News Forex, Index & Komoditi ( Rabu, 16 Oktober 2024 )

News  Forex,  Index  &  Komoditi

         (  Rabu,  16  Oktober  2024  )

Harga Emas Global  Merayap Lebih Tinggi Sejalan dengan Tren Naik yang Lebih Luas

 

Emas (XAU/USD) pulih ke $2.650-an  setelah melemah menyusul meredanya ketegangan di Timur Tengah. Ini terjadi setelah The Wall Street Journal (WSJ) eksklusif di mana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan memberi tahu Presiden AS Joe Biden bahwa ia hanya akan menyerang target-target militer di Iran selama pembalasan yang diantisipasi.

Ini, dan berlanjutnya penurunan dalam spekulasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga, mendorong Dolar AS (USD) lebih tinggi dan membebani harga Emas. Data survei AS juga menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi tetap tinggi, dengan Survei Sentimen Konsumen Michigan terbaru mengindikasikan ekspektasi dalam jangka panjang (5-10 tahun) telah "meroket" ke 7,1% pada bulan Oktober, "tertinggi dalam 40 tahun" menurut analis di The Kobeissi Letter.

Kekhawatiran terhadap Tiongkok, konsumen Emas terbesar di dunia, dan perlambatan ekonominya semakin membebani, terutama setelah kekecewaan pasar atas kurangnya kejelasan yang diberikan oleh Beijing tentang program stimulus fiskalnya yang sangat dinanti-nantikan.

Emas akan Terus Diuntungkan oleh Permintaan Bank Sentral

Namun, Emas mendapat dukungan dari permintaan yang terus kuat dari bank-bank sentral global. Logam mulia telah menikmati peningkatan permintaan dari sektor ini selama beberapa tahun terakhir karena bank-bank sentral menimbun Emas untuk keamanannya, likuiditasnya, dan sebagai lindung nilai terhadap devaluasi mata uang. Meskipun pembelian bank sentral telah menurun pada tahun 2024, tetapi masih diprakirakan tetap menjadi kekuatan utama, menurut komentar oleh kepala tiga bank sentral pada diskusi panel baru-baru ini yang diadakan di London Bullion Market Association (LBMA).

Perwakilan Bank Sentral Mongolia, Republik Ceko, dan Meksiko "semuanya sepakat bahwa peran Emas sebagai aset cadangan dalam cadangan devisa global akan terus tumbuh, meskipun masing-masing bank sentral memandang logam mulia secara berbeda dalam portofolionya," lapor Kitco News.

Penggerak Pasar Emas di Kalender Ekonomi

Harga Emas lebih mungkin digerakkan oleh ucapan daripada data pada hari Selasa. Pernyataan dari tiga pejabat The Fed, termasuk Presiden Fed San Francisco Mary Daly, Gubernur Fed Adriana Kugler, dan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, semuanya dapat memengaruhi harga logam mulia jika mereka memengaruhi ekspektasi pasar terhadap lintasan suku bunga..

Di sisi data, Indeks Manufaktur Empire State NY adalah metrik hari ini untuk Greenback, dengan kemungkinan implikasi terhadap Emas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harga Minyak Dunia Terus Tergelincir karena Prospek Geopolitik

 

Harga minyak terus mengalami penurunan, setelah laporan media mengindikasikan bahwa Israel kemungkinan besar tidak akan menargetkan infrastruktur minyak Iran. Hal ini mengurangi kekhawatiran akan gangguan pasokan besar-besaran di pasar energi global. West Texas Intermediate (WTI) turun hingga mencapai titik psikologis $70, sementara Brent turun di bawah $74 per barel. Keputusan Israel ini menurunkan ketegangan di kawasan yang menjadi rumah bagi sepertiga pasokan minyak dunia.

Laporan Permintaan dan Dampaknya terhadap Harga

Pertumbuhan permintaan minyak yang lebih lemah juga memberikan tekanan tambahan pada harga. Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan surplus pasokan signifikan pada awal 2025, sementara OPEC memotong perkiraan pertumbuhan permintaan global untuk tahun-tahun mendatang. OPEC Dalam laporan bulanannya, OPEC memproyeksikan permintaan minyak dari China akan tumbuh sebesar 580.000 barel per hari (bpd) pada 2024, turun dari estimasi 650.000 bpd pada bulan September. Faktor-faktor seperti adopsi kendaraan listrik yang tinggi serta pertumbuhan ekonomi yang melambat di China menjadi alasan utama penyesuaian tersebut.

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal

Ketegangan geopolitik yang memanas sebelumnya sempat mendukung harga minyak, ketika Israel mengisyaratkan balasan terhadap serangan roket dari Iran. Namun, keputusan baru-baru ini meredakan ketakutan akan risiko pasokan. Di tengah perubahan dinamika permintaan ini, kekhawatiran geopolitik masih tetap menjadi pendukung harga dalam jangka pendek meskipun harga minyak saat ini tergelincir. Sinyal dari Israel dan proyeksi permintaan dari OPEC menginformasikan risiko dan potensi di pasar energi global.

Sentimen Pasar dan Tantangan Ekonomi Global

Sentimen pasar minyak juga semakin pesimis akibat tekanan deflasi yang meningkat di China. Rencana stimulus terkini gagal menenangkan kekhawatiran akan risiko penurunan ekonomi, mengakibatkan pandangan suram bagi pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Produksi berlebih hingga 800.000 barel per hari dari negara anggota OPEC+ semakin menggoyahkan keseimbangan, meskipun ada peringatan dari menteri perminyakan Saudi bahwa harga dapat jatuh ke $50 per barel jika kesepakatan pengurangan produksi tidak dipatuhi.

