News Forex, Index & Komoditi ( Rabu, 20 November 2024 )

 News  Forex,  Index  &  Komoditi
       (  Rabu,   20  November  2024  )
Tel Aviv Gelap Gulita Dihajar Rudal Canggih Hizbullah


Tentara penjajahan Israel (IDF) pada Senin malam mengkonfirmasi bahwa Tel Aviv telah menjadi sasaran beberapa rudal canggih, yang mengakibatkan kerusakan signifikan dan pemadaman listrik di beberapa bagian wilayah tersebut. Dilaporkan banyak orang terluka, dan sedikitnya dua orang meninggal.
Jumlah korban terakhir belum terungkap. Sebuah media Israel melaporkan bahwa rudal yang ditembakkan dari Lebanon dan mendarat di Tel Aviv adalah rudal Fateh 110. Rudal permukaan-ke-permukaan ini, yang dikenal karena kekuatan destruktifnya yang signifikan, dirancang untuk menyerang sasaran-sasaran penting dengan akurasi tepat dalam jarak hingga 10 meter.
Media Israel melaporkan setidaknya satu rudal mendarat di Ramat Gan, pusat kota di kawasan Tel Aviv, menyebabkan pemadaman listrik di kawasan tersebut. Kebakaran juga terjadi di daerah tersebut, sehingga mendorong dikerahkannya tujuh petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan api.
Kebakaran terjadi di sebuah bus di Bnei Brak, sebelah timur Tel Aviv, setelah bus tersebut terkena serangan rudal secara langsung, dan pertahanan udara Israel gagal mencegat serangan tersebut.
Merujuk Aljazirah, pihak berwenang Israel masih menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi setelah sebuah roket diluncurkan dari Lebanon menuju Israel tengah. Tak lama setelah kejadian tersebut, militer Israel mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa roket jarak jauh yang ditembakkan dari Lebanon telah dicegat, menyebabkan pecahan besar jatuh dari langit di sebuah gedung di Ramat Gan, memicu kebakaran besar.
Namun kemudian polisi Israel mengeluarkan pernyataan berbeda yang mengatakan bahwa serangan tersebut sebenarnya adalah serangan langsung dari proyektil jarak jauh. Militer Israel kemudian mengatakan bahwa penyelidikan awal menemukan bahwa proyektil tersebut dicegat, bahwa sebuah Interceptor dari Iron Dome menimbulkan dampak dengan apa yang mereka sebut sebagai rudal permukaan-ke-permukaan, memecahnya menjadi beberapa bagian besar, menyebabkan salah satu dari mereka hancur dan jatuh di Israel tengah.
Pihak berwenang Israel masih mengatakan bahwa ini hanyalah temuan awal dan mereka akan melanjutkan penyelidikan. Dalam hal sistem pertahanan udara, mereka ada tiga jenis – Iron Dome yang paling dikenal untuk proyektil jarak pendek, Arrow dan David’s Sling untuk rudal jarak menengah hingga jarak jauh.
Times of Israel melansir, seorang wanita meninggal dan sedikitnya 17 orang terluka dalam beberapa serangan roket yang ditembakkan oleh Hizbullah pada hari Senin, ketika kelompok tersebut meluncurkan lebih dari 100 roket ke Israel utara dan satu rudal ke pusat negara itu sepanjang hari.
Wanita tersebut meninggal dan puluhan lainnya terluka pada malam hari akibat roket yang menghantam gedung tiga lantai di kota utara Shfar’am setelah Hizbullah menembakkan lima proyektil ke Galilea. Di antara korban yang terluka adalah seorang wanita berusia 41 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dalam kondisi serius, kata Rumah Sakit Rambam di Haifa.
Pusat medis mengatakan total 56 korban dibawa untuk mendapatkan perawatan, sebagian besar karena kecemasan akut. Di antara korban terdapat 18 anak-anak, tambah rumah sakit. Pasukan Pertahanan Israel mengatakan rudal pencegat diluncurkan untuk melawan serangan itu, dan pihaknya sedang menyelidiki dampaknya.
Layanan darurat Magen David Adom (MDA) mengatakan wanita itu berada di dalam “ruang terlindung” pada saat serangan terjadi. Tidak jelas apakah MDA mengacu pada tempat perlindungan bom atau kawasan lindung lainnya di dalam gedung. Juga pada Senin malam, lima orang terluka, termasuk satu orang luka parah, di daerah Bnei Brak dan Ramat Gan, menyusul serangan rudal Hizbullah di Israel tengah, kata petugas medis.
“Investigasi awal terhadap sistem pertahanan udara menemukan bahwa pencegat tersebut mengenai rudal permukaan-ke-permukaan yang diluncurkan dari Lebanon pada ketinggian tinggi, dan memecahnya menjadi beberapa bagian,” kata IDF dalam sebuah pernyataan.
“Sebagai akibat dari intersepsi tersebut, sebagian dari rudal tersebut menghantam tanah dan menyebabkan kerusakan serta korban jiwa,” kata militer, seraya menambahkan bahwa insiden tersebut sedang diselidiki lebih lanjut.
Sebelumnya pada hari Senin, dua orang terluka dalam serangan roket terpisah yang menargetkan Israel utara, ketika IDF terus menyerang lokasi milik kelompok teror di Lebanon dan Beirut menutup sekolah-sekolahnya. Seorang pria berusia 34 tahun terluka ringan akibat ledakan roket di Galilea Barat dalam satu tembakan Hizbullah, lapor petugas medis.
MDA mengatakan pria itu dibawa ke Galilee Medical Center di Nahariya. Dalam serangan terpisah, MDA mengatakan seorang wanita berusia 65 tahun terkena pecahan peluru di bagian lehernya ketika roket menghantam daerah Fassuta, sebuah desa Arab Kristen.
Dia juga dibawa ke rumah sakit di Nahariya. Orang lain dirawat karena kecemasan akut, tambah MDA. Menurut IDF, banyak dari 100 lebih roket dicegat atau jatuh di area terbuka. Beberapa roket menghantam kota-kota, menyebabkan kerusakan pada sebuah bangunan di kota perbatasan Kiryat Shmona dan sebuah kandang ayam di Margaliot, sebuah moshav. Selain serangan roket, IDF mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menembak jatuh tiga drone yang diluncurkan dari Lebanon di Israel utara.
Ynet News Israel melaporkan bahwa rentetan roket juga merusak beberapa rumah dan kendaraan di kota Kiryat Shmona di Israel utara, namun tidak menyebabkan cedera. Laporan itu muncul ketika Hizbullah mengumumkan peluncuran roket di Kiryat Shmona tak lama setelah tengah malam waktu setempat.
Kementerian Kesehatan Israel melaporkan 66 orang cedera dalam 24 jam terakhir, termasuk 36 kasus di wilayah utara Israel. Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa 36 orang dirawat di rumah sakit di wilayah utara selama 24 jam terakhir karena cedera.
Sebanyak 19 orang di Rumah Sakit Nahariya, delapan orang di Rumah Sakit Ziv di Safed, lima orang di Rumah Sakit Carmel, dua orang di Rumah Sakit Bnei Zion, dan masing-masing satu orang di Rumah Sakit Rambam di Haifa dan Rumah Sakit Hillel Yaffe.
Jumlah total korban luka yang dirawat di rumah sakit di Israel sejak 10 Oktober 2023 telah meningkat menjadi 22.240. Awal bulan ini, media Israel melaporkan bahwa 24 tentara Israel telah tersingkir di Gaza utara sejak awal November, lima di antaranya tewas di kamp pengungsi Jabalia pada 12 November.
Perlawanan Palestina terus menghadapi pasukan penyerang Israel, khususnya di Gaza utara, menghancurkan kendaraan militer mereka dan menyerang tentara mereka dari jarak dekat, sehingga menimbulkan serangan langsung dan korban jiwa di antara barisan mereka.
Pada 5 November, para ahli militer yang sebelumnya memegang posisi senior di militer pendudukan Israel menegaskan bahwa perang tersebut memakan biaya yang besar, "yang tidak dapat ditanggung oleh tentara Israel."
Mantan Mayor Jenderal Noam Tibon, yang menjabat sebagai komandan Korps Utara militer Israel, mengatakan, "Sayangnya, tentara Israel tidak mengatakan yang sebenarnya. Kami kekurangan 10.000 tentara dalam perang ini, setara dengan satu divisi penuh."
Militer pendudukan Israel juga kehilangan divisi lain, antara terbunuh dan terluka, sepanjang perang, kata Tibon kepada Channel 12 Israel. Perlu dicatat bahwa telah dilaporkan adanya kekurangan personel yang parah di kalangan militer pendudukan Israel. Ini seiring laporan yang mengungkapkan pengurangan besar-besaran jumlah tentara tempur, sementara pemerintah penjajah Israel merancang pengecualian bagi komunitas Haredi dari dinas militer.
Sementara militer Israel juga melakukan serangan ke Lingkungan Zuqaq al-Blat di Beirut, daerah yang terkenal dan padat penduduknya. Ada masjid, ada beberapa kedai kopi dan tentu saja bangunan tempat tinggal.
Ini adalah serangan ketiga dalam waktu 24 jam di wilayah administratif Beirut. Beberapa serangan juga terjadi sehari sebelumnya, salah satunya di dekat kedutaan Perancis, menewaskan kepala media Hizbullah Mohammad Afif. Ada juga serangan lain di jalan pasar – Mar Elias – yang menewaskan lebih banyak orang.
Hal kedua yang perlu diperhatikan mengenai serangan udara terbaru ini adalah serangan tersebut terjadi hanya beberapa meter dari kantor Perdana Menteri Najib Mikati, Tepat di sampingnya terdapat terdapat markas besar PBB di Beirut – ESCWA. Pusat Operasi Darurat Kesehatan Masyarakat dari Kementerian Kesehatan Masyarakat mengeluarkan pernyataan yang mengonfirmasi bahwa jumlah korban terbaru dari serangan udara Israel di daerah Zqaq al-Blat di Beirut kini mencapai lima orang syahid dan 24 orang terluka.
Dan hal ini juga terjadi pada saat negosiasi gencatan senjata sedang berlangsung. Namun serangan-serangan ini – serta serangan darat Israel yang terus berlanjut di Lebanon selatan dan serangan roket yang terus berlanjut dari Hizbullah – menambah skeptisisme terhadap prospek gencatan senjata yang sebenarnya.
Berbicara kepada Almayadeen, anggota Blok Loyalitas kepada Perlawanan, anggota parlemen Amin Sherri menekankan bahwa pendudukan berusaha mematahkan tekad rakyat dan mengintimidasi rakyat Beirut.
Dia menyatakan bahwa melalui agresinya terhadap Beirut, pendudukan berupaya menanamkan rasa takut dan memicu gelombang pengungsian baru. Namun, ia menekankan, "Kami belum menyaksikan adanya pengungsian setelah serangan baru-baru ini di Beirut. Masyarakat tetap teguh, dan pendudukan tidak akan berhasil mematahkan ketahanan mereka."

