News Forex, Index & Komoditi ( Senin, 25 November 2024 )

 News  Forex,  Index  &  Komoditi

       (  Senin,   25  November  2024  )

Harga Emas Global Mencatat Lonjakan Mingguan Terbesar Imbas Konflik Rusia-Ukraina

 

Harga emas bersiap menuju kenaikan mingguan terbesar sejak Maret tahun lalu karena eskalasi konflik Rusia-Ukraina. Konflik tersebut meningkatkan daya tarik emas sebagai aset aman, seiring dengan ekspektasi para pedagang terhadap prospek pelonggaran lebih lanjut oleh Federal Reserve. Dilansir Bloomberg, Sabtu (23/11/2024), harga emas batangan naik 1,5% menjadi US$2.710,16 per ons setelah Ukraina mengatakan Rusia meluncurkan rudal balistik jenis "baru" ke kota Dnipro sebagai sinyal yang mengkhawatirkan bagi para pendukung Barat Kyiv.  Meningkatnya ketegangan geopolitik cenderung mendorong investor ke aset aman, salah satunya emas. "Eskalasi saling balas antara Rusia dan Ukraina telah meningkatkan suhu geopolitik ke tingkat yang lebih tinggi daripada yang terlihat selama perang selama setahun antara Israel dan militan yang didukung Iran, dan pasar telah meresponsnya dengan tepat," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, dikutip Sabtu (23/11/2024). Dia menambahkan, permintaan terhadap aset safe haven yang meningkat membawa kembali momentum baru ke pasar setelah sempat terkoreksi pada awal November lalu.

China Temukan Cadangan Emas Baru 300 Ton di Hunan Usai Bor Bumi 2.000 Meter Para trader juga mempertimbangkan komentar dari Presiden Fed Bank of Chicago Austan Goolsbee, yang mengatakan bahwa dia melihat suku bunga bergerak "sedikit lebih rendah," dan menyatakan keyakinannya bahwa inflasi mereda mendekati target bank sentral.  Suku bunga yang lebih rendah biasanya menguntungkan emas batangan karena tidak membayar bunga. Logam mulia telah melonjak lebih dari 30% sepanjang tahun ini, didukung oleh pembelian bank sentral yang sehat, meningkatnya permintaan aset safe haven, dan siklus pemotongan suku bunga oleh Fed.  Reli logam mulia terhambat dalam minggu-minggu setelah terpilihnya kembali Donald Trump, karena dolar AS yang melonjak, membebani komoditas.  Namun, kini ada harapan luas untuk mencapai rekor baru pada 2025, dengan Goldman Sachs Group Inc. dan UBS Group AG keduanya mengeluarkan prospek bullish untuk logam mulia dalam beberapa hari terakhir. Harga emas spot naik 1,4% menjadi US$2.737,20 per ons pada Sabtu, sehingga kenaikan mingguan menjadi 5,5% dalam sepekan ini, dan menjadinkinerja terbaiknya sejak Maret 2023.  Di samping itu, Indeks Bloomberg Dollar Spot naik 0,4%, memperpanjang kenaikan dua hari. Adapun, harga perak dan platinum juga naik, sementara paladium turun.

 

 

 

 

Perang Rusia-Ukraina Memanas, Harga Minyak Dunia Melonjak Tembus US$75,17 per Barel

 

Harga minyak naik sekitar 1% pada akhir perdagangan Jumat (22/11/2024), mencapai level tertinggi dalam dua pekan, karena perang yang semakin memanas di Ukraina pekan ini, yang meningkatkan premi risiko geopolitik pasar. Mengutip Reuters Sabtu (23/11), harga minyak mentah berjangka Brent naik 94 sen, atau 1,3%, menjadi US$75,17 per barel. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$1,14, atau 1,6%, menjadi US$71,24. Kedua patokan minyak mentah naik sekitar 6% untuk minggu ini, level tertinggi sejak 7 November 2024 karena Moskow meningkatkan serangannya ke Ukraina setelah Inggris dan AS mengizinkan Kyiv menyerang lebih dalam ke Rusia dengan rudal mereka. "Eskalasi perang Rusia-Ukraina telah meningkatkan ketegangan geopolitik melampaui level yang terlihat selama konflik selama setahun antara Israel dan militan yang didukung Iran," kata analis Saxo Bank Ole Hansen, dilansir Reuters, Sabtu (23/11/2024). Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia akan terus menguji rudal hipersonik Oreshnik barunya dalam pertempuran dan memiliki stok yang siap digunakan. Rusia kemudian menembakkan rudal tersebut ke Ukraina, yang dipicu oleh penggunaan rudal balistik AS dan rudal jelajah Inggris oleh Ukraina untuk menyerang Rusia.

