paling tepat.”
Menurut harian Haaretz, Kepala Angkatan Udara Israel memutuskan untuk memberhentikan para cadangan aktif yang menandatangani surat tersebut, namun tidak menyebutkan jumlahnya.
Sementara itu, hampir 150 perwira Angkatan Laut Israel menandatangani petisi yang mendesak pemerintahan Netanyahu untuk menghentikan perang di Gaza dan memastikan pembebasan para sandera yang masih ditahan di sana, sebagaimana dilaporkan oleh harian Yedioth Ahronoth.
Kanal berita Channel 12 melaporkan bahwa ratusan prajurit yang pernah bertugas dan masih aktif dalam cadangan di Korps Lapis Baja dan Angkatan Laut turut bergabung dalam protes yang dipelopori Angkatan Udara, serta mengirim dua surat tambahan yang menuntut diakhirinya perang di Gaza dan pemulangan para sandera.
Tak lama kemudian, stasiun televisi tersebut melaporkan bahwa puluhan dokter cadangan militer turut mengirim petisi kepada pemerintah, menuntut diakhirinya perang di Gaza -- sebuah indikasi meningkatnya gelombang pembangkangan dari dalam tubuh militer Israel.
Petisi tersebut ditujukan kepada pejabat pertahanan israel, Israel Katz, dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata, Eyal Zamir. Isinya menyatakan: “Kami, para dokter dan tenaga medis cadangan yang bertugas di berbagai unit militer Israel, menuntut pemulangan segera para sandera dan penghentian perang di Jalur Gaza,” seperti dikutip kanal tersebut.
“Pada 7 Oktober 2023, kami menjawab panggilan untuk membela Israel, namun setelah lebih dari 550 hari pertempuran -- yang telah membawa dampak besar bagi negara ini -- kami dengan berat hati merasa bahwa kelanjutan perang kini lebih melayani kepentingan politik dan pribadi, bukan tujuan keamanan yang jelas,” lanjut mereka.
Israel memperkirakan masih ada 59 sandera yang ditahan di Gaza, setidaknya 22 di antaranya dipastikan masih hidup. Mereka seharusnya dibebaskan pada fase kedua kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan, yang mensyaratkan Israel untuk menarik seluruh pasukannya dari Gaza dan mengakhiri perang secara permanen.
Namun, Israel kembali melanjutkan serangan dan melanggar kesepakatan gencatan senjata pada Januari. Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel telah menewaskan lebih dari 50.800 warga Palestina di Gaza dan meratakan wilayah kantong tersebut menjadi puing-puing.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas agresinya di wilayah tersebut.
Perdana Menteri Jepang Peringatkan Tarif AS Berpotensi Ganggu Tatanan Ekonomi Global
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengatakan bahwa tarif AS berpotensi mengganggu tatanan ekonomi global. Ishiba merilis peringatan terkuatnya hingga saat ini tentang kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh keputusan Presiden Donald Trump terhadap ekonomi dunia.
Namun, ia menekankan bahwa Jepang akan mencari titik temu dengan Amerika Serikat tentang bagaimana kedua negara dapat bekerja sama dalam berbagai isu, mulai dari perdagangan hingga keamanan nasional.
"Dalam bernegosiasi dengan Amerika Serikat, kita perlu memahami apa yang melatarbelakangi argumen Trump, baik dari segi logika maupun unsur emosional di balik pandangannya," kata Ishiba kepada parlemen seperti dikutip Reuters, Senin (14/4).
"Saya sepenuhnya menyadari bahwa apa yang telah terjadi sejauh ini berpotensi mengganggu tatanan ekonomi global," katanya.
Ishiba juga mengatakan bahwa pemerintah tidak berpikir untuk mengeluarkan anggaran tambahan sekarang, tetapi siap bertindak tepat waktu untuk meredam dampak ekonomi dari tarif AS.
Pernyataan tersebut disampaikan menjelang dimulainya pembicaraan perdagangan bilateral pada hari Kamis yang diharapkan akan mencakup berbagai tema, mulai dari tarif dan hambatan nontarif hingga nilai tukar.
Dalam pernyataan terbaru tentang tarif, Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa ia akan mengumumkan tarif impor semikonduktor selama minggu depan.
