News Forex, Index & Komoditi ( Selasa, 20 Mei 2025 )
News Forex, Index & Komoditi
( Selasa, 20 Mei 2025 )
Harga Emas Global Menguat Usai Moody’s Turunkan Peringkat Utang AS
Harga emas menguat pada perdagangan Senin (19/5) seiring meningkatnya permintaan aset safe haven menyusul keputusan Moody’s menurunkan peringkat kredit Amerika Serikat (AS).
Harga emas spot tercatat naik 0,9% menjadi US$3.229,51 per troy ons pada pukul 13.15 waktu setempat, sementara harga emas berjangka di AS ditutup naik 1,5 persen ke level US$ 3.233,5 per troy ons.
Kenaikan harga emas dipicu oleh keputusan lembaga pemeringkat Moody’s yang memangkas peringkat utang pemerintah AS dari "Aaa" menjadi "Aa1" pada Jumat lalu.
Moody’s menyebut peningkatan beban utang dan tingginya biaya bunga sebagai alasan utama penurunan tersebut, yang dinilai lebih tinggi dibandingkan negara-negara dengan peringkat serupa.
Ahli strategi pasar senior RJO Futures, Bob Haberkorn, menilai emas tetap menjadi aset investasi yang aman di tengah ketidakpastian.
"Selama beberapa bulan ke depan, saya pikir emas adalah taruhan aman yang bagus mengingat penurunan peringkat AS. Ini masih pasar beli dan tahan," ujarnya.
Selain itu, pelemahan dolar AS turut memperkuat harga emas. Indeks dolar jatuh ke posisi terendah sejak 8 Mei, sementara indeks saham utama di Wall Street melemah. Dolar yang lebih lemah membuat emas menjadi lebih terjangkau bagi investor luar negeri.
Pasar juga diguncang pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent, yang menyatakan Presiden Donald Trump akan memberlakukan tarif baru mulai 2 April apabila mitra dagang tidak bernegosiasi dengan itikad baik.
Emas, yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, telah mencatatkan beberapa rekor sepanjang tahun ini dan meningkat 23,1 persen sejak awal tahun.
Goldman Sachs mempertahankan proyeksi harga emas di level US$ 3.700 per ons pada akhir tahun dan US$ 4.000 per ons pada pertengahan 2026. Proyeksi ini didukung oleh tren diversifikasi yang masih terbatas dari sektor swasta ke emas.
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa upaya penyelesaian konflik dengan Ukraina berada di jalur yang tepat, usai berbicara langsung dengan Presiden Trump.
Ia juga menyebut bahwa Moskow terbuka untuk menyusun nota kesepahaman menuju perjanjian damai di masa mendatang.
Sementara itu, logam mulia lainnya juga mencatatkan kenaikan. Harga perak spot naik 0,3% menjadi US$32,36 per ons, paladium menguat 1,1% menjadi US$ 998,26, dan platinum naik 1,4% menjadi US$974,50.
Kenaikan harga platinum dipengaruhi oleh pulihnya permintaan perhiasan di Tiongkok setelah mengalami penurunan selama satu dekade. World Platinum Investment Council memperkirakan defisit platinum global tahun ini akan lebih dalam dari yang diperkirakan.
Harga Minyak Dunia Naik Tipis Terdampak Kebuntuan Negosiasi Nuklir AS-Iran
Harga minyak dunia mengalami kenaikan tipis pada perdagangan Senin (19/5)) di tengah kekhawatiran atas kebuntuan perundingan nuklir antara Amerika Serikat (AS) dan Iran, yang menutupi sentimen negatif dari penurunan peringkat kredit AS dan pelemahan data ekonomi China.
Harga minyak mentah Brent naik sebesar 13 sen menjadi US$ 65,54 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 20 sen menjadi US$ 62,69 per barel. Kedua harga acuan tersebut mencatat kenaikan lebih dari 1% sepanjang pekan sebelumnya.
Kenaikan harga terjadi setelah Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Majid Takht-Ravanchi, menyatakan bahwa negosiasi tidak akan mencapai kesepakatan jika AS tetap menuntut Iran menghentikan pengayaan uranium. Pernyataan tersebut disampaikan melalui media pemerintah Iran pada Senin.
Pernyataan tersebut memupus harapan tercapainya kesepakatan yang dapat membuka jalan bagi pelonggaran sanksi AS terhadap Iran.
Jika sanksi dicabut, Iran diperkirakan dapat meningkatkan ekspor minyak hingga 300.000–400.000 barel per hari, menurut analis StoneX, Alex Hodes. Namun, potensi peningkatan tersebut dinilai kini sangat kecil kemungkinannya.
Di sisi lain, lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat kredit pemerintah AS, memicu kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi negara konsumen minyak terbesar di dunia.
Selain itu, data dari China menunjukkan perlambatan pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel, yang turut menekan pasar.
"Data ekonomi China yang lebih lemah dari ekspektasi memang membebani harga minyak mentah, meskipun koreksinya tergolong ringan," ujar analis UBS, Giovanni Staunovo.
Tekanan tambahan juga datang dari pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang mengatakan bahwa Presiden Donald Trump akan memberlakukan tarif impor terhadap mitra dagang yang dianggap tidak bernegosiasi dengan itikad baik.
Analis memprediksi harga minyak akan tetap bergejolak dalam waktu dekat, seiring pasar menanti perkembangan terbaru terkait kebijakan tarif, negosiasi nuklir AS-Iran, serta pembicaraan perdamaian di Ukraina.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan bahwa Moskow siap bekerja sama dengan Ukraina untuk merumuskan nota kesepahaman terkait perjanjian damai.
Ia menambahkan bahwa upaya menuju perdamaian masih berada pada jalur yang benar, setelah melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Trump pada Senin.