Harga Minyak Dunia Merangkak Naik Stok Bahan Bakar AS Turun Tajam, Harga Minyak Dunia Merangkak Naik "Yang ditakutkan pasar adalah kerusakan yang tidak disengaja di bagian mana pun dari minyak, gas, dan penyulingan yang tidak hanya menyebabkan kerusakan jangka panjang tetapi juga mempercepat spiral perang," kata analis PVM John Evans. Sementara itu, AS memberlakukan sanksi baru pada Gazprombank Rusia saat Presiden Joe Biden meningkatkan tindakan untuk menghukum Moskow atas invasinya ke Ukraina sebelum dia meninggalkan jabatannya pada 20 Januari tahun depan. Kremlin mengatakan sanksi baru AS tersebut merupakan upaya Washington untuk menghalangi ekspor gas Rusia, tetapi mencatat bahwa solusinya akan ditemukan. Selain dari Rusia, AS juga melarang impor makanan, logam, dan barang lain dari sekitar 30 perusahaan China lainnya atas dugaan kerja paksa yang melibatkan warga Uighur. China, sebagai importir minyak terbesar di dunia, mengumumkan langkah-langkah kebijakan minggu ini untuk meningkatkan perdagangan, termasuk dukungan untuk impor produk energi, di tengah kekhawatiran atas ancaman Presiden terpilih AS Donald Trump untuk mengenakan tarif. Menurut analis, pedagang, dan data pelacakan pengiriman, impor minyak mentah China diperkirakan akan meningkat pada akhir November.

 

 

 

 

 

 

 

 

Bursa Asia Menguat Senin (25/11) Pagi, Saham Australia Cetak Rekor Tertinggi

 

Bursa saham Asia-Pasifik mencatat kenaikan pada perdagangan Senin (25/11) pagi. Investor menantikan keputusan suku bunga bank sentral Korea Selatan serta data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga India yang akan dirilis pekan ini.

Singapura juga dijadwalkan merilis angka inflasi bulan Oktober pada hari yang sama.

Berdasarkan survei ekonom Reuters, inflasi utama diperkirakan turun menjadi 1,8% dari 2% di bulan sebelumnya.

Jika perkiraan ini akurat, maka angka tersebut akan menjadi inflasi terendah Singapura sejak Maret 2021.

Data ekonomi lainnya yang menjadi perhatian adalah angka inflasi Oktober dari Australia yang akan dirilis Rabu (27/11), serta data inflasi November dari Tokyo pada Jumat.

Angka inflasi Tokyo sering dianggap sebagai indikator utama tren inflasi nasional Jepang.

Saham Australia Sentuh Rekor Tertinggi

Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,75% ke level tertinggi sepanjang masa di 8.458,9 pada awal sesi perdagangan.

Pasar Jepang juga mengalami penguatan, dengan indeks Nikkei 225 naik 1,19% dan indeks Topix bertambah 0,83%.

Sementara itu, di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,93% dan indeks Kosdaq yang lebih fokus pada saham kapitalisasi kecil melonjak 1,76%.

Namun, indeks berjangka Hang Seng Hong Kong menunjukkan potensi pembukaan lebih lemah pada 19.204, lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya di 19.229,97.

Kenaikan di pasar Asia mengikuti tren positif di Amerika Serikat (AS), di mana indeks Dow Jones Industrial Average mencetak rekor baru pada Jumat lalu.

Indeks blue-chip Dow naik 426,16 poin atau 0,97% ke 44.296,51, mencapai level penutupan tertinggi sepanjang masa sekaligus mencatatkan tiga sesi kenaikan beruntun.

Sementara itu, indeks S&P 500 bertambah 0,35%, memperpanjang kemenangan selama lima hari berturut-turut, dan Nasdaq Composite yang berfokus pada sektor teknologi naik tipis 0,16%.

Namun, kenaikan Nasdaq dibatasi oleh penurunan saham Nvidia sebesar 3,2% dan Alphabet (induk Google) sebesar 1,7%.

Kondisi ini menandakan optimisme di pasar global tetap kuat meski ada beberapa sentimen negatif yang membatasi pergerakan tertentu.

Pasar Asia kini menantikan lebih banyak data ekonomi untuk menentukan arah selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rusia: AS Gunakan Taiwan untuk Picu Krisis Serius di Asia

 

Amerika Serikat menggunakan Taiwan untuk memprovokasi krisis serius di Asia. Terkait hal tersebut, Rusia menegaskan kembali dukungan Moskow terhadap sikap China atas Taiwan.

Hal tersebut ditegaskan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrei Rudenko kepada kantor berita TASS dalam pernyataan yang dipublikasikan pada hari Minggu (24/11/2024), seperti yang dilansir Reuters.

"Kami melihat bahwa Washington, yang melanggar prinsip 'satu China' yang diakuinya, memperkuat kontak militer-politik dengan Taipei dengan slogan mempertahankan 'status quo', dan meningkatkan pasokan senjata," kata Rudenko kepada kantor berita pemerintah tersebut.

Dia menambahkan, "Tujuan dari campur tangan AS yang begitu kentara dalam urusan kawasan ini adalah untuk memprovokasi RRC (Republik Rakyat Tiongkok) dan menciptakan krisis di Asia demi kepentingan egoisnya sendiri."

Laporan tersebut tidak menyebutkan kontak spesifik yang dirujuk Rudenko.