Secara keseluruhan, kombinasi dari prospek permintaan yang suram dan keputusan geopolitik menekan harga minyak ke level rendah. Pengawasan terhadap dinamika ini penting untuk memahami pergerakan harga yang mungkin terjadi di masa depan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harga EUR/USD melanjutkan pergerakan bearish-nya ke posisi terendah baru

 

EUR/USD melanjutkan penurunannya pada perubahan arah hari Selasa, merosot ke posisi terendah baru dua bulan di dekat 1,0880, hanya beberapa poin saja dari Simple Moving Average (SMA) 200-hari yang kritis.

Pada saat yang sama, Dolar AS (USD) terus menguat, meskipun sedikit, mendorong Indeks Dolar AS (DXY) untuk mempertahankan pergerakannya di sekitar level tertinggi multi-minggu di atas rintangan 103,00.

Mendukung rally Greenback dalam beberapa minggu terakhir adalah risalah dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada tanggal 18 September. Risalah tersebut mengungkapkan bahwa "mayoritas besar" pengambil kebijakan mendukung pelonggaran kebijakan moneter dengan pemangkasan 50 basis poin, tetapi tanpa mengikat Federal Reserve pada jadwal tertentu untuk pemangkasan di masa depan.

Banyak pengambil kebijakan Federal Reserve (The Fed) condong ke arah penurunan suku bunga 25 basis poin bulan depan, meskipun beberapa pandangan yang berbeda telah diungkapkan oleh Gubernur FOMC Michelle Bowman dan Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic, yang menyarankan The Fed mungkin tidak melakukan pemangkasan pada bulan November.

Sementara itu, FedWatch Tool dari CME Group mengindikasikan bahwa pasar saat ini menetapkan probabilitas 88% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan depan.

Di sisi lain Atlantik, Bank Sentral Eropa (ECB) telah mengambil pendekatan yang lebih hati-hati. Dalam pernyataan terbarunya, Presiden ECB Christine Lagarde mengakui bahwa meskipun inflasi tetap tinggi di Zona Euro, dampak dari kebijakan moneter yang ketat mulai berkurang, yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. ECB bertujuan untuk menurunkan inflasi ke target 2% pada tahun 2025.

Baru-baru ini, anggota dewan ECB Yannis Stournaras menganjurkan dua kali penurunan suku bunga tahun ini, dengan pelonggaran lebih lanjut diharapkan pada tahun2025. François Villeroy juga mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat, sementara Peter Kazimir mendesak untuk berhati-hati, dan lebih memilih untuk melihat lebih banyak data sebelum mengambil keputusan di bulan Desember. Gabriel Makhlouf memperingatkan risiko inflasi yang didorong oleh pertumbuhan upah dan inflasi sektor jasa yang berkelanjutan, meskipun ada ekspektasi penurunan inflasi menjadi 2% pada akhir tahun depan.

Inflasi Zona Euro, yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen Diharmonisasi atau Harmonized Index of Consumer Prices (HICP), turun menjadi 1,8% dari tahun ke tahun di bulan September, di bawah target ECB. Ditambah dengan pertumbuhan PDB yang stagnan di wilayah tersebut, hal ini semakin memperkuat alasan untuk pemotongan suku bunga ECB.

Karena The Fed dan ECB mempertimbangkan pergerakan suku bunga tambahan, prospek EUR/USD akan bergantung pada tren makroekonomi. Perekonomian AS diprakirakan akan mengungguli Zona Euro, yang berpotensi memperkuat USD lebih lanjut.

Dalam hal posisi pasar, para spekulan telah mengurangi posisi net long mereka dalam EUR ke level terendah delapan minggu di sekitar 39 ribu kontrak, sementara para pedagang komersial telah meningkatkan posisi net short ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak akhir Juli. Selain itu, open interest telah turun selama dua minggu berturut-turut.

 

 

 

 

 

 

Bursa Asia Melemah Pada Rabu (16/10) Pagi, Mengekor Penurunan Wall Street

 

Bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Rabu (16/10) pagi. Mengutip Bloomberg, pukul 08.25 WIB, indeks Nikkei 225 turun 653,12 poin atau 1,65% ke 39.248,88, Hang Seng turun 174,67 poin aau 0,86% ke 20,144,75, Taiex turun 379,87 poin aau 1,62% ke 22.971,17, Kospi turun 24,67 poin atau 0,94% ke 2.609,14, ASX 200 turun 24,07 poin atau 0,29% ke 8.293,80, Straits Times naik 3,12 poin atau 0,09% ke 3.599,72 dan FTSE Malaysia turun 3,50 poin atau 0,21% ke 1.699,47.

Bursa Asia turun menyusul aksi jual di AS setelah prospek perusahaan teknologi yang mengecewakan, dan kekhawatiran tentang pembatasan ketat AS terhadap penjualan chip.

"Pasar ekuitas AS yang lebih condong ke arah kepemimpinan kapitalisasi besar, mengalami aksi ambil untung seiring musim pendapatan meningkat terhadap grafik yang overbought," kata Dan Wantrobski di Janney Montgomery Scott.

Para investor menjadi sangat optimistis bahwa mungkin sudah waktunya untuk menjual saham global, menurut penelitian survei investor.

Di Asia, para pedagang akan menceremati saham-saham China setelah laporan jumpa pers menteri perumahan yang diharapkan akan memberikan rincian lebih lanjut mengenai langkah-langkah stimulus di sektor properti.

Sementara itu, pasar juga menanti keputusan kebijakan moneterbank sentral di beberapa negara Asia hari ini seperti Indonesia dan Thailand.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kompak Kritik Amerika, Rusia dan China Memperkuat Hubungan Militer

 

Rusia dan China mengadakan pembicaraan pertahanan dan militer yang "substantif" untuk memperkuat hubungan.