Menteri Ekonomi Ryosei Akazawa, negosiator utama Jepang dalam pembicaraan perdagangan dengan Amerika Serikat, mengatakan setiap pembahasan tentang nilai tukar mata uang akan dilakukan antara Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent.
"Kedua negara memiliki pandangan yang sama bahwa volatilitas pasar yang berlebihan akan berdampak buruk pada ekonomi," kata Kato dalam sidang parlemen yang sama.
Trump Ancam Investigasi Keamanan Nasional atas Chip China, Isyaratkan Tarif Baru
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu (13/4) menyampaikan bahwa pemerintahannya akan melakukan investigasi keamanan nasional terhadap sektor semikonduktor dan rantai pasok elektronik dari China.
Hal ini mengindikasikan gelombang tarif baru yang akan segera diberlakukan, termasuk pada produk-produk seperti chip, smartphone, dan komputer.
“Produk-produk elektronik itu hanya dipindahkan ke 'keranjang tarif' yang berbeda,” tulis Trump dalam unggahan di media sosial.
“Kami tengah mengkaji semikonduktor dan SELURUH RANTAI PASOK ELEKTRONIK dalam Investigasi Tarif Keamanan Nasional mendatang.”
Sebelumnya, pada Jumat (11/4), Gedung Putih mengumumkan pengecualian sementara untuk smartphone dan komputer dari tarif timbal balik atas impor China.
Namun, dalam pernyataan terbarunya, Trump menegaskan bahwa pengecualian tersebut hanya bersifat sementara.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick juga mengatakan bahwa produk teknologi penting dari China, termasuk semikonduktor, akan dikenakan tarif baru dalam dua bulan ke depan.
“Presiden akan menerapkan jenis tarif khusus untuk produk-produk elektronik seperti smartphone dan komputer, serta sektor semikonduktor dan farmasi,” ujarnya dalam wawancara di program This Week milik ABC.
Ia menambahkan bahwa tarif ini berada di luar skema “tarif timbal balik” yang sebelumnya sudah membuat bea masuk atas produk China melonjak hingga 125%.
“Ini menyangkut isu keamanan nasional. Produk-produk ini harus diproduksi di Amerika,” tegas Lutnick.
Sebagai respons, China telah meningkatkan tarif balasan atas produk impor AS hingga 125%.
Kementerian Perdagangan China menyatakan masih mengevaluasi dampak pengecualian tarif terhadap produk teknologi yang diumumkan AS pada Jumat malam.
Mengomentari situasi ini, investor miliarder Bill Ackman menyerukan agar Trump menunda penerapan tarif timbal balik atas China selama 90 hari dan memangkas bea menjadi 10% sementara waktu.
“Langkah ini tetap bisa mendorong relokasi rantai pasok dari China tanpa menyebabkan disrupsi ekonomi yang besar,” tulisnya di platform X.
Namun, berbagai pihak menilai kebijakan tarif Trump berubah-ubah dan menimbulkan ketidakpastian.
Ekspor China Naik 12% pada Maret 2025, Tapi Awan Gelap Perang Dagang Membayangi
Pertumbuhan ekspor China melonjak di bulan Maret, jauh melampaui perkiraan, didorong oleh lonjakan pengiriman sebelum tarif baru dari Amerika Serikat (AS) mulai diberlakukan.
Namun, eskalasi perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu tetap membayangi prospek pertumbuhan Negeri Tirai Bambu.
Ekspor China naik 12,4% secara tahunan pada Maret, jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 4,4% dalam jajak pendapat Reuters. Sebelumnya pada Januari-Februari, ekspor hanya tumbuh 2,3%.
Sebaliknya, impor justru turun 4,3%, lebih buruk dari proyeksi penurunan 2,0% oleh para ekonom, namun lebih baik dari kontraksi tajam 8,4% pada awal tahun.
Gejolak dagang mengguncang pasar keuangan bulan ini setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan lonjakan tarif untuk sejumlah negara pada 2 April.
Meskipun Trump sempat menangguhkan kenaikan bea untuk sekitar selusin negara, ia tetap menaikkan tarif secara signifikan terhadap China—yang dibalas Beijing dengan nada sinis menyebut langkah tersebut sebagai "lelucon".
