News Forex, Index & Komoditi ( Selasa, 8 Oktober 2024 )
News Forex, Index & Komoditi
( Selasa, 8 Oktober 2024 )
Harga Emas Global Melemah usai Data Ekonomi AS Di Atas Ekspektasi
Harga emas terpantau melemah seiring dengan sikap pasar yang mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve setelah data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan. Mengutip Bloomberg pada Selasa (8/10/2024), harga emas di pasar spot tercatat turun 0,4% ke level US$2.642,88 per troy ounce, masih mendekati rekor tertinggi US$2.685,58 yang dicapai akhir bulan lalu. Imbal hasil utama Treasury AS kembali ke level 4% setelah ledakan angka lapangan kerja AS pada hari Jumat melemahkan peluang penurunan suku bunga besar-besaran oleh The Fed pada bulan November. Pasar uang sekarang memperkirakan pergerakan kurang dari seperempat poin bulan depan. Suku bunga yang lebih rendah sering dianggap sebagai bullish bagi emas yang tidak berbunga. Data inflasi AS yang dirilis akhir pekan ini dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai jalur suku bunga. Adapun, harga emas telah menguat sekitar 28% tahun ini dan telah mencatatkan serangkaian rekor tertinggi sepanjang masa—dengan kenaikan baru-baru ini didorong oleh optimisme penurunan suku bunga. Harga logam mulia juga didukung oleh kuatnya pembelian oleh bank sentral serta permintaan safe haven di tengah konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan Timur Tengah.
Ini Alasannya Harga Emas Spot Turun Tipis Dibayangi Outlook Fed Rate dan Konflik Geopolitik Sementara itu, para pengelola keuangan memangkas taruhan net-bullish mereka pada emas ke level terendah tiga pekan pada 1 Oktober 2024, data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi menunjukkan pada hari Jumat. Head of Commodity Strategy di Saxo Bank A/S, Ole Hansen menyebut bahwa emas dan perak mengalami penjualan bersih karena para pedagang membukukan keuntungan di tengah dua logam yang terlihat lelah menyusul kenaikan harga baru-baru ini. "Dalam emas, perlu dicatat bahwa posisi long dan short berkurang karena penjual short baru-baru ini khawatir akan lonjakan geopolitik sementara posisi long yang lama terus membukukan keuntungan," kata Hansen.
Harga Minyak Dunia Menguat di Tengah Kekhawatiran Gangguan Produksi Minyak Timur Tengah
West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS, diperdagangkan di sekitar $76,85 pada hari Kamis. Harga WTI melanjutkan rally karena meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkatkan spekulasi bahwa Israel mungkin akan menyerang infrastruktur minyak Iran.
Harga minyak melonjak di tengah kekhawatiran bahwa Israel mungkin akan menargetkan industri minyak Iran sebagai pembalasan atas serangan rudal balistik Teheran. Hizbullah yang didukung Iran meluncurkan roket-roket ke arah kota terbesar ketiga di Israel, Haifa, pada hari Senin pagi. Pada ulang tahun pertama perang Gaza, Israel berencana untuk meningkatkan serangan darat ke Lebanon selatan, yang menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya perang yang lebih luas di wilayah tersebut, demikian dikutip dari Reuters.
"Ada kekhawatiran bahwa konflik ini akan terus meningkat – tidak hanya membahayakan produksi 3,4 mmbopd (juta barel minyak per hari) Iran, tetapi juga menciptakan gangguan lebih lanjut pada pasokan regional," kata para analis dari Tudor, Pickering, Holt & Co.
Permintaan Tiongkok yang lesu dan data ekonomi global yang suram telah meredam prospek pasar minyak tahun ini. Namun, para investor akan mengamati dengan seksama langkah-langkah kebijakan tambahan dari badan perencanaan ekonomi utama Tiongkok pada hari Selasa setelah pasar Tiongkok daratan kembali dari liburan selama seminggu. Kurangnya langkah-langkah baru atau paket yang lebih kecil dari yang diharapkan juga dapat mengecewakan pasar dan membebani harga WTI.
EUR/USD Menguat karena Para Penawar Mengincar Kembali ke 1,1000
EUR/USD bergejolak di sisi rendah 1,1000 pada hari Senin, gagal memicu kemunduran yang berarti setelah turun melewati level fisiologis utama minggu lalu, tetapi juga tidak jatuh lebih jauh meskipun ada sedikit penurunan dalam angka Penjualan Ritel Eropa. Ini semua tentang harapan penurunan suku bunga untuk beberapa hari ke depan, dan data tenaga kerja AS yang optimis telah mendorong harapan penurunan suku bunga di pasar secara luas.
Data ekonomi Eropa masih lesu selama sebagian besar minggu perdagangan, membuat para pedagang Fiber menunggu pengumuman data akhir hari Rabu dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). (Federal Open Market Committee/FOMC) terbaru, yang pasti akan menyedot perhatian tetapi tidak mungkin mengungkapkan sesuatu yang baru. Data penting minggu ini dari kalender ekonomi AS adalah laporan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) AS terbaru pada hari Kamis.
