News Komoditi & Global ( Rabu, 17 Desember 2025 )

News  Komoditi & Global

                               (  Rabu,   17  Desember  2025  )

 

Harga Emas Global Kian Bersinar Tersulut Naiknya Angka Pengangguran Amerika Serikat

 

Harga emas hari ini menguat setelah data ketenagakerjaan Amerika Serikat menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran, memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dan menekan kurs dolar AS. Melansir Reuters pada Rabu (17/12/2025), harga emas di pasar spot naik 0,2% ke level US$4.310,21 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat (AS) melemah tipis 0,1% ke US$4.332,3 per troy ounce. Dolar AS turun ke level terendah dalam dua bulan, sehingga membuat emas yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih terjangkau bagi pembeli luar negeri. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun (US Treasury) juga tercatat melemah. “Data ini memberi The Fed lebih banyak alasan untuk memangkas suku bunga, dan jika suku bunga turun, itu bersifat bullish bagi emas. Begitulah cara pasar menafsirkan kondisi saat ini,” ujar Senior Market Strategist RJO Futures, Bob Haberkorn. Pertumbuhan lapangan kerja AS tercatat kembali meningkat pada November 2025. Namun, tingkat pengangguran berada di level 4,6% di tengah ketidakpastian ekonomi yang dipicu kebijakan perdagangan agresif Presiden AS Donald Trump. Survei Reuters terhadap para ekonom sebelumnya memperkirakan tingkat pengangguran berada di 4,4%. Pekan lalu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin. Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell usai keputusan tersebut dinilai pasar lebih lunak (less hawkish) dari perkiraan.

Harga Emas Naik Terbatas di Tengah Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina Intip Strategi Antam (ANTM) Hadapi Kekurangan Pasokan Emas Freeport Kontrak berjangka suku bunga AS masih memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada 2026, dengan total pelonggaran sekitar 59 basis poin tahun depan. Emas yang tidak memberikan imbal hasil bunga umumnya diuntungkan dalam lingkungan suku bunga rendah. Pelaku pasar kini menantikan rilis indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) AS untuk November yang dijadwalkan pada Kamis (18/12/2025), serta indeks Personal Consumption Expenditures (PCE) pada Jumat (19/12/2025). Chief Operating Officer Allegiance Gold, Alex Ebkarian, memperkirakan apabila harga emas menutup tahun 2025 di atas US$4.400 per troy ounce, maka logam mulia tersebut berpeluang menembus kisaran US$4.859 hingga US$5.590 pada 2026. Dia juga menilai harga perak berpotensi kembali menguji level US$50 per troy ounce tahun depan. Adapun, harga perak spot turun 0,3% ke US$63,75 per troy ounce, menjauh dari rekor tertinggi US$64,65 yang dicapai pada Jumat (12/12/2025) lalu.  Sementara itu, platinum melonjak 4% ke US$1.854,95 per troy ounce, tertinggi sejak September 2011, dan palladium menguat 2,5% ke US$1.606,41 per troy ounce, level tertinggi dalam dua bulan. “Logam kelompok platinum mulai mengalami breakout seiring pasokan yang semakin ketat dan permintaan yang terus meningkat,” kata Ebkarian.

 

 

 

 

Prospek Perdamaian Rusia-Ukraina, Harga Minyak Dunia Melemah

 

Harga minyak dunia merosot ke bawah US$60 per barel dan menyentuh level terendah sejak Mei 2025, seiring menguatnya harapan kesepakatan damai Rusia–Ukraina yang memicu kekhawatiran banjir pasokan global. Melansir Reuters pada Rabu (17/12/2025), harga minyak mentah jenis Brent turun US$1,03 atau sekitar 1,7% ke level US$59,53 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) AS melemah US$1,06 atau 1,9% ke US$55,76 per barel. “Brent turun ke bawah US$60 per barel untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, seiring pasar menilai potensi kesepakatan damai yang dapat membuat tambahan pasokan minyak Rusia kembali tersedia dan semakin membanjiri pasar,” ujar analis Rystad Energy, Janiv Shah. Amerika Serikat menawarkan jaminan keamanan bergaya NATO bagi Kyiv, sementara para negosiator Eropa melaporkan adanya kemajuan dalam pembicaraan pada Senin (15/12/2025). Perkembangan tersebut memicu optimisme bahwa perang Rusia-Ukraina semakin mendekati akhir. Di sisi lain, Rusia menyatakan tidak bersedia memberikan konsesi wilayah apa pun. Kantor berita pemerintah TASS mengutip pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov terkait sikap tersebut. Analis PVM Oil Associates, John Evans, menilai tekanan harga minyak akan terus berlanjut seiring berlarutnya proses negosiasi dan meningkatnya kekhawatiran kelebihan pasokan pada 2026. Dia memperkirakan Brent akan mencetak level terendah baru sepanjang tahun ini, namun tidak akan menembus di bawah US$55 per barel hingga akhir tahun.