Hal tersebut diungkapkan oleh menteri pertahanan Rusia pada hari Selasa (15/10/2024), saat Moskow dan Beijing memperkuat kemitraan "tanpa batas".

Pada saat yang bersamaan, kedua negara meningkatkan kritik terhadap upaya AS untuk memperluas pengaruhnya di Asia.

"Departemen militer Rusia dan China bersatu dalam penilaian mereka terhadap proses global, dan mereka memiliki pemahaman bersama tentang apa yang perlu dilakukan dalam situasi saat ini," demikian pernyataan resmi kementerian pertahanan Rusia mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Andrei Belousov, yang diunggah di aplikasi pesan Telegram.

Mengutip Reuters, Belousov mengatakan dia bertemu dengan wakil ketua komisi militer pusat China, Zhang Youxia untuk pembicaraan "yang sangat substantif".

Kementerian Pertahanan China mengatakan setelah pertemuan tersebut, kedua belah pihak berharap untuk memperdalam dan memperluas hubungan militer dan mempertahankan pertukaran tingkat tinggi.

Kunjungan Belousov ke Beijing dilakukan saat militer China berjanji untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Taiwan jika diperlukan setelah menggelar latihan perang selama sehari yang disebutnya sebagai peringatan terhadap "tindakan separatis" dan menuai kecaman dari pemerintah Taiwan dan AS.

China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan "tanpa batas" pada Februari 2022 saat Presiden Vladimir Putin mengunjungi Beijing kurang dari tiga minggu sebelum pasukannya melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina. Serangan tersebut yang kemudian memicu perang darat paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Pada bulan Mei tahun ini, Putin dan Presiden China Xi Jinping menjanjikan "era baru" kemitraan antara dua rival terkuat Amerika Serikat, yang mereka anggap sebagai hegemon Perang Dingin yang agresif yang menebar kekacauan di seluruh dunia.

Putin dan Xi juga sepakat untuk memperdalam kemitraan strategis mereka, kata Belousov, tanpa memberikan perincian lebih jauh.

Belousov juga menambahkan, dirinya yakin bahwa pekerjaan yang membuahkan hasil dan adopsi keputusan yang signifikan dan berbobot akan segera dilakukan.

Rusia mengatakan pada minggu lalu bahwa pihaknya berdiri bersama China dalam isu-isu Asia, termasuk kritik terhadap upaya AS untuk memperluas pengaruhnya dan "upaya yang disengaja" untuk mengobarkan situasi di sekitar Taiwan.

AS mengatakan China mendukung upaya perang Rusia di Ukraina dengan memasok apa yang disebut barang-barang dengan penggunaan ganda, termasuk mikroelektronika, yang dapat membantu Rusia membuat senjata.

China mengatakan bahwa pihaknya tidak menyediakan persenjataan kepada pihak mana pun, dan bahwa perdagangan normal dengan Rusia tidak boleh diganggu atau dibatasi.

 

 

 

 

Israel Serang Desa Kristen di Utara Lebanon, 21 Orang Terbunuh

 

 

 

Israel meluncurkan serangan udara ke sebuah desa yang dihuni mayoritas warga Kristen di wilayah utara Lebanon, Senin (14/10/2024). Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan, serangan langka tersebut menewaskan sedikitnya 21 orang.

"Serangan musuh Israel di Desa Aitou menewaskan 21 orang dan melukai delapan orang. Tes DNA sedang dilakukan untuk menentukan identitas bagian tubuh yang ditemukan di lokasi serangan," kata Kementerian Kesehatan Lebanon dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya.

Desa Aitou terletak di Distrik Zgharta yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Wilayah tersebut sangat jauh dari basis kelompok Hizbullah yang kini tengah terlibat konfrontasi dengan Israel.

Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan, dalam serangannya ke Desa Aitou, Israel membidik apartemen tempat tinggal. Seorang pejabat keamanan Lebanon mengungkapkan, apartemen yang diserang Israel menampung keluarga yang mengungsi dari Lebanon selatan.

Sejauh ini, sebagian besar serangan Israel terkonsentrasi di daerah yang mayoritas penduduknya Muslim Syiah, tempat Hizbullah membangun basis kekuatannya. Kelompok Hizbullah dan Israel sudah terlibat konfrontasi secara sporadis di wilayah perbatasan Israel-Lebanon sejak pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Hizbullah mendukung perlawanan yang dilakukan Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya di Gaza.

Pada 23 September 2024 lalu, Israel melancarkan serangan udara terbesarnya dalam beberapa dekade ke wilayah selatan Lebanon. Serangan tersebut membunuh lebih dari 500 orang, termasuk setidaknya 50 anak-anak. Sejak saat itu, Israel terus meluncurkan serangan udara ke Lebanon. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah turut menjadi korban dan syahid.

Lebih dari 1.300 orang dilaporkan telah terbunuh akibat kampanye serangan Israel.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Serangan Drone Hizbullah Lukai 67 Warga Israel di Haifa

 

 

Sedikitnya 67 warga Israel terluka, termasuk empat di antaranya dalam kondisi kritis akibat serangan drone Hizbullah di Haifa, kota di Israel utara. Hal itu diungkapkan Radio Angkatan Darat Israel pada Ahad (13/10/2024).

Surat kabar harian Israel Hayom juga melaporkan bahwa sejumlah besar warga Israel mengalami luka-luka akibat ledakan drone di Kota Binyamina di Haifa. Dalam sebuah pernyataan, kelompok Hizbullah Lebanon memastikan bahwa mereka meluncurkan sejumlah drone (pesawat tak berawak) ke kamp pelatihan Brigade Golani di Binyamina, selatan Haifa.