Tiongkok memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, klaim yang ditolak oleh pemerintah Taiwan.

AS adalah pendukung internasional dan pemasok senjata terpenting bagi Taiwan, meskipun tidak ada pengakuan diplomatik resmi.

Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Rudenko pada akhir pekan.

Pada bulan September, Presiden AS Joe Biden menyetujui dukungan militer senilai US$ 567 juta untuk Taiwan.

Rusia menanggapi bahwa pihaknya mendukung Tiongkok dalam isu-isu Asia, termasuk kritik terhadap upaya AS untuk memperluas pengaruhnya dan "upaya yang disengaja" untuk mengobarkan situasi di sekitar Taiwan.

Tiongkok dan Rusia mendeklarasikan kemitraan "tanpa batas" pada Februari 2022 ketika Presiden Vladimir Putin mengunjungi Beijing sesaat sebelum melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina, yang memicu perang darat paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Pada bulan Mei tahun ini, Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping menjanjikan "era baru" kemitraan antara dua rival terkuat Amerika Serikat, yang mereka gambarkan sebagai hegemon Perang Dingin yang agresif yang menebar kekacauan di seluruh dunia.

 

 

Amerika Serikat Bangun Pangkalan Militer Baru di Jepang Demi Lindungi Taiwan

 

Amerika Serikat akan segera mendirikan pangkalan militer baru di rangkaian pulau Nansei, barat daya Jepang dan Filipina. Di sana, militer AS akan menempatkan unit rudal untuk melindungi Taiwan.

Mengutip Kyodo, pengerahan unit rudal tersebut akan dimasukkan ke dalam rencana operasi gabungan pertama AS-Jepang untuk mengatasi kemungkinan gesekan yang melibatkan Taiwan dan China.

Menurut sumber yang dikutip Kyodo hari Senin (25/11), unit yang akan ditempatkan adalah Resimen Pesisir Marinir AS yang memiliki Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) peluncuran ganda.

Mereka akan dikerahkan di sepanjang rangkaian pulau yang membentang dari prefektur Jepang Kagoshima dan Okinawa hingga Taiwan.

Pasukan Bela Diri Jepang Ikut Terlibat

AS melihat bahwa kemungkinan adanya gangguan keamanan yang dialami Taiwan telah meningkat. Maka dari itu, penting bagi AS untuk mendirikan pangkalan militer sementara di rangkaian pulau Jepang yang merupakan sekutu utamanya di Asia Timur.

Pasukan Bela Diri Jepang (SDF) juga diperkirakan terutama terlibat dalam dukungan logistik untuk unit marinir, termasuk memasok bahan bakar dan amunisi.

Jepang dan AS telah memperkuat kerja sama pertahanan dan meningkatkan interoperabilitas SDF dan militer AS dalam menghadapi ancaman dari pengembangan militer China.

Keduanya juga aktif mengamati pengembangan nuklir dan rudal Korea Utara, dan meningkatnya hubungan militer dengan Rusia.

Militer AS Juga Hadir di Filipina

Angkatan Darat AS juga akan mengerahkan unit-unit penembakan jarak jauh dari Multi-Domain Task Force (MDTF) di Filipina.

MDTF dirancang untuk beroperasi di lingkungan multi-domain, termasuk udara, darat, air, angkasa, dunia maya, dan informasi.

Pada bulan Februari 2023, AS dan Filipina sepakat untuk menambah jumlah pangkalan yang tersedia untuk penggunaan militer AS di Filipina dari lima menjadi sembilan.

Pangkalan-pangkalan ini diharapkan akan digunakan jika terjadi keadaan darurat di Taiwan.

 

Elon Musk: Amerika Sedang Menuju Kebangkrutan Super Cepat

 

Elon Musk, miliarder pemilik Tesla, kembali menarik perhatian publik setelah memberikan dukungan mengejutkan terhadap cryptocurrency pada awal bulan ini.

Kini, ia melanjutkan upayanya mengkritik krisis pengeluaran AS yang semakin tidak terkendali, dengan angka mencapai US$35 triliun.

Dalam perkembangan terbaru, Musk menyerukan pengangkatan para pendukung utama bitcoin dan cryptocurrency ke kabinet presiden terpilih Donald Trump.

Prediksi Krisis: Kebangkrutan yang "Super Cepat"

Musk memperingatkan bahwa Amerika Serikat berada di ambang kebangkrutan, yang menurutnya dapat terjadi "dengan sangat cepat."

Dalam unggahan di X (sebelumnya Twitter), Musk bercanda bahwa solusi untuk krisis ini adalah membentuk sebuah departemen pemerintah yang dinamai dari meme cryptocurrency.

"Amerika sedang menuju kebangkrutan super cepat," tulis Musk sebagai tanggapan atas unggahan akun Doge Department of Government Efficiency.

Akun tersebut menyoroti fakta bahwa pada 2023, pemerintah AS menghabiskan US$6,16 triliun sementara hanya menghasilkan pendapatan sebesar US$4,47 triliun.

