News Komoditi & Global ( Selasa, 16 Desember 2025 )
News Komoditi & Global ( Selasa, 16 Desember 2025 )
Harga Emas Global Naik Didorong Permintaan Aset Safe Haven dan Pelemahan Dolar AS
Harga emas naik 1% pada Senin (15/12/2025) dan berada di dekat level tertinggi tujuh minggu, didukung oleh dolar yang lebih lemah, ekspektasi pemotongan suku bunga, dan pembelian aset safe haven karena ketegangan geopolitik.
Mengutip Reuters, harga emas spot naik 0,9% menjadi US$ 4.338,29 per ons troi pada pukul 13.22 GMT, setelah naik lebih dari 1% sebelumnya dalam sesi tersebut. Harga emas batangan mencapai level tertinggi sejak 21 Oktober pada hari Jumat.
Kontrak emas berjangka AS naik 1% menjadi US$ 4.372,80 per ons troi.
Dolar AS berada di dekat level terendah dua bulan yang dicapai pekan lalu, membuat harga emas dalam dolar AS lebih terjangkau bagi pembeli luar negeri.
Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun acuan juga sedikit menurun.
"Permintaan yang lebih kuat dari investor dan tiga bulan permintaan yang solid dari bank sentral, (serta) investor mulai mengantisipasi suku bunga yang lebih rendah lagi pada tahun 2026", semuanya mendukung harga emas, kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Pekan lalu, Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin meski dengan suara yang terpecah. Pelonggaran lebih lanjut bergantung pada pasar tenaga kerja dan tingkat inflasi.
Pasar saat ini memperkirakan dua pemotongan suku bunga AS tahun depan, dengan investor mengamati laporan penggajian non-pertanian AS pekan ini untuk petunjuk lebih lanjut tentang kebijakan moneter.
Aset yang tidak menghasilkan imbal hasil, seperti emas, biasanya diuntungkan dalam lingkungan suku bunga yang lebih rendah.
Di bidang geopolitik, bank sentral Rusia pada hari Jumat mengatakan bahwa rencana Uni Eropa untuk menggunakan aset Rusia untuk memberikan pinjaman kepada Ukraina adalah ilegal dan bahwa mereka berhak untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi kepentingannya.
Harga Minyak Dunia Melemah, Prospek Damai Rusia-Ukraina Tambah Tekanan
Harga minyak dunia melemah seiring sikap pelaku pasar menimbang gangguan pasokan akibat meningkatnya tensi Amerika Serikat-Venezuela dengan kekhawatiran kelebihan pasokan global serta potensi tercapainya kesepakatan damai Rusia-Ukraina. Melansir Reuters pada Selasa (16/12/2025), harga minyak mentah jenis Brent turun 81 sen atau 1,31% ke level US$60,65 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 83 sen atau 1,44% ke US$56,61 per barel. Kedua kontrak tersebut telah anjlok lebih dari 4% sepanjang pekan lalu, tertekan ekspektasi terjadinya surplus pasokan minyak global pada 2026. Ekspor minyak Venezuela dilaporkan merosot tajam setelah Amerika Serikat menyita sebuah kapal tanker pekan lalu dan menjatuhkan sanksi baru terhadap perusahaan pelayaran serta kapal-kapal yang berbisnis dengan produsen minyak Amerika Latin tersebut. Informasi itu diperoleh dari data pelayaran, dokumen, dan sumber maritim. Pasar kini mencermati perkembangan lebih lanjut dan dampaknya terhadap pasokan global. Reuters melaporkan AS berencana mencegat lebih banyak kapal yang mengangkut minyak dari Venezuela menyusul penyitaan tanker tersebut, sehingga meningkatkan tekanan terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro. “Tekanan penurunan harga minyak dan tercapainya level terendah bulanan pada kontrak berjangka utama pekan lalu kemungkinan akan lebih dalam jika AS tidak meningkatkan langkah terhadap Venezuela,” ujar analis PVM John Evans.