Radio Angkatan Darat Israel mengatakan bahwa Angkatan Darat Israel telah membuka penyelidikan terhadap kegagalan aktivasi sirine ketika drone tersebut memasuki wilayah Israel. Menurut surat kabar harian Hayom Israel, warga di Haifa dan daerah sekitarnya, termasuk permukiman Kiryat, mendengar ledakan tanpa aktivasi sirine.

Peristiwa itu terjadi ketika Israel meningkatkan serangan udara besar-besaran ke seluruh Lebanon sejak 23 September untuk melawan apa yang mereka klaim sebagai sasaran Hizbullah. Serangan udara itu mengakibatkan sedikitnya 1.437 orang meninggal, melukai lebih dari 4.123 lainnya, dan menyebabkan lebih dari 1,34 juta orang menjadi pengungsi.

Serangan udara tersebut merupakan eskalasi setahun perang lintas batas Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangan Israel ke Jalur Gaza. Serangan Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan 42.200 orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak aksi serangan lintas batas Hamas ke Israel 7 Oktober 2023.

Meski mendapat peringatan internasional bahwa serangan Israel di Gaza dan Lebanon dapat menyebabkan Timur Tengah di ambang perang regional, Tel Aviv tetap meluaskan konflik dengan menyerang Lebanon selatan pada 1 Oktober 2024.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Terungkap, Israel Kehabisan Amunisi Pertahanan Udara

 

 

Terungkap, alasan Amerika Serikat (AS) kirimkan rudal pertahanan udara ke Israel. Ternyata, Israel menghadapi potensi kekurangan roket dan rudal pencegat dalam pertahanan udaranya setelah perang yang berlangsung selama setahun di Gaza dan Lebanon.

Kekurangan rudal pertahanan itu makin fatal menghadapi kemungkinan meningkatnya konflik dengan Iran, menurut laporan media Inggris pada Selasa. Mengutip para ahli dan mantan pejabat militer, Financial Times mengatakan bahwa Washington membantu negara Yahudi tersebut dalam mengatasi masalah ini, khususnya melalui janjinya untuk mengirim sistem rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).

 “Masalah amunisi Israel sangat serius,” kata Dana Stroul, mantan pejabat pertahanan AS. “Jika Iran merespons serangan Israel, dan Hizbullah juga ikut bergabung, pertahanan udara Israel harus diperkuat.”

Dia menambahkan bahwa Washington tidak dapat mempertahankan pasokannya ke Ukraina dan Israel dengan kecepatan yang sama. Boaz Levy, CEO Israel Aerospace Industries, yang memproduksi pencegat rudal, menambahkan: “Beberapa lini kami bekerja 24 jam, tujuh hari seminggu. Tujuan kami adalah memenuhi semua kewajiban kami.”

Sistem multilapisan Israel mencakup Iron Dome, yang digunakan untuk menembak jatuh rudal jarak pendek; David’s Sling, digunakan untuk mencegat rudal jarak menengah; dan sistem Arrow, yang dirancang untuk mencegat rudal balistik jarak jauh.

Sejak Hamas menyerang pada 7 Oktober tahun lalu dan Israel kemudian membalas dengan brutal, lebih dari 20.000 roket dan rudal telah ditembakkan ke Israel dari Gaza dan Lebanon. Awalnya, Israel dengan pertahanan udara berhasil menjatuhkan sebagian besar proyektil yang menuju ke daerah berpenduduk.

Namun belakangan, sistem pertahanan Israel kerap bobol. Sebanyak 32 rudal balistik Iran dilaporkan berhasil menghancurkan Lapangan Udara Nevatim markas pesawat canggih F-35 milik Israel. Sementara kemarin, drone Hizbullah menembus markas Brigade Golani di dekat Tel Aviv, menewaskan empat sersan dan melukai 67 prajurit lainnya.

Menurut mantan jenderal IDF Assaf Orion, dengan begitupun pertahanan Israel belum sepenuhnya diuji karena Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran belum mengeluarkan kemampuan penuhnya.

“Mereka hanya menembakkan sekitar sepersepuluh dari perkiraan kapasitas peluncuran sebelum perang, beberapa ratus roket sehari, bukan sebanyak 2.000 roket,” kata Orion kepada Financial Times.

 “Beberapa dari kesenjangan tersebut adalah pilihan Hizbullah untuk tidak mengerahkan kekuatan penuhnya, dan beberapa di antaranya disebabkan oleh degradasi yang dilakukan oleh IDF… Namun Hizbullah memiliki sisa yang cukup untuk melakukan operasi yang kuat.”

Hizbullah, yang mulai menyerang Israel setiap hari setelah serangan Hamas setahun yang lalu, telah mengalami serangkaian pelanggaran keamanan yang parah dalam beberapa minggu terakhir, termasuk ledakan ribuan perangkat komunikasi agen dalam sebuah serangan yang banyak dituding dilakukan oleh Israel, dan Serangan udara Israel yang telah menghancurkan kepemimpinan kelompok tersebut.

Awal bulan ini, Israel melancarkan serangan darat di Lebanon selatan untuk mengusir kelompok teror tersebut dari perbatasan, menghancurkan gudang senjata dan infrastrukturnya, dan menghilangkan ancaman invasi serupa dengan yang diluncurkan Hamas tahun lalu dari Gaza.

