News Forex, Index & Komoditi ( Kamis, 13 Februari 2025 )
News Forex, Index & Komoditi
( Kamis, 13 Februari 2025 )
Harga Emas Global Naik karena IHK AS Memanas
Harga emas pulih sedikit pada akhir sesi Amerika Utara hari Rabu. Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa kebijakan perlu tetap ketat karena tekanan inflasi meningkat dan ancaman tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin intensif. XAU/USD diperdagangkan di $2.897, hampir tidak berubah.
Logam yang tidak berimbal hasil ini menghentikan tren penurunannya setelah Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) mengungkapkan bahwa inflasi melonjak di atas 3% di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa jeda The Fed pada siklus pelonggarannya bisa lebih lama dari yang diharapkan.
Minggu lalu, kontrak berjangka suku bunga federal funds bulan Desember menunjukkan bahwa para pedagang mengharapkan pelonggaran sebesar 40 basis poin (bp). Setelah IHK, ekspektasi tersebut disesuaikan menjadi hanya 30 bp pemotongan suku bunga pada akhir tahun.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dan Greenback bereaksi naik. Namun demikian, Dolar AS (USD) kehilangan sedikit tenaga dan menghapus kenaikan pasca-IHK, berada di 107,98, hampir tidak berubah seperti yang digambarkan oleh Indeks Dolar AS (DXY).
Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell menyelesaikan kesaksiannya di Dewan Perwakilan Rakyat AS. Dia mengatakan bahwa upaya yang dilakukan pada inflasi belum selesai, dan dia menambahkan, "Jadi kami ingin menjaga kebijakan tetap ketat untuk saat ini."
Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic menggemakan beberapa kata-katanya, mengatakan bahwa jika ekonomi berkembang seperti yang diharapkan, inflasi bisa mencapai 2% pada tahun 2026. Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee menambahkan bahwa beberapa pembacaan inflasi seperti bulan Januari akan menguatkan bahwa "upaya jelas belum selesai."
Intisari Penggerak Pasar Harian: Harga Emas Mempertahankan Rally Dibatasi oleh Imbal Hasil AS yang Tinggi
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik sembilan setengah basis poin (bp) menjadi 4,635%.
Imbal hasil riil AS, yang berkorelasi terbalik dengan harga Bullion, melonjak hampir sembilan bp menjadi 2,157%, hambatan bagi XAU/USD.
Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik di atas 3% YoY untuk pertama kalinya dalam enam bulan, melebihi prakiraan dan kenaikan 2,9% di bulan Desember. Kenaikan ini menyoroti tantangan yang terus dihadapi Federal Reserve dalam mengendalikan inflasi. IHK inti, yang tidak termasuk item-item volatil, naik 3,3% YoY dari 3,2%, di atas prakiraan 3,1%.
Permintaan Bullion meningkat dari bank sentral, dengan World Gold Council (WGC) melaporkan bahwa bank sentral membeli lebih dari 1.000 ton emas untuk tahun ketiga berturut-turut pada tahun 2024. Setelah kemenangan pemilu Trump, pembelian oleh bank sentral melonjak lebih dari 54% tahun-ke-tahun menjadi 333 ton, menurut data WGC.
Kontrak berjangka suku bunga federal funds pasar uang memprakirakan pelonggaran sebesar 30 basis poin oleh Federal Reserve pada tahun 2025.
Harga Minyak Dunia Jatuh ke Dekat saat Trump Katakan Putin Setuju Memulai Negosiasi untuk Mengakhiri Perang di Ukraina
West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS, diperdagangkan di sekitar $71,10 selama awal sesi Asia pada hari Kamis. Harga WTI turun karena Presiden AS Donald Trump menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk membahas penghentian perang di Ukraina.
Trump membahas perang di Ukraina dalam panggilan telepon dengan Putin dan Zelenskiy. Trump mengklaim dia dan Putin telah sepakat untuk segera memulai negosiasi dengan tim masing-masing, dan mereka akan memulai dengan menelepon Zelenskiy untuk memberitahukan percakapan tersebut. "Trump melakukan pembicaraan damai, saya pikir hal itu telah mengurangi beberapa premi risiko dari harga minyak saat ini," kata Phil Flynn, analis senior dengan Price Futures Group.
Persediaan minyak mentah AS terus meningkat pekan lalu, yang mungkin membatasi kenaikan WTI. Laporan mingguan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat untuk pekan yang berakhir tanggal 7 Februari naik sebesar 4,07 juta barel, dibandingkan dengan kenaikan 8,664 juta barel pada pekan sebelumnya. Konsensus pasar memprakirakan bahwa stok akan meningkat sebesar 2,8 juta barel.
Pernyataan hawkish dari Ketua The Fed Jerome Powell berkontribusi pada penurunan WTI. Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan data inflasi terbaru menunjukkan bahwa meskipun bank sentral telah membuat kemajuan substansial dalam menjinakkan inflasi, masih ada lebih banyak upaya yang harus dilakukan. Powell mengatakan pada hari Selasa bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut karena kekuatan di pasar kerja dan pertumbuhan ekonomi yang solid.
"Harga minyak melanjutkan tren turunnya karena lingkungan makro menekan sentimen, dengan Jerome Powell mengindikasikan bahwa The Fed AS tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga," kata Harry Tchilinguirian, kepala penelitian di Onyx Capital Group.
Wall Street Terpapar Data Inflasi: S&P 500 dan Dow Ditutup Melemah
Wall Street ditutup bervariasi dengan dua indeks utama melemah. Di mana, indeks S&P 500 koreksi setelah pembacaan inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih panas dari perkiraan menambah kekhawatiran bahwa Federal Reserve tidak akan segera memangkas suku bunga.