Prospek Surplus Minyak Dunia 2026 Menyempit Drone Ukraina Serang Infrastruktur Minyak Rusia di Laut Kaspia Meski demikian, pasokan minyak yang melimpah dan sudah dalam perjalanan ke China, pembeli minyak terbesar Venezuela, serta ketersediaan pasokan global yang besar dan permintaan yang melemah turut meredam dampak gangguan pasokan akibat penyitaan tanker. Di sisi lain, perkembangan positif dalam pembicaraan damai Rusia–Ukraina juga menekan harga minyak. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan kesediaannya untuk melepas ambisi bergabung dengan aliansi militer NATO saat menggelar pembicaraan selama lima jam dengan utusan AS di Berlin pada Minggu (14/12/2025). Putaran kedua perundingan berakhir pada Senin (15/12/2025). “Selama dua hari terakhir, negosiasi Ukraina–AS berlangsung konstruktif dan produktif, dengan kemajuan nyata,” tulis Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Rustem Umerov melalui akun X setelah perundingan Senin. Kesepakatan damai berpotensi meningkatkan pasokan minyak Rusia ke pasar global, yang saat ini masih dibatasi sanksi negara-negara Barat. Ekspektasi surplus pasokan yang kian menguat juga menekan harga, diperparah data ekonomi China yang melemah. Output pabrik di negara tersebut melambat ke level terendah dalam 15 bulan pada November 2025, sementara pertumbuhan penjualan ritel tercatat paling lemah sejak Desember 2022. J.P. Morgan Commodities Research dalam catatannya pada Sabtu menyebut surplus minyak global pada 2025 diperkirakan akan melebar hingga 2026 dan 2027, seiring proyeksi pasokan minyak dunia tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan pertumbuhan permintaan hingga 2026. “Sentimen risk-off, pelemahan pasar saham AS, serta data ekonomi China yang lebih lemah dari perkiraan tidak membantu pergerakan harga minyak mentah,” ujar analis UBS Giovanni Staunovo.
Wall Street Lesu: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Kembali Ditutup Melemah di Awal Pekan Ini
Wall Street ditutup melemah di awal pekan ini karena investor bersiap untuk serangkaian data ekonomi yang dirilis pada akhir pekan mendatang sambil menilai laporan tentang kandidat Federal Reserve dan komentar dari para pembuat kebijakan untuk petunjuk tentang prospek suku bunga.
Senin (15/12/2025), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 41,49 poin atau 0,09% menjadi 48.416,56, indeks S&P 500 melemah 10,90 poin atau 0,16% ke 6.816,51 dan indeks Nasdaq Composite melemah 137,76 poin atau 0,59% ke 23.057,41.
Delapan dari 11 sektor utama pada indeks S&P 500 naik, dipimpin oleh saham-saham sektor kesehatan, yang melonjak 1,3%. Di sisi lain, sektor teknologi informasi turun 1%, terbebani oleh saham ServiceNow, yang turun 11,5% setelah laporan bahwa perusahaan keamanan siber tersebut sedang dalam tahap pembicaraan lanjutan untuk membeli perusahaan rintisan Armis.
Pada pekan ini, mata para investor tertuju pada data penggajian non-pertanian untuk Oktober dan November akan dirilis akhir pekan ini, bersamaan dengan laporan tentang penjualan ritel, aktivitas bisnis, dan inflasi. Data pekerjaan bulan Oktober tertunda karena penutupan pemerintahan pada awal kuartal ini.
“Pasar saat ini kesulitan menemukan pemimpin, dalam hal tidak ingin menaruh semua telur dalam satu keranjang AI dan belum memiliki banyak data,” kata Carol Schleif, kepala investasi di BMO Family Office.
“Orang-orang akan sedikit menahan napas sebelum angka pekerjaan minggu ini dan apakah angka tersebut mendukung penurunan suku bunga lebih lanjut.”
Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan harian tercuram dalam lebih dari tiga minggu pada hari Jumat (12/12/2025), di tengah kekhawatiran tentang inflasi dan investasi AI yang didorong oleh utang.
Para investor juga menilai laporan bahwa pencalonan penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett untuk posisi ketua The Fed mendapat beberapa penolakan dari orang-orang yang dekat dengan Presiden AS Donald Trump.
Spekulasi telah merajalela mengenai kemungkinan kandidat terdepan karena masa jabatan Jerome Powell yang berakhir pada bulan Mei 2026 mendatang. Ekspektasi untuk ketua The Fed yang cenderung lunak telah memicu taruhan untuk penurunan suku bunga tahun depan.
Pada hari Senin, Presiden Federal Reserve New York, John Williams, mengatakan bahwa pemotongan suku bunga bank sentral pekan lalu menempatkannya pada posisi yang baik. Sementara, Gubernur The Fed Stephen Miran berpendapat bahwa inflasi saat ini tidak mencerminkan dinamika penawaran dan permintaan yang sebenarnya.