Sebelumnya, Departemen Pertahanan Amerika Serikat memastikan akan mengirim kesatuan senjata pertahanan udara THAAD beserta sejumlah personel militer AS ke Israel. Juru bicara Pentagon, Pat Ryder menyatakan, langkah itu diambil atas perintah Presiden AS Joe Biden.

"Atas arahan Presiden, Menteri Pertahanan Austin mengizinkan pengerahan THAAD, dan kru personel militer AS terkait, ke Israel untuk membantu pertahanan udara Israel," kata juru bicara Pentagon (markas Dephan AS) itu.

Langkah AS itu, menurut jubir, diputuskan setelah Iran melakukan serangan tak terduga ke Israel pada 13 April dan 1 Oktober. Pengiriman paket senjata itu ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara Israel guna melindungi warga Israel dari serangan rudal balistik Iran, kata Ryder menambahkan.

AS dalam beberapa bulan terakhir ini membuat penyesuaian pada kebijakan militernya. Washington diperkirakan akan mengirim sekitar 100 tentara ke Israel untuk mengoperasikan kesatuan THAAD (Terminal High-Altitude Area Defense), menurut informasi teknis THAAD yang didapat Sputnik.

Setiap paket THAAD terdiri dari enam peluncur -- masing-masing berisi delapan peluru kendali -- yang dipasang pada kendaraan kargo, 48 rudal pencegat, serta 95 personel yang mengoperasikannya. Selain itu, satuan THAAD memiliki radar pengawasan bergerak dan radar pengendali, juga perangkat pengendali taktis dan komunikasi.

Pada 1 Oktober, Iran meluncurkan 180 rudal balistik ke arah Israel sebagai tanggapan atas pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, dan komandan senior IRGC Abbas Nilforoushan. Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan bahwa pemerintahnya tidak berniat perang dengan Israel, tetapi akan menghadapi setiap ancaman dengan tegas.

Israel bersumpah akan merespons serangan tersebut pada waktu dan cara yang mereka tentukan sendiri. AS dan negara-sekutu lainnya mendesak Israel untuk merespons secara proporsional, di tengah kekhawatiran bahwa fasilitas minyak dan nuklir Iran mungkin menjadi target utama sehingga bisa memicu perang besar-besaran di kawasan.

 

Netanyahu Info ke Biden: Ini Target di Iran yang akan Dibom Israel, Bukan Fasilitas Nuklir

 

 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah memberikan jaminan kepada Amerika Serikat (AS) bahwa militernya akan menyerang fasilitas militer Iran, bukan fasilitas nuklir atau kilang minyak. Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden sudah mengingatkan Israel soal rencana menyerang balik Iran.

Menurut dua sumber anonim dikutip Washington Post dilansir Anadolu, Selasa (15/10/2024), termasuk satu sumber dari AS mengatakan, bahwa Netanyahu memberikan jaminan itu lewat sambungan telepon kepada Joe Biden pada pekan lalu. Netanyahu sudah bersumpah akan melancarkan serangan balasan usai Israel pada 1 Oktober lalu dihujani 180 misil balistik oleh Iran sebagai respons atas pembunuhan terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut.

Upaya serangan balasan Israel terhadap Iran sebulan menjelang Pemilu Presiden AS yang akan digelar pada 5 November 2024. Dan salah satu pejabat yang dikutip Washington Post mengatakan, respons Israel diupayakan menghindari persepsi "intervensi politik terhadap Pemilu AS".

AS tak menginginkan serangan Israel ke infrastruktur minyak Iran akan memicu lonjakan harga minyak dunia dan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran bisa menyebabkan eskalasi dramatis dari Teheran. Penjabat itu mengatakan, serangan Israel ke Iran akan dilancarkan sebelum 5 November, karena terus-menerus menunda serangan menunjukkan tanda kelemahan rezim Zionis di mata dunia.

"(Serangan) Itu akan jadi respons berseri," kata pejabat itu.

Pejabat AS mengatakan, Netanyahu berada dalam kondisi tenang selama diskusi dengan Biden pekan lalu, yang mana membuat Biden berkeputusan untuk mengirim sistem pertahanan udara THAAD ke Israel bersama 100 prajurit untuk mengoperasikannya.

Pentagon mengumumkan pengiriman THAAD pada Ahad (13/10/2024). Bantuan THAAD, menurut Pentagon, akan memperkuat sistem pertahanan udara Israel dan penegasan komitmen dukungan AS terhadap keamanan Israel.

"Itu bagian dari penyesuaian lebih luas yang dibuat oleh militer AS beberapa bulan terakhir, untuk mendukung pertahanan Israel dan melindungi warga Amerika dari serangan Iran dan milisi terkait Iran," ujar juru bicara Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder.

Pada Senin (14/10/2024) malam, militer Israel memulai pengacakan sinyal GPS di kawasan markas Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv. Seperti dilaporkan oleh Walla dilansir Anadolu, pengacakan sinyal GPS itu sebagai langkah antisipasi atas kemungkinan serangan balasan dari Iran usai Israel melancarkan serangan dalam waktu dekat.

Dilaporkan juga bahwa, Israel tengah mempersiapkan diri atas kemungkinan serangan balasan dari Teheran, dengan cara mengaktifkan sistem pertahanan udara Angkatan Darat dalam kewaspadaan tinggi. Walla mengutip sumber militer yang mengatakan bahwa, AS akan membantu Israel dalam meningkatkan sistem pertahanan udaranya.

Ketegangan di kawasan terus meningkat menyusul aksi brutal militer Israel di Jalur Gaza selama satu tahun terakhir yang telah mengakibatkan terbunuhnya 42.300 orang. Peperangan kemudian meluas ke Lebanon, di mana militer Israel hingga kini membombardir beberapa daerah yang telah membunuh 1.500 warga sejak 23 September 2024.