Washington telah menaikkan tarif atas produk China hingga 145%, sementara Beijing membalas dengan tarif balasan sebesar 125% terhadap produk AS.
Di tengah tekanan ekonomi domestik, ekspor menjadi satu-satunya titik terang bagi China yang kesulitan bangkit secara solid pasca-pandemi COVID-19.
Krisis properti yang berlarut-larut dan tekanan deflasi menambah beban kepercayaan pelaku ekonomi.
Pemerintah China bertekad melawan tarif AS dan melindungi perekonomian dari "guncangan eksternal", dengan ekspektasi pasar bahwa Beijing akan menggulirkan stimulus fiskal dan moneter tambahan dalam beberapa bulan mendatang guna menopang pertumbuhan.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperingatkan bahwa perang dagang antara AS dan China berisiko memangkas arus perdagangan antara keduanya hingga 80%, serta berpotensi menghambat pertumbuhan global secara signifikan.
Dalam laporan terbaru, Goldman Sachs memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun 2025 dari 4,5% menjadi 4%, sementara Citi menurunkan estimasinya menjadi 4,2% dari 4,7%.
Kedua proyeksi itu jauh di bawah target resmi pemerintah China yang menetapkan pertumbuhan "sekitar 5%".
Lonjakan ekspor menjelang pemberlakuan tarif juga terlihat di negara lain. Ekspor Jerman naik lebih dari perkiraan pada Februari, dengan pengiriman ke AS naik 8,5% secara bulanan.
Begitu pula ekspor Korea Selatan, meskipun ekspornya ke China turun 4,1% pada Maret, yang mencerminkan pelemahan permintaan domestik China.
Neraca dagang China pada Maret tercatat surplus sebesar $102,64 miliar, sedikit lebih rendah dari angka Desember sebesar $104,8 miliar.
Namun, surplus ini tetap mendekati level yang dicatatkan tahun lalu, dan kemungkinan besar akan tetap menjadi sorotan Trump mengingat pengurangan defisit perdagangan merupakan prioritas utamanya.
Korsel Melihat Trump akan Memulai Negosiasi Tarif dengan Seoul, Jepang dan India
Penjabat Presiden Korea Selatan Han Duck-soo mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump tampaknya telah mengarahkan pembicaraan tentang tarif dengan Korea Selatan, Jepang, dan India untuk segera dimulai.
Menurut laporan Kantor Berita Yonhap yang dikutip Reuters, Senin (14/4), Han juga mengatakan bahwa ia mengharapkan akan ada pertemuan video antara pejabat AS dan Korea Selatan tentang proyek LNG Alaska yang diusulkan segera.
Penjabat presiden Han selama pertemuan gugus tugas strategi keamanan nasional telah menjelaskan secara rinci sikap Korea Selatan tentang negosiasi tarif kepada Trump dan presiden AS merasa puas.
Ia juga berjanji untuk berbicara langsung dengan Trump lagi jika diperlukan sebagai bagian dari upaya untuk menemukan titik temu dalam kerja sama antara kedua negara mengenai gas alam cair (LNG) dan pembuatan kapal, menurut laporan Yonhap.
Minggu lalu, menteri perdagangan dan industri Korea Selatan mengatakan kerja sama potensial dengan Washington di sektor pembuatan kapal merupakan kartu yang sangat penting dalam negosiasi tarif.
Korea Selatan telah menunjukkan minat pada proyek LNG Alaska, yang merupakan bagian dari upaya Trump untuk meningkatkan ekspor gas AS, tetapi partisipasi apa pun akan bergantung pada diskusi dengan Washington, kata menteri tersebut dan mencatat bahwa proyek tersebut mungkin akan kesulitan untuk mencapai keuntungan.
Kim Hong-kyun, wakil menteri luar negeri pertama Seoul, mengatakan kepada parlemen pada hari Senin bahwa pemerintahan Trump belum mengusulkan pembicaraan untuk merundingkan biaya pertahanan yang terkait dengan pasukan AS yang ditempatkan di negara tersebut.
Namun, Korea Selatan sedang mempersiapkan berbagai skenario, katanya.