Harga Minyak Dunia Lesu, Prospek Damai Rusia-Ukraina Tambah Tekanan Irak Ajak Pertamina Bentuk Usaha Patungan untuk Eksplorasi Minyak Spread kontrak berjangka Brent enam bulan tercatat beralih ke kondisi contango untuk pertama kalinya sejak Oktober 2025, menandakan ekspektasi pasar terhadap pasokan berlebih. Analis Barclays memperkirakan harga minyak mentah Brent rata-rata akan berada di level US$65 per barel pada 2026, sedikit di atas kurva harga berjangka. Proyeksi tersebut didasarkan pada perkiraan surplus pasokan sekitar 1,9 juta barel per hari yang dinilai telah tercermin dalam harga saat ini. Tekanan terhadap harga minyak juga diperparah oleh data ekonomi China yang melemah. Analis pasar IG, Tony Sycamore, mengatakan data tersebut memperkuat kekhawatiran bahwa permintaan global belum cukup kuat untuk menyerap pertumbuhan pasokan minyak dalam beberapa waktu terakhir. Data resmi menunjukkan pertumbuhan output pabrik China melambat ke level terendah dalam 15 bulan. Penjualan ritel juga tumbuh paling lambat sejak Desember 2022, saat pandemi Covid-19 masih membebani aktivitas ekonomi. Kekhawatiran kelebihan pasokan sedikit teredam oleh langkah Amerika Serikat yang menyita sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela pekan lalu.  Namun demikian, para pedagang dan analis menilai dampaknya terbatas akibat menumpuknya penyimpanan minyak terapung serta lonjakan pembelian minyak Venezuela oleh China menjelang potensi pemberlakuan sanksi.

 

 

 

 

 

 

Rilis Data Ekonomi AS Tekan Wall Street, Investor Tunggu Sinyal The Fed

 

 Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada Selasa (16/12/2025) waktu setempat di tengah upaya investor mencerna data ekonomi yang dirilis terlambat untuk menilai arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) tahun depan. Melansir Reuters pada Rabu (17/12/2025) Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 303,67 poin atau 0,63% ke level 48.112,89. Indeks S&P 500 melemah 28,91 poin atau 0,42% ke posisi 6.787,60, sementara Nasdaq Composite terkoreksi tipis 14,24 poin atau 0,06% ke level 23.043,18. Dari 11 sektor dalam indeks S&P 500, seluruhnya mencatatkan pelemahan kecuali sektor teknologi informasi. Saham sektor energi mencatat penurunan terdalam seiring harga minyak mentah merosot ke level terendah sejak 2021. Sektor kesehatan turun 1,7%. Saham Pfizer anjlok 5,1% setelah perusahaan farmasi tersebut memproyeksikan kinerja yang menantang pada 2026, akibat melemahnya penjualan produk terkait Covid-19 serta tertekannya margin keuntungan. Indeks S&P 500 dan Nasdaq bergerak di sekitar level terendah dalam tiga pekan terakhir, seiring ketidakpastian berlanjut terkait waktu dan besaran pemangkasan suku bunga, serta kekhawatiran terhadap valuasi saham teknologi yang dinilai sudah terlalu tinggi. Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan penambahan lapangan kerja nonpertanian (nonfarm payrolls) sebesar 64.000 pada November 2025, setelah sempat menurun pada Oktober 2025 akibat pemangkasan belanja pemerintah.

Bursa Saham AS di Wall Street Lesu Tertekan Kenaikan Yield Obligasi Namun, tingkat pengangguran naik menjadi 4,6% pada November 2025 di tengah ketidakpastian ekonomi yang dipicu kebijakan perdagangan agresif Presiden AS Donald Trump. Laporan terpisah yang dirilis Selasa juga menunjukkan penjualan ritel AS stagnan pada Oktober, sedikit di bawah perkiraan para ekonom dalam survei Reuters yang memproyeksikan kenaikan 0,1%.  Analis menilai data tersebut berpotensi terdistorsi akibat lambatnya pengumpulan data imbas penutupan sementara pemerintahan (government shutdown) baru-baru ini. “Ini pada dasarnya bukan kabar baru. Sebagian besar data dilihat dari sudut pandang dampaknya terhadap The Fed, dan data yang dirilis hari ini kemungkinan tidak cukup kuat untuk mengubah arah kebijakan,” ujar Chief Market Strategist Nationwide, Mark Hackett. Pasca rilis data Selasa (17/12/2025), pelaku pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga setidaknya sebesar 58 basis poin pada tahun depan—lebih dari dua kali lipat sinyal pemangkasan 25 basis poin yang disampaikan The Fed pekan lalu. “Pergerakan harga minyak hari ini menjadi faktor yang paling menonjol. Selebihnya, pasar terlihat lesu dengan investor cenderung mengambil sikap menunggu,” tambah Hackett.

 

 

 

 

 

 

 

AS Tangguhkan Kesepakatan Teknologi dengan Inggris

 

 Pemerintah Amerika Serikat (AS) dilaporkan menangguhkan kesepakatan kerja sama teknologi dengan Inggris yang disepakati awal tahun ini.

Kesepakatan tersebut sebelumnya ditujukan untuk memperkuat hubungan kedua negara di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), komputasi kuantum, dan energi nuklir sipil.

Mengutip laporan Financial Times pada Senin (15/12/2025), pejabat Inggris mengonfirmasi bahwa Amerika Serikat telah menangguhkan kesepakatan tersebut sejak pekan lalu.

Disebutkan pula bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump mendorong Inggris untuk memberikan konsesi di sejumlah isu perdagangan di luar kerja sama teknologi tersebut.

Menurut laporan itu, pejabat AS semakin frustrasi dengan sikap Inggris yang dinilai enggan mengatasi berbagai hambatan non-tarif, termasuk aturan dan regulasi terkait produk pangan dan barang industri.

Reuters belum dapat memverifikasi laporan tersebut secara independen. Hingga berita ini diturunkan, Gedung Putih maupun pemerintah Inggris belum memberikan tanggapan resmi atas permintaan komentar dari Reuters.