Mengabaikan peringatan internasional, Israel belum menunjukkan tanda-tanda mengurangi intensitas serangan baik ke Gaza dan Lebanon. IDF bahkan mulai 1 Oktober lalu melancarkan serangan darat ke Lebanon.

Pekan lalu Komandan Operasi Darat Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Jenderal Morteza Mirian mengingatkan Israel tidak lagi membuat kesalahan. Dalam video yang dipublikasi oleh MEMRI pada Rabu pekan lalu, Mirian mengatakan, Iran memiliki kemampuan untuk menargetkan serangan misil atau rudal ke wilayah manapun di Israel.

"Dalam Operasi Janji Setia II, kami mendemonstrasikan keberanian kami menyerang musuh," kata Mirian dilansir Jerusalem Post, Kamis (10/10/2024).

Merujuk serangan 1 Oktober lalu, menurut Mirian, IRGC sukses melancarkan 180 misil balistik dari Iran ke Israel. "Kami tidak membutuhkan izin dalam situasi apapun. Jari-jari kami berada di tombol pemicu (misil) saat ini dalam rangka mengubah musuh menjadi debu jika mereka membuat kesalahan sekecil apapun," kata Mirian.

Mirian menegaskan, sistem pertahanan udara Israel seperti Iron Dome, David's Sling, dan Arrow telah terbukti gagal menghalau misil-misil Iran. Bahkan, negara-negara lain yang mencoba membantu mengintersep misil Iran, kata Mirian, juga tidak mampu berbuat banyak.

"Kami menargetkan lokasi mana saja yang kami inginkan. Kami bisa menghantam daerah manapun yang kami mau," kata Mirian.

"Satu poin penting adalah jika Anda (Israel) melancarkan sekali serangan, kami akan membalas sepuluh kali. Poin lainnya adalah mereka tidak bisa lagi menyerang kami tanpa ada pembalasan. Serangan balasan adalah kepastian. Poin terakhir saya adalah saya akan membalas, Kami menyetarakan respons terhadap semua level ancaman," tegas Mirian.

"Musuh harus tahu bahwa kami akan selalu membalas."

 

 

 

 

 

Ketegangan Memuncak, Korea Utara Hancurkan Jalur Penghubung dengan Korea Selatan

 

Korea Utara (Korut) kembali meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea setelah menghancurkan bagian utara jalan yang menghubungkan negara tersebut dengan Korea Selatan (Korsel), menyusul pertemuan langka yang diadakan oleh pemimpinnya, Kim Jong Un, bersama para pejabat keamanan tertinggi negara itu.

Pada hari Selasa siang waktu setempat, Korea Utara meledakkan beberapa bagian jalan di sepanjang jalur Gyeongui dan Donghae, menurut laporan dari Kepala Staf Gabungan Korea Selatan yang disampaikan melalui pesan teks.

Langkah ini dianggap sebagai tindakan balasan terhadap latihan militer gabungan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat yang baru-baru ini dilakukan.

Tindakan ini mengikuti pengumuman Korea Utara pekan lalu bahwa negara tersebut akan "sepenuhnya memisahkan" wilayahnya dari Korea Selatan.

Pyongyang menyalahkan Seoul atas peningkatan ketegangan akibat latihan militer gabungan dengan AS dan pengerahan aset strategis AS di kawasan tersebut. Selain itu, rezim Kim Jong Un juga menuduh Korea Selatan mengirim drone ke wilayah Pyongyang, yang disebutnya sebagai "provokasi perang."

Pertemuan Langka Keamanan Tertinggi

Pada hari Senin, Kim Jong Un menggelar pertemuan langka dengan para pejabat keamanan tertinggi, yang dilaporkan oleh media pemerintah Korea Utara. Pertemuan ini dipandang sebagai respons terhadap meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut.

Langkah terbaru dari Korea Utara ini bukan pertama kalinya negara tersebut menghancurkan simbol-simbol yang melambangkan upaya perbaikan hubungan dengan Korea Selatan.

Pada tahun 2020, Pyongyang juga menghancurkan kantor penghubung antar-Korea, sebuah aksi yang diyakini sebagai upaya untuk menarik perhatian global tanpa risiko langsung terjadinya perang.

Sikap Defensif dan Kerja Sama dengan Rusia

Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, rezim Kim juga semakin menunjukkan sikap menantang terhadap Amerika Serikat dan sekutunya. Korea Utara telah meningkatkan produksi nuklirnya dan mempererat hubungan dengan Rusia.

Amerika Serikat menuduh Pyongyang memasok amunisi dan rudal kepada Moskow untuk digunakan dalam perang di Ukraina, meskipun tuduhan ini dibantah oleh Korea Utara.

Pada bulan lalu, Korea Utara merilis foto-foto pertama dari fasilitas pengayaan uranium untuk senjata atom. Foto-foto tersebut menunjukkan Kim Jong Un sedang berkeliling di pabrik yang menjadi pusat program nuklirnya, yang telah menjadi sumber ketegangan dengan Amerika Serikat selama lebih dari 20 tahun.

 

 

 

 

 

 

 

 

Semenanjung Korea Memanas, Rusia Salahkan Korea Selatan

 

Rusia menyalahkan Korea Selatan atas meningkatnya ketegangan di kawasan Semenanjung Korea awal pekan ini. Mitranya, Korea Utara, bahkan menyatakan siap untuk melancarkan serangan jika ancaman terus datang.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan bahwa Korea Selatan telah melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan dan urusan dalam negeri Korea Utara.

Zakharova mendesak cara-cara politik dan diplomatik untuk menciptakan perdamaian di kawasan tersebut.