Rabu (12/2), indeks S&P 500 ditutup melemah 0,27% ke level 6.051,97, indeks Nasdaq Composite menguat 0,03% ke 19.649,95 dan indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,50% menjadi 44.368,56.
Dari 11 indeks sektoral pada S&P 500, sembilan mengalami penurunan, dipimpin oleh sektor energi yang anjlok 2,69%. Diikuti oleh koreksi 0,91% di sektor real estat.
Pada sesi ini, saham Nvidia dan Amazon merosot lebih dari 1%. Kedua raksasa komputasi AI tersebut membebani S&P 500.
Harga konsumen AS meningkat pada bulan Januari ke level paling tinggi dalam hampir 1,5 tahun. Ini memperkuat pesan The Fed untuk tidak terburu-buru untuk melanjutkan pemotongan suku bunga.
Lonjakan harga memberikan catatan peringatan terhadap dorongan Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif pada barang impor, yang oleh para ekonom dianggap inflasi.
Suku bunga berjangka sekarang menunjukkan pedagang melihat sekitar 70% peluang The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi pada akhir tahun 2025, turun dari sekitar 80% peluang pada hari Selasa, menurut CME Fedwatch.
"Pasar mencerna bahwa The Fed mungkin tidak akan memangkas sama sekali. Itulah sebabnya pasar saham turun, kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma.
Di sisi lain, saham CVS Health melonjak 15% setelah konglomerat perawatan kesehatan itu mengalahkan estimasi laba kuartal keempat, mengisyaratkan peningkatan kinerja di bawah CEO baru David Joyner.
Sejalan, saham Gilead Sciences juga melesat 7,5% setelah perusahaan bioteknologi itu memperkirakan laba tahun 2025 di atas analis perkiraan.
Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell memulai hari kedua kesaksiannya di hadapan Kongres pada hari Rabu. Pada hari Selasa (11/2), ia menegaskan kembali kepada Komite Perbankan Senat bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lagi.
Pembacaan bulan Januari adalah pembacaan inflasi terakhir sebelum dampak langsung dari langkah-langkah tarif Trump, yang mulai berlaku bulan ini.
Penasihat perdagangan Trump sedang menyelesaikan rencana untuk tarif timbal balik pada setiap negara yang mengenakan bea atas impor AS.
Indeks Volatilitas Cboe, yang dikenal sebagai "pengukur rasa takut" Wall Street, melonjak ke level tertingginya dalam seminggu.
Imbal hasil US Treasury melonjak setelah data inflasi, dengan imbal hasil pada obligasi 10 tahun mencapai level tertingginya dalam lebih dari dua minggu.
Selain itu, saham Lyft turun 8% setelah perusahaan taksi daring itu memperkirakan pemesanan kotor kuartal saat ini di bawah perkiraan.
Dalam perdagangan lanjutan, saham Robinhood Markets melonjak 5% setelah platform perdagangan saham tersebut melaporkan pendapatan kuartalan di atas ekspektasi analis, didorong oleh aktivitas perdagangan yang hingar bingar menyusul kemenangan pemilihan presiden Trump pada bulan November.
Uni Eropa Beri Peringatan: Tarif Trump akan Dibalas dengan Tindakan Tegas
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bersumpah akan mengambil "tindakan tegas dan sepadan" sebagai respons terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memberlakukan tarif 25% atas semua impor baja dan aluminium.
Langkah ini meningkatkan kekhawatiran akan perang dagang antara Uni Eropa dan AS.
Trump menandatangani proklamasi pada Senin (10/2) malam untuk menaikkan tarif tanpa pengecualian atau pembebasan, dengan kebijakan yang mulai berlaku pada 4 Maret, menurut seorang pejabat Gedung Putih.
Von der Leyen menyatakan penyesalannya atas keputusan AS tersebut, dengan menekankan bahwa tarif adalah bentuk pajak yang berdampak buruk bagi dunia usaha dan konsumen.
Selama satu dekade terakhir, ekspor baja Uni Eropa ke AS rata-rata mencapai 3 miliar euro (US$3,10 miliar) per tahun.
"Tarif yang tidak berdasar terhadap Uni Eropa tidak akan dibiarkan begitu saja – ini akan memicu tindakan balasan yang tegas dan sepadan. Uni Eropa akan bertindak untuk melindungi kepentingannya," tegasnya dalam sebuah pernyataan pada Selasa (11/2).
Langkah Balasan Uni Eropa
Von der Leyen tidak merinci langkah yang akan diambil, tetapi salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah mengaktifkan kembali tarif yang diberlakukan pada 2018 terhadap produk-produk AS seperti bourbon, sepeda motor, dan jus jeruk.
Tarif ini sempat ditangguhkan berdasarkan kesepakatan antara Uni Eropa dan mantan Presiden AS, Joe Biden, namun masa penangguhan tersebut akan berakhir pada akhir Maret.
Kepala Perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, dalam pidatonya di Parlemen Eropa, menyebut keputusan Trump sebagai skenario "sama-sama rugi".
Ia menambahkan bahwa Komisi Eropa saat ini sedang menganalisis cakupan kebijakan AS dan menentukan respons yang tepat dari Uni Eropa.
Sementara itu, para menteri perdagangan dari 27 negara anggota Uni Eropa akan mengadakan konferensi video darurat pada Rabu untuk membahas langkah-langkah balasan.
Dampak pada Pasar Global
Pengumuman tarif ini mendorong harga emas ke rekor tertinggi pada Selasa, dengan logam mulia mencapai US$2.942,70 dalam perdagangan pagi akibat meningkatnya permintaan aset safe-haven.