"Tren ini harus dibalik, dan anggaran harus diseimbangkan," tulis akun tersebut.

Musk menanggapi serius situasi ini dengan menyebut bahwa pendekatan efisiensi berbasis "Doge Department" dapat menghemat hingga US$2 triliun dari pengeluaran pemerintah.

Lonjakan Utang Nasional dan Krisis Ekonomi

Utang nasional AS terus meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir, mencapai US$34 triliun pada awal 2024.

Sebagian besar lonjakan ini dipicu oleh langkah-langkah stimulus selama pandemi Covid-19 dan kebijakan lockdown, yang kemudian menyebabkan inflasi melonjak.

Kondisi ini memaksa Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga secara agresif dalam upaya menahan inflasi.

Peningkatan pengeluaran tanpa pengelolaan anggaran yang baik menciptakan tekanan besar pada ekonomi nasional, sehingga menciptakan kebutuhan mendesak untuk reformasi fiskal.

"Doge Department of Government Efficiency"

Sebagai tanggapan terhadap krisis pengeluaran, Musk memperkenalkan konsep "Doge Department of Government Efficiency," yang secara simbolis terinspirasi dari meme Doge dan cryptocurrency dogecoin.

Musk menyebut bahwa departemen ini bertujuan untuk mengurangi pengeluaran pemerintah secara signifikan sambil mendorong transparansi dan efisiensi dalam pengelolaan anggaran.

Langkah ini juga memperlihatkan pengaruh Musk dalam mempopulerkan dogecoin.

Harga cryptocurrency ini melonjak lebih dari tiga kali lipat dalam sebulan terakhir, sebagian karena sentimen pasar yang didorong oleh gagasan Musk tentang potensinya sebagai bagian dari strategi fiskal nasional.

Dukungan Trump terhadap Bitcoin

Dalam konteks serupa, Donald Trump juga telah memberikan sinyal dukungan terhadap penggunaan bitcoin sebagai alat untuk mengatasi utang nasional.

Dalam sebuah pernyataan di konferensi Bitcoin 2024, Trump mengusulkan pembentukan "cadangan nasional strategis bitcoin."

Ia bahkan memprediksi bahwa bitcoin dapat melampaui kapitalisasi pasar emas yang saat ini mencapai US$16 triliun.

Trump juga pernah menyarankan ide yang kontroversial, yakni menggunakan bitcoin untuk "melunasi" utang nasional AS sebesar US$35 triliun, meskipun gagasan ini lebih bersifat spekulatif daripada rencana konkret.

Posisi Tesla dalam Cryptocurrency

Tesla, di bawah kepemimpinan Musk, terus mempertahankan investasi substansial dalam cryptocurrency.

Saat ini, Tesla memegang sekitar 10.000 bitcoin, senilai hampir US$800 juta.

Langkah ini menunjukkan keyakinan Musk terhadap potensi bitcoin sebagai aset yang disebut "emas digital" dalam konteks investasi jangka panjang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tiongkok Sudah Punya Senjata, Siap Hadapi Perang Dagang 2.0 dengan Donald Trump

 

Masa jabatan pertama Donald Trump sebagai presiden AS memicu perang dagang besar-besaran dengan Tiongkok. Dan masa jabatan keduanya alias 2.0, Trump berjanji untuk menggandakan tarif terhadap Tiongkok.

Para pakar tidak sepakat mengenai apakah janjinya selama kampanye untuk memberlakukan tarif 60 persen secara menyeluruh terhadap impor dari Tiongkok merupakan alat tawar-menawar untuk kesepakatan perdagangan atau strategi pemisahan.

Di satu sisi, Trump dikenal karena sifatnya yang tidak terduga dan kecenderungan transaksional, dan ada banyak hal yang dapat dimintanya dari Tiongkok.

Melansir The Diplomat, beberapa hal yang berada di urutan teratas daftar keinginannya mungkin meliputi: pembatasan ekspor sukarela untuk mengurangi ekspor Tiongkok ke AS; lebih banyak impor produk pertanian AS; lebih banyak investasi Tiongkok di AS untuk menciptakan lapangan kerja; dan pembelian obligasi pemerintah tambahan.

Trump juga dapat meminta Tiongkok untuk memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap Rusia, Korea Utara, dan Iran demi kepentingan geopolitik Amerika Serikat, dan daftarnya masih panjang.

Di sisi lain, tarif 60 persen mungkin bukan taktik untuk mencapai kesepakatan perdagangan, tetapi bagian integral dari strategi "America First".

Beberapa tanda yang muncul akan membuktikan kemungkinan ini. Pertama, Trump telah mengumumkan beberapa anggota Kabinet utama yang dengan jelas dan tegas mencela Tiongkok sebagai pesaing strategis. Para petinggi ini dapat mempersulit pembuatan kesepakatan pragmatis apa pun.

Kedua, Trump mungkin benar-benar percaya bahwa tarif dibayarkan oleh pihak Tiongkok dan bahwa pendapatan tarif dapat menggantikan pajak lain untuk mendanai pemerintah yang sedang dirampingkan.