"Tidak ada cara alternatif lain, kecuali agresi bukanlah tujuan sebenarnya dari Korea Selatan dan sekutunya yang 'lebih besar', Amerika Serikat," bunyi pesan Zakharova yang dipublikasikan di situs web resmi kementerian.

Hubungan Rusia dan Korea Utara

Hubungan Rusia dan Korea Utara semakin dekat sejak invasi besar-besarannya ke Ukraina pada tahun 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah saling berkunjung sejak saat itu.

Pada bulan Maret tahun ini, Rusia memveto resolusi PBB tentang pembaruan panel ahli yang memeriksa pelanggaran sanksi Dewan Keamanan oleh Korea Utara.

Mengutip kantor berita Rusia Interfax, Putin pada hari Senin (14/10) menyerahkan naskah perjanjian tentang kemitraan strategis dengan Korea Utara kepada majelis rendah Majelis Federal Rusia, State Duma.

Ketegangan di Semenanjung Korea

Korea Utara pada hari Minggu (13/10) menyatakan bahwa garis terdepan militernya siap melancarkan serangan ke Korea Selatan jika tetangganya itu terus memberikan gangguan.

Dua hari sebelumnya, Korea Utara menuduh tetangganya telah meluncurkan pesawat tanpa awak untuk menjatuhkan selebaran propaganda di atas Pyongyang sebanyak tiga kali bulan ini.

Korea Utara berjanji akan menanggapi dengan kekerasan jika hal itu terjadi lagi. Di lain pihak, Korea Selatan enggan mengonfirmasi tuduhan tersebut, namun menyatakan siap memberikan respons sepadan jika tindakan Korea Utara mengancam warga sipil.

Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, mengabarkan bahwa militer telah mengeluarkan perintah operasi pendahuluan kepada artileri dan unit militer lainnya di dekat perbatasan dengan Korea Selatan.

Kementerian Pertahanan Korea Utara mengatakan, militer mereka ada dalam posisi "bersiap sepenuhnya untuk melepaskan tembakan."

"Seluruh wilayah Korea Selatan mungkin akan berubah menjadi tumpukan abu setelah serangan dahsyat Korea Utara," kata seorang juru bicara militer Korea Utara yang tidak disebutkan namanya, dikutip AP.

 

 

 

 

Netanyahu: Kami akan Terus Menyarang Hizbullah Tanpa Ampun

 

Militer Israel melanjutkan serangannya terhadap Lebanon pada hari Selasa (15/10) dengan tujuan untuk melenyapkan Hisbullah. Sehari sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji akan terus melakukan serangan tanpa ampun.

"Kami akan terus menyerang Hisbullah tanpa ampun di seluruh wilayah Lebanon, termasuk Beirut," kata Netanyahu dalam pidatonya saat mengunjungi pangkalan militer dekat Binyamina, selatan Haifa, hari Senin (14/10).

Pernyataan itu keluar setelah drone Hisbullah menyerang sebuah pangkalan militer Israel dan menewaskan 4 prajurit.

Mengutip Arab News, Hisbullah mengatakan pejuangnya bentrok dengan pasukan Israel yang mencoba menyusup ke pinggiran desa Rab Tlatin.

Kelompok militan Lebanon yang didukung Iran itu juga mengklaim telah meluncurkan rudal dan rentetan roket ke Israel utara.

Serangan Israel ke Lebanon

Militer Israel pada hari Selasa mengatakan pihaknya telah melenyapkan puluhan teroris dalam pertempuran jarak dekat dan serangan selama beberapa hari terakhir.

Perang antara Israel dan Hisbullah sedikitnya telah menewaskan 1.315 orang dalam sebulan terakhir. Jumlah korban sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.

Kantor Berita Nasional Lebanon, NNA, mengabarkan bahwa Israel melancarkan sejumlah serangan udara pada Selasa pagi di Lembah Bekaa bagian timur dan berhasil melumpuhkan layanan sebuah rumah sakit di kota Baalbek.

Serangan Israel telah menargetkan benteng Hisbullah serta wilayah lain di Lebanon, termasuk desa mayoritas Kristen di utara tempat sedikitnya 21 orang tewas pada hari Senin.

Israel mengatakan ingin memukul mundur Hisbullah untuk mengamankan perbatasan utaranya. Aksi ini memaksa puluhan ribu orang mengungsi.

Pekan lalu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IMO) mengatakan bahwa perang di Lebanon telah menyebabkan sedikitnya 690.000 orang mengungsi.

Israel bahkan menyerang fasilitas Pasukan Sementara PBB di Lebanon atau UNIFIL sepanjang akhir pekan lalu.

UNIFIL, yang telah ada di negara itu sejak 1978, menolak permintaan Netanyahu agar pasukan itu menjauh dari zona konflik. Kepala perdamaian PBB Jean-Pierre Lacroix menegaskan mereka akan tetap mempertahankan posisinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Presiden Afsel desak dunia tekan Israel untuk hentikan serangan

 

 

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa pada Senin (14/10) mendesak para pemimpin dunia agar beramai-ramai menekan Israel untuk menghentikan serangannya di Gaza dan Lebanon.

"Kami menyerukan gencatan senjata segera di Gaza. Pembebasan para sandera, dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat sampat kepada rakyat Palestina," ujar Ramaphosa saat konferensi pers di Johannesburg dalam menandai 100 hari kepemimpinannya.

Ramaphosa mengatakan bahwa dalam beberapa hari ke depan pemerintahnya akan mengajukan kasus secara penuh di Mahkamah Internasional (ICJ) untuk mendukung rakyat Palestina terhadap genosida yang sedang mereka alami,  khususnya di Gaza.