Sebagai informasi, pada September lalu, bertepatan dengan kunjungan Presiden Trump ke Inggris, kedua negara menyepakati sebuah Tech Prosperity Deal yang bertujuan memperdalam kerja sama di bidang AI, komputasi kuantum, serta energi nuklir sipil.

AS merupakan mitra dagang terbesar Inggris. Selain itu, perusahaan-perusahaan teknologi besar asal AS telah menanamkan investasi senilai miliaran dolar AS di Inggris melalui berbagai operasi dan pengembangan bisnis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trump Gugat BBC, Ajukan Ganti Rugi Senilai US$ 5 Miliar

 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akhirnya menggugat BBC atas pencemaran nama baik pada Senin (15/12/2025). Gugatan tersebut terkait klip pidato yang diedit yang membuat Trump tampak seolah-olah mengarahkan para pendukungnya untuk menyerbu Gedung Capitol AS.

Gugatan ini juga membuka front internasional dalam perjuangan Trump melawan liputan media yang dianggapnya tidak benar atau tidak adil.

Trump meminta ganti rugi setidaknya mencapai US$ 5 miliar, menurut gugatan yang dilihat Reuters tersebut. Jumlah ganti rugi tersebut setara Rp 83,32 triliun.

BBC tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Sebelumnya, Trump telah mengindikasikan bahwa ia bermaksud untuk menuntut ganti rugi miliaran dolar terkait dengan film dokumenter BBC terkait peran Trump dalam penyerbuan Capitol pada 6 Januari 2021.

Film dokumenter tersebut, yang ditayangkan di acara berita unggulan BBC, Panorama, menggabungkan tiga cuplikan video dari pidato Trump, menciptakan kesan bahwa ia menghasut kerusuhan tersebut.

Trump membantah bertanggung jawab atas insiden tersebut, yang bertujuan untuk menghalangi Kongres mengesahkan kemenangan Joe Biden atas Trump dalam pemilihan presiden AS 2020.

BBC mengakui bahwa pengeditan tersebut merupakan "kesalahan penilaian" dan meminta maaf kepada Trump, tetapi mengatakan tidak ada dasar hukum untuk klaimnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Militer AS Serang Kapal Narkoba di Pasifik Timur, Delapan Orang Tewas

 

 Militer Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi telah melancarkan serangan terhadap tiga kapal di perairan internasional Samudra Pasifik bagian timur. Operasi ini menewaskan delapan orang yang diduga kuat terlibat dalam jaringan penyelundupan narkoba.

Komando Selatan AS (U.S. Southern Command/Southcom) menyatakan, berdasarkan hasil intelijen, ketiga kapal tersebut melintas di jalur yang selama ini dikenal sebagai rute utama perdagangan narkotika.

 “Intelijen mengonfirmasi bahwa kapal-kapal itu terlibat dalam aktivitas penyelundupan narkoba,” demikian pernyataan militer AS melalui akun resminya di platform X.

Serangan ini merupakan bagian dari kampanye militer yang lebih luas yang digulirkan Presiden AS Donald Trump untuk menekan penyelundupan narkoba dari kawasan Amerika Latin.

Dalam rangkaian operasi tersebut, militer AS dilaporkan telah menyerang lebih dari 20 kapal di Samudra Pasifik dan Laut Karibia, termasuk di wilayah perairan dekat Venezuela.

Hingga kini, setidaknya 90 orang yang dicurigai sebagai penyelundup narkoba dilaporkan tewas dalam operasi-operasi tersebut.

Penggunaan kekuatan militer secara langsung untuk menargetkan kapal-kapal yang diduga membawa narkoba menandai perubahan signifikan dari pendekatan Amerika Serikat selama ini, yang umumnya mengandalkan penegakan hukum sipil.

Langkah tersebut menuai perdebatan hukum. Sejumlah pakar hukum menilai serangan itu berpotensi melanggar hukum internasional dan dapat dikategorikan sebagai pembunuhan di luar proses peradilan. Namun, pemerintahan Trump membantah tudingan tersebut.

“Kami menjalankan operasi di wilayah Southcom secara sah, baik menurut hukum Amerika Serikat maupun hukum internasional, dan seluruh tindakan kami mematuhi Hukum Humaniter Internasional dalam konflik bersenjata,” ujar Juru Bicara Pentagon, Kingsley Wilson, kepada wartawan awal bulan ini.

Sejumlah pengamat menilai serangan di laut ini menjadi sinyal awal kemungkinan eskalasi operasi militer AS di darat. Presiden Trump sebelumnya menyatakan bahwa serangan darat di Venezuela akan segera dimulai, meski belum merinci waktu dan skala operasinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Taipan Media Hong Kong Jimmy Lai Divonis Bersalah, Terancam Penjara Seumur Hidup

 

Jimmy Lai, taipan media Hong Kong sekaligus pengkritik keras Beijing, dinyatakan bersalah pada Senin (15/12/2025) atas dua dakwaan berkonspirasi dengan kekuatan asing serta satu dakwaan hasutan, berdasarkan undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan China.

Putusan tersebut membuka peluang hukuman penjara seumur hidup bagi pria berusia 78 tahun itu.

Vonis ini menjadi babak terbaru dalam perjalanan hidup Lai, seorang miliarder yang menolak bungkam setelah pengetatan kontrol China menyusul gelombang protes massal di Hong Kong pada 2019, dan terus memperingatkan bahaya otoritarianisme baik di dalam maupun luar negeri.

Dikenal bertubuh kekar seperti petinju, berbicara lugas, dan berkarakter keras, Lai menggunakan kekayaannya untuk mendukung gerakan pro-demokrasi Hong Kong.