Dalam pergerakan perusahaan, saham Tesla naik 3,5% setelah CEO Elon Musk mengatakan bahwa produsen kendaraan listrik tersebut sedang menguji taksi robotnya tanpa monitor keselamatan di kursi penumpang depan. Namun, saham iRobot anjlok 72,7% setelah produsen penyedot debu Roomba mengajukan perlindungan kebangkrutan.
Serangan Mematikan di Festival Yahudi Australia Picu Ketegangan dengan Israel
Serangan mematikan terhadap sebuah festival Yahudi di pantai ikonik Bondi, Australia, telah memperdalam ketegangan diplomatik antara Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Insiden ini juga memicu tekanan politik di dalam negeri agar pemerintah Australia mengambil langkah lebih tegas dalam menangani antisemitisme.
Pada Senin (15/12/2025), Albanese menyerukan persatuan nasional dan menegaskan pemerintahnya siap mengambil langkah apa pun yang diperlukan. Pernyataan ini muncul setelah Netanyahu menuduh Albanese “tidak melakukan apa-apa” untuk mengekang antisemitisme yang disebut meningkat sejak 2023.
Dalam waktu dekat setelah serangan terjadi, para pemimpin komunitas Yahudi di Australia menyampaikan keprihatinan mendalam.
“Telah terjadi tingkat antisemitisme yang mengejutkan di negara ini, seperti juga di negara-negara lain,” ujar Levi Wolff, rabi utama Sinagoga Pusat Sydney, kepada Reuters di Bondi Beach, lokasi di mana seorang rekannya tewas pada Minggu (14/12/2025).
“Ketika antisemitisme dibiarkan tanpa pengawasan dari tingkat atas, inilah yang terjadi.” tambahnya.
Dalam konferensi pers, Albanese memaparkan berbagai kebijakan yang telah ditempuh pemerintah, termasuk kriminalisasi ujaran kebencian dan hasutan kekerasan, serta pelarangan salam Nazi.
Ia juga berjanji akan memperpanjang pendanaan keamanan fisik bagi kelompok-kelompok komunitas Yahudi, serta menyinggung perlunya pengetatan undang-undang senjata api di Australia, meskipun negara tersebut sudah memiliki salah satu regulasi senjata paling ketat di dunia.
Namun, utusan khusus pemerintah untuk menangani antisemitisme, Jillian Segal, menilai serangan teroris pada Minggu itu “tidak terjadi tanpa peringatan” dan menegaskan bahwa langkah-langkah yang ada masih belum cukup.
“Tanda-tandanya sudah sangat jelas,” kata Segal dalam wawancara radio dengan Australian Broadcasting Corporation (ABC).
Pemimpin oposisi dari Partai Liberal, Sussan Ley, menuding pemerintah Partai Buruh membiarkan antisemitisme “berkembang tanpa kendali”.
“Segalanya harus berubah mulai hari ini dalam cara pemerintah merespons,” kata Ley, seraya mendesak Albanese untuk menerapkan seluruh rekomendasi laporan Segal yang dirilis pada Juli lalu, termasuk fokus pada kampus universitas.
Saat laporan itu dirilis, Albanese menyebut antisemitisme sebagai “kejahatan yang menjijikkan” dan mengumumkan alokasi A$25 juta untuk meningkatkan keamanan di lokasi-lokasi komunitas Yahudi, termasuk sekolah.
Namun, Albanese juga menekankan pentingnya membedakan antara antisemitisme dan kritik sah terhadap kebijakan pemerintah Israel.
“Masyarakat Australia berhak menyampaikan pandangan tentang peristiwa di luar negeri. Garis batasnya dilanggar ketika orang disalahkan hanya karena mereka beragama Yahudi,” ujarnya kala itu.
Selain penguatan undang-undang kejahatan berbasis kebencian, Segal juga merekomendasikan pengetatan penyaringan visa terhadap pandangan antisemit, serta perhatian khusus pada universitas, lembaga budaya, dan media penyiaran.
Namun, Komisaris Diskriminasi Ras Australia, Giridharan Sivaraman, mengingatkan bahwa sebagian usulan tersebut berpotensi menimbulkan kekhawatiran hak asasi manusia, sembari menegaskan bahwa semua bentuk rasisme harus dilawan.