Industri baja Eropa juga menghadapi risiko besar. Sejak Trump pertama kali memberlakukan tarif baja pada 2018, ekspor baja Uni Eropa ke AS menurun sekitar 1 juta ton, menjadi 2,2 juta ton per tahun dalam periode 2019-2024.
Kekhawatiran utama industri adalah kemungkinan limpahan baja dari negara-negara lain. Pada 2023, AS mengimpor 15 juta ton baja dari negara selain Uni Eropa.
Jika tarif diberlakukan, ada potensi baja tersebut akan dialihkan ke pasar Eropa, memperparah persaingan dan menekan harga di kawasan.
Powell: Ekonomi AS Kuat, The Fed Tidak Terburu-buru Pangkas Suku Bunga
Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga acuan.
Mengingat ekonomi yang masih "kuat secara keseluruhan," dengan tingkat pengangguran rendah dan inflasi yang masih di atas target 2% The Fed.
Dalam pernyataan pembukaannya yang disiapkan untuk sidang Komite Perbankan Senat, Powell menyebut bahwa ekonomi AS telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam dua tahun terakhir.
"Ekonomi kuat secara keseluruhan dan telah mencapai kemajuan besar menuju tujuan kami dalam dua tahun terakhir," kata Powell pada Selasa (11/2).
Ia juga menyebut bahwa tingkat pengangguran yang mencapai 4% masih berada dalam level yang dianggap sebagai pekerjaan penuh (full employment).
Sementara inflasi turun tetapi tetap lebih dari setengah poin persentase di atas target The Fed.
"Kami tidak perlu terburu-buru menyesuaikan kebijakan kami. Kami memahami bahwa mengurangi pengetatan kebijakan terlalu cepat atau terlalu banyak dapat menghambat kemajuan dalam menurunkan inflasi," lanjutnya.
Sekaligus mengulangi pernyataan yang diberikan setelah pertemuan The Fed pada Januari lalu, di mana bank sentral mempertahankan suku bunga dan menyatakan bahwa pemotongan suku bunga akan bergantung pada penurunan inflasi serta stabilnya pasar tenaga kerja.
Dalam pernyataannya, Powell juga menyinggung secara tersirat ketidakpastian ekonomi yang muncul akibat kebijakan baru pemerintahan Trump, termasuk tarif impor baru yang luas, deportasi imigran yang selama ini menjadi sumber pertumbuhan tenaga kerja, serta rencana reformasi pajak dan regulasi.
"Kami memperhatikan risiko di kedua sisi mandat ganda kami," ujar Powell, mengacu pada tujuan The Fed yang ditetapkan oleh Kongres, yakni menjaga stabilitas inflasi dan mencapai lapangan kerja maksimal.
"Kebijakan saat ini sudah diposisikan dengan baik untuk menghadapi risiko dan ketidakpastian yang ada."
Berjalan dengan Hati-hati
Testimoni Powell di hadapan Senat ini merupakan hari pertama dari dua hari sidang di Kongres, di mana The Fed menghadapi tantangan dalam menyesuaikan kebijakannya dengan dampak dari kebijakan ekonomi yang diterapkan Presiden Donald Trump.
Pejabat The Fed, termasuk Powell, selalu berhati-hati dalam menilai kebijakan eksekutif atau legislatif, lebih fokus pada dampaknya terhadap ekonomi daripada menilai kebijaksanaan kebijakan itu sendiri.
Namun, dengan ekonomi yang sudah cukup kuat dan berbagai kebijakan besar yang direncanakan Trump, The Fed memilih untuk mengambil pendekatan yang lebih hati-hati dan menghindari langkah terburu-buru.
Setelah memberikan kesaksian di hadapan Komite Perbankan Senat pada Selasa, Powell dijadwalkan tampil di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR pada Rabu pukul 10 pagi waktu setempat (15.00 GMT).
Kedua komite tersebut kini dikendalikan oleh Partai Republik dengan kepemimpinan baru.
Meski Powell selama hampir tujuh tahun menjabat sebagai Ketua The Fed telah berupaya membangun hubungan dekat dengan Kongres, para senator dan anggota DPR dari kedua partai diperkirakan akan mengajukan banyak pertanyaan kritis.
Meskipun inflasi telah menurun dan diperkirakan akan terus turun, beberapa survei konsumen menunjukkan bahwa masyarakat masih skeptis terhadap prospek ekonomi, yang dapat menjadi tantangan bagi The Fed jika kepercayaan publik terus melemah.
Kebijakan tarif tinggi terhadap mitra dagang utama seperti Meksiko dan Kanada, serta produk industri inti seperti baja dan aluminium, telah memicu perdebatan mengenai dampaknya terhadap inflasi secara keseluruhan.
Pemerintahan Trump belum mengumumkan secara rinci rencana kebijakan pajak, pengeluaran, dan deregulasi.
Namun, negosiasi yang akan datang mengenai isu-isu tersebut dapat memberikan dampak besar pada kinerja ekonomi AS ke depan.
Di sisi lain, The Fed juga menghadapi perubahan dalam kepemimpinan pentingnya, dengan pengunduran diri Michael Barr dari posisi Wakil Ketua Pengawasan Perbankan.
Pengganti yang akan ditunjuk oleh Trump berpotensi membawa perubahan besar dalam pengawasan sektor keuangan.
Pasar Mengantisipasi Kebijakan The Fed
Untuk saat ini, investor menafsirkan data ekonomi terbaru—terutama laporan ketenagakerjaan Januari yang menunjukkan tingkat pengangguran turun ke 4% serta kenaikan upah yang solid—sebagai alasan bagi The Fed untuk menunda pemangkasan suku bunga lebih lanjut tahun ini.