Media miliknya, tabloid Apple Daily, secara terbuka mendukung nilai-nilai liberal dan tak ragu mengkritik otoritas hingga akhirnya ditutup pada 2021, menyusul penggerebekan polisi.

Penutupan Apple Daily terjadi setelah Beijing memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional di Hong Kong.

Tak lama kemudian, Lai ditangkap dan didakwa berkolusi dengan kekuatan asing serta melakukan hasutan.

“Saya akan terus melawan sampai hari terakhir,” ujar Lai kepada Reuters sebelum penangkapannya.

Lai telah ditahan lebih dari lima tahun, sebagian besar dalam sel isolasi, dan kondisi kesehatannya dilaporkan memburuk.

Seorang penganut Katolik taat, ia ditahan di sel kecil dengan jendela menghadap lorong, menurut keterangan keluarganya.

Orang-orang terdekat menyebut keyakinannya menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi persidangan dan tekanan dari Partai Komunis China.

Kardinal Joseph Zen, 93 tahun, tokoh Katolik terkemuka dan pendukung demokrasi, diketahui kerap mengunjungi Lai di penjara.

Kisah hidup Lai dari kemiskinan, menjadi kaya, lalu berani melawan kerap dipandang sebagai cerminan Hong Kong: wilayah yang lama dikenal ulet dan berjiwa wirausaha, namun kecintaannya pada nilai-nilai liberal Barat akhirnya berbenturan dengan kehendak Beijing.

Lahir dari latar belakang miskin, Lai muda hidup keras di jalanan Guangzhou sebelum melarikan diri ke Hong Kong pada 1961 dengan menumpang kapal nelayan.

Dari kondisi serba kekurangan, ia membangun pabrik sendiri dan mendirikan jaringan ritel pakaian Giordano yang sukses di Asia.

Peristiwa berdarah Lapangan Tiananmen pada Juni 1989 menjadi titik balik hidupnya, mendorong Lai semakin aktif dalam jurnalisme dan aktivisme.

Ia mendirikan Next Magazine pada 1990. Setelah gerai Giordano di China daratan diboikot pada pertengahan 1990-an akibat aktivitas politiknya, Lai menjual bisnis tersebut dan menggunakan hasilnya untuk meluncurkan Apple Daily pada 1995.

Tabloid tersebut dikenal tajam dan kontroversial memadukan berita kriminal, skandal seks, balap kuda, hingga investigasi elite Hong Kong dan China dan dengan cepat meraih popularitas.

Lai kerap melontarkan kritik pedas. Ia pernah menyebut mantan Perdana Menteri China Li Peng dengan istilah penghinaan berat, serta secara terbuka menyebut Presiden Xi Jinping sebagai “diktator”.

“Semakin banyak informasi yang Anda miliki, semakin Anda tahu. Semakin Anda tahu, semakin Anda bebas,” ujar Lai dalam persidangan.

Beijing, saat mengambil alih Hong Kong pada 1997, menjanjikan kebebasan luas dan otonomi tinggi melalui skema “satu negara, dua sistem”.

Namun para pengkritik, termasuk Lai, menilai janji tersebut terkikis oleh penerapan undang-undang keamanan nasional.

Pada 2014, saat Gerakan Payung (Umbrella Movement), Lai sempat ditangkap namun terhindar dari hukuman penjara.

Pada 2019, ketika jutaan warga turun ke jalan menentang cengkeraman China, media pemerintah menyebut Lai sebagai “kekuatan jahat”.

“Kita harus fleksibel, inovatif, dan sabar—tetapi tetap bertahan,” kata Lai kala itu.

Pernah masuk daftar 40 orang terkaya Hong Kong versi Forbes pada 2008 dengan kekayaan HK$1,2 miliar, aset dan saham Lai di perusahaan media Next Digital dibekukan pada 2021. Langkah ini mematikan arus kas dan berujung pada penutupan Apple Daily.

Selama persidangan, Lai berulang kali menyebut dirinya sebagai “tahanan politik”, yang memicu teguran dari hakim.

Namun Lai bersikukuh bahwa ia berhak berbeda pendapat.

Meski menyadari perjuangannya mungkin tak berakhir baik bagi dirinya, Lai menyebut pengorbanan itu sebagai sebuah kehormatan.

Keluarganya termasuk enam anak dari dua pernikahan terus mendukungnya. Sang istri, Teresa, menghadiri lebih dari 100 hari persidangan.

Pada Oktober lalu, ia dan putrinya terlihat bertemu Paus Leo di Vatikan, di tengah kekhawatiran atas kondisi kesehatan Lai.

 “Ayah kami masuk penjara dalam kondisi mental yang kuat, dan itu masih ada. Tapi secara fisik, ia jauh lebih lemah sekarang,” kata putrinya, Claire, kepada Reuters.

Ia menyebut ayahnya mengalami nyeri punggung, diabetes, gangguan jantung, serta tekanan darah yang meningkat signifikan.

“Persidangan panjang saja sudah berat, apalagi ia terus diserang oleh jaksa dan hakim,” ujar Claire.

“Namun yang mereka buktikan justru bahwa ayah saya adalah orang yang mencintai Tuhan, mencintai kebenaran, kebebasan, dan keluarganya.”

 

 

Trump Desak Xi Jinping Bebaskan Jimmy Lai, Soroti Kesehatan Taipan Media Hong Kong

 

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya secara langsung telah meminta Presiden China Xi Jinping untuk mempertimbangkan pembebasan Jimmy Lai, taipan media pro-demokrasi Hong Kong yang saat ini dipenjara.