Eropa di Tubir Perang Nuklir


 Rusia memberlakukan perubahan doktrin nuklirnya, menyusul izin yang diberikan Amerika Serikat pada Ukraina untuk menembakkan senjata ke wilayah Rusia. Kremlin juga mengancam akan memberikan tanggapan yang "tepat dan konkrit" terhadap negara-negara Barat yang mendukung Ukraina secara militer.
Juru bicara Kremlin mengatakan dalam komentar yang diterbitkan pada hari Selasa bahwa amandemen Rusia terhadap doktrin nuklirnya telah dirancang tetapi belum diformalkan. "Ini sudah dirumuskan secara praktis. Ini akan diformalkan bila diperlukan," kata juru bicara Dmitry Peskov seperti dikutip kantor berita pemerintah TASS.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah memperingatkan negara-negara Barat bahwa Rusia, berdasarkan usulan amandemen, akan dapat menggunakan senjata nuklir jika terkena rudal konvensional. Ia juga menyatakan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan serangan apapun terhadap negara tersebut dengan dukungan salah satu senjata nuklir. memperkuat serangan gabungan.
Perubahan tersebut secara luas dipandang sebagai upaya Putin untuk menarik “garis merah” bagi Amerika Serikat dan sekutunya dengan menyarankan bahwa Moskow akan mempertimbangkan untuk membalas dengan senjata nuklir jika negara-negara tersebut membiarkan Ukraina menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh Barat.
Pemerintahan Biden sebelumnya telah mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang jauh di dalam wilayah Rusia, menurut para pejabat AS dan sumber yang mengetahui keputusan yang dikeluarkan pada Ahad. Ini sebuah perubahan besar dari kebijakan Washington yang mendukung Kyiv secara finansial dan militer sejak serangan Rusia sekitar tiga tahun lalu.
Dalam konteks terkait, Kementerian Luar Negeri Rusia mengeluarkan ancaman kepada negara-negara Barat agar tidak mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh untuk menyerang Rusia. Maria Zakharova, juru bicara kementerian, mengatakan pada Senin bahwa penggunaan senjata semacam itu oleh Ukraina terhadap Rusia berarti intervensi langsung oleh Amerika Serikat dan sekutunya dalam perang tersebut.
 