Apabila perang di Ukraina berakhir, sebagian sanksi Barat terhadap ekspor minyak Rusia berpotensi dicabut. Hal ini dapat meningkatkan pasokan minyak global dan memberi tekanan tambahan pada harga, menurut Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.
Wall Street Ditutup Datar Usai Moody’s Pangkas Peringkat Utang AS
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street berakhir mendekati level tidak berubah pada perdagangan Senin (20/5), di tengah pelemahan sentimen pasar menyusul penurunan peringkat kredit pemerintah AS oleh Moody’s.
Melansir Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 137,33 poin atau 0,32% ke level 42.792,07. Indeks S&P 500 menguat 5,22 poin atau 0,09% menjadi 5.963,60, sementara Nasdaq Composite naik tipis 4,36 poin atau 0,02% ke posisi 19.215,46.
Moody’s memangkas peringkat kredit AS dari “Aaa” menjadi “Aa1” setelah penutupan pasar pada Jumat pekan lalu. Penurunan peringkat ini didasarkan pada kekhawatiran terhadap utang pemerintah yang belum dibayar sebesar US$ 36 triliun, termasuk beban bunga yang terus meningkat.
Menurut Talley Leger, Kepala Strategi Pasar di The Wealth Consulting Group, pasar merespons secara moderat karena pengumuman dilakukan di luar jam perdagangan. “Namun menurut saya, aksi jual terhadap aset AS terlalu berlebihan,” ujarnya.
Meski sempat melemah di awal sesi, pasar saham berhasil pulih dan ditutup relatif stabil. S&P 500 mencatat kenaikan selama enam sesi berturut-turut.
Tujuh dari 11 sektor dalam indeks S&P mengalami penguatan, dipimpin oleh sektor perawatan kesehatan, barang kebutuhan pokok konsumen, industri, material, dan utilitas. Sektor energi mencatatkan penurunan terdalam, disusul sektor barang kebutuhan konsumen.
Imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun naik 1 basis poin menjadi 4,449%, dipicu kekhawatiran bahwa rancangan undang-undang pajak baru akan meningkatkan beban utang negara. RUU pemotongan pajak yang diusulkan Presiden Donald Trump telah disetujui oleh komite utama di Kongres pada Minggu.
Dari sisi korporasi, saham TXNM Energy melonjak 7% setelah diumumkan akan diakuisisi oleh unit infrastruktur Blackstone dalam transaksi senilai US$ 11,5 miliar.
Saham Novavax naik 15% setelah menerima persetujuan regulasi untuk vaksin Covid-19-nya. Regeneron Pharmaceuticals juga naik 0,4% setelah mengumumkan rencana akuisisi perusahaan genomik 23andMe Holdings senilai US$ 256 juta melalui lelang kebangkrutan.
Di Bursa New York, jumlah saham yang melemah dan menguat berimbang dengan rasio 1:1. Terdapat 216 titik tertinggi baru dan 50 titik terendah baru.
Di sisi lain, indeks S&P 500 mencatat 26 titik tertinggi baru dalam 52 minggu tanpa mencatat titik terendah baru. Nasdaq mencatatkan masing-masing 57 titik tertinggi dan terendah baru.
Volume perdagangan saham di bursa AS tercatat sebesar 19,41 miliar saham, lebih tinggi dari rata-rata harian selama 20 hari terakhir yang berada di angka 17,34 miliar saham.
Ekonom AS Ini Sebut China Adalah Pemenang Perang Dagang dengan AS
Saat Gedung Putih menggembar-gemborkan "Seni dalam Bertransaksi", beberapa pihak mengatakan bahwa kesepakatan dagang AS-Tiongkok baru-baru ini merupakan bab dari "Seni Halus untuk Dihancurkan".
Melansir Money Wise, Ekonom AS Peter Schiff baru-baru ini mengkritik pemerintahan Trump karena melakukan perang dagang tanpa keuntungan berarti dari Tiongkok.
"Bagaimana kesepakatan dagang ini menjadi kemenangan bagi Trump?" tanyanya.
Dia menambahkan, "Tiongkok tidak menyetujui apa pun. Tarif 145% yang kita kenakan telah dikurangi menjadi 30%. Tarif 125% yang mereka kenakan sebagai tanggapan telah dikurangi menjadi 10%. Jika tarif 145% hanyalah alat tawar-menawar, Tiongkok telah menggertak Trump dan menang."
Ia melanjutkan, "Jadi, apa yang telah kita menangkan dengan menyetujui untuk menghentikan perang yang kita mulai? Kita tidak memenangkan satu pertempuran pun dalam perang ini."
Ekonom lain menyuarakan pandangan yang sama.
"'Tarif yang sangat menarik' dimaksudkan untuk mendorong reshoring dan menghasilkan pendapatan pajak triliunan untuk mendanai pemotongan pajak," tulis James Knightley, kepala ekonom internasional, ING dalam sebuah catatan kepada investor yang dilaporkan oleh Business Insider.
Catatan saja, reshoring adalah proses membawa kembali produksi atau manufaktur dari luar negeri ke negara asal perusahaan.
Namun, lanjut Knightley, dengan tarif yang diturunkan selama 90 hari, sebagian besar produksi tetap lebih murah di Tiongkok daripada merelokasikannya ke AS.
"Saya pikir sangat jelas bahwa Presiden @realDonaldTrump yang mengalah," tulis Larry Summers, ekonom dan mantan Menteri Keuangan, di X.
"Kita telah mengatakan bahwa kita bertekad untuk memberlakukan kebijakan ini untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Tiongkok tidak membuat perubahan penting atau signifikan dalam kebijakannya. Terkadang mengalah itu baik. Ketika Anda membuat kesalahan, biasanya lebih baik untuk memperbaikinya dan mundur, meskipun itu sedikit memalukan," lanjutnya.
Amerika mungkin tidak memperoleh banyak keuntungan dari perang dagangnya yang singkat, tetapi masih akan kalah dalam beberapa pertempuran ekonomi di bulan-bulan mendatang karena dampaknya yang masih ada. Inilah alasannya.