Menurut Alat FedWatch dari CME, para pedagang suku bunga saat ini memprakirakan sekitar 80% peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 bp dari The Fed di bulan November. Nonfarm Payrolls (NFP) yang sangat kuat minggu lalu memupuskan hampir semua harapan untuk pemotongan suku bunga ganda pada bulan November, sampai-sampai para pedagang suku bunga melihat peluang satu dari lima tidak ada pemotongan suku bunga sama sekali pada tanggal 7 November, menurut Alat FedWatch milik CME.
Imbal Hasil Obligasi AS Naik, Wall Street Melemah
Wall Street melemah pada Senin (7/10/2024) dipicu peningkatan imbal hasil obligasi Amerika Serikat.
Seperti dilaporkan Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average di Bursa Efek New York, AS, turun 398,51 poin, atau sekitar 0,94 persen, menjadi 41.954,24. Indeks S&P 500 melemah 55,13 poin, atau sekitar 0,96 persen, menjadi 5.695,94. Indeks komposit Nasdaq merosot 213,94 poin, atau sekitar 1,18 persen, menjadi 17.923,9.
Perubahan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve pada November membuat imbal hasil obligasi 10 tahun AS melampaui 4 persen untuk pertama kalinya dalam dua bulan terakhir.
Selain peningkatan imbal hasil obligasi AS, pelemahan Wall Street juga tak terlepas dari anjloknya saham Alphabet yang merupakan perusahaan induk Google sebesar 2,47 persen setelah keputusan pengadilan menetapkan bahwa Google harus mengubah bisnis mobile-app sehingga memberi para pengguna lebih banyak opsi.
Pelemahan saham Alphabet memicu merosotnya saham perusahaan teknologi lainnya. Saham Amazon dan Apple masing-masing anjlok 3,06 persen dan 2,25 persen.
Harga emas berjangka di COMEX New York Mercantile Exchange turun seiring menguatnya nilai tukar dolar AS. Harga emas untuk pengiriman Desember 2024 turun 0,1 persen menjadi US$2.666 per ons. Indeks dolar AS naik 0,37 persen menjadi 102,03.
Bursa saham Eropa menguat pada Senin, dengan indeks STOXX 600 Eropa naik 0,1 persen, seiring meningkatnya saham sektor perbankan.
Indeks FTSE 100 di Bursa Efek London, Inggris, naik 22,99 poin, atau sekitar 0,28 persen, menjadi 8.303,62. Indeks Dax 30 di Bursa Efek Frankfurt, Jerman, turun 16,83 poin, atau sekitar 0,09 persen, menjadi 19.104,1.
Indeks Ibex 35 di Bolsa de Madrid, Spanyol, menguat 58,3 poin, atau sekitar 0,5 persen, menjadi 11.717,5. Indeks Cac 40 di Euronext, Paris, Perancis, meningkat 34,66 poin, atau sekitar 0,46 persen, menjadi 7.576,02.
Nilai tukar poundsterling melemah 0,2 persen terhadap dolar AS menjadi 1,3090 dolar AS per pound. Sedangkan terhadap euro, nilai tukar pound menguat 0,28 persen menjadi 1,1931 euro per pound.
Di Tengah Upaya Pembatalan, Kongres 'Palestina Merdeka' Berhasil Digelar di Wina
Kongres Palestina Merdeka (Free Palestine) berhasil digelar di Wina, ibu kota Austria pada Sabtu (5/10/2024) meskipun ada upaya pihak berwenang setempat untuk membatalkan acara tersebut. Kongres ini menghadapi penolakan dari sejumlah aktor politik, termasuk komunitas Yahudi Austria, yang menekan polisi untuk melarang acara ini.
Penyelenggara berhasil memindahkan konferensi setelah tempat acara yang disediakan oleh pemerintah kota dibatalkan pada saat-saat terakhir. Wilhelm Lagthaler, salah satu penyelenggara, menggambarkan pembatalan ini sebagai "penghalangan gaya Wina," namun ia mencatat bahwa rencana cadangan memungkinkan kongres itu tetap berjalan.
Hanin Zuabi, mantan anggota parlemen Israel, dan Azzam Tamimi, seorang jurnalis Palestina-Inggris, termasuk di antara sejumlah pembicara terkemuka dalam kongres tersebut. Tamimi menyoroti perubahan persepsi global terhadap perlawanan Palestina setelah 7 Oktober 2023, dengan menyebutnya sebagai "perjuangan untuk kebebasan dan martabat melawan ideologi Zionis" ketimbang sekadar sengketa wilayah.
Tamimi menjelaskan, bahwa para pemimpin di negara-negara Barat khawatir generasi muda akan melihat 'kebenaran' tentang perlawanan Palestina, dan mengatakan: "Mereka takut ketika anak-anak mereka menjabat 10 tahun lagi, mereka akan melihat dunia dengan cara yang berbeda. Anak-anak mereka akan berada di pihak keadilan dan Palestina."
Zuabi menegaskan bahwa tindakan Israel menargetkan semua warga Palestina, bukan hanya kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dan menyatakan bahwa Israel menganggap keberadaan mereka sebagai ancaman.