Trump mengatakan bahwa ia berbicara dengan Han minggu lalu tentang pembayaran Korea Selatan untuk perlindungan militer AS yang besar, yang menandakan bahwa biaya pertahanan dapat menjadi bagian dari kesepakatan yang lebih luas, tidak hanya tentang tarif dan perdagangan.
Ray Dalio Dukung Negosiasi Tarif AS-China, Serukan Pemangkasan Defisit AS
Pendiri hedge fund terbesar di dunia, Ray Dalio menyerukan agar Amerika Serikat mencapai kesepakatan tarif dengan China.
Ia juga menyarankan agar pemerintahan Presiden Donald Trump menjadikan pemangkasan defisit anggaran menjadi 3% dari PDB sebagai target kebijakan selanjutnya.
“Keputusan Trump untuk mundur dari pendekatan yang lebih buruk dan memilih negosiasi untuk menangani ketidakseimbangan ini adalah langkah yang jauh lebih baik,” ujar Dalio melalui unggahan di platform X (dulu Twitter), merujuk pada keputusan tarif yang diumumkan Trump sebelumnya di hari yang sama, Minggu (13/4).
Dalam sebuah langkah mengejutkan, Presiden Trump pada Rabu mengumumkan bahwa ia akan sementara menurunkan bea masuk tinggi yang baru saja diberlakukan terhadap puluhan negara.
Namun di saat bersamaan, Trump berjanji akan meningkatkan tekanan terhadap China, menandai babak baru dalam strategi perdagangannya.
Dalio, yang mengepalai Bridgewater Associates menyampaikan bahwa AS harus fokus mengelola ketidakseimbangan fiskal dan eksternal dengan strategi jangka panjang yang menghindari eskalasi ketegangan.
Donald Trump akan Umumkan Tarif Impor Semikonduktor Pekan Depan
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu (13/4) mengatakan bahwa dirinya akan mengumumkan besaran tarif atas impor semikonduktor dalam pekan depan.
Ia juga menambahkan bahwa akan ada fleksibilitas bagi sejumlah perusahaan di sektor tersebut.
Pernyataan ini disampaikan Trump kepada para wartawan saat berada di dalam pesawat kepresidenan Air Force One, dalam perjalanan kembali ke Washington dari kediamannya di West Palm Beach, Florida.
Sebelumnya, Trump menyampaikan bahwa pemerintahannya akan melakukan investigasi keamanan nasional terhadap sektor semikonduktor dan rantai pasok elektronik dari China.
Hal ini mengindikasikan gelombang tarif baru yang akan segera diberlakukan, termasuk pada produk-produk seperti chip, smartphone, dan komputer.
“Produk-produk elektronik itu hanya dipindahkan ke 'keranjang tarif' yang berbeda,” tulis Trump dalam unggahan di media sosial.
“Kami tengah mengkaji semikonduktor dan SELURUH RANTAI PASOK ELEKTRONIK dalam Investigasi Tarif Keamanan Nasional mendatang.”
Pada Jumat (11/4), Gedung Putih mengumumkan pengecualian sementara untuk smartphone dan komputer dari tarif timbal balik atas impor China.
Namun, dalam pernyataan terbarunya, Trump menegaskan bahwa pengecualian tersebut hanya bersifat sementara.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick juga mengatakan bahwa produk teknologi penting dari China, termasuk semikonduktor, akan dikenakan tarif baru dalam dua bulan ke depan.
“Presiden akan menerapkan jenis tarif khusus untuk produk-produk elektronik seperti smartphone dan komputer, serta sektor semikonduktor dan farmasi,” ujarnya dalam wawancara di program This Week milik ABC.
Ia menambahkan bahwa tarif ini berada di luar skema “tarif timbal balik” yang sebelumnya sudah membuat bea masuk atas produk China melonjak hingga 125%.
“Ini menyangkut isu keamanan nasional. Produk-produk ini harus diproduksi di Amerika,” tegas Lutnick.
Sebagai respons, China telah meningkatkan tarif balasan atas produk impor AS hingga 125%.
Kementerian Perdagangan China menyatakan masih mengevaluasi dampak pengecualian tarif terhadap produk teknologi yang diumumkan AS pada Jumat malam.