Ketiga, Trump mungkin kecewa dengan hasil kesepakatan perdagangan Fase Satu dan memutuskan untuk tidak mengulangi trik lama. Dan akhirnya, Trump mungkin diyakinkan bahwa perang dagang akan menghancurkan ekonomi Tiongkok sekaligus memperkuat kekuatan ekonomi Amerika Serikat.

Jika skenario terakhir ini terwujud, maka pertanyaannya menjadi: Bagaimana tanggapan Tiongkok, dan bagaimana perang dagang yang meningkat ini akan memengaruhi ekonomi Tiongkok?

Tanggapan Tiongkok

Dalam pesan ucapan selamat Xi Jinping kepada Trump sebagai presiden terpilih, presiden Tiongkok menyerukan hubungan bilateral yang "stabil, sehat, dan berkelanjutan".

Meski demikian, Xi tidak ingin dianggap "lunak" dalam menghadapi perang dagang yang diprakarsai AS.

Tarif awal Trump ditanggapi dengan pembalasan proporsional Tiongkok, hingga 73,3 persen impor Tiongkok dari AS dikenakan bea balasan. Oleh karena itu, Tiongkok kemungkinan akan mengenakan tarif balasan jika tarif 60 persen mulai berlaku.

Namun, Tiongkok tidak bermaksud memisahkan diri, juga tidak ingin merugikan Amerika Serikat. Memang benar bahwa Tiongkok telah menetapkan undang-undang baru yang luas dalam beberapa tahun terakhir yang dapat digunakan sebagai tindakan balasan – misalnya, memasukkan perusahaan asing ke dalam daftar hitam, menjatuhkan sanksi Tiongkok sendiri kepada individu atau bisnis AS, atau memberlakukan pembatasan ekspor pada mineral penting.

Namun, tindakan balasan ini cenderung menghasilkan hasil yang merugikan semua pihak.

Jika Tiongkok memutuskan untuk memasukkan bisnis AS ke dalam daftar hitam atau memberi sanksi, hal itu hanya akan dilakukan secara selektif dan hati-hati, seperti dalam kasus Skydio dan PVH, agar tidak menghambat investasi asing atau mengganggu rantai pasokan global.

Terakhir, kecil kemungkinan Tiongkok akan menjual obligasi pemerintah AS senilai US$ 775 miliar yang dimilikinya (per Agustus 2024).

Kepemilikan Tiongkok hanya mencakup 2,7 persen dari total obligasi pemerintah atau 9,1 persen dari obligasi pemerintah yang dimiliki di luar negeri; penjualan tidak akan secara signifikan melemahkan nilai dolar atau meningkatkan imbal hasil obligasi pemerintah.

Dari sudut pandang Tiongkok, pembalasan terbaik adalah mempertahankan diri dari titik kekuatan.

Sementara banyak pengamat percaya bahwa Tiongkok saat ini berada dalam posisi yang lebih lemah untuk menghadapi perang dagang AS dibandingkan enam tahun lalu ketika ekonomi tumbuh sebesar 6,7 persen daripada sekitar 5 persen, Tiongkok sebenarnya telah memperkuat ekonominya untuk menghadapi lingkungan internasional yang lebih tidak bersahabat dalam beberapa tahun terakhir.

Ekspor Tiongkok ke Amerika Serikat mencapai 19,3 persen dari total ekspornya pada tahun 2018; pada tahun 2023, rasio ini telah turun menjadi 14,8 persen dan ekspor ke AS hanya mencapai 2,5 persen dari total PDB Tiongkok.

Mengutip CNN, berbekal pemahaman tentang cara presiden terpilih beroperasi, kepemimpinan Tiongkok lebih siap menghadapi kebijakan tarif Trump.

“Tiongkok telah mempersiapkan hari ini selama beberapa waktu. AS jauh kurang penting bagi jaringan perdagangannya (dibandingkan sebelumnya),” kata Dexter Roberts, penulis buletin Perang Dagang dan peneliti senior di Atlantic Council.

Sebagian karena perang dagang pertama yang berlanjut di bawah Presiden Joe Biden, Beijing, serta perusahaan-perusahaan Tiongkok, telah mulai secara aktif mengurangi ketergantungan perdagangannya pada Amerika Serikat. Dampaknya terlihat dalam data perdagangan dan telah terjadi dengan sangat cepat.

 

 

 

 

 

 

 

 

Iran Bakal Gelar Pembicaraan Nuklir dengan 3 Negara Besar Eropa

 

Iran akan mengadakan pembicaraan tentang program nuklirnya yang disengketakan dengan tiga negara Eropa pada tanggal 29 November 2024.

Hal tersebut diungkapkan oleh kementerian luar negeri Iran pada hari Minggu (24/11/2024), beberapa hari setelah pengawas atom PBB mengeluarkan resolusi terhadap Teheran.