Trump menyatakan kekhawatiran mendalam terhadap kondisi kesehatan Lai yang berusia 78 tahun, menyusul vonis bersalah dalam persidangan keamanan nasional di Hong Kong.

Pada Senin waktu setempat, Pengadilan Tinggi Hong Kong menyatakan Lai bersalah atas tiga dakwaan dalam kasus keamanan nasional. Putusan tersebut dikecam luas oleh kelompok hak asasi manusia sebagai pukulan telak terhadap kebebasan pers di pusat keuangan China tersebut.

Jaksa menuduh Lai mengorkestrasi konspirasi untuk mendorong pemerintah asing mengambil tindakan terhadap Hong Kong atau China, serta menerbitkan materi yang dinilai “menghasut ketidakpuasan” terhadap otoritas China.

Lai menyatakan tidak bersalah atas seluruh dakwaan. Namun, dengan vonis tersebut, ia kini menghadapi ancaman hukuman penjara seumur hidup.

“Saya berbicara dengan Presiden Xi tentang hal itu, dan saya meminta agar pembebasannya dipertimbangkan,” kata Trump kepada wartawan pada Senin, tanpa merinci kapan permintaan itu disampaikan.

“Dia sudah lanjut usia dan kondisinya tidak sehat. Karena itu saya menyampaikan permintaan tersebut. Kita lihat saja apa yang akan terjadi,” ujar Trump.

Trump diketahui bertemu Xi Jinping pada Oktober lalu di Korea Selatan, di mana ia diyakini telah mengangkat kasus Jimmy Lai dalam pertemuan tersebut.

Tak lama setelah pernyataan Trump, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menegaskan bahwa putusan pengadilan tersebut mencerminkan tekad Beijing untuk menekan perbedaan pendapat.

Rubio menyatakan vonis itu menunjukkan upaya China untuk “membungkam mereka yang berusaha melindungi kebebasan berbicara dan hak-hak fundamental lainnya.”

Jimmy Lai adalah pendiri Apple Daily, surat kabar tabloid pro-demokrasi yang kini telah ditutup. Ia menjadi salah satu figur paling menonjol yang dijerat Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong.

“Laporan menunjukkan bahwa kondisi kesehatan Tuan Lai telah memburuk secara serius selama lebih dari 1.800 hari di penjara,” kata Rubio dalam pernyataannya.

“Kami mendesak otoritas terkait untuk mengakhiri penderitaan ini sesegera mungkin dan membebaskan Tuan Lai atas dasar kemanusiaan,” tambahnya.

Pemerintah Inggris turut mengkritik vonis terhadap Lai sebagai penuntutan bermotif politik dan menyerukan pembebasan segera. Lai, yang ditahan sejak akhir 2020, diketahui merupakan warga negara Inggris.

Putranya, Sebastien Lai, menyatakan Inggris perlu meningkatkan tekanan terhadap Beijing.

“Sudah saatnya kata-kata diikuti dengan tindakan dan menjadikan pembebasan ayah saya sebagai prasyarat bagi hubungan yang lebih erat dengan China,” ujar Sebastien dalam konferensi pers di London.

Sementara itu, putri Lai, Claire Lai, mengatakan ayahnya akan meninggalkan aktivitas politik jika dibebaskan.

“Dia hanya ingin berkumpul kembali dengan keluarganya. Dia ingin mendedikasikan hidupnya untuk melayani Tuhan dan menghabiskan sisa waktunya bersama keluarga,” ujarnya kepada Associated Press di Washington.

 “Ayah saya pada dasarnya bukanlah orang yang beroperasi di wilayah ilegal,” tambahnya.

Sebagai seorang Katolik yang taat, Lai memperoleh dukungan di Amerika Serikat dari koalisi longgar aktivis demokrasi, kelompok kebebasan pers, dan aktivis Kristen—konstituen yang juga dikenal sebagai bagian penting dari basis politik Trump.

Penutupan paksa Apple Daily pada 2021, yang sebelumnya dikenal dengan liputan kritisnya terhadap pemerintah, menjadi titik balik lanskap media Hong Kong. Sejak itu, banyak organisasi media mengurangi pemberitaan kritis terkait China karena kekhawatiran akan penuntutan hukum.

Peringkat kebebasan pers global Hong Kong pun merosot tajam, turun ke peringkat 140 dari 180 negara, menurut kelompok advokasi RFA.

“Meskipun putusan ini sudah diperkirakan, ketika berita itu benar-benar keluar, perasaan ‘akhirnya ini terjadi’ sangat terasa,” kata Edward Li, mantan editor Apple Daily yang kini tinggal di Taiwan.

“Bukan hanya Apple Daily yang sudah tidak ada; Hong Kong juga kehilangan suara kuat untuk mengkritik dan mengawasi pemerintah. Itulah mengapa kami merasa perlu mengisi peran tersebut,” ujarnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ICC Tolak Gugatan Israel untuk Hentikan Penyelidikan Kejahatan Perang di Gaza

 

Majelis Banding Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) menolak salah satu tantangan hukum Israel yang bertujuan menghentikan penyelidikan atas tindakan militernya dalam perang di Gaza terhadap rakyat Palestina.

Putusan ini menjadi pukulan bagi upaya Israel untuk menggagalkan proses hukum internasional tersebut.