Meskipun menghadapi tantangan, para penyelenggara kongres melaporkan banyak orang menghadiri acara tersebut, yang menandakan minat internasional terus berlanjut terhadap perjuangan Palestina merdeka.
Peringatan Satu Tahun Genosida di Gaza: Dunia Makin Ingin Palestina Segera Merdeka
Hari ini, tepat pada 7 Oktober, agresi Israel ke Jalur Gaza yang menyebabkan kehancuran dan bencana kemanusiaan besar serta menguji hukum dan norma internasional hingga batasnya genap berlangsung setahun. Namun, berbeda dengan harapan dunia supaya Israel segera mengakhiri agresi demi perdamaian, tindak-tanduk mereka saat ini telah membuat konflik semakin meluas di kawasan Timur Tengah.
Tak hanya Gaza, roket-roket Israel juga mendarat di Iran dan kini Lebanon. Sudah lebih dari 41.800 warga Gaza, yang sebagian besar wanita dan anak-anak, wafat dan 96.800 lainnya terluka akibat agresi Israel. Di Lebanon juga, sudah hampir 2.000 orang tewas dan 9.000 orang terluka akibat serangan Israel.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), baik melalui Dewan Keamanan maupun Majelis Umumnya, sudah mengesahkan tak sedikit resolusi untuk mendesak Israel menghentikan serangannya yang semakin serampangan di Gaza. Resolusi DK PBB nomor 2728, Resolusi DK PBB nomor 2735, maupun Resolusi Majelis Umum PBB nomor ES-10/22 yang disahkan tahun ini, misalnya, memiliki pesan yang sama, yaitu menyerukan gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan segera di Jalur Gaza.
Meski demikian, Israel bergeming; rezim Zionis terus membombardir rakyat Palestina yang tak bersalah dan meluluhlantakkan seluruh daerah Gaza. Tak ayal, dalam Sidang ke-79 Majelis Umum (SMU) PBB yang berlangsung sepanjang September lalu, isu Palestina dan agresi Israel ke Jalur Gaza serta konflik di Timur Tengah menjadi topik utama.
Satu per satu pemimpin dunia silih berganti menggemakan kecaman mereka kepada Israel dan desakan supaya peperangan di Timur Tengah dari mimbar Majelis Umum PBB. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, misalnya, dengan lugas mengutuk kemunafikan Israel di hadapan sidang pada 28 September.
“Kemarin PM Netanyahu menyatakan, ‘Israel ingin damai…’, ‘Israel mendamba perdamaian’. Apa benar? Bagaimana mungkin kita akan percaya pernyataan itu?” kata Menlu, merujuk pada pidato yang disampaikan Netanyahu sehari sebelumnya.
“Kemarin, saat dia di sini, Israel melakukan serangan udara besar-besaran terhadap Beirut yang belum pernah terjadi sebelumnya. PM Netanyahu ingin perang berlanjut,” ucap Retno.
Sementara, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyatakan kepada PBB, bahwa persoalan Palestina yang terus berlarut adalah “luka terbesar bagi hati nurani kemanusiaan”. Ia meyakini bahwa keadilan bagi Palestina tak akan bisa digoyahkan oleh kekuatan manapun.
“Keinginan rakyat Palestina untuk hidup di negaranya yang merdeka tak boleh lagi diabaikan,” kata Wang.
Senada, Menteri Luar Negeri Islandia Thordis Gylfadottir menyatakan bahwa tak boleh ada negara yang bisa berada di atas hukum internasional. Menurutnya, hak rakyat Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri tak perlu diperdebatkan lagi.
Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly juga menegaskan dukungan terhadap upaya pemulihan Palestina sembari mengecam aksi teror Israel yang telah menyebar ke Tepi Barat.
“Pemerintah Israel menolak pembentukan Negara Palestina, sementara kekerasan terhadap rakyat Palestina oleh para pemukim ekstremis dan perluasan pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat terus berlanjut. Hal ini sama sekali tak bisa diterima,” kata Joly.
Meski demikian, sebagaimana pendirian sejumlah negara-negara Barat yang belum mengakui Palestina, ia mengatakan, Kanada baru akan memberi pengakuan “jika saatnya tepat”.
Pendirian tersebut lantas ditepis Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth EIde yang mengatakan, semakin banyak negara telah menyadari bahwa “menunggu waktu yang tepat untuk mengakui Palestina tak ada manfaatnya”. Oleh karena itu, ia mendesak negara-negara yang belum mengakui kedaulatan Palestina untuk segera mengakuinya.
Terlebih, Resolusi Majelis Umum PBB nomor ES-10/23 yang disahkan pada Mei 2024 memberikan hak istimewa laksana anggota penuh bagi Palestina, sehingga menunjukkan bahwa Palestina adalah rekan setara di antara negara-negara dunia.
Tak hanya itu, rasa frustrasi komunitas internasional atas ulah Israel secara gamblang ditunjukkan di aula sidang Majelis Umum PBB pada 27 September. Di mana tak sedikit delegasi negara-negara di PBB memutuskan walkout untuk memprotes kepala otoritas Israel, Benjamin Netanyahu.