Mengutip Reuters, Iran bereaksi terhadap resolusi tersebut - yang diusulkan oleh Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat - dengan apa yang disebut oleh pejabat pemerintah sebagai berbagai tindakan seperti mengaktifkan sejumlah sentrifus baru dan canggih, mesin yang memperkaya uranium.

Kantor berita Jepang Kyodo, yang pertama kali melaporkan bahwa pertemuan tersebut akan berlangsung pada hari Jumat di Jenewa, mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Iran Masoud Pezeshkian tengah mencari solusi untuk kebuntuan nuklir menjelang pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump pada bulan Januari.

Seorang pejabat senior Iran mengonfirmasi bahwa pertemuan tersebut akan berlangsung pada hari Jumat mendatang.

"Teheran selalu percaya bahwa masalah nuklir harus diselesaikan melalui diplomasi. Iran tidak pernah meninggalkan perundingan," jelas pejabat tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei kemudian mengatakan bahwa wakil menteri luar negeri Iran, Prancis, Jerman, dan Inggris akan mengambil bagian dalam perundingan tersebut, yang menurutnya akan mencakup masalah regional serta berkas nuklir.

Baghaei tidak mengatakan di mana perundingan akan berlangsung. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Swiss mengarahkan pertanyaan kepada negara-negara yang disebutkan dalam laporan Kyodo.

"Pandangan akan dipertukarkan ... tentang berbagai diskusi dan subjek regional termasuk masalah Palestina, Lebanon, dan juga subjek nuklir", kata Baghaei.

Pada tahun 2018, pemerintahan Trump saat itu keluar dari pakta nuklir Iran tahun 2015 dengan enam negara besar dan memberlakukan kembali sanksi keras terhadap Iran.

Kondisi itu mendorong Teheran untuk melanggar batasan nuklir pakta tersebut, dengan langkah-langkah seperti membangun kembali persediaan uranium yang diperkaya, memurnikannya hingga mencapai kemurnian fisil yang lebih tinggi, dan memasang sentrifus canggih untuk mempercepat produksi.

Pembicaraan tidak langsung antara pemerintahan Presiden Joe Biden dan Teheran untuk mencoba menghidupkan kembali pakta tersebut telah gagal. Akan tetapi, Trump mengatakan selama kampanye pemilihannya pada bulan September:

"Kita harus membuat kesepakatan, karena konsekuensinya tidak mungkin terjadi. Kita harus membuat kesepakatan".

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hezbollah Tembakkan Roket ke Tel Aviv Usai Serangan Besar Israel di Beirut

 

Hezbollah Lebanon meluncurkan rentetan serangan roket berat ke Israel pada Minggu (24/11), menghantam wilayah dekat Tel Aviv.

Menyusul serangan udara besar Israel sehari sebelumnya menewaskan sedikitnya 29 orang di Beirut.

Militer Israel melaporkan, rumah-rumah di sekitar Tel Aviv terbakar atau hancur akibat serangan tersebut.

Hezbollah menyatakan telah meluncurkan rudal presisi ke dua lokasi militer di Tel Aviv dan sekitarnya.

 “Kami membalas setiap serangan ke Beirut dengan menargetkan Tel Aviv,” kata perwakilan Hezbollah dalam pernyataan resminya.

Polisi Israel mengonfirmasi adanya kerusakan di beberapa titik di Petah Tikvah, sisi timur Tel Aviv, menyebabkan sejumlah orang mengalami luka ringan.

Militer Israel menyebut serangan langsung ke sebuah permukiman telah membuat “rumah-rumah terbakar dan hancur.” Rekaman televisi menunjukkan apartemen yang rusak akibat hantaman roket.

Hezbollah meluncurkan sekitar 250 roket ke wilayah Israel, sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara.

Namun, sirene peringatan terdengar di berbagai wilayah. Sedikitnya empat orang terluka akibat pecahan roket, menurut pernyataan polisi.

Serangan Udara Israel di Beirut

Pada Minggu, militer Israel melancarkan serangan ke 12 pusat komando Hezbollah di daerah Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut.

Serangan pada Sabtu (23/11) sebelumnya menjadi salah satu yang paling mematikan, menghancurkan blok apartemen di pusat kota Beirut.

“Israel menargetkan pusat-pusat komando Hezbollah yang sengaja ditempatkan di antara bangunan sipil,” kata seorang juru bicara militer Israel dalam sebuah unggahan di media sosial.

Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa korban tewas akibat serangan Sabtu meningkat dari 20 menjadi 29 orang, sehingga total korban tewas sejak Oktober 2023 mencapai 3.754 jiwa.

Israel memulai operasi ofensif melawan Hezbollah pada September, melancarkan serangan udara di wilayah selatan Lebanon, Lembah Bekaa, dan pinggiran selatan Beirut setelah ketegangan yang berlangsung hampir setahun dipicu oleh perang di Gaza.

Proposal Gencatan Senjata

Perang telah memaksa lebih dari satu juta orang di Lebanon mengungsi. Israel mengatakan tujuan operasinya adalah mengembalikan ribuan warganya yang dievakuasi dari utara akibat serangan roket Hezbollah, yang mendukung Hamas sejak awal perang Gaza pada Oktober 2023.