Grafik menunjukkan komponen sistem rudal ATACMS jarak jauh AS. Amerika yang akan digunakan Ukraina untuk melakukan serangan di wilayah Rusia. - (AP Photo)
“Respon Rusia dalam kasus ini akan tepat dan konkrit,” tambahnya dalam sebuah postingan di Telegram, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang kemungkinan respons tersebut.
Pada akhir Oktober, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa tentara Ukraina tidak mampu mengoperasikan rudal yang dipasok oleh Barat. Dia bersikeras bahwa rudal semacam itu hanya dapat digunakan jika ahli militer negara Barat mengoperasikannya, yang menurutnya berarti melancarkan perang langsung melawan Rusia.
Menurut laporan media AS, Presiden AS Joe Biden telah memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal ATACMS yang dipasok AS, yang memiliki jangkauan 300 kilometer, untuk menyerang sasaran militer di wilayah Kursk di Rusia barat. Sebelumnya, beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, menolak memberikan lampu hijau karena khawatir akan terjadi eskalasi dengan Moskow.
Sedangkan the Guardian melansir, Inggris diperkirakan akan memasok rudal Storm Shadow untuk digunakan oleh Ukraina pada sasaran di Rusia. Hal ini menyusul keputusan AS untuk melakukan hal yang sama untuk senjata ATACMS.
Keir Starmer, perdana menteri, mengatakan di KTT G20 bahwa Inggris menyadari perlunya “menggandakan” dukungannya terhadap Ukraina. Sementara sumber-sumber diplomatik menjelaskan bahwa mereka mengharapkan negara-negara Eropa lainnya untuk mengikuti jejak AS.
Perdana Menteri mengatakan bahwa, meskipun dia “tidak akan menjelaskan secara rinci operasionalnya”, dia menyadari perlunya berbuat lebih banyak untuk membantu Ukraina, yang jaringan listriknya rusak parah akibat gelombang pemboman Rusia pada Ahad.
“Saya sudah menjelaskannya sejak lama, kita perlu menggandakannya. Kita perlu memastikan Ukraina memiliki apa yang diperlukan selama diperlukan, karena kita tidak bisa membiarkan Putin memenangkan perang ini,” kata Starmer.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut baik keputusan Amerika Serikat yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang sasaran di wilayah Rusia. wilayah. Itu ia sampaikan di sela-sela KTT G20 di kota Rio de Janeiro, Brasil.
Macron mengatakan bahwa perubahan posisi Washington ini “sangat tepat,” seraya menyatakan penyesalannya bahwa apa yang dimasukkan dalam pernyataan akhir KTT G20 mengenai perang di Ukraina tidak memenuhi harapannya dan seharusnya bisa “lebih jelas”.
Sejak Donald Trump memenangkan pemilu AS terakhir, para pejabat senior di pemerintahan Biden mengatakan mereka akan menggunakan sisa masa jabatannya untuk memastikan bahwa Ukraina dapat berperang secara efektif tahun depan atau menegosiasikan perdamaian dengan Rusia dari “posisi yang kuat.”