Begitu Netanyahu naik mimbar, keluarlah para delegasi itu. Ketua SMU PBB Philemon Yang pun sampai meminta majelis untuk tertib saking riuhnya aula saat hal tersebut terjadi.
Selain Indonesia, delegasi lain yang ikut keluar menentang Netanyahu berasal dari Kuwait, Iran, Pakistan, Malaysia, dan Kuba. Negara-negara tersebut merupakan anggota Organisasi Kerjasama Islam, Liga Arab, dan Gerakan Non Blok yang senantiasa mendukung kemerdekaan Palestina.
Tindakan walkout tersebut merupakan gertakan komunitas internasional terhadap otoritas Israel dan Netanyahu yang terus mengabaikan desakan dunia untuk menghentikan aksinya. SMU PBB tahun ini telah menjadi wahana bagi negara-negara dunia menyampaikan satu suara mereka kepada Israel untuk mendesak penghentian agresinya di Jalur Gaza dan, kini, Lebanon.
Tekanan dunia kepada Israel untuk menghentikan serangannya di Gaza dan daerah sekitarnya tak hanya dilakukan demi menyelamatkan jiwa rakyat Palestina. Namun, juga untuk menjaga martabat hukum internasional yang tajinya kini tergerus oleh aksi Israel.
Pasalnya, meski pelanggaran hukum internasional dan hukum kemanusiaan yang dilakukan Israel tak terhitung, rezim Zionis tetap percaya diri mengabaikan resolusi PBB untuk menghentikan aksinya. Veto Amerika Serikat terhadap Israel di DK PBB pun terus merintangi upaya mencapai penyelesaian konflik di Palestina.
Bahkan, Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu RI Sidharto R. Suryodipuro mengakui kegagalan dunia memastikan hukum internasional ditegakkan dalam konflik di Timur Tengah memiliki ramifikasi hingga tingkat global, termasuk di lingkup ASEAN yang jaraknya beribu-ribu kilometer dari Timur Tengah.
Dunia tak bisa hanya menunggu pihak-pihak berkonflik di Timur Tengah menunjukkan itikad baiknya mengakhiri perang lewat diplomasi; desakan dan tekanan dari komunitas internasional tetap dan selalu penting. Dewan Keamanan PBB pun memiliki peran kunci dalam menghentikan agresi Israel ke Gaza dan meredakan ketegangan di Timur Tengah, karena hanya badan itulah yang dapat “memaksakan” resolusinya dijalankan oleh negara anggota PBB.
Kita juga tak boleh melupakan begitu saja pesan Perdana Menteri Palestina Mohammad Mustafa yang ia sampaikan di hadapan Dewan Keamanan PBB, “Akhiri impunitas, maka penjajahan Israel akan berakhir. Akhiri penjajahan Israel, maka kami akan mencapai perdamaian dan keamanan bersama”.
Setahun Genosida di Gaza, Standar Ganda Amerika Serikat Melindungi yang Bersalah
7 Oktober 2023 merupakan hari di mana Israel mulai melakukan genosida di Jalur Gaza setelah kelompok Hamas melakukan serangan lintas batas sebagai salah satu bentuk perjuangan Palestina melawan pendudukan ilegal Israel yang sudah dilakukan selama puluhan tahun. Menurut Israel, serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 itu menewaskan 1.139 warga Israel dan sekitar 250 orang dijadikan sandera.
Dengan memakai dalih "berhak membela diri", Israel melancarkan serangan balasan yang terus dilakukan hingga satu tahun kemudian, yang sudah membuat lebih dari 41.800 warga Palestina syahid dan lebih dari 96.800 lainnya terluka. Tidak berhenti di situ, pada 23 September, Israel mulai melakukan serangan udara besar-besaran ke Lebanon dan pada 1 Oktober Israel melaksanakan serangan darat ke Lebanon, dengan dalih klasik, untuk "membela diri" dari serangan Hizbullah.
Hingga saat ini, jumlah korban tewas serangan Israel di Lebanon sudah mencapai 2.011 orang, sekitar 9.500 lainnya terluka serta 1,2 juta warga mengungsi. Sudah dua negara yang diserang Israel dengan memakai alasan "membela diri" dan banyak korban warga sipil yang berjatuhan karena alasan itu. Namun, tidak ada sanksi, seperti larangan ekspor dan impor, pembekuan aset, yang dijatuhkan kepada Israel untuk "memaksa" Israel menghentikan serangan mereka.
Hanya publik saja yang berupaya memboikot semua produk yang dimiliki Israel dan produk pendukung Israel. Beberapa negara pun seolah "membeo" dengan apa yang dikatakan oleh Israel; saat Israel menyebutkan bahwa mereka berhak membela diri dengan melakukan serangan ke Jalur Gaza.
Negara pendukung utama Israel, yakni Amerika Serikat, justru mendukung pernyataan "membela diri" dari Israel tersebut. Meski pada akhirnya AS menyerukan gencatan senjata setelah mengetahui puluhan ribu warga sipil Palestina meninggal dunia, --sambil tetap mengirimkan bantuan militer kepada Israel--, hingga saat ini seruan itu belum membuahkan hasil yang nyata.