Mediator Amerika Serikat (AS) Amos Hochstein menyampaikan adanya kemajuan dalam pembicaraan damai selama kunjungannya ke Beirut pekan lalu.

“Kami semakin dekat untuk mencapai kesepakatan yang menghentikan kekerasan,” ujar Hochstein.

Ia kemudian bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelum kembali ke Washington.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menambahkan bahwa proposal gencatan senjata AS sedang menunggu persetujuan akhir dari Israel.

 “Kita harus terus menekan pemerintah Israel dan juga Hezbollah untuk menerima proposal ini,” katanya di Beirut usai bertemu dengan pejabat Lebanon.

Namun, media Israel memberikan laporan berbeda. Barak Ravid dari Axios mengutip seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa “Israel sedang menuju kesepakatan gencatan senjata.”

Namun, laporan lainnya dari Kan News menyebutkan belum ada keputusan final terkait gencatan senjata karena masih terdapat isu yang belum terselesaikan.

Kerusakan Parah di Lebanon Selatan

Di Lebanon selatan, tentara Lebanon melaporkan satu tentara tewas dan 18 lainnya terluka akibat serangan Israel di Al-Amiriya, dekat kota Tyre.

Serangan itu juga menyebabkan kerusakan berat di sebuah pusat militer.

Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengecam serangan tersebut.

 “Ini adalah pesan berdarah yang secara langsung menolak semua upaya mencapai gencatan senjata dan memperkuat kehadiran militer di selatan,” tegas Mikati.

Sementara itu, Uni Eropa menyatakan kesiapannya memberikan dana 200 juta euro untuk mendukung militer Lebanon. Josep Borrell menyebut bantuan ini sebagai bagian dari upaya memperkuat stabilitas di wilayah tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rudal Oreshnik, Teknologi Baru Pemusnah dari Rusia yang Belum Ada Obat Penangkalnya

 

Rudal balistik antar benua terbaru dari Rusia, telah mengguncang dunia. Pekan lalu Rusia melakukan uji coba rudal jarak jauh antar benua yang mereka berinama rudal Oreshnik.

Rudal ini mampu menembus pertahanan Ukraina dengan presisi, meskipun disebut tidak dibekali dengan hulu ledak yang mematikan.

Namun rudal ini terbukti tak mampu ditahan oleh sistem persenjataan antiserangan Udara yang dimiliki oleh NATO dan ditempatkan di Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (21/11) menyebut uji coba tersebut berhasil, mencapai tujuan peluncuran.

Rudal Orshenik mampu mendarat di kota Dnepropetrovsk, Ukraina, salah satu kompleks industri terbesar dan paling terkenal dari era Uni Soviet, yang terus memproduksi rudal dan persenjataan lainnya hingga saat ini.

Apa yang kita ketahui tentang rudal Oreshnik baru Rusia? Russia Today (RT) menguraikan semua yang diketahui tentang senjata hipersonik jarak menengah baru.

Rudal Oreshnik Rusia yang baru saja diluncurkan telah dengan cepat menjadi fokus perhatian internasional utama.

Nama rudal ini diumumkan langsung oleh Presiden Vladimir Putin pada hari Kamis (21/11), sebagai senjata hipersonik jarak menengah.

Oreshnik ini dipandang sebagai kemajuan signifikan dalam kemampuan rudal negara itu. Salah satu yang dapat memiliki konsekuensi yang luas bagi konflik Ukraina dan keamanan internasional yang lebih luas.

Dengan kecepatan dan presisi yang tampaknya tak tertandingi, dan prospek produksi massal dalam waktu dekat, rudal ini dapat menjadi pengubah permainan bagi operasi militer Moskow.

Putin menyebut Rusia sedang melakukan uji tempur sistem rudal Oreshnik sebagai tanggapan atas tindakan agresif NATO terhadap Rusia.

Meskipun demikian, Putuin menyebut ketika dia harus memilih, "Jika perlu dan sebagai balasan, target yang akan diserang oleh sistem seperti Oreshnik di wilayah Ukraina, maka kami akan terlebih dahulu menyarankan agar warga sipil dan warga negara sahabat yang tinggal di wilayah tersebut meninggalkan zona bahaya," kata Putin.

Putin menyebut Rusia melakukan pengumuman serangan ini demi alasan kemanusiaan. Pengumuman akan dilakukan secara terbuka dan di depan umum. "Tanpa takut akan tindakan balasan dari musuh, yang juga akan menerima informasi ini," kata Putin.

Vladimir Putin pun sesumbar bahwa sistem pertahanan udara yang saat ini tersedia di dunia dan sistem pertahanan rudal yang dibuat oleh Amerika di Eropa tidak dapat mencegat rudal tersebut. "Tidak tidak mungkin!" katanya.

Berikut ini adalah apa yang kita ketahui sejauh ini tentang Oreshnik dan dampak potensialnya.