Ini Modal Hizbullah untuk Ratakan Tel Aviv


Media Israel melaporkan pada Senin bahwa serangan rudal menargetkan Tel Aviv Raya, mengakibatkan cedera dan kerusakan parah pada bangunan, sementara Hizbullah Lebanon mengumumkan menargetkan “titik militer sensitif” di wilayah tersebut.
Laporan Israel mengkonfirmasi mendengar empat ledakan di Tel Aviv Raya. Militer Israel menyatakan bahwa penyelidikan awal menunjukkan bahwa bagian dari rudal yang diluncurkan dari Lebanon dicegat dan jatuh di Ramat Gan. Radio Tentara Israel mengutip kepala Otoritas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan. sebagai konfirmasi bahwa kerusakan signifikan telah tercatat pada properti di daerah tersebut.
Pernyataan ini muncul satu hari setelah pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di hadapan Knesset Israel, di mana ia mengatakan bahwa pasukannya telah menghancurkan antara 70 persen dan 80 persen sistem rudal Hizbullah, sekaligus menunjukkan bahwa partai tersebut masih memiliki kemampuan rudal.
Sebelumnya, pada Senin pagi, 25 September lalu, tentara Israel melancarkan ratusan serangan udara ke Lebanon selatan dan timur. Juru bicaranya mengatakan serangan itu adalah “serangan pencegahan” setelah gerakan Hizbullah terdeteksi menargetkan Israel.
Sebagai tanggapan, Hizbullah mengatakan dalam sebuah pernyataan keesokan harinya bahwa mereka telah mengebom bandara militer Megiddo, sebelah barat kota Afula di Israel utara, tiga kali berturut-turut dengan rudal “Fadi 1” dan “Fadi 2”. Ini adalah pertama kalinya Hizbullah mengebom bandara Megiddo selama konfrontasi dengan Israel yang telah berlangsung selama sekitar satu tahun.
Selama dua bulan terakhir, eskalasi timbal balik antara tentara Israel dan Hizbullah semakin meningkat. Sejak dimulainya Operasi Topan Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober, penduduk permukiman perbatasan di Israel utara dilanda kepanikan ketika roket dan drone Hizbullah mulai menghujani wilayah mereka. Sebagian besar pemukiman perbatasan di Israel utara telah berubah menjadi kota hantu, dan Israel secara bertahap mengevakuasi puluhan pemukiman dan kota di perbatasan Lebanon.
Faktanya, kemampuan militer Hizbullah di Lebanon telah mengalami perkembangan luar biasa selama beberapa tahun terakhir, yang oleh sebagian orang digambarkan sebagai perubahan aturan konflik dengan Israel. Partai tersebut telah menggunakan banyak senjata baru sejak 7 Oktober dalam serangannya terhadap Israel, yang menandakan bentuk perang yang berbeda antara kedua belah pihak.
Pada tahun 2021, surat kabar Ibrani The Jerusalem Post menerbitkan laporan yang menunjukkan bahwa Hizbullah telah mengerahkan sistem pertahanan udara buatan Rusia yang mampu menghadapi serangan udara Israel, di Lebanon selatan dan wilayah Pegunungan Qalamoun di barat laut Damaskus dan dekat wilayah Bekaa Lebanon. Hal ini menurut banyak laporan merupakan perubahan dalam konsep pertahanan udara Hizbullah.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Israel, yang khawatir bahwa sistem pertahanan Hizbullah dapat menghambat operasi udara Israel di wilayah udara Lebanon. Inilah yang sebenarnya terjadi pada 29 Oktober, ketika Hizbullah mengumumkan bahwa mereka telah menembak jatuh sebuah drone Israel yang terbang di atas Lebanon selatan dengan rudal permukaan-ke-udara, dalam sebuah insiden yang merupakan insiden pertama yang diumumkan oleh partai tersebut. menjatuhkan drone.
Aljazirah Arabia melansir, Sistem pertahanan Hizbullah mencakup rudal permukaan-ke-udara taktis jarak pendek dan ketinggian rendah jenis SA8, sistem pertahanan rudal bergerak yang mencakup kendaraan besar beroda enam dan peluncur yang ditingkatkan yang dapat membawa enam rudal. Hal ini juga ditingkatkan dengan tiga sistem radar. Yakni sistem pengawasan H-BAND elips dengan jangkauan 30 kilometer, sistem radar pelacakan pulsa J-BAND dengan jangkauan pelacakan maksimum sekitar 20 kilometer, dan radar panduan I-BAND yang dapat mengarahkan dua rudal ke satu sasaran.
Sistem pertahanannya juga mencakup sistem pertahanan udara SA17 yang diperkuat dengan rudal permukaan-ke-udara jarak menengah, versi upgrade dari sistem pertahanan udara portabel Buk-M1, dan berisi empat peluncur rudal, radar akuisisi target, dan radar pemandu. Selain itu juga stasiun manajemen pertempuran, dan kendaraan peluncuran otomatis. Sistem ini dapat menyerang berbagai sasaran yang terbang di ketinggian 10-24 ribu meter, dengan jangkauan maksimum hingga 50 kilometer, dan dapat menyerang hingga 24 sasaran secara bersamaan dari segala arah.
Ini merupakan tambahan dari sistem pertahanan udara jarak pendek (SA22) yang dirancang Rusia pada tahun 1990-an khusus untuk melindungi sasaran militer dan strategis. Sistem ini dapat menangani berbagai sasaran udara, seperti pesawat terbang, rudal balistik, rudal jelajah, dan drone. Sistem ini dilengkapi dengan sekitar 12 rudal pencegat permukaan-ke-udara yang siap diluncurkan, mesin bahan bakar padat dua tahap, dan jangkauan maksimum 20 kilometer.
Pada tanggal 6 dan 9 Januari, Hizbullah berhasil melakukan dua serangan pesawat tak berawak terhadap sasaran Israel, yang pertama menargetkan pangkalan kendali lalu lintas Angkatan Udara Israel di Gunung Meron dan yang kedua menargetkan markas Komando Utara IDF di Safed. Beberapa orang mengaitkan serangan tersebut dengan kesalahan taktis serius yang dilakukan oleh sistem pertahanan Israel, sementara yang lain mempertanyakan apakah drone tersebut membantu Hizbullah membalikkan keadaan dengan Israel.
Menurut perkiraan Pusat Penelitian Alma Israel pada tahun 2021, Hizbullah memiliki lebih dari 2.000 drone multi-misi, sementara belum ada angka resmi dari pihak tersebut. Drone ini telah digunakan lebih dari satu kali selama pertempuran saat ini. Sekretaris Jenderal partai tersebut, Hassan Nasrallah, mengumumkan bahwa drone serangan bunuh diri digunakan untuk pertama kalinya dalam perang terakhir. Laporan militer Israel juga memantau sekitar 19 insiden drone yang diluncurkan dari Lebanon selatan dan menimbulkan ancaman bagi Israel sejak 7 Oktober 2023.
Gudang senjata Hizbullah mencakup pesawat dengan berbagai ukuran, dengan kemampuan pengintaian dan serangan, yang paling penting adalah pesawat "Mersad 1" dan "Mersad 2", yang merupakan salinan yang terinspirasi oleh "Mohajer 2" dan "Mohajer 4" Iran pesawat terbang, dan jangkauannya antara 50 hingga 150 kilometer, dan dilengkapi dengan dua atau tiga kamera untuk misi pengintaian.
Berikutnya adalah drone "Ayyub", yang dinamai merujuk Hussein Ayoub, salah satu pemikir militer terpenting Hizbullah tersebut di bidang manufaktur militer. Drone ini memiliki jangkauan 1.700-2.400 kilometer dan dapat membawa hingga delapan bom berpemandu presisi, menurut beberapa perkiraan. Disusul drone "Ababil", drone penyerang bunuh diri dengan jangkauan 150 kilometer dan mampu membawa bahan peledak hingga 45 kilogram. Kemudian datanglah drone "Hassan", yang melakukan tur ke wilayah pendudukan Palestina pada Februari 2022 selama 40 menit selama misi pengintaian di kedalaman 70 kilometer, setelah itu kembali ke pangkalannya dengan selamat.
Berdasarkan banyak perkiraan, Hizbullah Lebanon adalah aktor non-negara yang memiliki persenjataan paling banyak di dunia, dan terus memperbarui dan memperluas persenjataan rudalnya. Partai ini mempunyai persenjataan rudal yang sangat besar, yang ukuran pastinya tidak diketahui, namun perkiraan Israel menyebutkan kemampuan rudal Hizbullah lebih dari 150.000.
Pada November 2023, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengumumkan pengenalan rudal Burkan 2 baru ke medan perang, menargetkan pusat komando Divisi 91 tentara Israel di barak Baranit dengan empat rudal Burkan. Menurut pernyataan Nasrallah, Burkan dapat membawa hulu ledak dengan berat antara 300-500 kilogram bahan peledak.
Persenjataan rudal Hizbullah juga mencakup ratusan rudal presisi dengan kekuatan destruktif tinggi. Rudal-rudal itu mampu menjangkau jauh ke dalam Israel dan mencapai sasaran dengan akurasi tinggi dan margin kesalahan yang lebih kecil. Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Israel jika perang meluas hingga mencakup wilayah selatan Lebanon. Di sisi lain, Israel kemudian akan dipaksa untuk mengubah seluruh sistem pertahanannya untuk melindungi institusi militernya yang sensitif.
Partai juga memiliki platform rudal berpemandu peluncuran ganda “Thar Allah”, sebuah sistem anti-tank yang diumumkan oleh partai tersebut pada Agustus 2023, yang ditandai dengan kemampuannya yang tinggi untuk mencapai target secara akurat, dan terdiri dari dua platform peluncuran yang didedikasikan untuk “ rudal Kornet”.
Selain rudal permukaan-ke-permukaan terarah, yang telah berkembang secara signifikan setelah perang terakhir Hizbullah dengan Israel pada tahun 2006, termasuk rudal "Katyusha", yang merupakan rudal asal Rusia dengan jangkauan berjarak 40 kilometer dan dapat membawa hulu ledak seberat 20 kilogram. Selain itu ada rudal "Fajr 5" dengan jangkauan 75 kilometer dan hulu ledak berbobot 90 kilogram, rudal "Zelzal" dengan jangkauan 160 kilometer dan hingga 210 kilometer dan dapat membawa hulu ledak seberat 600 kilogram bahan peledak, dan rudal "Scud" dengan jangkauan 700 kilometer dan hulu ledak hingga 800 kilogram bahan peledak tinggi.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh situs Ibrani Walla pada 5 Januari, para pejabat di sayap operasi tentara Israel menyatakan bahwa ancaman Hizbullah baru-baru ini didasarkan pada landasan yang kuat. Utamanya setelah partai tersebut mampu mengembangkan kemampuannya secara cepat selama dekade terakhir. Pejabat militer Israel mengklaim bahwa Iran telah mampu menyelundupkan sistem teknologi canggih dan senjata ke partai tersebut sejak awal perang.
Kantor berita Reuters juga mengindikasikan dalam laporan yang diterbitkan pada tanggal 30 Oktober 2023 bahwa Hizbullah mencurahkan upayanya untuk menambahkan sistem panduan pada rudal yang tidak terarah, untuk mengubahnya menjadi rudal presisi. Ini meningkatkan kemampuan mereka untuk secara langsung menyerang sasaran strategis seperti markas besar dan pangkalan militer.
Selain itu, partai ini mempunyai persediaan rudal anti-pesawat, termasuk rudal yang ditembakkan dari bahu, yang digunakan untuk menargetkan pesawat dan helikopter di ketinggian rendah. Drone buatan mereka juga dapat menimbulkan ancaman strategis bagi Israel, terutama karena harganya yang murah dan dapat diproduksi secara massal. Jika kawanan drone ini menyerang sistem pertahanan udara Israel, mereka dapat menguras dan menetralisir sistem Iron Dome.
Semua ini merupakan tambahan dari kemampuan “siber” partai, yang telah meningkatkan kemampuannya untuk mengganggu sistem komunikasi dan Global Positioning System (GPS). Hizbullah juga mampu melakukan serangan cyber tingkat lanjut di Internet dan menargetkan infrastruktur sensitif.
Selain itu, terdapat jaringan besar terowongan Hizbullah yang menghubungkan desa-desa di Lebanon selatan satu sama lain, mirip dengan terowongan gerakan perlawanan Palestina (Hamas), yang sulit dihancurkan melalui serangan udara, menurut laporan tersebut. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa pemberantasan Hizbullah menjadi suatu hal yang sulit dan hanya dapat dilakukan melalui manuver darat skala besar.
Namun terlepas dari persenjataan rudal yang sangat besar dan kesiapan militer yang dimiliki Hizbullah, kelompok itu masih menggunakannya hanya sebagai alat pencegah. Mereka mengelola bentrokan dan pertempuran di perbatasan dengan sangat tepat, tanpa mengambil risiko memperluas perang ke front Lebanon.