Pasar masih memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juni, tetapi mulai mengurangi ekspektasi akan adanya pemotongan tambahan di sisa tahun ini.
Dalam pertemuan Januari, The Fed mempertahankan suku bunga kebijakan dalam kisaran 4,25% hingga 4,5%, setelah memangkasnya sebesar satu poin penuh dalam tiga pertemuan terakhir pada tahun 2024.
Para ekonom Deutsche Bank dalam laporannya menjelang sidang pekan ini menyebut, "Kami memperkirakan Powell akan menegaskan kembali pesan dari pertemuan FOMC Januari bahwa dengan ekonomi yang masih kuat, pasar tenaga kerja yang solid, dan progres inflasi yang masih bergejolak, The Fed tidak akan terburu-buru."
"Pengumuman tarif baru-baru ini juga semakin memperkuat alasan untuk bersikap sabar, karena ketidakpastian dan potensi risiko inflasi yang lebih tinggi kini meningkat," tambah mereka.
Rusia Percaya Diri Sanksi AS Tak Pengaruhi Perdagangan Minyak dengan India
Sanksi AS terhadap Rusia tidak mempengaruhi perdagangan minyak Moskow dengan India.
Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Pavel Sorokin, wakil menteri energi pertama Rusia, pada hari Selasa (11/2/2025).
Pavel juga bilang, masih terlalu dini untuk menilai dampak pembatasan terbaru.
Menurut Reuters, India menjadi pembeli terbesar minyak laut Rusia yang dijual dengan harga diskon setelah negara-negara Barat menjatuhkan sanksi kepada Moskow dan membatasi pembelian energi mereka sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Bulan lalu, Washington menjatuhkan sanksi lebih lanjut, yang menargetkan rantai pasokan minyak Rusia, sehingga menyebabkan tarif angkutan tanker melonjak karena beberapa pembeli dan pelabuhan di Tiongkok dan India menghindari pengiriman kapal yang terkena sanksi.
"Hubungan kami dengan India didasarkan pada pragmatisme ekonomi," kata Sorokin pada konferensi India Energy Week.
"Kami percaya perdagangan energi tidak boleh dihalangi oleh politik apa pun," katanya.
Sorokin mengatakan masih terlalu dini untuk mengukur dampak sanksi AS terbaru.
"Anda tidak dapat menilai situasi berdasarkan data beberapa minggu. Diperlukan lebih banyak waktu untuk menilai hal-hal ini, tetapi kami percaya bahwa hubungan yang konstruktif akan terus berhasil," katanya.
Pasokan minyak Rusia ke India turun pada bulan Desember dan Januari dari level enam bulan sebelumnya.
Indian Oil Corp, perusahaan penyulingan minyak terbesar di negara itu, bulan lalu mengatakan bahwa mereka menghadapi potensi penurunan impor minyak Rusia pada tahun fiskal ini yang berakhir pada 31 Maret, menyusul sanksi terbaru AS terhadap Moskow.
IOC membeli minyak mentah Rusia tanpa melibatkan entitas yang dikenai sanksi, kata Ketua A S Sahney kepada wartawan di sela-sela konferensi pada hari Selasa.
Panggilan Donald Trump
Dalam reaksi yang jelas terhadap seruan Presiden AS Donald Trump kepada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menurunkan harga minyak, Sorokin mengatakan harga minyak saat ini sesuai dengan produsen dan konsumen.
"Harga... memberikan tingkat pengembalian yang layak atas investasi ulang, dan pada saat yang sama, harga tersebut memberikan visibilitas kepada semua konsumen, dan harga tersebut memberikan harga yang layak bagi konsumen untuk benar-benar merencanakan bisnis mereka dan memperoleh pengembalian yang layak atas bisnis mereka di mana energi adalah tulang punggungnya," katanya.
Ia juga memuji OPEC+, kelompok produsen minyak terkemuka dan sekutu, termasuk Rusia, atas kemampuannya untuk beradaptasi dengan cepat terhadap tantangan.
Sorokin menegaskan kembali pandangannya bahwa sanksi Barat adalah ilegal dan telah berdampak besar pada ekonomi global.
"Puluhan miliar dolar telah diambil dari negara-negara berkembang, dan sanksi tersebut juga telah meningkatkan biaya modal bagi setiap orang di industri ini," katanya.
Sorokin menambahkan, "Sanksi telah menambahkan unsur ketidakpastian di sektor seperti energi di mana proyek-proyek memiliki jangka waktu yang sangat panjang."
Ia juga bilang bahwa Rusia memiliki teknologi yang diperlukan untuk mengembangkan sumber dayanya dan akan terus menjadi pemain global utama.
Terkuak, Rupanya AS Memperoleh Baja dan Aluminium dari Negara-Negara Ini
Presiden AS Donald Trump secara substansial menaikkan tarif impor baja dan aluminium pada hari Senin (10/2/2025) menjadi 25% tanpa pengecualian atau pembebasan.
Ini merupakan langkah yang Trump harapkan akan membantu industri yang sedang berjuang di Amerika Serikat. Namun di sisi lain, hal ini juga berisiko memicu perang dagang multi-front.
Mengutip Reuters, berikut ringkasan mitra dagang utama yang akan terpengaruh.
Baja
Sekitar seperempat dari semua baja yang digunakan di Amerika Serikat diimpor, sebagian besar dari negara tetangga Meksiko dan Kanada atau sekutu dekat di Asia dan Eropa seperti Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.