Berdasarkan sensus 2021, terdapat sekitar 116.967 warga Australia beridentitas Yahudi, atau sekitar 0,46% dari total populasi 25 juta jiwa, yang sebagian besar tinggal di Sydney dan Melbourne.
Pemerintah Australia juga berhati-hati mengelola dinamika masyarakat multikultural, termasuk komunitas migran asal Lebanon yang memiliki pengaruh elektoral signifikan. Sejak 2023, polisi negara bagian New South Wales mengizinkan aksi protes mingguan menentang perang Israel di Gaza berlangsung di Sydney.
Hubungan Australia–Israel sendiri memanas sejak Agustus, ketika Israel mencabut visa diplomat Australia di wilayah pendudukan Palestina. Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong menyebut langkah itu sebagai reaksi yang tidak beralasan atas keputusan Australia untuk mengakui Palestina.
Pada bulan yang sama, Australia juga mengusir duta besar Iran, setelah badan intelijen mengaitkan sedikitnya dua serangan pembakaran antisemit dengan Garda Revolusi Iran.
Isu ini turut bersinggungan dengan debat imigrasi. Partai-partai konservatif berada di bawah tekanan dari partai populis One Nation, yang melonjak dalam jajak pendapat. Senator One Nation Pauline Hanson menuding kelemahan kebijakan perbatasan pemerintah sebagai penyebab serangan di Bondi.
Namun, Menteri Imigrasi Tony Burke menegaskan bahwa tersangka penembak berusia 24 tahun lahir di Australia, sementara ayahnya—yang juga diduga sebagai pelaku dan tewas dalam insiden tersebut—datang ke Australia pada 1998.
Burke juga menyoroti aksi heroik seorang warga, Ahmed al Ahmed, yang menurut media lokal adalah Muslim asal Suriah dan berjasa melucuti senjata salah satu pelaku.
Mantan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull menilai pencegahan aksi teror tunggal merupakan tantangan besar.
“Sangat sulit mencegah tindakan teror yang dilakukan oleh individu,” kata Turnbull kepada ABC.
Australia Perketat Aturan Senjata Usai Penembakan Massal di Bondi Beach
Pemerintah Australia berjanji akan memperketat undang-undang kepemilikan senjata api setelah negara itu berduka atas penembakan massal terburuk dalam hampir tiga dekade, yang menewaskan sedikitnya 16 orang dalam sebuah perayaan komunitas Yahudi di Bondi Beach, Sydney.
Kepolisian menuduh duo ayah dan anak sebagai pelaku penembakan yang terjadi pada Minggu malam. Serangan tersebut menewaskan 15 korban di lokasi, sementara sang ayah berusia 50 tahun tewas ditembak polisi, sehingga total korban meninggal menjadi 16 orang.
Putranya yang berusia 24 tahun kini berada dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Insiden ini memicu kembali perdebatan publik mengenai efektivitas undang-undang senjata Australia, yang selama ini dikenal sebagai salah satu yang paling ketat di dunia. Polisi mengungkapkan bahwa tersangka utama telah memiliki lisensi senjata api sejak 2015 dan tercatat memiliki enam senjata terdaftar.
Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan kabinet telah sepakat untuk memperkuat aturan kepemilikan senjata, termasuk mempercepat pembentukan registrasi senjata api nasional.
Reformasi tersebut akan mencakup pembatasan jumlah senjata yang boleh dimiliki, masa berlaku lisensi, serta jenis senjata yang diizinkan.
“Keadaan seseorang bisa berubah. Orang bisa mengalami radikalisasi seiring waktu. Lisensi tidak seharusnya berlaku seumur hidup,” ujar Albanese.
Pemerintah juga mempertimbangkan pembatasan lisensi terbuka, pengetatan modifikasi senjata yang legal, serta pembatasan izin kepemilikan hanya bagi warga negara Australia.
Polisi menyebutkan sekitar 40 orang dilarikan ke rumah sakit, termasuk dua petugas kepolisian yang mengalami luka serius namun stabil. Para korban berusia antara 10 hingga 87 tahun.
Nama para tersangka belum diumumkan secara resmi oleh kepolisian. Namun, media nasional Australia mengidentifikasi mereka sebagai Sajid Akram dan putranya Naveed Akram.