Geger Tentara Israel Kencingi Alquran di Jabalia, Gaza


Seorang tentara Israel dari Batalyon Rotem Brigade Givati 435 menggunggah foto dirinya sedang buang air kecil di atas Alquran di Jabalia, Jalur Gaza. Dalam foto tersebut tertulis tanggal 22 Oktober 2024 pukul 17.41 waktu setempat.
Foto tersebut pertama kali ditemukan oleh pemilik akun @ytirawi yang merupakan jurnalis Palestina, Younis Tirawi. Kini, tangkapan layar foto militer Israel mengencingi Alquran viral dan membuat geger warganet, setelah akun @SuppressedNws mengunggahnya di X.
"Saya yakin jika seseorang melakukan hal ini terhadap Taurat, hal itu akan menjadi berita utama di seluruh dunia sebagai 'kejahatan rasial antisemit"," ujarnya di akun X @SuppressedNws dikutip Republika.co.id di Jakarta, Senin (18/11/2024).
Tindakan prajurit Israel yang kurang ajar terhadap Alquran bukan kali ini terjadi. "Ini bukan satu-satunya hal yang mereka lakukan. Kejadian sebelumnya diungkap oleh
@ytirawi, Tentara Israel Izhak Buznah dari Batalyon Rotem 435 Brigade Givati merekam dirinya membakar Alquran di dalam sebuah masjid di Rafah Timur pada bulan Mei."
Kejahatan militer Israel juga ditampilkan oleh akun tersebut. Namun, lagi-lagi dunia Barat tidak melihat kejahatan Israel terhadap Palestina.
"Pada bulan Agustus lalu, AlJazeera menayangkan rekaman eksklusif yang menunjukkan pasukan Israel menghancurkan Masjid Raya kuno di Khan Yunis, sementara rekaman terpisah dari GoPro tentara Israel menunjukkan penggerebekan terhadap masjid lain, di mana semua salinan Alquran dibakar pada pukul 00.28," begitu keterangan @SuppressedNws.
Pada akhir pekan lalu, sedikitnya 96 warga Palestina tewas dan sebanyak 60 lainnya luka-luka dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza utara dan tengah, dalam laporan otoritas setempat. Kantor media pemerintah di Gaza mengatakan pesawat tempur Israel menargetkan beberapa bangunan tempat tinggal dan perumahan di Kota Beit Lahia di bagian utara, dan kamp pengungsi Nuseirat dan Bureij di Gaza tengah.
Israel gempur Gaza
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor media tersebut menyatakan bahwa lebih dari 72 orang meninggal dalam serangan di Beit Lahia, Jalur Gaza. Sementara 24 warga Palestina lainnya tewas dan 60 lainnya luka-luka di Gaza tengah.
"Tentara pendudukan mengetahui bahwa puluhan warga sipil yang mengungsi berada di dalam bangunan tersebut, dan bahwa sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan yang mengungsi dari lingkungan tempat tinggal mereka," tambah pernyataan tersebut.
Mereka menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengecam "aksi pembantaian mengerikan terhadap warga sipil yang mengungsi" dan menuntut pertanggungjawaban "pemerintah Israel dan pendukung internasionalnya, termasuk AS, Inggris, Jerman, dan Prancis."
Seorang sumber media sebelumnya mengatakan kepada Anadolu bahwa jet tempur Israel menyerang gedung lima lantai di area Proyek Beit Lahia pada Minggu, menewaskan sekitar 50 orang dan menyebabkan beberapa lainnya terperangkap di bawah reruntuhan.
Beberapa saksi mengatakan bahwa lebih dari 70 warga sipil yang mengungsi berlindung di dalam bangunan yang ditargetkan tersebut. Serangan Israel menargetkan rumah lain di area tersebut, menewaskan 15 orang dan melukai beberapa lainnya, kata sumber medis lain.
Dua warga Palestina lainnya tewas ketika pesawat tempur Israel menyerang tempat tinggal lainnya di Beit Lahia, tambah sumber tersebut. Sejak 5 Oktober, Israel telah meluncurkan operasi darat skala besar di Gaza utara, yang diduga untuk mencegah kelompok perlawanan Hamas Palestina berkumpul kembali.
Namun, warga Palestina menuding Israel berupaya menduduki daerah tersebut dan menggusur paksa warganya.