Meskipun China adalah produsen dan eksportir baja terbesar di dunia, sangat sedikit yang dikirim ke Amerika Serikat.
Tarif sebesar 25% yang diberlakukan pada tahun 2018 membuat sebagian besar baja Tiongkok tidak dapat masuk ke pasar.
Tiongkok mengekspor 508.000 ton baja bersih ke AS tahun lalu atau 1,8% dari total impor baja Amerika.
Aluminium
Dalam kasus aluminium, AS lebih bergantung pada impor. Sekitar setengah dari semua aluminium yang digunakan di AS diimpor.
Sebagian besar berasal dari negara tetangga Kanada. Dengan 3,2 juta ton tahun lalu, impor Kanada dua kali lipat dari gabungan sembilan negara berikutnya.
Sumber impor terbesar berikutnya adalah Uni Emirat Arab dan Tiongkok, masing-masing sebesar 347.034 dan 222.872 metrik ton.
Industri peleburan aluminium AS tergolong kecil menurut standar global. Total kapasitas peleburan di negara tersebut hanya 1,73% dari total global menurut Survei Geologi AS.
Siap Mengancam Tesla, BYD Gandeng DeepSeek untuk Teknologi AI
Produsen mobil listrik populer asal China, BYD, resmi menggandeng DeepSeek untuk mengembangkan teknologi otonom baru berbasis kecerdasan buatan alias AI.
BYD, yang merupakan produsen mobil listrik terbesar di China, belakangan ini semakin serius mengambil pendekatan yang lebih hati-hati terhadap teknologi otonomnya untuk menyaingi Tesla.
BYD saat ini mulai menerapkan sistem bantuan pengemudi (ADAS) canggih “God’s Eye” ke semua mobilnya.
Mengutip CarNewsChina, teknologi otonom itu sudah ada di model YangWang yang mahal hingga mobil entry-level yang harganya hanya di bawah 100.000 yuan atau sekitar Rp 223,6 jutaan.
Sistem God’s Eye hadir dalam tiga penawaran berbeda berdasarkan fungsionalitas, yang semuanya menggunakan sistem Xuanji milik BYD untuk menggerakkan teknologi self-driving-nya.
Teknologi ini sangat melibatkan kombinasi chip terintegrasi, komputasi awan, dan sensor, serta cloud AI, dan AI kendaraan.
BYD Gandeng DeepSeek
DeepSeek, perusahaan AI generatif asal China yang sedang naik daun, rupanya menarik perhatian BYD.
DeepSeek langsung meraih popularitas karena menawarkan teknologi AI yang sebanding dengan OpenAI, tetapi dilaporkan dengan biaya lebih rendah dan membutuhkan lebih sedikit sumber daya.
Sistem Xuanji milik BYD nantinya akan dihubungkan ke model AI R1 DeepSeek untuk meningkatkan kemampuan AI kendaraan, sekaligus kemampuan yang ada di cloud.
Kombinasi BYD dan DeepSeek diprediksi akan segera mampu melahirkan mobil listrik otonom dengan harga yang lebih kompetitif, setidaknya jika dibandingkan dengan Tesla.
Kombinasi tersebut dapat mendorong BYD menjadi yang terdepan di pasar domestik bahkan global.
Tak lama setelah mengumumkan kolaborasinya dengan DeepSeek hari Selasa (11/2), saham BYD naik lebih dari 4% menuju level tertingginya sepanjang masa, yaitu 345 dolar Hong Kong atau sekitar US$44,25.
Ramalan Ekonom: Tarif Trump Bisa Picu Guncangan Stagflasi yang Menyakitkan
Saat ini, pelaku pasar mungkin banyak yang mencoba mencari tahu dampak perang dagang Trump dengan Eropa, Tiongkok, Kanada, dan Meksiko.
Tetapi seorang ekonom terkemuka mengatakan hasil akhir dari tarif Trump bisa menyakitkan.
Kepala ekonom Apollo Global Management (APO) Torsten Sløk mengatakan kepada Yahoo Finance bahwa perang dagang AS skala penuh terhadap dunia akan memberikan "guncangan stagflasi" pada ekonomi AS.
Stagflasi didefinisikan sebagai periode pertumbuhan yang lambat dan inflasi yang tinggi.
Ini adalah peringatan terkait tarif yang juga baru-baru ini dikeluarkan oleh Trump.
"Jadi, dampak jangka pendek dari perang dagang (memang) menyakitkan. Meskipun ini mungkin angka yang kecil, tetapi ini jelas merupakan sesuatu yang negatif," kata Sløk pada hari Senin (10/2/2025).
Trump mengatakan pada hari Minggu dalam perjalanan ke Super Bowl bahwa pemerintah akan mengenakan tarif 25% pada semua baja impor mulai hari Senin.
Selasa lalu, presiden mengenakan tarif 10% pada semua impor Tiongkok di atas tarif yang ada di negara tersebut.
Tiongkok membalas dengan mengenakan tarif pada beberapa jenis cip dan logam. Tiongkok juga mulai menyelidiki Google dan memasukkan merek pakaian AS Calvin Klein dan Tommy Hilfiger, yang dioperasikan oleh PVH Corp. (PVH), ke dalam daftar hitam.
Trump baru-baru ini setuju untuk menghentikan sementara tarif pada Kanada dan Meksiko selama 30 hari.
Dampak potensial dari tarif bervariasi.
Tax Foundation memperkirakan tarif terhadap Meksiko, Kanada, dan Tiongkok secara kolektif dapat menyusutkan PDB AS hingga 0,4%. Tarif tersebut akan menciptakan pajak lebih dari US$ 800 per rumah tangga AS pada tahun 2025.