Mengomentari situasi ini, investor miliarder Bill Ackman menyerukan agar Trump menunda penerapan tarif timbal balik atas China selama 90 hari dan memangkas bea menjadi 10% sementara waktu.
“Langkah ini tetap bisa mendorong relokasi rantai pasok dari China tanpa menyebabkan disrupsi ekonomi yang besar,” tulisnya di platform X.
Namun, berbagai pihak menilai kebijakan tarif Trump berubah-ubah dan menimbulkan ketidakpastian.
Perang Tarif Trump Berkobar, Ini Kerugian yang Bakal Dialami Samsung dan Vietnam
Ketika pimpinan Samsung Electronics Jay Y. Lee bertemu dengan perdana menteri Vietnam pada bulan Juli, ia menyampaikan pesan sederhana.
"Keberhasilan Vietnam adalah keberhasilan Samsung, dan pembangunan Vietnam adalah pembangunan Samsung," kata Lee kepada Pham Minh Chinh.
Pada kesempatan itu, dia juga menjanjikan investasi jangka panjang untuk menjadikan negara itu sebagai basis manufaktur terbesar untuk produk display.
Melansir Reuters, sejak konglomerat Korea Selatan itu memasuki Vietnam pada tahun 1989, perusahaan itu telah menggelontorkan miliaran dolar untuk memperluas jejak manufaktur globalnya di luar Tiongkok.
Banyak perusahaan sejenisnya mengikuti jejak tersebut setelah Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif pada barang-barang Tiongkok pada masa jabatan pertamanya.
Langkah perintis ini telah menjadikan Samsung sebagai investor dan eksportir asing terbesar di Vietnam.
Menurut firma riset Counterpoint, sekitar 60% dari 220 juta ponsel yang dijual Samsung setiap tahun secara global dibuat di Vietnam, dan banyak yang ditujukan untuk AS, di mana Samsung merupakan vendor ponsel pintar nomor 2.
Sekarang, ketergantungan pada Vietnam itu mengancam akan menjadi bumerang karena Hanoi tengah berlomba untuk bernegosiasi dengan pemerintahan Trump guna menurunkan tarif potensial sebesar 46% yang telah mengungkap kerentanan model ekspor negara Asia Tenggara tersebut.
Sementara Vietnam dan Samsung memperoleh penangguhan hukuman minggu ini setelah Trump menghentikan tarif pada 10% selama 90 hari, wawancara Reuters dengan lebih dari selusin orang, termasuk di Samsung dan pemasoknya, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut akan menjadi korban utama jika tarif AS yang lebih tinggi mulai berlaku pada bulan Juli.
"Vietnam adalah tempat kami memproduksi sebagian besar ponsel pintar kami, tetapi tarif (awalnya) jauh lebih tinggi dari yang diharapkan untuk negara tersebut, jadi ada rasa kebingungan secara internal," kata seorang eksekutif Samsung, yang seperti beberapa orang lainnya diberikan anonimitas untuk membahas subjek yang sensitif.
Bahkan jika kedua negara mencapai kesepakatan, surplus perdagangan Vietnam dengan AS yang mencapai sekitar US$ 120 miliar telah menempatkannya dalam sorotan pemerintah AS yang menargetkan ketidakseimbangan tersebut.
Hanoi berharap bea masuk dapat dikurangi hingga kisaran 22% hingga 28%, jika tidak lebih rendah, Reuters melaporkan.
Menurut empat orang yang mengetahui masalah tersebut, di tengah ketidakpastian itu, Samsung dan para pemasoknya mempertimbangkan untuk menyesuaikan produksi.
Hal itu dapat melibatkan peningkatan produksi di India atau Korea Selatan, meskipun langkah-langkah tersebut akan mahal dan memakan waktu, kata mereka.
Samsung menolak berkomentar tentang bagaimana mereka menghadapi ancaman tarif. Sebelumnya, mereka mengatakan akan menanggapi tarif AS secara fleksibel dengan rantai pasokan global dan jejak manufaktur mereka.
Kementerian luar negeri dan industri Vietnam juga tidak membalas permintaan komentar.