Menteri Dalam Negeri Tony Burke menyebutkan bahwa sang ayah tiba di Australia pada 1998 dengan visa pelajar, sementara putranya merupakan warga negara Australia kelahiran lokal.
Kepolisian New South Wales menyatakan salah satu pelaku sebelumnya dikenal aparat, tetapi tidak dikategorikan sebagai ancaman langsung. Penyelidikan masih berlangsung untuk mengungkap latar belakang dan motif keduanya.
Rekaman video di lokasi menunjukkan senjata yang digunakan menyerupai senapan bolt-action dan shotgun. Media ABC News melaporkan ditemukannya dua bendera kelompok militan Islamic State (ISIS) di dalam kendaraan pelaku, meski belum ada konfirmasi resmi dari pihak berwenang.
Seorang warga sipil, Ahmed al Ahmed, dipuji sebagai pahlawan setelah terekam video menyerang dan melucuti senjata salah satu pelaku sebelum akhirnya tertembak dua kali. Ia menjalani operasi dan kini dalam pemulihan. Penggalangan dana daring untuknya telah mengumpulkan lebih dari A$1 juta.
Saksi mata menggambarkan kepanikan luar biasa saat sekitar 1.000 orang yang menghadiri acara Hanukkah berlarian menyelamatkan diri dari pantai ke jalan-jalan sekitar.
Pantai Bondi pada Senin pagi tampak lengang. Warga meletakkan bunga di tugu peringatan darurat yang dihiasi bendera Australia dan Israel, sementara polisi dan petugas keamanan komunitas Yahudi berjaga.
“Apa yang kita saksikan adalah tindakan kejahatan murni, antisemitisme, dan terorisme,” kata Albanese.
“Komunitas Yahudi sedang berduka. Hari ini seluruh warga Australia merangkul mereka dan berkata: kami berdiri bersama kalian,” ujarnya.
Ekonomi China Tersendat pada November 2025, Seruan Reformasi Kian Menguat
Kinerja ekonomi China menunjukkan pelemahan pada November 2025, dengan pertumbuhan produksi pabrik dan penjualan ritel berada di level terendah dalam lebih dari satu tahun.
Kondisi ini menambah tantangan bagi para pembuat kebijakan yang masih berupaya menjaga laju ekonomi terbesar kedua dunia senilai US$19 triliun tersebut.
Memudarnya subsidi tukar tambah konsumsi, krisis sektor properti yang berkepanjangan, serta investasi industri yang berisiko memperdalam tekanan deflasi membuat Beijing semakin bergantung pada ekspor sebagai penopang pertumbuhan.
Namun, strategi tersebut kian dipertanyakan seiring meningkatnya resistensi mitra dagang global terhadap surplus perdagangan China yang mencapai sekitar US$1 triliun, serta munculnya berbagai hambatan impor di sejumlah negara.
Data Biro Statistik Nasional (NBS) China yang dirilis Senin menunjukkan produksi industri tumbuh 4,8% secara tahunan (year-on-year) pada November.
Angka ini melambat dari 4,9% pada Oktober dan menjadi laju terlemah sejak Agustus 2024, sekaligus meleset dari perkiraan kenaikan 5,0% dalam jajak pendapat Reuters.
Sementara itu, penjualan ritel yang menjadi indikator utama konsumsi hanya tumbuh 1,3%, terendah sejak Desember 2022 ketika China mulai mencabut kebijakan nol-COVID.
Angka tersebut turun jauh dari pertumbuhan 2,9% pada Oktober dan berada di bawah proyeksi pasar sebesar 2,8%.
“Ekspor yang kuat membatasi kebutuhan untuk menggenjot permintaan domestik tahun ini, dan subsidi tukar tambah mulai kehilangan daya dorong,” ujar Xu Tianchen, ekonom senior Economist Intelligence Unit pada Senin (15/12/2025).
“Saya melihat para pembuat kebijakan kini mulai mengalihkan fokus ke 2026, karena target pertumbuhan sekitar 5% untuk tahun ini masih berada dalam jangkauan, sehingga dorongan stimulus tambahan menjadi kurang mendesak.”
Sejumlah ekonom menilai ekonomi China telah melewati titik di mana stimulus tambahan dapat memberikan solusi efektif.
Dana Moneter Internasional (IMF) pekan lalu mendesak Beijing untuk mempercepat reformasi struktural dan mengambil langkah lebih tegas di sektor properti, mengingat sekitar 70% kekayaan rumah tangga China terikat pada aset real estat.