Kepala ekonom EY Greg Daco memperkirakan PDB AS akan berkontraksi sebesar 1,5% pada tahun 2025 dan 2,1% pada tahun 2026 jika tarif diberlakukan, karena tarif akan "mengurangi" pengeluaran konsumen dan investasi bisnis.
Daco memproyeksi, inflasi akan naik sekitar 0,7% pada kuartal pertama.
Sejauh ini, pasar telah menanggapi kekacauan tarif dengan tenang.
Namun, para ahli mengatakan investor perlu lebih serius menanggapi risiko tarif.
Setiap kenaikan tarif AS sebesar 5 poin persentase diperkirakan akan mengurangi laba per saham S&P 500 sekitar 1% hingga 2%, tulis kepala strategi ekuitas AS Goldman Sachs David Kostin dalam catatannya pada 7 Februari.
"Selain berpotensi memukul laba, tarif dapat memengaruhi saham AS dengan menyebabkan ketidakpastian yang lebih besar," Kostin memperingatkan.
Makin Panas, OpenAI Klaim Belum Ada Tawaran Akuisisi dari Konsorsium Elon Musk
Dewan direksi OpenAI dikabarkan belum menerima tawaran resmi dari konsorsium yang dipimpin oleh Elon Musk. Sebelumnya, Musk mengumumkan tawaran untuk membeli organisasi nirlaba yang mengendalikan OpenAI senilai US$ 97,4 miliar.
Selasa (11/2), sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan ke Reuters bahwa hingga saat ini belum ada tawaran resmi yang masuk ke OpenAI. Alhasil, kedua belah pihak masih berselisih pendapat mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada tawaran resmi tersebut.
Pengacara Musk, Marc Toberoff, mengatakan kepada Reuters bahwa ia telah mengirim tawaran tersebut melalui email pada hari Senin (10/2) kepada penasihat hukum eksternal OpenAI di Wachtell, Lipton, Rosen & Katz.
Sumber yang dekat dengan dewan direksi OpenAI mengatakan bahwa dewan direksi dan firma hukum eksternalnya belum menerima tawaran resmi dari konsorsium Musk hingga Selasa (11/2) sore.
Organisasi nirlaba yang mengendalikan pembuat ChatGPT tersebut tidak untuk dijual, kata CEO OpenAI Sam Altman kepada Reuters pada hari Selasa, ketika ditanya tentang tawaran Musk untuk membelinya.
Tawaran oleh konsorsium yang dipimpin Musk tersebut muncul di tengah perjuangan miliarder tersebut untuk menghalangi perusahaan rintisan kecerdasan buatan tersebut beralih menjadi perusahaan nirlaba.
"Saya tidak punya apa-apa untuk dikatakan. Maksud saya, ini konyol," kata Altman di sela-sela pertemuan puncak AI di Paris ketika ditanya tentang tawaran tersebut.
"Perusahaan itu tidak untuk dijual. Itu salah satu taktiknya untuk mencoba mengacaukan kita," kata Altman, merujuk pada Musk.
Dalam pesan internal kepada karyawan OpenAI pada hari Senin, Altman mengatakan bahwa dewan direksi, meskipun belum secara resmi meninjau tawaran tersebut, berencana untuk menolaknya berdasarkan kepentingan misi OpenAI.
Musk mendirikan OpenAI bersama Altman pada tahun 2015 sebagai lembaga nirlaba, tetapi keluar sebelum perusahaan tersebut mulai beroperasi karena ketidaksepakatan mengenai arah dan sumber pendanaan perusahaan dengan Altman dan para pendiri lainnya.
Pada tahun 2023, Musk meluncurkan perusahaan rintisan AI pesaingnya, xAI.
Musk, CEO Tesla yang juga menjadi pemilik perusahaan teknologi X, adalah sekutu dekat Presiden AS Donald Trump. Ia memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah, bagian baru Gedung Putih yang bertugas untuk secara radikal mengecilkan birokrasi federal.
OpenAI, yang sedang dalam proses penggalangan dana sebesar US$ 40 miliar, juga berupaya untuk beralih dari entitas nirlaba menjadi entitas yang mencari laba, yang menurutnya diperlukan untuk mengamankan modal yang dibutuhkan untuk mengembangkan model AI terbaik.
Transisi yang rumit ini melibatkan penetapan harga atas kendali nirlaba OpenAI atas divisi nirlaba tersebut.
Jaksa Agung Delaware Kathy Jennings mengatakan bahwa dia sedang meninjau perubahan yang diusulkan OpenAI untuk memastikan perusahaan tersebut "mematuhi tujuan amal spesifiknya untuk kepentingan penerima manfaat publik, bukan kepentingan komersial atau pribadi direktur atau mitra OpenAI."
Pakar hukum mengatakan tawaran Musk mempersulit nilai wajar yang dimiliki OpenAI, khususnya terkait aset amal dalam konversi korporatnya yang rumit, yang berarti harga yang harus dibayarkan sebagai imbalan bagi nirlaba tersebut untuk menyerahkan kendali.
"Itu membantu menetapkan titik harga untuk pemikiran tentang penilaian aset nirlaba," Robert Weissman, wakil presiden Public Citizen, pengawas hak konsumen, mengatakan kepada Reuters.
"Jika hal itu terjadi seperti yang diusulkan, regulator memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa jika terjadi penjualan aset kepada entitas yang mencari laba, nilai pasar wajar diperoleh."
Respons Rusia Terkait Rencana Trump Mengambil Alih Gaza
Rencana Presiden AS Donald Trump yang ingin mengambil alih dan membangun kembali Jalur Gaza ikut direspons Rusia. Namun, Kremlin pada Senin (10/2/2025) mengatakan pihaknya menantikan rincian lebih lanjut terkait rencana Trump itu.