Biaya yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih rendah
Menurut The Budget Lab di Yale, meskipun ada kesepakatan perdagangan baru-baru ini dengan Tiongkok dan Inggris, konsumen Amerika menghadapi tarif efektif rata-rata keseluruhan sebesar 17,8%, tertinggi sejak 1934.
Diperkirakan tarif AS dan pembalasan asing akan menurunkan pertumbuhan PDB riil sebesar 0,7% selama 2025, meningkatkan tingkat pengangguran sebesar 0,35% pada akhir tahun dan meningkatkan tingkat harga sebesar 1,7% dalam jangka pendek, yang setara dengan hilangnya daya beli sebesar US$ 2.800 per rumah tangga rata-rata dalam dolar tahun 2024.
Pantheon Macroeconomics Ekonom AS Samuel Tombs percaya bahwa tarif tersebut dapat berakhir dengan menambahkan sekitar 1% ke indeks harga inti PCE, menurut The Wall Street Journal. Hal ini menurutnya dapat memaksa Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tinggi, yang berarti hipotek dan pinjaman mobil tetap mahal untuk waktu yang lebih lama.
Mengingat bahwa kesepakatan perdagangan hanya jeda 90 hari, ada juga kekhawatiran bahwa bisnis belum dapat membuat keputusan investasi jangka panjang. Sederhananya, investor dan konsumen menghadapi masa depan yang tidak pasti dan harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri mereka sendiri.
Inggris dan Uni Eropa Sepakati 'Reset' Kerja Sama Perdagangan dan Pertahanan
Inggris menyepakati perombakan hubungan paling signifikan dengan Uni Eropa sejak Brexit pada Senin (18/5), dengan menghapus sejumlah hambatan perdagangan dan mempererat kerja sama pertahanan. Langkah ini bertujuan untuk mendongkrak perekonomian Inggris yang lesu sekaligus meningkatkan keamanan di kawasan Eropa.
Kesepakatan tersebut diinisiasi oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang sebelumnya mendukung agar Inggris tetap berada di Uni Eropa. Starmer menilai akses yang lebih lancar bagi perdagangan dan wisatawan Inggris ke Eropa akan lebih menguntungkan, meskipun ada risiko kritik keras dari tokoh Brexit seperti Nigel Farage.
Tantangan Politik: Perikanan, Mobilitas Pemuda, dan Standar Uni Eropa
Walau dianggap sebagai langkah pragmatis, kesepakatan ini menyentuh isu sensitif seperti hak penangkapan ikan dan mobilitas pemuda. Banyak elemen kesepakatan masih perlu dinegosiasikan lebih lanjut, menciptakan potensi risiko politik bagi Starmer.
Dalam sektor perikanan, Inggris dan UE sepakat membuka akses kapal ikan masing-masing ke perairan satu sama lain selama 12 tahun. Sebagai gantinya, terjadi pengurangan permanen terhadap dokumen dan pemeriksaan perbatasan—langkah yang dinilai penting untuk membantu eksportir makanan skala kecil dari Inggris.
Di bidang mobilitas, Inggris menyetujui skema mobilitas pemuda terbatas yang detailnya masih akan dibahas. Diskusi juga sedang berlangsung agar Inggris kembali berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar Erasmus+.
Pakta Pertahanan dan Keamanan Bersama: Peluang bagi Industri Strategis Inggris
Salah satu elemen utama dari "reset" ini adalah pakta pertahanan dan keamanan baru yang memungkinkan Inggris ikut serta dalam pengadaan bersama (joint procurement) Eropa.
Meski demikian, partisipasi perusahaan Inggris seperti BAE Systems, Rolls Royce, dan Babcock dalam program penguatan pertahanan senilai €150 miliar ($167 miliar) masih membutuhkan persetujuan tambahan.
Kesepakatan ini secara tidak langsung menjadi bentuk adaptasi Inggris terhadap lanskap geopolitik baru yang dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri Presiden AS Donald Trump yang tidak menentu, termasuk dalam tarif perdagangan.
Efek Ekonomi: Perdagangan dengan UE Lebih Penting dari Kesepakatan dengan India dan AS?
Para ekonom menilai bahwa langkah mendekatkan kembali hubungan dengan Uni Eropa, mitra dagang terbesar Inggris, berpotensi memberikan dampak yang lebih besar terhadap pemulihan ekonomi Inggris dibandingkan kesepakatan dagang dengan India dan AS.
Namun, karena Inggris tetap tidak kembali ke pasar tunggal atau serikat pabean UE, potensi maksimal dari hubungan ini tetap terbatas.
Starmer mengatakan dalam unggahannya di platform X: “Ini saatnya menatap ke depan—meninggalkan perdebatan lama yang usang dan menemukan solusi praktis berbasis akal sehat yang dapat meningkatkan kualitas hidup rakyat Inggris.”
Reaksi Politik dan Publik
Sejak referendum bersejarah tahun 2016, Inggris mengalami gejolak politik signifikan, termasuk pergantian lima perdana menteri hingga Starmer menjabat pada Juli 2024. Meskipun survei menunjukkan sebagian besar warga Inggris kini menyesali Brexit, mayoritas juga tidak mendukung untuk bergabung kembali ke Uni Eropa.
Nigel Farage, tokoh sentral kampanye Brexit, kini memimpin dalam sejumlah jajak pendapat nasional, membatasi ruang gerak politik Starmer. Sementara itu, Partai Konservatif menyebut pertemuan puncak hari Senin sebagai “surrender summit”, merujuk pada konsesi seperti kesepakatan perikanan.
Namun, hubungan erat antara Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang terjalin melalui kerja sama dalam mendukung Ukraina, menjadi aset diplomatik baru bagi Inggris dalam menjembatani hubungan dengan para pemimpin Eropa.