Iran: Rezim Israel tak Layak Diwakili di Berbagai Organisasi Internasional

Iran menyebut rezim Israel tidak layak untuk diwakili di berbagai organisasi internasional. Hal itu ditegaskan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei pada Senin (18/11/2024).
Rezim yang tidak percaya pada prinsip dan tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa serta menghina sebuah bangsa (Palestina) pada dasarnya tidak memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam organisasi internasional, ujarnya. Pernyataan itu ia sampaikan saat menanggapi pertanyaan IRNA mengenai keberadaan delegasi Israel di Baku, Republik Azerbaijan, untuk KTT COP29.
Saat konferensi pers mingguan di Teheran, Baghaei juga mengemukakan ancaman nuklir yang ditimbulkan oleh rezim Tel Aviv terhadap Iran. Ia menuturkan bahwa pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia juga telah meminta negara-negara untuk secara kolektif mencegah rezim Zionis menjadi anggota PBB.
Berdasarkan logika itu, katanya melanjutkan, rezim Israel tidak perlu berada di organisasi internasional tempat isu dan masalah dibahas. Baghaei menyambut baik negara-negara lain yang bergabung dalam kampanye tersebut.
Terkait Resolusi Dewan Keamanan PBB 533 yang melarang ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap fasilitas nuklir Iran, juru bicara itu berpendapat bahwa resolusi tersebut dengan tegas menyatakan DK PBB wajib untuk turun tangan.
“Dalam hal-hal seperti ini, DK PBB harus mengambil sikap tegas, dan ini adalah aspek hukum,” katanya menegaskan, sambil menambahkan bahwa, secara politik, Iran sangat sadar akan pendekatan yang melanggar hukum yang dijalankan rezim Zionis.
Mengenai kunjungan Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani, ke Suriah dan Lebanon baru-baru ini, Baghaei mengatakan lawatan Larijani itu menandakan pemanfaatan semua kapasitas Iran untuk mencapai tujuan diplomatik.
“Pesannya adalah Iran terus memberikan dukungan kuat kepada Suriah dan Lebanon dalam melawan agresi yang terus-menerus dari rezim Zionis,” ucapnya.


Tentara Cadangan Israel yang Jadi Pilar Utama Militer Menyusut Drastis, Tanda Kehancuran?