Dalam putusan yang dikeluarkan pada Senin, para hakim menolak membatalkan keputusan pengadilan tingkat bawah yang memberikan kewenangan kepada jaksa ICC untuk menyelidiki dugaan kejahatan yang dilakukan dalam perang Israel di Gaza, menyusul serangan yang dipimpin Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023.

Dengan putusan tersebut, penyelidikan ICC atas situasi di Palestina dapat terus berlanjut.

Penyelidikan ini sebelumnya telah menghasilkan surat perintah penangkapan pada November tahun lalu terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Israel tidak mengakui yurisdiksi pengadilan yang berbasis di Den Haag tersebut dan secara konsisten membantah telah melakukan kejahatan perang di Gaza.

ICC juga sempat mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Hamas Ibrahim al-Masri, namun kemudian mencabutnya setelah adanya laporan kredibel mengenai kematiannya.

Banding Israel berfokus pada pertanyaan apakah jaksa ICC diwajibkan mengeluarkan pemberitahuan baru kepada Israel sebelum menyelidiki peristiwa yang terjadi setelah 7 Oktober 2023.

Israel berpendapat bahwa serangan ke Gaza pasca tanggal tersebut merupakan situasi baru, yang dipicu oleh rujukan tambahan ke ICC dari tujuh negara lain sejak November 2023, termasuk Afrika Selatan, Chile, dan Meksiko.

Namun, para hakim menolak argumen tersebut. Mereka menyatakan bahwa pemberitahuan awal yang dikeluarkan pada 2021, ketika ICC secara resmi membuka penyelidikan atas dugaan kejahatan di wilayah Palestina yang diduduki, sudah mencakup peristiwa-peristiwa selanjutnya.

Dengan demikian, pengadilan menegaskan bahwa tidak diperlukan pemberitahuan baru, dan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan Gallant tetap berlaku.

Putusan ini dikeluarkan di tengah berlanjutnya dampak kemanusiaan yang sangat parah akibat serangan Israel ke Gaza. Sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 11 Oktober 2025, sedikitnya 391 warga Palestina tewas, 1.063 orang terluka, dan 632 jenazah berhasil dievakuasi, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.

Sementara itu, sejak 7 Oktober 2023, kementerian tersebut mencatat sedikitnya 70.663 warga Palestina meninggal dunia dan 171.139 orang mengalami luka-luka akibat konflik yang berlangsung.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Forbes Catat Kekayaan Elon Musk Tembus Rp 9.960 Triliun, SpaceX Bersiap IPO

 

Kekayaan Elon Musk mencetak rekor baru. Forbes melaporkan, pada Senin (15/12/2025), pendiri SpaceX dan Tesla itu menjadi orang pertama di dunia dengan nilai kekayaan bersih menembus US$ 600 miliar atau sekitar Rp 9.960 triliun (kurs Rp 16.600).

Lonjakan ini terjadi seiring kabar bahwa SpaceX tengah bersiap melantai di bursa dengan valuasi sekitar US$ 800 miliar.

Musk sebelumnya telah melampaui ambang US$ 500 miliar pada Oktober lalu. Ia diperkirakan menguasai sekitar 42% saham SpaceX, yang menurut laporan Reuters tengah mempersiapkan penawaran umum perdana (IPO) pada tahun depan.

Jika valuasi tersebut terwujud, Forbes memperkirakan kekayaan Musk akan bertambah sekitar US$ 168 miliar menjadi sekitar US$ 677 miliar atau sekitar Rp 13.280 triliun per Senin siang waktu AS.

Selain SpaceX, sumber kekayaan Musk juga datang dari kepemilikannya di Tesla. Ia menguasai sekitar 12% saham produsen kendaraan listrik tersebut.

Saham Tesla telah menguat sekitar 13% sepanjang tahun ini, meski penjualan sempat melambat.

Pada perdagangan Senin, saham Tesla melonjak hampir 4% setelah Musk mengungkapkan perusahaan sedang menguji layanan robotaxi tanpa pengawas keselamatan di kursi penumpang depan.

Pada November lalu, pemegang saham Tesla menyetujui paket kompensasi senilai US$ 1 triliun untuk Musk yang disebut sebagai paket gaji korporasi terbesar sepanjang sejarah.

Persetujuan itu mencerminkan dukungan investor terhadap visinya mengubah Tesla menjadi raksasa kecerdasan buatan dan robotika.

Di luar itu, startup kecerdasan buatan milik Musk, xAI, dilaporkan sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk menghimpun pendanaan ekuitas baru sebesar US$ 15 miliar dengan valuasi sekitar US$ 230 miliar.

Hingga berita ini diturunkan, Musk, Tesla, SpaceX, dan xAI belum memberikan tanggapan resmi atas permintaan komentar Reuters.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Taiwan Klaim Militernya Mampu Merespons Cepat Jika China Luncurkan Serangan Mendadak

 

Militer Taiwan menyatakan siap merespons dengan cepat jika China melancarkan serangan mendadak. Seluruh satuan militer disebut mampu beroperasi dalam sistem komando terdesentralisasi tanpa harus menunggu perintah dari tingkat atas.

Pernyataan tersebut disampaikan Kementerian Pertahanan Taiwan dalam laporan resmi kepada parlemen pada Selasa (16/12/2025).

Taiwan yang menganut sistem demokrasi terus memperingatkan bahwa China berpotensi mengubah latihan militernya secara tiba-tiba menjadi operasi tempur aktif guna mengejutkan Taiwan dan para pendukung internasionalnya.

China, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, hampir setiap hari mengerahkan aktivitas militer di sekitar pulau tersebut.