Jelang Pembicaraan Putin-Trump, Rusia Luncurkan Serangan Drone Terbesar Sejak Perang
Rusia pada Minggu melancarkan serangan pesawat nirawak (drone) terbesar terhadap Ukraina sejak awal invasi, menghancurkan sejumlah rumah dan menewaskan sedikitnya satu perempuan.
Serangan ini terjadi sehari sebelum Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dijadwalkan membahas usulan gencatan senjata dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Badan intelijen Ukraina menyatakan mereka meyakini Moskow juga berencana menembakkan rudal balistik antarbenua pada hari yang sama, sebagai bentuk intimidasi terhadap negara-negara Barat. Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari Moskow terkait tuduhan tersebut.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, yang tengah berupaya memperbaiki hubungan dengan Washington setelah kunjungannya ke Gedung Putih pada Februari lalu gagal membuahkan hasil, mengadakan pertemuan dengan Wakil Presiden JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio di Roma, Minggu, di sela-sela pelantikan Paus Leo.
Zelenskiy menggambarkan pertemuan tersebut sebagai "baik" dan merilis sejumlah foto yang menunjukkan para pejabat Ukraina dan Amerika duduk bersama di luar ruangan, tersenyum di sekitar meja bundar. Media Ukraina melaporkan pertemuan berlangsung selama 40 menit.
"Saya tegaskan kembali bahwa Ukraina siap terlibat dalam diplomasi nyata dan menggarisbawahi pentingnya gencatan senjata penuh dan tanpa syarat sesegera mungkin,"*kata Zelenskiy, yang juga bertemu dengan Paus baru.
Ukraina dan Rusia menggelar pembicaraan langsung pertama mereka dalam lebih dari tiga tahun pada Jumat lalu, di tengah tekanan dari Trump agar kedua belah pihak menyepakati gencatan senjata dalam perang yang telah ia janjikan akan segera diakhiri.
Kedua negara sepakat untuk menukar 1.000 tahanan masing-masing, namun gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata setelah Moskow mengajukan syarat-syarat yang disebut salah satu delegasi Ukraina sebagai "tidak dapat diterima".
Kanselir Jerman, Friedrich Merz, menyampaikan bahwa para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, dan Polandia berencana berbicara dengan Trump sebelum pembicaraan antara presiden AS dan Rusia berlangsung pada Senin.
Keempat pemimpin Eropa tersebut sebelumnya bersama-sama mengunjungi Kyiv dan menyerukan agar Trump mendukung sanksi baru terhadap Rusia.
Ketika ditanya apakah sudah waktunya menjatuhkan sanksi yang lebih keras terhadap Moskow, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan hal itu merupakan keputusan Presiden Trump.
"Saya kira kita akan lihat apa yang terjadi saat kedua pihak berunding," ujarnya dalam program Meet the Press di NBC News.
"Presiden Trump telah menjelaskan dengan sangat jelas, bahwa jika Presiden Putin tidak bernegosiasi dengan itikad baik, Amerika Serikat tidak akan ragu untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia bersama dengan mitra-mitra Eropa kami."
Setelah sirene serangan udara berbunyi semalaman, Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa hingga pukul 08.00 pagi waktu setempat, Rusia telah meluncurkan 273 drone ke berbagai kota di Ukraina—jumlah tertinggi yang pernah tercatat, melampaui rekor sebelumnya pada Februari lalu saat peringatan tiga tahun perang.
Di tengah puing-puing rumah keluarganya di wilayah Obukhiv, sebelah barat Kyiv, Natalia Piven (44) menceritakan bagaimana ia bersama putranya bergegas masuk ke ruang bawah tanah setelah mendengar peringatan serangan udara, tepat pada waktunya untuk selamat dari gelombang pertama serangan.
Mereka kemudian lari ke tempat perlindungan bom di sebuah taman kanak-kanak, sebelum gelombang kedua drone menghantam desa mereka. Rumah mereka hancur total.
Seorang perempuan berusia 28 tahun yang tinggal di sebelahnya tewas. Otoritas Ukraina menyatakan tiga orang lainnya terluka, termasuk seorang anak berusia empat tahun.
"Saya tidak bisa melupakannya. Saya benar-benar tidak bisa. Saya dapat dengan jelas mendengar pesawat nirawak itu terbang tepat ke arah rumah saya,"kata Piven kepada Reuters.
Trump telah mengubah posisi AS dari mendukung Ukraina menjadi menerima sebagian narasi Rusia terkait perang yang dimulai oleh Putin pada 2022. Namun demikian, Kyiv dan sekutu-sekutunya di Eropa terus berupaya meyakinkan Trump bahwa Moskow lah yang kini menghambat tercapainya gencatan senjata.
Zelenskiy menyatakan bersedia menerima usulan Trump untuk gencatan senjata segera selama minimal 30 hari tanpa syarat. Sementara itu, Moskow mengatakan akan mempertimbangkan gencatan senjata hanya jika syarat-syarat mereka dipenuhi, termasuk penghentian pasokan senjata ke Kyiv.
Moskow juga menegaskan bahwa setiap perundingan damai harus membahas "akar penyebab" konflik, termasuk tuntutan agar Ukraina menyerahkan wilayah tertentu, dilucuti dari senjatanya, dan menerima status netral. Kyiv menyatakan bahwa syarat tersebut setara dengan menyerah dan membuat negara mereka tidak berdaya.
Industri China Tahan Gempuran Tarif AS
Produksi industri China pada April melambat namun tetap menunjukkan ketahanan mengejutkan di tengah tekanan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Hal ini mengindikasikan bahwa dukungan fiskal dari pemerintah berhasil meredam sebagian dampak negatif terhadap momentum ekonomi negara tersebut.
Biro Statistik Nasional China (NBS) melaporkan bahwa output industri tumbuh 6,1% secara tahunan pada April, melambat dari 7,7% di bulan sebelumnya, namun masih melampaui perkiraan analis sebesar 5,5%.