Harga rumah baru di China kembali turun pada November, seiring melemahnya investasi properti dan penjualan rumah.
Tekanan tambahan terlihat dari penurunan penjualan mobil tahunan sebesar 8,5%, yang merupakan penurunan terdalam dalam 10 bulan terakhir.
Hal ini meredupkan harapan akan kebangkitan penjualan di akhir tahun, periode yang biasanya menjadi musim puncak bagi industri otomotif.
“Perekonomian melambat secara menyeluruh pada November, dan lemahnya penjualan ritel menjadi sorotan utama,” kata Zhang Zhiwei, kepala ekonom Pinpoint Asset Management.
“Kontraksi investasi dan penurunan pasar properti terus menekan kepercayaan konsumen.”
Bahkan festival belanja Singles’ Day yang tahun ini diperpanjang hingga lima minggu gagal memberikan dorongan signifikan terhadap konsumsi.
Investasi aset tetap tercatat menyusut 2,6% pada periode Januari–November dibandingkan periode yang sama tahun lalu, setelah turun 1,7% pada Januari–Oktober.
Angka ini lebih buruk dari ekspektasi ekonom yang memperkirakan penurunan 2,3%.
Penasihat pemerintah dan analis memperkirakan China masih akan membidik target pertumbuhan tahunan sekitar 5% pada tahun depan, seiring upaya memulai rencana pembangunan lima tahunan yang baru dengan fondasi kuat.
Namun, target tersebut dinilai tidak mudah dicapai. Bank Dunia dan IMF sama-sama memberikan proyeksi pertumbuhan yang lebih konservatif bagi ekonomi China ke depan.
Dalam pertemuan ekonomi penting pekan lalu yang membahas agenda kebijakan 2026, para pemimpin China berjanji mempertahankan kebijakan fiskal yang “proaktif” guna mendorong konsumsi dan investasi.
Meski demikian, mereka juga mengakui adanya kontradiksi yang “menonjol” antara pasokan domestik yang kuat dan permintaan yang lemah.
Fokus ganda pada konsumsi dan investasi tersebut memperkuat kekhawatiran bahwa Beijing belum sepenuhnya siap meninggalkan model ekonomi berbasis produksi dan beralih ke model yang lebih bertumpu pada belanja rumah tangga.
Di tingkat global, semakin banyak negara yang bersiap membatasi laju ekspor China.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam kunjungannya ke China, mengancam akan mengenakan tarif dan mendesak Beijing memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan global yang dinilainya “tidak berkelanjutan”.
Meksiko pekan lalu juga menyetujui kenaikan tarif hingga 50% mulai tahun depan terhadap impor dari China dan sejumlah negara Asia lainnya, guna melindungi industri dalam negeri.
“Pembangunan ekonomi China masih menghadapi banyak tantangan lama maupun baru,” demikian pernyataan resmi hasil Konferensi Kerja Ekonomi Pusat.
“Kami harus memperkuat kemampuan internal untuk menghadapi tantangan eksternal.”
Taipan Media Hong Kong Jimmy Lai Divonis Bersalah, Terancam Penjara Seumur Hidup
Lahir dari latar belakang miskin, Lai muda hidup keras di jalanan Guangzhou sebelum melarikan diri ke Hong Kong pada 1961 dengan menumpang kapal nelayan.
Dari kondisi serba kekurangan, ia membangun pabrik sendiri dan mendirikan jaringan ritel pakaian Giordano yang sukses di Asia.
Peristiwa berdarah Lapangan Tiananmen pada Juni 1989 menjadi titik balik hidupnya, mendorong Lai semakin aktif dalam jurnalisme dan aktivisme.
Ia mendirikan Next Magazine pada 1990. Setelah gerai Giordano di China daratan diboikot pada pertengahan 1990-an akibat aktivitas politiknya, Lai menjual bisnis tersebut dan menggunakan hasilnya untuk meluncurkan Apple Daily pada 1995.
Tabloid tersebut dikenal tajam dan kontroversial memadukan berita kriminal, skandal seks, balap kuda, hingga investigasi elite Hong Kong dan China dan dengan cepat meraih popularitas.
Lai kerap melontarkan kritik pedas. Ia pernah menyebut mantan Perdana Menteri China Li Peng dengan istilah penghinaan berat, serta secara terbuka menyebut Presiden Xi Jinping sebagai “diktator”.