Taipei menilai langkah ini sebagai bagian dari strategi “grey zone”, yakni tekanan militer berkelanjutan yang tidak sampai memicu perang terbuka, tetapi bertujuan melemahkan kesiapsiagaan angkatan bersenjata Taiwan.

Dalam laporannya, Kementerian Pertahanan Taiwan menyebut frekuensi dan skala aktivitas militer China terus meningkat dari tahun ke tahun, termasuk patroli rutin bertajuk “kesiapan tempur gabungan”.

Militer Taiwan juga telah memiliki prosedur operasi standar untuk meningkatkan status kesiapsiagaan tempur apabila latihan militer China berubah dari sekadar manuver menjadi aksi perang.

“Jika musuh tiba-tiba melancarkan serangan, seluruh unit akan menerapkan ‘kendali terdistribusi’ tanpa menunggu perintah, dan menjalankan misi tempur mereka dalam sistem komando terdesentralisasi,” demikian pernyataan kementerian tersebut, tanpa merinci lebih lanjut mekanismenya.

Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo dijadwalkan memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan anggota parlemen terkait laporan tersebut pada Rabu mendatang.

Kementerian Pertahanan Taiwan juga menilai China terus meningkatkan simulasi serangan terhadap Taiwan, termasuk dengan mengerahkan kapal perang semakin jauh ke Samudra Pasifik serta ke arah Australia dan Selandia Baru.

“Partai Komunis China tidak pernah melepaskan opsi penggunaan kekuatan untuk mencaplok Taiwan dan terus meningkatkan latihan gabungan lintas matra, beralih dari latihan militer murni menjadi latihan rutin yang berorientasi pada skenario pertempuran nyata,” bunyi laporan itu.

Pemerintah Taiwan kembali menegaskan penolakannya atas klaim kedaulatan Beijing, dengan menyatakan bahwa hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan pulau tersebut.

Sementara itu, pada Senin, Kementerian Pertahanan China menuding Presiden Taiwan Lai Ching-te membesar-besarkan ancaman dari Beijing dan menyebarkan “kecemasan perang”.

“Kami berharap masyarakat luas Taiwan dapat dengan jelas melihat bahaya ekstrem dan dampak merugikan dari tindakan otoritas Lai yang secara sembrono ‘mempersiapkan perang demi kemerdekaan’,” kata Kementerian Pertahanan China dalam sebuah pernyataan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Krisis Properti China Berlanjut, Harga Rumah Turun di Semua Tier Kota di November

 

 Harga rumah baru di China kembali mencatat penurunan pada November 2025, menandakan pemulihan permintaan di sektor properti masih sulit terwujud meskipun pemerintah terus berjanji menstabilkan pasar perumahan.

Data resmi yang dirilis Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) pada Senin (15/12/2025) menunjukkan harga rumah baru turun 0,4% secara bulanan (month-on-month/MOM).

Penurunan ini sedikit lebih moderat dibandingkan Oktober yang mencatat kontraksi 0,5%.

Namun secara tahunan (year-on-year/YoY), tekanan justru semakin dalam. Harga rumah turun 2,4% pada November, lebih besar dibandingkan penurunan 2,2% pada bulan sebelumnya.

Pasar properti China telah terperosok dalam tren penurunan sejak pertengahan 2021, dipicu oleh melemahnya penjualan, krisis likuiditas di kalangan pengembang, serta penurunan harga rumah yang menggerus kekayaan rumah tangga dan menekan konsumsi.

Pimpinan tertinggi China berulang kali menegaskan komitmen untuk menstabilkan sektor perumahan, mengingat pemulihan sektor ini dinilai krusial untuk mendorong konsumsi rumah tangga dan membantu ekonomi China senilai sekitar US$19 triliun mengurangi ketergantungan pada ekspor dan investasi berbasis pemerintah.

Namun, pasar rumah sekunder masih lesu. Secara tahunan, harga rumah di seluruh kategori kota terus melemah. Di kota tier pertama, harga turun 5,8% YoY, sementara di kota tier kedua dan ketiga masing-masing turun 5,6% dan 5,8%.

Data resmi terpisah juga menunjukkan bahwa investasi properti dan penjualan rumah anjlok lebih dalam sepanjang 11 bulan pertama tahun ini, menegaskan beratnya tekanan yang masih membayangi sektor tersebut.

Dalam survei kuartalan terbaru Reuters, para ekonom memperkirakan harga rumah di China akan terus turun hingga 2026 dan cenderung stagnan pada 2027.

Sejumlah ekonom menilai tantangan struktural dan kelebihan pasokan (oversupply) masih menjadi penghambat utama pemulihan.

Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya mendesak pemerintah China untuk meningkatkan upaya penyelesaian krisis properti, termasuk mempercepat keluarnya pengembang yang tidak layak dari pasar.

IMF memperkirakan China perlu mengalokasikan sekitar 5% dari produk domestik bruto (PDB) untuk mengakhiri krisis properti dalam tiga tahun.

Pada paruh kedua 2025, pemerintah pusat China memang menahan diri untuk tidak mengumumkan stimulus besar-besaran bagi sektor properti.

Meski demikian, pemerintah kembali menegaskan komitmen menjaga stabilitas pasar dan membatasi risiko sistemik.

Dalam pertemuan kebijakan penting awal bulan ini, para pejabat juga berjanji menerapkan strategi spesifik di tiap kota, termasuk mengoptimalkan pasokan, mengurangi stok rumah tak terjual, serta memperkuat program perumahan terjangkau.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pasar Tenaga Kerja AS Diperkirakan Melemah, Rilis Laporan Tertunda Jadi Sorotan

 

 Pertumbuhan lapangan kerja Amerika Serikat (AS) diperkirakan kembali membaik pada November 2025 setelah diprediksi melemah pada Oktober lalu akibat kebijakan pemangkasan belanja pemerintah federal.