“Ketahanan pada April sebagian besar didorong oleh stimulus fiskal yang disalurkan lebih awal,” kata Tianchen Xu, ekonom senior di Economist Intelligence Unit pada Senin (19/5).
Data ini menyusul ekspor Tiongkok yang juga lebih kuat dari perkiraan pada awal bulan, yang disebut didukung oleh pengalihan jalur pengiriman dan lonjakan permintaan dari negara-negara yang tengah menata ulang rantai pasok global akibat tarif tinggi dari Presiden AS Donald Trump.
Namun, Xu menggarisbawahi bahwa dampak tarif tetap terasa. “Meskipun nilai tambah industri tumbuh cepat, nilai pengiriman ekspor hampir stagnan,” ujarnya.
Pekan lalu, Beijing dan Washington secara mengejutkan sepakat untuk menghentikan sebagian besar tarif yang saling diberlakukan sejak April.
Gencatan dagang selama 90 hari ini meredakan kekhawatiran akan resesi global dan gangguan rantai pasok.
“Perdagangan luar negeri Tiongkok menunjukkan ketahanan dan daya saing internasional yang kuat,” kata juru bicara NBS, Fu Linghui, seraya menambahkan bahwa de-eskalasi perdagangan akan mendorong pertumbuhan bilateral dan pemulihan ekonomi global.
Meski demikian, para ekonom memperingatkan bahwa gencatan ini hanya bersifat sementara.
Ketidakpastian sikap Trump dan masih adanya tarif 30% membuat prospek ekspor Tiongkok tetap dibayangi risiko besar.
Pasar saham pun merespons negatif. Indeks CSI300 turun 0,4% dan Shanghai Composite melemah 0,1% pada perdagangan siang, sementara mata uang yuan juga melemah terhadap dolar AS.
Konsumsi dan Properti Masih Lesu
Sementara sektor manufaktur menunjukkan ketahanan, indikator domestik lainnya justru melemah.
Penjualan ritel hanya naik 5,1% secara tahunan pada April, turun dari 5,9% pada Maret dan meleset dari perkiraan 5,5%.
Pelemahan ini diduga dipicu oleh ketidakpastian akibat tarif AS yang menekan ekspektasi konsumen dan permintaan domestik.
Sektor properti juga belum menunjukkan tanda pemulihan, dengan harga rumah stagnan dan investasi terus menyusut.
Di sisi lain, sektor komoditas melemah: pengolahan minyak mentah harian turun 4,9% dibanding Maret, dan produksi baja mentah merosot 7% secara bulanan.
Namun, ada secercah optimisme dari program pemerintah untuk mendorong konsumsi melalui skema trade-in barang rumah tangga, yang mendorong penjualan peralatan rumah tangga naik tajam 38,8%.
Tingkat pengangguran resmi turun tipis ke 5,1% dari 5,2% di bulan sebelumnya. Namun, laporan lapangan menunjukkan sejumlah pabrik yang bergantung pada pasar AS telah merumahkan pekerjanya.
Dengan tekanan deflasi yang masih berlanjut dan data kredit perbankan yang mengecewakan, para analis menilai stimulus lanjutan masih sangat dibutuhkan.
“Pertumbuhan jangka pendek ini dibayar mahal dan bisa berdampak negatif ke depan. Diperlukan pelonggaran kebijakan tambahan untuk menstabilkan pertumbuhan, tenaga kerja, dan sentimen pasar,” tulis analis Goldman Sachs.
Ekonomi China tumbuh 5,4% di kuartal pertama, melampaui ekspektasi. Pemerintah tetap yakin dapat mencapai target pertumbuhan sekitar 5% tahun ini, meski ekonom memperingatkan risiko besar dari kebijakan tarif AS yang tidak menentu.
Awal bulan ini, pemerintah telah mengumumkan paket stimulus baru, termasuk pemotongan suku bunga dan injeksi likuiditas, sebagai respons terhadap dampak tarif terhadap aktivitas ekonomi.
Julian Evans-Pritchard dari Capital Economics menyatakan bahwa kesepakatan dagang terbaru antara AS dan Tiongkok akan memberi sedikit ruang bernapas.
Namun, ia memperingatkan bahwa tekanan ekonomi yang lebih luas masih akan membuat pertumbuhan Tiongkok melambat dalam beberapa kuartal ke depan.
“Kami menduga perang dagang telah membuat rumah tangga lebih khawatir terhadap prospek pekerjaan mereka, dan akibatnya menahan konsumsi mereka,” pungkasnya.
61.000 Pekerjaan Hilang! Google, Microsoft, dan Amazon Pimpin Gelombang PHK Awal 2025
Industri teknologi global kembali diguncang oleh gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK) sepanjang tahun 2025.
Berdasarkan data dari situs pemantauan Layoffs.fyi, tercatat lebih dari 61.220 karyawan telah diberhentikan oleh sekitar 130 perusahaan teknologi hingga pertengahan Mei 2025.
Fenomena ini mencerminkan ketegangan struktural yang terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan perubahan cepat dalam arah strategi bisnis perusahaan teknologi.
Mengutip financialexpress, tiga raksasa teknologi dunia — Microsoft, Google, dan Amazon — menjadi pusat perhatian setelah masing-masing mengumumkan PHK dalam skala besar pada kuartal kedua tahun ini. Berikut adalah rincian lengkap dan dampak dari kebijakan pemangkasan karyawan yang dilakukan oleh ketiga perusahaan tersebut.
Microsoft Umumkan PHK 6.000 Karyawan: Restrukturisasi Global Terbesar Sejak 2023
Pada tanggal 13 Mei 2025, Microsoft mengumumkan rencana PHK terhadap 6.000 karyawan, atau sekitar 3% dari total tenaga kerja globalnya yang berjumlah 228.000 orang. Ini menjadi langkah pemangkasan terbesar perusahaan tersebut sejak restrukturisasi besar pada tahun 2023.