Saat berbicara kepada wartawan di Moskow, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mencatat bahwa ada banyak pertanyaan yang tak terjawab terkait usulan Trump tersebut. "Kami harus menunggu beberapa rincian jika ini adalah rencana aksi yang konsisten. Ada hampir 1,2 juta warga Palestina tinggal di sana - itu adalah isu utama," kata Peskov.
Peskov menambahkan bahwa orang-orang ini dijanjikan solusi kenegaraan berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan. "Ada banyak pertanyaan seperti itu. Kami belum mengetahui rinciannya, dan kami harus sabar," tambah juru bicara itu.
Pada 4 Februari, Trump mengatakan bahwa Washington akan mengambil alih Gaza dan menempatkan warga Palestina di tempat lain sesuai rencana pembangunan ulang yang luar biasa, yang dia klaim dapat mengubah daerah kantong itu menjadi "Riviera di Timur Tengah." Usulannya itu mendapat kecaman luas dari Palestina, negara-negara Arab, dan banyak negara lain di seluruh dunia, termasuk Kanada, Prancis, Jerman, dan Inggris.
Paus Fransiskus: Amerika Serikat Sedang Krisis Besar di Tangan Donald Trump
Sejak masa kampanye, Donald Trump sudah menyuarakan misi besarnya menjadikan Amerika kembali hebat. Narasi itu direalisasikan dengan memenjarakan imigran ilegal, salah satunya di penjara super maksimum Guantanamo, yang dahulu dipakai untuk menahan dan menyiksa tahanan kasus terorisme.
Sejak Trump dilantik, hal itu direalisasikan, Trump menebalkan pengamanan perbatasan. Tujuannya untuk mencegah imigran ilegal masuk Amerika. Kemudian memperketat razia orang asing. Mereka yang tak punya dokumen lengkap akan langsung diamankan.
Paus Fransiskus mengkritik keras tindakan keras Presiden AS Donald Trump terhadap imigran. Hal itu dia sampaikan dalam surat terbuka yang tidak biasa kepada para uskup Katolik Amerika pada hari Selasa (11/2/2025). Dalam catatan itu, Fransiskus menuliskan, bahwa mengkriminalisasi imigran dan mengambil tindakan yang didasarkan pada kekerasan "akan berakhir buruk".
Paus, yang bulan lalu menyebut rencana Trump untuk mendeportasi jutaan imigran sebagai aib, mengatakan, adalah salah jika berasumsi bahwa semua imigran gelap adalah penjahat, sebagaimana diberitakan Reuters.
"Saya mengimbau seluruh umat beriman Gereja Katolik ... untuk tidak menyerah pada narasi yang mendiskriminasi dan menyebabkan penderitaan yang tidak perlu bagi saudara-saudari imigran dan pengungsi kita," kata Paus.
Fransiskus, yang menjabat sebagai Paus sejak 2013, telah lama mengkritik kebijakan imigrasi Trump. Pada tahun 2016, selama kampanye pertama Trump di Gedung Putih, Paus mengatakan bahwa Trump "tidak beragama Kristen" dalam pandangannya tentang imigrasi.
Dalam suratnya pada hari Selasa, Fransiskus menyebut tindakan keras imigrasi sebagai "krisis besar" bagi AS.
"Apa yang dibangun atas dasar kekerasan, dan bukan atas dasar kebenaran tentang kesetaraan martabat setiap manusia, berawal buruk dan akan berakhir buruk," katanya.
Trump, seorang Republikan yang menjadi presiden pada tahun 2017-2021, memenangkan masa jabatan kedua yang tidak berturut-turut dengan menjanjikan akan mendeportasi jutaan imigran yang berada di AS secara ilegal.
Setelah menjabat bulan lalu, ia mengeluarkan serangkaian tindakan eksekutif untuk mengalihkan sumber daya militer guna mendukung upaya deportasi massal dan memberdayakan petugas imigrasi AS untuk melakukan lebih banyak penangkapan, termasuk di sekolah, gereja, dan rumah sakit.
Dalam surat hari Selasa, Fransiskus juga tampaknya menanggapi secara tidak langsung pembelaan Wakil Presiden JD Vance atas deportasi.
Vance, seorang Katolik, membela tindakan keras tersebut dalam sebuah posting media sosial pada bulan Januari dengan merujuk pada konsep teologi Katolik awal yang dikenal sebagai "ordo amoris", atau "tatanan cinta", untuk menyarankan bahwa umat Katolik harus mengutamakan non-imigran.
Paus berkata: "Ordo amoris sejati yang harus dipromosikan (adalah) ... dengan merenungkan cinta yang membangun persaudaraan yang terbuka bagi semua orang, tanpa kecuali."
Deportasi massal
Otoritas imigrasi AS telah mendeportasi lebih dari 4.000 imigran gelap hanya dalam pekan pertama sejak penggerebekan dimulai, kata kepala perbatasan pemerintahan Presiden Donald Trump, Tom Homan, pada Rabu (29/1).
"Kami baru melakukannya selama satu pekan dan sudah ada lebih dari 4.000 (deportasi), yang sungguh menakjubkan," kata Homan kepada NewsNation dalam sebuah wawancara Rabu pagi waktu setempat.
Homan juga mengungkapkan rencana untuk menambah jumlah tim yang berpartisipasi dalam penggerebekan dan deportasi yang menargetkan sekitar 700.000 imigran gelap yang memiliki catatan kriminal.