Sebagai bagian dari liputannya mengenai peringatan satu tahun serangan perlawanan Palestina terhadap posisi-posisi tentara Israel dan permukiman Gaza pada 7 Oktober, surat kabar Israel, Haaretz, menerbitkan sebuah laporan panjang mengenai harapan dan penderitaan para prajurit cadangan Israel.
Surat kabar itu tidak menemukan judul yang lebih baik untuk laporan tersebut selain kutipan dari seorang perwira cadangan yang mengatakan tentang Israel: “Ini bukanlah negara tempat saya akan mengorbankan nyawa saya.” Laporan itu membahas sebagian dari kisah lebih dari 130 prajurit dan perwira di pasukan cadangan Israel.
Dikutip dari Aljazeera, Senin (18/11/2024), laporan tersebut membahas kisah lebih dari 130 tentara dan perwira di pasukan cadangan Israel, yang semuanya mengatakan bahwa mereka tidak akan menawarkan diri mereka untuk bertugas lagi jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak berhasil mendapatkan kesepakatan dengan Hamas yang menjamin pembebasan tahanan Israel yang berada di tangan perlawanan dan mengakhiri perang.
Tidak seperti yang biasa terjadi pada para tentara yang menghabiskan waktu lama di medan perang, seperti menderita kelelahan fisik dan mental, ini bukanlah alasan yang mendorong para tentara untuk mengancam, “Hari itu sudah dekat ketika kami akan berhenti melakukan tugas kami!”
Untuk pertama kalinya, kelayakan perang dipertanyakan, tidak hanya dari sudut pandang praktis, tetapi juga dari sudut pandang moral. Seperti yang dikatakan oleh seorang tentara cadangan bernama Yariv kepada Haaretz, istrinya mengatakan begini: "Jika Anda mati dalam perang ini, saya akan menuliskan 'Dia bodoh' di batu nisan Anda." Beberapa pekan setelah laporan itu diterbitkan, Jerusalem Post mengungkapkan sebuah surat yang ditandatangani oleh 153 tentara cadangan dan diserahkan kepada Netanyahu, di mana mereka mengancam untuk tidak mengikuti wajib militer.
Banyak media Israel telah mengungkapkan adanya penurunan yang nyata dalam jumlah anggota cadangan yang bergabung dengan tentara Israel. Surat kabar ketiga, Yedioth Ahronoth, melaporkan pada tanggal 11 November bahwa tentara Israel “prihatin karena tingkat layanan cadangan telah turun antara 15 dan 25 persen”.
Keluhan dan kemarahan seperti itu di dalam pasukan cadangan bukanlah hal yang aneh di Israel. Sejak didirikan, pasukan cadangan telah dipandang sebagai salah satu pilar terpenting dari kesadaran nasional dan kohesi sosial, sampai-sampai digambarkan sebagai “salah satu dari tujuh sapi suci” masyarakat Zionis, menurut Gabriel Ben-Dor, Direktur Program Studi Keamanan Nasional di Universitas Haifa.
Salah satu pilar keanggotaan Israel adalah bahwa respons yang diharapkan dari setiap orang yang memiliki identitasnya adalah untuk segera merespons jika mereka menerima perintah pemanggilan untuk menjadi tentara, terlepas dari masalah atau situasi yang dialami oleh si pemanggil.
Para pemimpin awal Israel menyadari keseriusan kesenjangan manusia yang sangat besar antara negara mereka dan musuh-musuh Arabnya, dan bahwa dengan keterbatasan ini, Israel tidak dapat mempertahankan pasukan reguler yang mampu menghadapi semua ancaman keamanan yang mengelilinginya dari semua sisi.
Oleh karena itu, teori keamanan nasional Israel dibentuk sesuai dengan apa yang disebut prinsip “bangsa di bawah senjata”, di mana pasukan tambahan yang dapat dipanggil pada saat darurat dan perang merupakan jaminan utama untuk mencapai keamanan.
Faktanya, penyangga utama tentara pendudukan terdiri dari para prajurit cadangan, sehingga sulit untuk membedakan antara warga sipil dan personel militer di Israel, dan mustahil, menurut Al-Messiri: “Mustahil untuk menemukan batas antara elite militer dan elite politik, karena anggota kedua elit tersebut saling bertukar peran dan membentuk aliansi dalam partai-partai, Histadrut, Knesset, dan organisasi-organisasi lainnya.”
Namun, krisis yang meningkat dalam pasukan cadangan bukan hanya akibat dari peristiwa pembantaian Al-Aqsa. Beberapa bulan sebelum perang, para perwira dan tentara cadangan ikut serta dalam aksi protes terhadap Netanyahu, menuduhnya melakukan korupsi, di tengah-tengah protes terhadap langkah pemerintahnya untuk meloloskan amandemen legislatif yang akan mengurangi yurisdiksi Mahkamah Agung atas keputusan pemerintah.
Pada saat itu, 161 pilot dan perwira senior angkatan udara menandatangani sebuah surat yang dikirim ke komandan angkatan udara, Mayor Jenderal Tomer Bar, dengan judul “Penghentian Segera Kesukarelaan di Pasukan Cadangan”, dan menulis:
“Kami yang bertanda tangan di bawah ini - 161 anggota inti operasional markas besar Angkatan Udara - mengumumkan penghentian segera kegiatan sukarela kami di dinas cadangan,” surat kabar Yediot Aharonot melaporkan pada saat itu.
Ini berarti bahwa beberapa fondasi kohesi dan rasa memiliki di dalam masyarakat Israel sedang menghadapi perpecahan yang hebat, yang menjadi semakin retak setelah serangan 7 Oktober, ketika pasukan cadangan Israel mendapati diri mereka berada di tengah-tengah perang panjang yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya dan yang tidak pernah mereka persiapkan, dan yang tidak pernah diprakarsai oleh musuh-musuh mereka di wilayah yang telah mereka tempati sejak Nakbah.
Krisis mereka meningkat dan berbagai aspek ketegangan dengan kepemimpinan politik muncul sehubungan dengan tekanan berat yang mereka alami, terutama di medan perang, di mana mereka mengalami gesekan yang sangat besar tanpa cakrawala politik, di samping krisis psikologis, ekonomi, dan sosial setelah kehidupan sipil mereka terputus selama beberapa waktu.
Perkembangan-perkembangan ini menjadikannya sangat penting untuk memahami struktur pasukan cadangan IDF, bagaimana mereka memperoleh simbolisme yang tak tersentuh dalam masyarakat Zionis, dan bagaimana krisis-krisis yang mereka hadapi dapat mempengaruhi jalannya perang.
Tentara Rakyat: Peran Sentral Pasukan Cadangan
Sejak perang yang membentuk Israel pada 1948, David Ben-Gurion, perdana menteri pertama Israel dan yang bertanggung jawab atas pembangunan doktrin keamanannya, mengembangkan konsep “tentara rakyat”, yang berarti bahwa seluruh penduduk Israel harus siap bertempur dan terlibat dalam perang, untuk memastikan bahwa jumlah pasukan tempur Israel lebih besar daripada jumlah pasukan tempur di tentara musuh-musuhnya, tanpa menghiraukan kesenjangan antara jumlah masyarakat Israel dan jumlah masyarakat Arab.
Dalam penerapan prinsip ini, selama perang 1948, Israel memberlakukan wajib militer bagi semua orang yang berusia antara 17 dan 54 tahun. Setelah perang berakhir, Israel melegalkan wajib militer bagi semua warga Yahudi berusia 18 tahun, baik pria maupun wanita.
Kemudian, setelah perang 1967, periode wajib militer dibatasi hingga tiga tahun, di mana kategori wanita seperti wanita yang sudah menikah dan ibu-ibu dikecualikan, begitu juga pria Haredi yang belajar di lembaga keagamaan, dan warga negara Arab, kecuali suku Druze, yang telah menjalani wajib militer pada 1954.
Struktur tentara Israel dibagi menjadi pasukan reguler dan cadangan. Yang pertama dibagi menjadi wajib militer yang melakukan wajib militer (32 bulan untuk pria dan 24 bulan untuk wanita), berjumlah sekitar 133 ribu, dan wajib militer permanen yang bekerja di bawah kontrak jangka panjang dengan tentara setelah akhir masa wajib militer mereka, yang hanya berjumlah 40 ribu.
Pasukan cadangan adalah bagian terbesar dari Angkatan Darat, yang terdiri dari mereka yang telah menyelesaikan masa wajib militer, tetapi tetap siap untuk dipanggil pada saat keadaan darurat, dan jumlahnya mencapai 465 ribu tentara pada 2023, menurut Global Firepower.
Undang-undang cadangan menetapkan periode dinas tahunan untuk tentara selama 18 hari per tahun dan 54 hari setiap tiga tahun, menurut amandemen undang-undang pada tahun 2008. Ini dengan pengecualian pilot cadangan Angkatan Udara, yang dipanggil satu hari setiap minggu untuk mempertahankan kesiapan teknis mereka, dan menjalankan bisnis sipil mereka di sisa pekan itu.
Selama tiga dekade pertama keberadaan Israel, pasukan cadangan mewakili kekuatan pemukul yang menentukan, seperti dalam perang tahun 48, 56 dan 67, yang secara operasional dicirikan oleh peran sentral pasukan darat, dan hal ini menyebabkan nilai moral dan simbolis yang tinggi dari pasukan cadangan dalam kesadaran nasional Zionis.
Sebagai contoh, dalam Perang Suez (Agresi Tripartit terhadap Mesir) pada 1956, 150 ribu pasukan cadangan Israel berpartisipasi dalam perang di front Mesir, dan dalam Perang Enam Hari pada 1967, 214 ribu pasukan cadangan berpartisipasi, sementara kekuatan tempur total angkatan bersenjata berjumlah 264 ribu orang.
Namun, perkembangan paling signifikan dari pasukan cadangan terjadi antara Perang Oktober 1973 dan perang pertama di Lebanon pada 1982, yang disebut Israel sebagai 'Operasi Perdamaian untuk Galilea'.
Setelah serangan mendadak yang diterima Israel di front Mesir pada bulan Oktober, tentara memperluas perekrutan untuk memulihkan rasa superioritas dan kesiapan tempur, meningkatkan jumlah divisi tempur darat menjadi 14 divisi, yang sebagian besar terdiri dari pasukan cadangan. Dalam perang melawan Lebanon pada 1982, tujuh divisi tempur berpartisipasi dalam perang, lebih dari dua pertiga di antaranya terdiri dari para prajurit cadangan.


Donald Trump akan Gunakan Kekuatan Militer untuk Melaksanakan Deportasi Massal di AS