Pemangkasan tenaga kerja ini melibatkan berbagai departemen dan wilayah geografis, dengan sekitar 2.000 posisi dihapus di negara bagian Washington, tempat kantor pusat perusahaan berada.
Menurut pernyataan resmi, langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya reorganisasi internal guna memastikan Microsoft tetap kompetitif dalam lingkungan pasar yang cepat berubah dan penuh tantangan.
Google Lanjutkan Pemangkasan: Android, Pixel, dan Cloud Jadi Sasaran
Setelah melakukan beberapa putaran PHK di awal tahun, Google kembali memangkas ratusan posisi kerja di bulan April 2025. Gelombang terbaru ini berdampak pada unit Platforms & Devices, yang mencakup produk-produk utama seperti Android, Pixel, dan Chrome.
Langkah ini mengikuti kebijakan pengurangan tenaga kerja di divisi Google Cloud pada bulan Februari dan sejumlah pengunduran diri secara sukarela dari karyawan. Sebelumnya, pada Januari 2023, Alphabet, induk perusahaan Google, juga memangkas 12.000 karyawan, atau sekitar 6% dari total karyawan globalnya.
Amazon Pangkas Tim Perangkat dan Layanan: Fokus Efisiensi dan Masa Depan Produk
Sementara itu, Amazon juga mengambil langkah serupa dengan memangkas sekitar 100 posisi di divisi Devices and Services. Divisi ini bertanggung jawab atas pengembangan dan pemasaran berbagai produk unggulan seperti Alexa, Echo, Kindle, dan proyek mobil otonom Zoox.
Menurut pernyataan dari pihak Amazon, kebijakan ini dilakukan untuk menyelaraskan struktur organisasi dengan rencana pengembangan produk masa depan serta untuk meningkatkan efisiensi operasional secara menyeluruh.
Meskipun jumlahnya relatif lebih kecil dibandingkan Microsoft dan Google, pemangkasan ini menunjukkan bahwa Amazon pun tidak kebal terhadap tekanan ekonomi global.
WHO Bersiap Hadapi Masa Depan Tanpa AS, China Ambil Alih Peran Pendonor Utama
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) tengah bersiap menghadapi masa depan tanpa dukungan dari Amerika Serikat (AS), salah satu kontributor pendanaan terbesarnya selama ini.
Dalam sidang majelis tahunan yang dimulai Senin (19/5) di Jenewa, isu dominan yang mencuat adalah bagaimana WHO akan menangani berbagai krisis kesehatan, mulai dari mpox hingga kolera tanpa dukungan finansial dari AS.
Biasanya, pertemuan ini menjadi ajang untuk menyoroti peran WHO dalam menangani wabah, menyetujui vaksin, hingga memperkuat sistem kesehatan global.
Namun tahun ini, sejak Presiden AS Donald Trump memulai proses resmi keluar dari WHO melalui perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat Januari lalu, tema utama yang diangkat adalah soal penyusutan dan efisiensi organisasi.
“Kami harus fokus pada program-program bernilai tinggi,” ujar Daniel Thornton, Direktur Mobilisasi Sumber Daya WHO, kepada Reuters.
Meski demikian, apa yang dimaksud dengan “program bernilai tinggi” tersebut masih dalam pembahasan.
Para pejabat WHO menyebut bahwa pemberian panduan mengenai vaksin dan pengobatan untuk penyakit seperti obesitas dan HIV akan tetap menjadi prioritas.
Sebuah presentasi WHO yang dibagikan ke para donor dan dilihat oleh Reuters menunjukkan bahwa kegiatan yang berhubungan langsung dengan persetujuan obat dan penanganan wabah akan tetap dilindungi. Sebaliknya, pelatihan dan kantor WHO di negara-negara maju kemungkinan akan ditutup.
AS sebelumnya menyumbang sekitar 18% dari anggaran WHO. Namun, AS tidak tercantum dalam daftar peserta resmi sidang tahun ini dan kursi perwakilan AS di ruang sidang tampak kosong saat acara dimulai.
“Kami harus berusaha dengan apa yang ada,” ujar seorang diplomat negara Barat yang enggan disebut namanya.
Sejak pengumuman Trump pada Januari, WHO telah bersiap dengan melakukan pemangkasan manajerial dan anggaran secara bertahap.
Berdasarkan hukum di AS, proses keluar dari WHO akan efektif pada 21 Januari 2026, sehingga AS secara teknis masih menjadi anggota hingga saat itu.
Trump yang menuduh WHO salah menangani pandemi COVID-19, tuduhan yang telah dibantah WHO, sempat menyatakan bahwa AS mungkin bisa bergabung kembali jika WHO “berbenah”.
Namun, hingga kini belum ada indikasi perubahan sikap dari pemerintah AS.
Sementara itu, WHO kini menghadapi lubang pendanaan sebesar US$600 juta untuk tahun ini, serta ancaman pemotongan 21% dari anggaran dua tahunan berikutnya.
China Ambil Alih Peran AS
Dengan mundurnya AS, China diperkirakan akan menjadi kontributor terbesar dari sisi iuran wajib negara anggota, salah satu dari dua pilar utama pendanaan WHO selain donasi sukarela.
Kontribusi China akan naik dari sekitar 15% menjadi 20% dari total iuran negara berdasarkan reformasi sistem pendanaan yang telah disepakati sebelumnya.
“Kita harus belajar beradaptasi dengan tatanan multilateral baru tanpa Amerika. Hidup terus berjalan,” kata Duta Besar China untuk Jenewa, Chen Xu, dalam sebuah konferensi pers bulan lalu.
Sebagai tuan rumah sidang, Menteri Kesehatan Swiss Elisabeth Baume-Schneider membuka pertemuan dengan mengumumkan donasi sukarela sebesar US$80 juta untuk empat tahun ke depan.