Meski demikian, para ekonom menilai kondisi ini masih mencerminkan pasar tenaga kerja yang secara bertahap melemah.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS (Bureau of Labor Statistics/BLS) dijadwalkan merilis laporan ketenagakerjaan November pada Selasa (16/12/2025), bersamaan dengan pembaruan parsial data Oktober.

Laporan tersebut tertunda akibat penutupan pemerintah federal selama 43 hari yang menghambat pengumpulan data rumah tangga.

Karena itu, sejumlah indikator utama seperti tingkat pengangguran tidak akan disertakan.

Para ekonom menilai data tersebut akan cukup menantang untuk diinterpretasikan.

Namun secara umum, mereka melihat pasar tenaga kerja AS masih bergerak dalam pola yang sama, yakni perekrutan tenaga kerja yang melambat dan tingkat pengangguran yang perlahan meningkat.

Sejumlah analis mengaitkan melemahnya perekrutan dengan dampak kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump.

Tarif yang luas dinilai telah mendorong kenaikan harga barang, membuat konsumen terutama dari kelompok berpendapatan rendah dan menengah lebih selektif dalam belanja dan pada akhirnya menahan konsumsi.

“Korporasi tidak ingin menambah tenaga kerja, tetapi juga tidak terjadi pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran seperti saat resesi,” ujar Brian Bethune, profesor ekonomi di Boston College.

Menurutnya, menghentikan perekrutan merupakan langkah paling mudah bagi perusahaan ketika menghadapi guncangan yang tidak terduga.

Survei Reuters terhadap para ekonom memperkirakan nonfarm payrolls pada November bertambah sekitar 50.000 pekerjaan.

Sementara itu, meski tidak ada konsensus resmi untuk Oktober, sebagian besar ekonom memperkirakan terjadi penurunan jumlah tenaga kerja.

BNP Paribas bahkan memproyeksikan penurunan hingga 100.000 pekerjaan.

Penurunan tersebut dipicu oleh keluarnya lebih dari 150.000 pegawai federal yang menerima skema pengunduran diri dengan kompensasi, seiring upaya pemerintahan Trump memperkecil ukuran birokrasi. Sebagian besar pegawai tersebut keluar dari daftar gaji pemerintah pada akhir September.

Sementara itu, penutupan pemerintah tidak diperkirakan berdampak pada data ketenagakerjaan karena pegawai yang dirumahkan tetap menerima gaji secara retroaktif.

“Pengunduran diri ini tidak berdampak signifikan secara ekonomi karena sebagian besar sudah pensiun atau memperoleh pekerjaan lain,” kata Andrew Husby, ekonom senior AS di BNP Paribas.

Ekonomi AS mencatat penambahan 119.000 pekerjaan pada September. Namun, sejumlah ekonom memperkirakan laju fundamental pertumbuhan tenaga kerja hanya sekitar 20.000 pekerjaan per bulan.

Pada November, penambahan tenaga kerja diperkirakan masih terkonsentrasi di sektor kesehatan, bantuan sosial, serta pariwisata dan perhotelan.

Sebaliknya, sektor jasa profesional dan bisnis, transportasi, perdagangan grosir dan ritel, serta manufaktur diperkirakan mengalami pengurangan tenaga kerja.

Pekan lalu, Federal Reserve memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,5%–3,75%.

Namun, bank sentral AS mengindikasikan belum akan menurunkan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat sambil menunggu kejelasan arah pasar tenaga kerja dan inflasi.

Ketua The Fed Jerome Powell menilai pasar tenaga kerja memiliki “risiko penurunan yang signifikan”.

Ia merujuk pada estimasi revisi data yang menunjukkan jumlah pekerjaan dalam 12 bulan hingga Maret kemungkinan 911.000 lebih rendah dari laporan sebelumnya, atau sekitar 76.000 pekerjaan lebih sedikit per bulan.

BLS dijadwalkan merilis revisi final data ketenagakerjaan tersebut pada Februari bersamaan dengan laporan Januari.

Melemahnya pasar tenaga kerja juga diperkirakan tercermin dari tingkat pengangguran yang relatif tinggi. Tingkat pengangguran November diproyeksikan berada di 4,4%, meski berpotensi lebih tinggi.

Persepsi rumah tangga terhadap kondisi pasar kerja tercatat memburuk pada November.

Sementara tingkat pengangguran Oktober tidak akan diketahui, sejumlah ekonom memperkirakan angkanya melonjak dari 4,4% pada September menjadi sekitar 4,6%–4,7%, terutama akibat pegawai federal yang sempat menganggur sementara selama penutupan pemerintah.

Perlambatan penciptaan lapangan kerja turut menekan pertumbuhan upah. Rata-rata upah per jam diperkirakan tumbuh 3,6% secara tahunan hingga November, melambat dari 3,8% pada September.

Kondisi ini membantu meredam inflasi, tetapi menjadi tantangan bagi konsumsi rumah tangga yang merupakan motor utama pertumbuhan ekonomi AS.

“Permintaan konsumen masih bertahan, namun semakin terpolarisasi seiring melemahnya sentimen dan meningkatnya kerentanan pasar tenaga kerja,” kata Lydia Boussour, ekonom senior EY-Parthenon.

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post