Selain menyerang Palestina dan Lebanon, Israel juga menyerang Suriah karena Israel menganggap Suriah sebagai proksi dari Iran. Iran sendiri merupakan sponsor utama kelompok Hamas yang menentang Israel. Di saat Israel melabeli Hamas sebagai kelompok teroris, AS dan beberapa negara Barat lainnya juga ikut menyatakan hal yang sama, meski yang dilakukan Hamas itu merupakan reaksi dari aksi ilegal yang dilakukan Israel terhadap Palestina, sejak puluhan tahun yang lalu.
Iran pun pernah menyerang fasilitas militer Israel sebagai balasan atas hancurnya gedung konsulat Iran di Damaskus, Suriah, akibat serangan udara Israel. Akan tetapi, alih-alih "menegur" Israel yang memprovokasi Iran, AS malah memperingatkan Iran untuk tidak membalas serangan Israel itu.
Meski ada standar ganda yang dilakukan oleh beberapa negara Barat terhadap konflik Israel dan Palestina, perlahan tapi pasti, mulai ada negara Barat, seperti Spanyol, Norwegia, dan Irlandia, yang menyuarakan dukungan terhadap Palestina dan mulai mengkritik Israel. Bahkan Spanyol bergabung dengan Afrika Selatan melaporkan tuduhan kejahatan genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza ke Mahkamah Internasional (ICJ).
Mahkamah Internasional sendiri telah memutuskan bahwa pendudukan Israel di wilayah Palestina adalah ilegal dan memerintahkan Israel untuk segera keluar dari wilayah Palestina. Sayangnya, keputusan Mahkamah Internasional itu hanya dianggap angin lalu oleh Israel dan beberapa negara pendukungnya.
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pun berusaha mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap beberapa pejabat Israel, seperti Benjamin Netanyahu, atas dugaan kejahatan perang dan pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. ICC juga berupaya mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pejabat Hamas, seperti Ismail Haniyeh, atas dugaan melakukan kejahatan perang dan pelanggaran HAM.
Tetapi beberapa senator AS mengecam upaya ICC tersebut dan mengatakan bahwa serangan Israel di Jalur Gaza adalah tindakan membela diri yang dapat dibenarkan. Para senator AS itu pun mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada para pegawai ICC, rekanan ICC, dan anggota keluarga ICC jika surat perintah penangkapan tersebut dikeluarkan.
Gedung Putih juga menyatakan bahwa ICC tidak memiliki yurisdiksi apa pun untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pejabat Israel. Presiden AS Joe Biden juga mengecam upaya ICC untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pejabat Israel dan Hamas itu dan mengatakan tidak ada kesetaraan antara Israel dan Hamas.
Biden pun secara konsisten menyatakan bahwa AS akan selalu mendukung Israel dalam melawan ancaman terhadap keamanan Israel. Meskipun upaya ICC tersebut mendapat tentangan dari AS, Prancis – salah satu negara anggota G7 – mendukung upaya ICC tersebut.
Prancis mulai mengambil sikap tegas terhadap Israel dan mengkritik sikap AS yang selalu memveto resolusi gencatan senjata Dewan Keamanan PBB.
Hampir setahun setelah serangan Israel di Jalur Gaza, beberapa negara Barat mulai mengubah sikap mereka terhadap Israel. Sulit bagi mereka untuk terus "menutup mata" atas jumlah warga sipil Palestina yang syahid akibat serangan Israel, terutama setelah Israel membombardir rombongan relawan asal negara-negara Barat yang mengirimkan bantuan makanan untuk warga Palestina di Jalur Gaza.
Meski tidak langsung menjatuhkan sanksi terhadap Israel atau memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, beberapa negara Barat mulai bereaksi terhadap Israel yang terus melancarkan serangan ke negara lain. Saat Israel melakukan serangan ke Lebanon, Presiden Prancis Emmanuel Macron menghubungi Netanyahu dan mengatakan untuk tidak memperluas konflik dengan Lebanon, meski Netanyahu merespons bahwa Israel tidak akan berhenti hingga tujuan mereka tercapai.
Macron sendiri mulai menyerukan embargo senjata terhadap Israel, yang digunakan dalam operasi militer Israel di Gaza, untuk meredakan ketegangan di kawasan sembari menegaskan bahwa prioritas Prancis sekarang adalah menghindari eskalasi. Perlahan tapi pasti, meski beberapa negara Barat mengatakan bahwa mereka "setia" dengan Israel, mereka juga mulai melihat bahwa Israel tidak akan pernah berhenti menyerang negara yang Israel anggap sebagai musuh, sekeras apa pun seruan dari mereka untuk melakukan gencatan senjata atau meminta Israel tidak melakukan penyerangan.
Meski membutuhkan hampir setahun untuk "membuka mata" beberapa negara Barat terhadap Israel, bukan tidak mungkin mereka bisa menghentikan agresi Israel tersebut, selama yang dilakukan bukan hanya seruan, melainkan tindakan nyata, --seperti sanksi, embargo atau larangan--, agar bisa efektif menghentikan Israel.