Sejumlah pihak juga mulai menyerukan reformasi besar-besaran di tubuh WHO.
“Apakah WHO benar-benar perlu semua komite yang ada? Apakah harus menerbitkan ribuan laporan setiap tahun?” ujar Anil Soni, CEO dari WHO Foundation, badan penggalangan dana independen yang mendukung WHO.
Menurut Soni, fokus saat ini adalah memastikan agar proyek-proyek utama tetap berjalan di tengah krisis pendanaan.
Ini termasuk menggandeng donor dengan kepentingan khusus, seperti perusahaan farmasi dan lembaga filantropi.
Salah satu contohnya adalah ELMA Foundation, yang telah menyumbangkan US$2 juta untuk jaringan laboratorium global penyakit campak dan rubella, jaringan yang terdiri dari lebih dari 700 laboratorium di seluruh dunia.
Di luar isu pendanaan, sidang majelis tahun ini juga membahas pengesahan perjanjian bersejarah tentang tata kelola pandemi di masa depan serta upaya penggalangan dana dari para donor.
Namun, bayang-bayang krisis keuangan akibat mundurnya AS tetap menjadi sorotan utama dalam pertemuan ini.
Demo Terbesar di Belanda dalam 20 Tahun Terakhir Desak Dihentikannya Genosida di Gaza
Lebih dari 100 ribu massa turun ke jalan berdemonstrasi di Den Haag pada Ahad (18/5/2025) menuntut pemerintah Belanda bersikap tegas terhadap kekejaman Israel di Gaza. Demonstrasi yang digalang oleh koalisi lokal dan internasional itu bertajuk "Tarik Garis Merah untuk Gaza".
Panitia aksi mengklaim bahwa demonstrasi ini adalah yang terbesar di Belanda selama 20 tahun terakhir. Berdasarkan foto dan video yang beredar di media sosial, massa aksi yang memenuhi jalan-jalan menuju Malieveld Square kompak mengenakan kostum berwarna merah.
Menurut catatan resmi, lebih dari 70 ribu massa menghadiri aksi ini, sementara Oxfam Novib, salah satu LSM yang ikut mengorganisasikan aksi menyebut jumlah 100 ribu massa yang hadir pada Ahad.
Juru bicara massa aksi menegaskan bahwa ratusan warga Gaza mati kelaparan sejak Maret. Mereka menuduh pemerintah Belanda sengaja diam atas aksi kekejaman Israel di Gaza.
Sebuah pernyataan dari laman Amnesty International mengatakan, meski Israel terus melakukan pelanggaran hukum perang, pemerintah Belanda tetap tidak "menarik sebuah garis merah" dan terus menolak untuk bertindak mengakhiri impunitas. Menurut Amnesty, pertemuan antara LSM dan pemerintah Belanda pernah menggelar pertemuan membahas isu Gaza, namun tanpa hasil.
Selain banner besar dengan tulisan "Tarik Garis Merah untuk Gaza", aksi massa menerikkkan slogal seperti "Pemerintah Schoof tuli," "Pemerintah memalukan , tangan anda berlumuran darah," “Belanda membayar bom-bom Israel," "Merdekakan Palestina," "Tidak akan ada damai dalam pendudukan," "Setop genosida," "Setop membunuh anak-anak,"
Sejak Oktober 2023, Israel dilaporkan telah membunuh setidaknya 53 ribu warga Palestina, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Mahkamah Kriminal Internasional pada November tahun lalu telah mengeluarkan surat perintah penahanan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan melakukan kejahatan perang dan kejahatan melawan kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Pidana Internasional.
Pada Ahad (18/5/2025), Israel akhirnya melonggarkan blokade bantuan kemanusiaan berupa makanan masuk ke Gaza menyusul dimulainya operasi militer di bagian utara dan selatan. Keputusan pembukaan blokade bantuan kemanusiaan meski masih dalam jumlah terbatas ini diambil usai gelombang tekanan dunia internasional terhadap Israel merujuk pada kondisi Gaza yang menuju pada bencana kelaparan massal sejak blokade diterapkan pada Maret.
"Berdasarkan rekomendasi IDF, dan kebutuhan operasional untuk melanjutkan memperluas serangan guna menghancurkan Hamas, Israel akan memperbolehkan sejumlah dasar makanan untuk populasi untuk memastikan bahwa krisis kelaparan tidak berkembang di Jalur Gaza," demikian keterangan Kantor Perdana Menteri Netanyahu, Ahad.
Eri Kaneko, juru bicara Kepala Bantuan PBB Tom Fletcher juga mengonfirmasi bahwa telah dihubungi oleh otoritas Israel untuk "melanjutkan pengiriman bantuan dalam jumlah terbatas". Menurutnya, diskusi terkait distribusi logistik antara PBB dan otoritas PBB masih berlangsung.
Israel mengumumkan keputusan pembukaan blokade setelah beberapa sumber dari kedua belah pihak menginformasikan tidak adanya kemajuan dari babak baru perundingan antara Israel dan Hamas di Qatar. Sebelumnya, Netanyahu mengatakan, perundingan itu termasuk mendiskusikan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera, juga sebuah proposal untuk mengakhiri perang dengan imbalan pengusiran militan Hamas dan demiliterisasi Gaza, proposal yang telah ditolak Hamas.
Senator AS Ini Desak Israel Segera Cabut Blokade Bantuan Kemanusiaan Masuk Gaza
Senator Amerika Serikat Chris Van Hollen mendesak Israel segera menghentikan blokade pangan terhadap Jalur Gaza. Ia pun memperingatkan bahwa nyawa anak-anak Palestina di sana sangat terancam akibat kelaparan karena bantuan makanan masih tertahan di perbatasan.
“Masukkan makanan ke Gaza SEKARANG! Netanyahu dan pemerintahnya membuat dua juta warga sipil kelaparan,” tulis senator asal Maryland itu di platform X, mengutip laporan Program Pangan Dunia (WFP) yang memperingatkan risiko kelaparan massal di seluruh Gaza.