Presiden terpilih Donald Trump kembali mencuri perhatian publik dengan rencana kontroversialnya untuk melaksanakan deportasi massal imigran tanpa dokumen.
Dalam pernyataan terbarunya, Trump mengonfirmasi akan mendeklarasikan darurat nasional dan menggunakan militer untuk mendukung program deportasi ini.
Dengan janji melaksanakan apa yang ia sebut sebagai "program deportasi terbesar dalam sejarah Amerika," banyak yang mempertanyakan aspek hukum, logistik, dan dampak sosial dari rencana ambisius ini.
Rencana Deportasi Massal di Bawah Kepemimpinan Trump
Trump menegaskan komitmennya untuk menindaklanjuti janji kampanye tersebut sejak hari pertama masa jabatannya. Dia mengusulkan penggunaan kekuasaan darurat perang, personel militer, dan kolaborasi dengan pemimpin negara bagian yang sejalan dengannya.
Namun, rencana ini hampir pasti akan menghadapi tantangan hukum dan penolakan dari gubernur negara bagian Demokrat, yang telah menyatakan bahwa mereka tidak akan bekerja sama.
Beberapa poin penting dalam rencana deportasi ini meliputi:
Federalisasi Garda Nasional: Trump dan penasihat utamanya, Stephen Miller, menyarankan agar Garda Nasional dari negara bagian yang dikuasai Republik dikerahkan ke negara bagian Demokrat untuk mendukung penegakan imigrasi.
Kamp Detensi Skala Besar: Usulan pembangunan kamp detensi untuk menampung jutaan orang sebelum deportasi mereka.
Penargetan Dreamers dan Imigran Lainnya: Retorika kampanye Trump tidak membedakan secara jelas antara imigran legal dan ilegal, memicu kekhawatiran bahwa program ini dapat mencakup individu dengan status hukum yang sah.
Tim Trump untuk Eksekusi Program Deportasi
Trump telah menunjuk tim loyalis untuk mengimplementasikan kebijakan keras terhadap imigrasi:
Tom Homan: Mantan direktur ICE, kini menjabat sebagai "czar perbatasan" dengan tugas utama mengoordinasikan deportasi.
Stephen Miller: Penasihat kebijakan dengan peran strategis dalam menyusun kebijakan imigrasi kontroversial, termasuk pemisahan keluarga.
Kristi Noem: Gubernur Dakota Selatan, dikenal sebagai garis keras imigrasi, akan menjabat sebagai Menteri Keamanan Dalam Negeri.
Tantangan Logistik dan Hukum
Rencana deportasi massal ini menghadapi sejumlah tantangan besar:
Biaya yang Membengkak: Menurut perkiraan American Immigration Council, deportasi 1 juta orang per tahun akan menelan biaya lebih dari $960 miliar dalam satu dekade. Anggaran ini mencakup biaya detensi, transportasi, dan proses hukum.
Dampak pada Ekonomi dan Keluarga: Banyak imigran yang telah tinggal di AS selama lebih dari satu dekade, memiliki pekerjaan tetap, dan tinggal bersama anggota keluarga warga negara AS. Deportasi massal diprediksi dapat mengganggu stabilitas keluarga dan ekonomi.
Resistensi Hukum: Para ahli hukum memperingatkan bahwa penggunaan militer untuk menegakkan kebijakan domestik dapat melanggar Undang-Undang Posse Comitatus, yang membatasi peran militer dalam penegakan hukum domestik.
Reaksi dan Penolakan
Program deportasi massal ini telah memicu kritik tajam dari kelompok advokasi, Demokrat, dan bahkan sebagian masyarakat umum.
Menurut survei, sebagian besar warga AS menolak deportasi massal setelah memahami dampak sosial dan ekonominya.
Aktivis seperti Greisa Martínez Rosas dari United We Dream Action menuding rencana ini sebagai "strategi menciptakan ketakutan dan kekacauan" di komunitas imigran.

Eksportir China akan Naikkan Harga Pasca Berakhirnya Kebijakan Rebate Pajak Ekspor

Pengurangan insentif pajak ekspor yang diumumkan oleh China pada Jumat lalu akan mendorong eksportir China untuk menaikkan harga dan melakukan renegosiasi kontrak dengan pembeli internasional, menurut analisis dari para pedagang dan analis.
Keputusan tersebut akan mempengaruhi sejumlah produk mulai dari barang aluminium hingga minyak goreng bekas dan perlengkapan tenaga surya.
Pemotongan Insentif Pajak Ekspor oleh Beijing
Mulai 1 Desember mendatang, China akan mengurangi tarif rebate pajak ekspor untuk beberapa produk minyak olahan, fotovoltaik, baterai, dan beberapa produk mineral non-logam dari 13% menjadi 9%.
Beijing juga akan menghapus rebate pajak untuk produk aluminium dan tembaga, serta minyak dan lemak yang dimodifikasi secara kimiawi dari sumber hewan, tumbuhan, atau mikroba, termasuk minyak goreng bekas (UCO).
Dampak Pemotongan Rebate untuk Aluminium dan Tembaga
Dengan pemotongan insentif pajak, eksportir produk aluminium menghadapi kenaikan biaya, yang diperkirakan akan mengurangi minat mereka untuk mengirimkan barang ke luar negeri.
Sebagian besar produk aluminium yang diekspor oleh China akan terpengaruh oleh perubahan ini. Dari Januari hingga September tahun ini, China telah mengekspor 4,62 juta metrik ton produk aluminium yang akan terpengaruh oleh kebijakan baru ini.
Meskipun negara-negara Barat sering menuduh China memberikan subsidi yang tidak adil untuk sektor aluminium dan baja mereka, pasar internasional kemungkinan masih membutuhkan pengiriman aluminium dari China, meskipun dengan biaya yang lebih tinggi, untuk mengisi celah pasokan.
Namun, trader aluminium yang berbasis di Singapura menyatakan bahwa harga domestik aluminium dapat turun 2-3% untuk mengimbangi kerugian yang dialami oleh eksportir.
Dampak pada Minyak Goreng Bekas (UCO)
Kebijakan ini juga berdampak pada eksportir minyak goreng bekas. Ye Bin, ketua eksportir UCO China, Sichuan Jinshang, mengatakan bahwa pengiriman UCO untuk bulan Desember mungkin akan ditunda atau dibatalkan karena perubahan kebijakan ini.
Pembeli dan penjual akan berusaha untuk melakukan renegosiasi kontrak, yang dapat mempengaruhi kelancaran pasokan ke pasar internasional.
Analisis dari Citi memperkirakan bahwa dampak pemotongan rebate pajak pada produk tembaga akan lebih kecil, mengingat volume ekspornya yang lebih kecil, sekitar 800.000 metrik ton per tahun. Beberapa produk tembaga bahkan diproduksi melalui layanan tolling, yang tidak akan terpengaruh oleh perubahan ini.
Zhao Yongcheng, analis di Benchmark Minerals Intelligence, berpendapat bahwa langkah Beijing ini sebagian bertujuan untuk memastikan pasokan tembaga domestik yang cukup, sekaligus mendorong produsen untuk menggunakan bijih tembaga impor dalam pembuatan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Solar dan Produk Bahan Bakar: Dampak pada Margin Ekspor
Di sektor energi, pemotongan rebate pajak untuk produk bahan bakar datang pada saat China menghadapi kapasitas penyulingan yang berlebih dan permintaan domestik yang tidak stabil.
Seorang pejabat minyak negara memperkirakan bahwa margin ekspor bahan bakar akan turun sebesar 200-300 yuan per ton, yang dapat menekan pendapatan pengolah minyak negara seperti Sinopec dan PetroChina.
Hal ini diharapkan dapat membatasi ekspor bahan bakar dari China, yang mungkin mendukung margin pengolah bahan bakar di wilayah Asia lainnya.
Sementara itu, dalam sektor tenaga surya, yang sedang menghadapi kelebihan kapasitas, penurunan rebate pajak dapat menyebabkan kenaikan harga modul surya sebesar 0,02-0,03 yuan per watt bagi pembeli luar negeri.
Meskipun demikian, harga modul surya China tetap akan kompetitif, karena biaya tersebut akan dialihkan kepada pengguna akhir di luar negeri.


 

Share this Post