Laporan media menunjukkan bahwa dengan dimulainya penggerebekan imigrasi di AS, lokasi konstruksi, pusat perbelanjaan, dan tempat-tempat lain yang biasanya sering dikunjungi oleh para imigran gelap dengan cepat menjadi kosong.
Pemerintahan Biden telah menyaksikan tiga tahun berturut-turut rekor arus migrasi tak berdokumen di perbatasan selatan AS, dan hingga saat ini, lebih dari delapan juta warga migran telah melintasi perbatasan selatan AS secara ilegal sejak Januari 2021, menurut data Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP).
Seret imigran ke Guantanamo
Dua pesawat Angkatan Udara Amerika Serikat yang mengangkut gelombang pertama imigran ilegal yang dideportasi telah tiba di pusat penerimaan repatriasi di pangkalan udara Guatemala, demikian menurut pernyataan Institusi Imigrasi Guatemala.
"80 warga Guatemala telah kembali terdiri dari 31 wanita dan 48 pria serta satu anak tanpa pendamping," sebut badan imigrasi tersebut.
Menurut imigrasi, para imigran tersebut telah didaftarkan dan diterima pemerintah serta mendapatkan bantuan dasar seperti makanan, pakaian, alat kebersihan, dan dalam beberapa kasus dukungan psiko-sosial serta akses melakukan panggilan telepon.
Media setempat melaporkan bahwa pesawat kedua yang membawa 80 imigran mendarat di bandara Guatemala setelah penerbangan militer pertama.
Menurut media tersebut, sebelum para imigran dapat kembali ke rumah masing-masing, mereka dipindahkan dari pusat penerimaan repatriasi di pangkalan udara menuju pusat bantuan imigrasi di ibukota.
Sementara itu, NBC yang mengutip sejumlah sumber sebelumnya melaporkan ada tiga penerbangan imigran ilegal yang dijadwalkan meninggalkan AS pada Jumat, namun pesawat tujuan Meksiko tidak dapat lepas landas karena dilarang mendarat karena alasan yang tidak jelas.
Presiden AS Donald Trump telah berulang kali mengatakan pemerintahan barunya akan segera mulai menindak tegas imigrasi ilegal begitu ia menjabat sebagai presiden AS.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan pada Jumat bahwa AS menangkap 538 imigran ilegal, termasuk seorang tersangka teroris, dan mendeportasi ratusan "penjahat imigran ilegal" dalam operasi anti-imigrasi besar-besaran.
Sekjen PBB: Hindari Konflik di Gaza Berulang, Patuhi Perjanjian Gencatan Senjata
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan agar konflik di Jalur Gaza tidak kembali pecah. Guterres meminta semua pihak untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata serta melanjutkan negosiasi lebih lanjut.
“Kita harus menghindari dengan segala cara terjadinya kembali permusuhan di Gaza, yang akan membawa dampak tragis yang luar biasa,” kata Guterres pada Selasa (11/2/2025).
Ia juga meminta Hamas dan Israel untuk memenuhi jadwal pembebasan sandera yang direncanakan pada Sabtu mendatang. Guterres menekankan pentingnya kedua pihak untuk mempertahankan gencatan senjata dan melanjutkan negosiasi serius di Doha guna mencapai tahap kedua kesepakatan.
Pernyataan Sekjen PBB itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran atas keberlangsungan gencatan senjata yang rapuh. Sementara mediator internasional terus berupaya mengamankan perdamaian yang lebih berkelanjutan di wilayah tersebut.
Sejak 19 Januari, gencatan senjata tiga tahap telah berlaku di Gaza, menghentikan serangan Israel yang telah menewaskan lebih dari 48 ribu orang dan menyebabkan kehancuran luas di wilayah Palestina itu.
Pada tahap pertama yang berlangsung hingga awal Maret, sebanyak 33 sandera Israel akan ditukar dengan tahanan Palestina, dengan pertukaran keenam dijadwalkan berlangsung pekan ini.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Pemimpin Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Kepala Otoritas Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang di Gaza.
Houthi Siap Serang Israel Jika Tel Aviv Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata
Gerakan Ansarullah Yaman, atau Houthi, menegaskan pihaknya siap bertindak melawan Israel jika Tel Aviv kembali melancarkan serangan militer ke Jalur Gaza dan melanggar kesepakatan gencatan senjata. Houthi tak peduli seberapa besar dukungan Amerika Serikat (AS) kepada Israel.
"Jari kami siap sedia di pelatuk, dan kami siap merespons langsung jika rezim Zionis mengintensifkan serangannya ke Gaza," kata Pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi dalam siaran televisi, Selasa (11/2/2025).
Al-Houthi memperingatkan bahwa terlepas dari sebesar apa dukungan Amerika Serikat, Israel akan menghadapi konsekuensi keamanan, militer, maupun ekonomi jika eskalasi konflik kembali terjadi. Invasi baru Israel terhadap Gaza dipastikan tak akan mudah bagi petinggi rezim Zionis Benjamin Netanyahu, kata al-Houthi.
Pemimpin Houthi itu juga mengecam rencana Presiden AS Donald Trump mengusir paksa rakyat Palestina dari Jalur Gaza yang ia sebut sebagai "proyek destruktif dan agresif" yang bertujuan merebut tanah Palestina dari umat Islam.
Menurutnya, rencana tersebut tak akan selesai dengan mencaplok Masjid Al-Aqsa, tapi juga akan berlanjut dengan bahkan pencaplokan Mekah dan Madinah. Al-Houthi juga memperingatkan para pemimpin Arab yang mau bekerja sama dengan AS bahwa mereka akan sangat rentan ditinggal AS jika kepentingan Gedung Putih mengharuskannya.