Tindakan nyata perlu dilakukan untuk mencegah bertambahnya korban warga sipil yang meninggal dan terluka akibat serangan Israel. Selama setahun, Palestina sudah kehilangan 41.800 warganya dan Lebanon, hanya dalam dua minggu, sudah kehilangan lebih dari 2.000 warganya dalam serangan Israel. Tunggu apa lagi?
Bukti Kekejaman Setahun Genosida di Gaza, 146 Dokter Tewas Dibunuh Israel
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza mengumumkan Israel telah membunuh 146 orang dokter dari berbagai spesialisasi di wilayah kantong Palestina itu sejak militer Zionis menggelar kampanye genosidanya pada 7 Oktober 2023. Sebagian besar obat-obatan dan persediaan medis pun telah habis di tengah genosida militer Israel itu.
Dalam sebuah pernyataan pada Ahad (6/10/2024) yang menandai satu tahun genosida Israel, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza mengatakan bahwa 83 persen pasokan medis dan 60 persen obat-obatan tidak tersedia di rumah sakit dan pusat kesehatan. Selain itu, ada 25 ribu pasien dan orang terluka yang membutuhkan perawatan di luar wilayah yang dikepung.
Sejak Perang Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023, Israel telah memutus pasokan listrik ke Gaza dan mencegah masuknya bahan bakar untuk mengoperasikan satu-satunya pembangkit listrik di sana. Tak sampai di situ, otoritas Israel juga menghentikan pasokan air, komunikasi, makanan, dan pasokan medis, serta menutup perlintasan.
Sejak terjadinya genosida, Israel telah mencegah masuknya bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar, sehingga hanya mengizinkan sejumlah kecil bantuan untuk organisasi internasional yang tidak memenuhi kebutuhan penduduk.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza menyusul serangan yang dilakukan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Hampir 41.900 warga Palestina syahid, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 97.100 lainnya terluka, kata otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel membuat hampir seluruh penduduk di wilayah kantong Palestina tersebut mengungsi di tengah blokade yang sedang berlangsung yang menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel kini menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas aksinya di Gaza.
Setahun Genosida, Macron Hentikan Bantuan Senjata Prancis untuk Israel
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Sabtu menyerukan penghentian pengiriman senjata ke Israel di tengah kritik terhadap operasi militer di Gaza. Seruan ini baru dikeluarkan meski sejak belasan LSM sejak Februari lalu telah menyoroti bahwa bantuan senjata Prancis untuk Israel berpotensi digunakan melakukan genosida.
“Saya pikir prioritasnya saat ini adalah kita kembali ke solusi politik, bahwa kita berhenti mengirimkan senjata untuk berperang di Gaza,” kata Macron dalam wawancara dengan France Inter. Ia juga menegaskan bahwa Prancis tidak lagi mengirimkan senjata ke Israel.
Macron menyatakan keprihatinannya atas perang genosida Israel di Gaza, yang terus berlanjut, meskipun ada seruan berulang kali untuk gencatan senjata. “Saya pikir kami tidak didengarkan,” kata Presiden Prancis, sambil menambahkan, “Saya pikir (agresi militer Israel di Gaza) ini adalah sebuah kesalahan, termasuk demi keamanan Israel.”
Euro News melansir, Saat Macron berbicara, ribuan pengunjuk rasa pro-Palestina berkumpul di pusat kota Paris untuk menuntut diakhirinya perang di Gaza dan Lebanon. Macron juga dilaporkan menggarisbawahi pentingnya mencegah eskalasi di Lebanon, dan menyatakan bahwa “Lebanon tidak bisa menjadi Gaza baru.”
Komentar Macron tersebut memicu tanggapan cepat dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. “Saat Israel melawan kekuatan barbarisme yang dipimpin oleh Iran, semua negara beradab harus berdiri teguh di sisi Israel,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.
“Namun, Presiden Macron dan para pemimpin Barat lainnya kini menyerukan embargo senjata terhadap Israel. Mereka memalukan.” Israel sedang berperang di beberapa front melawan kelompok-kelompok yang didukung oleh musuh bebuyutannya, Iran, tambah pernyataan itu.
Seruan Macron disampaikan setelah korban genosida oleh Israel di Gaza mendekati 42 ribu jiwa, kebanyakan anak-anak dan perempuan. Senjata-senjata dari Prancis diketahui ikut digunakan dalam genosida tersebut.
Menurut informasi yang dikumpulkan oleh Anadolu Agency, laporan ekspor senjata pada bulan Juli 2023 yang disampaikan kepada parlemen oleh Kementerian Pertahanan Prancis menunjukkan bahwa Prancis telah mengeluarkan sekitar 767 izin ekspor untuk Israel sejak 2015.
Selain itu, Prancis rata-rata menjual peralatan militer senilai 21,9 juta dolar AS ke Israel setiap tahun. Laporan tersebut menyatakan bahwa nilai peralatan militer yang dikirim dari Prancis ke Israel antara tahun 2013 dan 2022 mencapai 266 juta doalr AS. Selain itu, Prancis mengeluarkan izin ekspor untuk Israel senilai total 2,7 miliar dolar AS antara tahun 2014 dan 2022.