Van Hollen menyoroti bahwa blokade ini telah berlangsung selama 76 hari. “Truk-truk berisi makanan sudah menunggu untuk masuk, tetapi tetap diblokir,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa anak-anak telah meninggal akibat kekurangan pangan, sekaligus menuduh Amerika Serikat turut “bersekongkol dalam pelanggaran berat hukum internasional ini.”
Israel telah memblokir seluruh pasokan, termasuk makanan, air, dan obat-obatan ke Gaza sejak 2 Maret lalu, dan melanjutkan operasi militer pada 18 Maret setelah pembicaraan gencatan senjata gagal. Jumlah korban tewas di Gaza sejak Oktober 2023 telah melebihi 53.200 jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak.
Indikasi Israel Sembunyikan Jumlah Tentara Tewas dan Terluka di Gaza Menguat
Kecurigaan mengenai tindakan pasukan penjajahan Israel (IDF) menyembunyikan jumlah sebenar pasukan yang tewas dan terluka di Gaza kembali menguat. Angka resmi dinilai hanya mencakup sebagian kecil dari total yang tewas dan terluka di Gaza.
Dalam artikel yang dimuat di surat kabar Israel Ha-Makom, penulis Reutal Khobel menyatakan bahwa terdapat kesenjangan besar antara angka resmi yang dikeluarkan tentara Israel mengenai jumlah korban jiwa, yang menunjukkan sekitar 5.881 orang luka-luka, dan data yang diberikan oleh Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel, yang menambah jumlahnya menjadi sekitar 15.000 orang cedera.
Dia mencatat bahwa perbedaan-perbedaan ini membuka pintu bagi berbagai hipotesis: apakah tentara sengaja meremehkan jumlah korban, departemen rehabilitasi melebih-lebihkan perkiraan tersebut, atau definisi hukum dan administratif dari “terluka” tidak seragam dan tidak mencakup semua orang.
Penulis menyinggung kebijakan militer Israel pada awal perang, yang menolak mengungkapkan jumlah korban, dan pengumuman resmi hanya sebatas jumlah korban tewas.
Angka resmi pertama, yang dirilis pada akhir November 2023, melaporkan bahwa sekitar 1.000 tentara terluka selama perang yang berlangsung sekitar satu setengah bulan tersebut. Kemudian, sebuah laporan diterbitkan di Yedioth Ahronoth yang menunjukkan bahwa lebih dari 5.000 tentara telah tiba di rumah sakit, selain 1.000 tentara reguler lainnya yang terluka.
Namun jumlah ini dengan cepat menghilang dari liputan media resmi dan digantikan oleh statistik lain yang menyebutkan sekitar dua ribu kasus disabilitas militer baru sejak 7 Oktober 2023.
Dengan meningkatnya tekanan media, militer Israel mulai menerbitkan pembaruan harian mengenai jumlah korban luka pada 10 Desember 2023. Menurut Roytal Khobel, ada sekitar 10.000 tentara yang "hilang" dari statistik angkatan darat, menurut data dari departemen sumber daya manusia.
Pada bulan Maret 2025, seorang reporter mengutip pernyataan tentara bahwa lebih dari 12.000 tentara telah terluka atau terbunuh sejak awal perang, sementara hanya sekitar 2.000 orang yang terluka tercatat dalam daftar sumber daya manusia tentara.
Yang lebih aneh lagi adalah keputusan militer untuk tidak menghitung mereka yang mengalami luka ringan atau mereka yang tidak secara resmi diklasifikasikan sebagai korban luka, dan mengecualikan korban trauma psikologis, dalam sebuah langkah yang bertujuan untuk mengurangi jumlah korban luka dan menutupi korban jiwa akibat perang.
Penulis mencatat bahwa selama sesi Knesset, angka-angka yang bertentangan disajikan, menunjukkan bahwa ada sekitar 78.000 orang yang terluka, sebagian besar dari mereka adalah tentara cadangan, 51 persen di antaranya berusia di bawah 30 tahun, menurut pernyataan seorang pejabat Kementerian Pertahanan.
Roytal Khobel menegaskan bahwa media resmi tidak menganggap serius jumlah korban jiwa. Jurnalis militer hanya melaporkan angka-angka tersebut tanpa memverifikasi atau mempertanyakan keakuratannya, sehingga membiarkan pihak militer menyembunyikan angka sebenarnya. Hal ini memperkuat pandangan bahwa ada upaya yang sedang dilakukan untuk memanipulasi angka-angka tersebut untuk meminimalkan tingkat penderitaan dan kerugian yang disebabkan oleh perang dan menyembunyikan kebenaran dari semua orang.
Surat kabar Israel Haaretz melaporkan, mengutip sumber-sumber militer, bahwa 35 tentara Israel telah melakukan bunuh diri sejak awal perang di Jalur Gaza hingga akhir tahun 2024, peningkatan signifikan dalam jumlah kasus bunuh diri sejak pengumuman terakhir mengenai hal tersebut oleh Radio Tentara Israel pada awal Januari 2025.
Surat kabar itu menambahkan bahwa tentara Israel menolak untuk mengungkapkan jumlah tentara yang melakukan bunuh diri tahun ini, namun mengutip sumber yang mengatakan bahwa tujuh tentara telah melakukan bunuh diri sejak awal tahun, dengan alasan perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Surat kabar tersebut juga melaporkan, dengan mengutip sumber, bahwa tentara Israel telah menguburkan banyak tentara yang melakukan bunuh diri sejak awal perang tanpa pemakaman atau pengumuman militer. Pada awal Januari 2025, Radio Tentara Israel melaporkan bahwa 28 tentara Israel melakukan bunuh diri sejak dimulainya perang di Jalur Gaza, termasuk 16 tentara cadangan.