Senjata baru, bukan pemutakhiran

Bertentangan dengan beberapa klaim, Oreshnik bukanlah pemutakhiran sistem rudal era Soviet, menurut Putin. Sebaliknya, itu adalah pengembangan yang sama sekali baru yang dibangun di atas teknologi Rusia modern.

Presiden Vladimir Putin menekankan bahwa rudal tersebut merupakan puncak dari upaya dalam "Rusia Baru," mengacu pada perkembangan setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. "Rudal tersebut dibuat berdasarkan perkembangan modern dan terkini," ungkapnya.

Kemampuan dan presisi hipersonik

Rudal Oreshnik digambarkan sebagai senjata jarak menengah berpresisi tinggi, dengan kecepatan hipersonik. Putin menjelaskan bahwa meskipun tidak dianggap sebagai senjata "strategis", kemampuannya tetap tangguh. "

Karena daya serangnya, terutama dengan penggunaan kolektif yang masif, dan bahkan dalam kombinasi dengan sistem jarak jauh berpresisi tinggi lainnya, penggunaan Oreshnik akan sebanding kekuatannya dengan senjata strategis," katanya.

Rudal Oreshnik ini dirancang untuk terbang dengan kecepatan hingga Mach 10 (sekitar 7.600 mil/12.200 km per jam), yang kira-kira sepuluh kali kecepatan suara.

Kecepatan tinggi membuatnya sangat sulit untuk dicegat menggunakan sistem pertahanan rudal saat ini. “Tidak ada cara untuk menangkal kompleks jenis Oreshnik di dunia,” tegas Putin, seraya menjelaskan bahwa sistem pertahanan rudal Barat, termasuk yang dikerahkan di Eropa Barat, tidak dapat mencegat proyektil yang bergerak cepat tersebut.

Penggunaan tempur pertama dan respons terhadap Ukraina

Rudal Oreshnik pertama kali digunakan dalam pertempuran pada 21 November 2024, saat menghantam fasilitas pertahanan Ukraina di kota Dnepropetrovsk.

Sasarannya adalah kompleks industri Yuzhmash, situs pertahanan utama Ukraina yang diwarisi dari Uni Soviet yang memproduksi peralatan rudal.

Putin membenarkan serangan itu sebagai respons terhadap penggunaan rudal jarak jauh Kiev, seperti sistem ATACMS Amerika dan Storm Shadow Inggris, terhadap wilayah Rusia.

“Konflik regional di Ukraina telah memperoleh unsur-unsur karakter global,” kata Putin, menyoroti implikasi yang lebih luas dari keterlibatan Barat.

Produksi massal dan penyebaran

Setelah uji coba yang berhasil dan penggunaan pertama senjata baru tersebut, Rusia telah berkomitmen untuk memproduksi sistem tersebut secara massal.

“Produksi serial Oreshnik praktis terorganisasi,” tegas Putin, dengan rudal yang dijadwalkan untuk dimasukkan ke dalam Pasukan Rudal Strategis Rusia (RSVS).

Hal ini menunjukkan bahwa rudal tersebut akan menjadi bagian penting dari strategi militer jangka panjang Rusia, dengan potensi penyebaran yang luas dalam beberapa bulan mendatang.

Putin mencatat bahwa proses pengembangan rudal tersebut cepat dan efisien, dengan teknologi dalam negeri memastikan bahwa Moskow telah “menyelesaikan masalah substitusi impor.”

Hal ini menunjukkan bahwa Rusia telah berhasil mengembangkan Oreshnik sepenuhnya dengan sumber dayanya sendiri, meminimalkan ketergantungan pada komponen asing.

Dampak global dan signifikansi strategis

Rudal Oreshnik berpotensi mengubah dinamika konflik Ukraina. Menurut Jenderal Sergei Karakayev, kepala Pasukan Rudal Strategis Rusia, Oreshnik “dapat mengenai sasaran di seluruh Eropa.”

Hal ini menjadikan rudal tersebut tidak hanya senjata yang ampuh dalam konteks Ukraina tetapi juga senjata yang dapat memiliki implikasi geopolitik yang lebih luas jika ketegangan semakin meningkat.

Meskipun Rusia tidak secara eksplisit menggambarkan rudal tersebut sebagai senjata pemusnah massal, presisi dan daya rusaknya menunjukkan bahwa rudal tersebut dapat digunakan untuk menargetkan infrastruktur penting di negara musuh.

Dalam pandangan Putin, rudal tersebut memberi Rusia keunggulan teknologi yang saat ini tidak dapat ditandingi oleh negara lain mana pun.

Reaksi internasional dan perkembangan masa depan

Rudal Oreshnik telah menimbulkan kekhawatiran di Barat. Penggunaan senjata baru ini, dikombinasikan dengan konflik di Ukraina, telah memicu seruan untuk memperkuat pertahanan udara.

Pejabat Ukraina telah mendekati AS untuk membahas penerimaan sistem canggih, yang dapat mencakup Patriot yang dimodernisasi atau bahkan platform pertahanan rudal Aegis.

Namun, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa sistem tersebut akan efektif terhadap gempuran Oreshnik.

 

Share this Post