Dalam surat terbuka pada 20 Februari, Jean-Claude Samoullier, presiden Amnesty International Perancis, menyoroti risiko “genosida” di Gaza dan meminta Emmanuel Macron untuk menghentikan penjualan senjata ke Israel.
Pada bulan April, 11 LSM di Paris, termasuk Amnesty International, mengajukan kasus ke pengadilan untuk menghentikan penjualan senjata Prancis ke Israel, dengan alasan bahwa Israel menargetkan warga sipil di Gaza dan melanggar hak asasi manusia. Pada Mei, pengadilan sepenuhnya menolak permintaan organisasi-organisasi tersebut.
Saat ini, Amerika Serikat memberi Israel senjata senilai sekitar 3 miliar dolar AS setiap tahunnya. Pada bulan Mei, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa tidak ada cukup bukti genosida untuk menghentikan pengiriman senjata ke Israel. Meskipun mereka menyatakan bahwa “menilai secara masuk akal” bahwa beberapa tindakan Israel mungkin tidak sejalan dengan standar hukum kemanusiaan.
Demikian pula, Inggris mengumumkan pada September bahwa mereka menangguhkan ekspor senjata tertentu ke Israel, dengan alasan kekhawatiran bahwa hal tersebut dapat berkontribusi terhadap pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional.
China Diperkirakan Luncurkan Latihan Militer Setelah Pidato Presiden Taiwan
China diperkirakan akan meluncurkan latihan militer di sekitar Taiwan pekan ini, menggunakan pidato Presiden Taiwan, Lai Ching-te, pada Hari Nasional sebagai alasan untuk menekan pulau itu agar menerima klaim kedaulatannya.
Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat keamanan Taiwan yang mengutip intelijen dan penilaian pemerintah.
Pada bulan Mei lalu, China telah menggelar latihan militer serupa, yang dinamai "Joint Sword - 2024A," tak lama setelah pelantikan Presiden Lai. Latihan tersebut digambarkan Beijing sebagai respons terhadap "tindakan separatis," yang melibatkan pesawat tempur bersenjata dan simulasi serangan.
Latihan ini mendapat perhatian internasional, termasuk dari Washington.
Lai dijadwalkan memberikan pidato pada 10 Oktober dalam peringatan Hari Nasional ke-113 Republik China, nama resmi Taiwan. Seorang pejabat senior keamanan Taiwan menyatakan bahwa latihan berikutnya mungkin akan diberi nama "Joint Sword - 2024B" dan dilakukan sebagai reaksi atas pidato tersebut.
"Apa pun yang dikatakan Lai pada 10 Oktober, mereka mungkin akan menggunakan itu sebagai dalih untuk meluncurkan latihan militer baru," ujarnya.
Menurut sebuah memo keamanan internal yang dilihat oleh Reuters, Taiwan memperkirakan China akan menyalahkan "provokasi" Lai dalam pidatonya sebagai alasan untuk meluncurkan latihan tersebut.
Memo itu juga menyoroti bahwa China terus menguji "garis merah" berbagai negara melalui operasi militer yang berhenti sebelum mencapai konflik terbuka.
Baik Kementerian Pertahanan Taiwan maupun China belum memberikan tanggapan resmi terkait potensi latihan ini. Kantor Urusan Taiwan di Beijing juga belum memberikan komentar.
Sumber diplomatik di Taipei mengatakan bahwa salah satu faktor yang mungkin menahan reaksi militer China adalah pemilihan presiden AS yang semakin dekat.
Beijing diperkirakan tidak ingin ketegangan terkait Taiwan menjadi sorotan internasional sebelum pemungutan suara di AS. Meski begitu, sumber tersebut menekankan bahwa China dapat melakukan latihan militer kapan saja tanpa memerlukan alasan khusus.
China telah lama menuduh Lai dan Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa sebagai separatis karena menolak klaim kedaulatan Beijing atas Taiwan. Lai dan partainya berpendirian bahwa masa depan Taiwan hanya bisa ditentukan oleh rakyat Taiwan sendiri.
Israel Serang 40.000 Target Hamas di Gaza dalam Satu Tahun Perang
Dalam satu tahun terakhir di Jalur Gaza, Israel telah mengebom lebih dari 40.000 target, menemukan 4.700 poros terowongan, dan menghancurkan 1.000 lokasi peluncur roket.
Menurut militer Israel pada peringatan satu tahun serangan militan yang dipimpin Hamas yang memicu serangan balasan Israel terhadap wilayah tersebut.
Dalam laporan terbaru yang disampaikan militer Israel, disebutkan bahwa 726 tentara Israel tewas sejak 7 Oktober 2023.
Dari jumlah tersebut, 380 tentara tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober, sementara 346 lainnya gugur dalam pertempuran di Gaza yang dimulai pada 27 Oktober 2023.
Jumlah tentara yang terluka mencapai 4.576 orang. Selain itu, 56 tentara tewas akibat kecelakaan operasional.
Sejak dimulainya perang, Israel memobilisasi 300.000 pasukan cadangan, dengan 82% pria dan 18% wanita, sebagian besar berusia antara 20 hingga 29 tahun.