Dia mengatakan pemerintahnya akan memastikan dukungan berkelanjutan bagi rakyat Palestina.

"Kawan -kawan, kami juga khawatir tentang pengeboman oleh Israel di negara-negara terdekat, seperti Lebanon," kata Ramaphosa.

Afrika Selatan mengajukan kasus di pengadilan yang berbasis di Den Haag itu pada akhir 2023 dengan menggugat Israel, yang membombardir Gaza sejak Oktober tahun lalu, karena dianggapnya tidak menegakkan mandat Konvensi Genosida 1948.

Sejumlah negara, termasuk Turki, Nikaragua, Palestina, Spanyol, Meksiko, Libya, dan Kolombia, bergabung dalam pengajuan kasus tersebut -- yang mulai disidangkan pada Januari.

Pengadilan tinggi tersebut pada Mei memerintahkan Israel untuk menghentikan serangan di Kota Rafah di Gaza selatan.

Panel berisi 15 hakim itu sudah ketiga kalinya mengeluarkan perintah awal untuk mengendalikan korban tewas dan mengurangi penderitaan kemanusiaan di daerah kantong yang diblokade itu. Jumlah korban jiwa di Gaza telah melewati 42.200 orang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DK PBB desak semua pihak hormati keselamatan penjaga perdamaian UNIFIL

 

Dewan Keamanan PBB pada Senin (14/10) mendesak semua pihak untuk menghormati keamanan dan keselamatan penjaga perdamaian PBB di Lebanon, di tengah pertempuran sepanjang Garis Biru, perbatasan de facto antara Israel dan Lebanon.

"Para anggota Dewan Keamanan menyatakan kekhawatiran mendalam mereka setelah beberapa posisi (Pasukan Sementara PBB di Lebanon) UNIFIL diserang dalam beberapa hari terakhir," kata Pascale Baeriswyl, duta besar Swiss untuk PBB, setelah pertemuan mengenai Lebanon.

Baeriswyl mengatakan anggota dewan menegaskan kembali dukungan mereka terhadap UNIFIL, serta menekankan peran para penjaga perdamaian tersebut dalam mendukung stabilitas regional.

"Mereka juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas jatuhnya korban dan penderitaan warga sipil, hancurnya infrastruktur sipil, dan meningkatnya jumlah pengungsi internal," paparnya.

"Mereka meminta semua pihak untuk mematuhi hukum humaniter internasional," katanya, menambahkan.

Para anggota dewan menekankan perlunya upaya diplomatik yang dapat mencapai akhir konflik yang berkelanjutan dan memungkinkan warga sipil di kedua sisi Garis Biru untuk kembali dengan selamat ke rumah mereka, tegasnya.

Pekan lalu, empat anggota perdamaian UNIFIL terluka akibat serangan Israel di pos mereka di Lebanon selatan.

UNIFIL dibentuk pada 1978 sebagai pasukan sementara, untuk membantu memulihkan perdamaian di kawasan tersebut dan sebagai konfirmasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon.

Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hizbullah sejak 23 September, menewaskan sedikitnya 1.500 orang, melukai lebih dari 4.500 orang lainnya, dan membuat lebih dari 1,34 juta orang mengungsi.

Serangan udara tersebut merupakan eskalasi dari perang lintas batas selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangannya di Jalur Gaza, di mana Israel telah menewaskan 42.300 orang, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas tahun lalu.

Meskipun ada peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang regional di tengah serangan gencar Israel terhadap Gaza dan Lebanon, Israel memperluas konflik dengan meluncurkan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

OPEC kembali pangkas perkiraan permintaan minyak global 2024 dan 2025

 

 

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) pada Senin (14/10) kembali memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini dan tahun depan. Ini merupakan revisi menurun dalam tiga bulan berturut-turut yang dilakukan OPEC.

Dalam laporan pasar minyak bulanannya yang dirilis Oktober ini, OPEC memproyeksikan pertumbuhan permintaan minyak global sebesar 1,93 juta barel per hari (bph) untuk 2024, turun 106.000 bph dari pertumbuhan 2,03 juta bph yang diperkirakan pada bulan lalu.

OPEC mengaitkan penyesuaian tersebut dengan data aktual yang diterima dan dikombinasikan dengan perkiraan yang sedikit lebih rendah untuk kinerja permintaan minyak di beberapa kawasan.

Terlepas dari revisi menurun yang dilakukan ketiga kalinya secara beruntun, OPEC mengatakan pertumbuhan permintaan minyak dunia tahun ini masih jauh di atas rata-rata historis sebesar 1,4 juta bph yang tercatat sebelum pandemi COVID-19.
 

Untuk tahun depan, organisasi negara-negara produsen minyak itu memangkas estimasi pertumbuhan permintaan minyak global 2025 menjadi 1,64 juta bph dari perkiraan bulan lalu sebesar 1,74 juta bph.
 

Sebelum ini, OPEC telah dua kali menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global 2024 dan 2025 di dalam laporan pasar bulanannya yang diterbitkan pada Agustus dan September. Hingga Agustus, OPEC mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak globalnya sebesar 2,25 juta bph untuk tahun ini dan 1,85 juta bph untuk tahun depan sejak kedua perkiraan tersebut pertama kali dibuat pada Juli tahun lalu.

Pada bulan lalu, delapan negara anggota OPEC+, organisasi yang terdiri dari OPEC dan sekutu-sekutunya, mengumumkan perpanjangan pemangkasan produksi minyak sukarela selama dua bulan hingga November. Kedelapan negara tersebut akan mulai menghentikan pemangkasan output ini secara bertahap pada Desember.

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post