“Selama perang, lebih dari 13.200 roket ditembakkan ke Israel dari Gaza. Dari Lebanon, sekitar 12.400 roket diluncurkan, sementara 60 roket datang dari Suriah, 180 roket** dari Yaman, dan 400 roket dari Iran,” menurut keterangan militer pada Senin (7/10).
Israel juga mengklaim telah menewaskan lebih dari 800 teroris di Lebanon, di mana sekitar 4.900 target diserang dari udara serta 6.000 target dari darat.
Selain itu, lebih dari 5.000 tersangka ditangkap di Tepi Barat dan Lembah Yordan sepanjang tahun lalu.
Selama konflik, Israel mengklaim telah membunuh 8 komandan brigade militan Gaza, sekitar 30 komandan batalion, dan 165 komandan kompi.
Perang di Gaza dipicu oleh serangan militan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang menurut data Israel.
Lebih dari 100 sandera masih berada dalam tahanan Hamas hingga saat ini.
Serangan militer Israel yang menyusul telah menyebabkan lebih dari 42.000 warga Palestina tewas, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Ekspansi Besar, Permintaan Gas Alam China dan India Diramal Melesat
China diperkirakan akan tetap menjadi pembeli gas alam cair (LNG) terbesar di dunia tahun ini dan tahun depan karena permintaan industri yang kuat, kata Keisuke Sadamori, seorang direktur di Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA), pada hari Senin (7/10).
China, yang merupakan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS), tahun lalu mengungguli Jepang sebagai pembeli LNG teratas dunia karena permintaan Jepang menurun. Permintaan Jepang turun karena dimulainya kembali reaktor nuklir, penggunaan energi terbarukan, dan serta perkembangan ekonomi yang lemah.
Permintaan gas alam di China naik sekitar 10% dalam delapan bulan pertama tahun ini. Permintaan gas alam China diperkirakan akan tumbuh 16% pada 2025 dibandingkan dengan 2023. Lonjakan ini terutama didorong oleh sektor industri, kata Sadamori dalam sebuah konferensi di Hiroshima.
"Pertumbuhan permintaan domestik yang kuat diperkirakan akan mendorong impor energi China ke level rekor baru, baik pada 2024 maupun 2025, yang mengukuhkan posisinya sebagai pasar LNG terbesar di dunia," kata Sadamori seperti dikutip Reuters.
China memproduksi gasnya sendiri, selain mengimpor gas alam melalui pipa, dan menerima LNG melalui terminal.
IEA memperkirakan bahwa permintaan gas di India akan meningkat hampir 9% tahun ini dan 8% pada 2025. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya permintaan energi untuk mendukung ekspansi ekonomi, serta konsumsi gas yang kuat di sektor transportasi, menurut Sadamori.
"Keberlanjutan transit gas Rusia melalui Ukraina adalah ketidakpastian utama menjelang musim dingin ini, karena kontrak transit gas Rusia dengan Ukraina akan berakhir pada akhir tahun ini," kata dia.
Sadamori menambahkan bahwa tanpa kesepakatan transit baru, impor LNG oleh Eropa akan meningkat pada 2025 dan memperketat keseimbangan gas global.
IEA: China Diprediksi Tetap Jadi Pembeli LNG Terbesar Dunia pada 2024-2025
China diproyeksikan akan tetap menjadi pembeli Liquefied Natural Gas (LNG) terbesar di dunia pada tahun ini dan tahun 2025, didorong oleh permintaan industri yang kuat.
China, yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS), tahun lalu melampaui Jepang sebagai pembeli LNG terbesar dunia.
Permintaan LNG Jepang menurun akibat pemulihan reaktor nuklir, pengembangan energi terbarukan, dan kondisi ekonomi yang lemah secara keseluruhan.
Keisuke Sadamori, Direktur dari International Energy Agency (IEA) mengatakan, permintaan gas alam di China meningkat sekitar 10% dalam delapan bulan pertama tahun ini, dan diperkirakan akan tumbuh 16% pada tahun 2025 dibandingkan tahun 2023, terutama didorong oleh sektor industri.
"Pertumbuhan permintaan domestik yang kuat diperkirakan akan mendorong impor energi China mencapai rekor baru pada tahun 2024 dan 2025, yang semakin memperkuat posisinya sebagai pasar LNG terbesar di dunia," katanya, Senin (7/10).
Selain memproduksi gas alam sendiri, China juga mengimpor gas melalui pipa dan menerima LNG melalui terminal-terminalnya.
IEA juga memperkirakan bahwa permintaan gas di India akan meningkat hampir 9% tahun ini dan 8% pada 2025, didorong oleh peningkatan permintaan energi untuk mendukung ekspansi ekonomi dan konsumsi gas yang kuat di industri transportasi, tambah Sadamori.
"Ketidakpastian mengenai transit gas Rusia melalui Ukraina menjadi perhatian utama menjelang musim dingin ini, mengingat kontrak transit gas Rusia dengan Ukraina akan berakhir pada akhir tahun ini," ujarnya.
Jika tidak ada kesepakatan transit baru, hal ini bisa memicu peningkatan impor LNG oleh Eropa pada 2025, yang berpotensi memperketat keseimbangan gas global.