“Semakin banyak informasi yang Anda miliki, semakin Anda tahu. Semakin Anda tahu, semakin Anda bebas,” ujar Lai dalam persidangan.
Beijing, saat mengambil alih Hong Kong pada 1997, menjanjikan kebebasan luas dan otonomi tinggi melalui skema “satu negara, dua sistem”.
Namun para pengkritik, termasuk Lai, menilai janji tersebut terkikis oleh penerapan undang-undang keamanan nasional.
Pada 2014, saat Gerakan Payung (Umbrella Movement), Lai sempat ditangkap namun terhindar dari hukuman penjara.
Pada 2019, ketika jutaan warga turun ke jalan menentang cengkeraman China, media pemerintah menyebut Lai sebagai “kekuatan jahat”.
“Kita harus fleksibel, inovatif, dan sabar—tetapi tetap bertahan,” kata Lai kala itu.
Pernah masuk daftar 40 orang terkaya Hong Kong versi Forbes pada 2008 dengan kekayaan HK$1,2 miliar, aset dan saham Lai di perusahaan media Next Digital dibekukan pada 2021. Langkah ini mematikan arus kas dan berujung pada penutupan Apple Daily.
Selama persidangan, Lai berulang kali menyebut dirinya sebagai “tahanan politik”, yang memicu teguran dari hakim.
Namun Lai bersikukuh bahwa ia berhak berbeda pendapat.
Meski menyadari perjuangannya mungkin tak berakhir baik bagi dirinya, Lai menyebut pengorbanan itu sebagai sebuah kehormatan.
Keluarganya termasuk enam anak dari dua pernikahan terus mendukungnya. Sang istri, Teresa, menghadiri lebih dari 100 hari persidangan.
Pada Oktober lalu, ia dan putrinya terlihat bertemu Paus Leo di Vatikan, di tengah kekhawatiran atas kondisi kesehatan Lai.
“Ayah kami masuk penjara dalam kondisi mental yang kuat, dan itu masih ada. Tapi secara fisik, ia jauh lebih lemah sekarang,” kata putrinya, Claire, kepada Reuters.
Ia menyebut ayahnya mengalami nyeri punggung, diabetes, gangguan jantung, serta tekanan darah yang meningkat signifikan.
“Persidangan panjang saja sudah berat, apalagi ia terus diserang oleh jaksa dan hakim,” ujar Claire.
“Namun yang mereka buktikan justru bahwa ayah saya adalah orang yang mencintai Tuhan, mencintai kebenaran, kebebasan, dan keluarganya.”
Inggris Kecam Vonis Jimmy Lai, Desak Pembebasan Aktivis Pro-Demokrasi Hong Kong
Pemerintah Inggris mengecam keras vonis bersalah terhadap pengusaha media Hong Kong sekaligus aktivis pro-demokrasi, Jimmy Lai.
London menilai proses hukum yang menjerat Lai sarat muatan politik dan kembali menyerukan pembebasan segera terhadap tokoh berusia 78 tahun tersebut.
Dalam pernyataan resmi yang disampaikan Senin (15/12/2025), Kementerian Luar Negeri Inggris menyebut penuntutan terhadap Jimmy Lai sebagai tindakan bermotif politik.
Pernyataan itu disampaikan setelah pengadilan Hong Kong menyatakan Lai bersalah atas tuduhan bersekongkol dengan kekuatan asing, berdasarkan Undang-Undang Keamanan Nasional yang diberlakukan China.
Vonis tersebut membuka kemungkinan hukuman penjara seumur hidup bagi Lai, yang dikenal sebagai pendiri grup media Apple Daily dan salah satu figur paling vokal dalam gerakan pro-demokrasi Hong Kong.
“Inggris mengecam penuntutan bermotif politik terhadap Jimmy Lai yang berujung pada vonis bersalah hari ini,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Inggris yang diunggah melalui platform X.
Pemerintah Inggris menegaskan bahwa Jimmy Lai menjadi sasaran otoritas China dan Hong Kong karena menjalankan haknya secara damai untuk berekspresi dan menyampaikan pendapat.
London juga menilai penerapan Undang-Undang Keamanan Nasional terus menggerus kebebasan sipil dan supremasi hukum di Hong Kong.
“Inggris terus menyerukan pembebasan segera Jimmy Lai,” tegas pernyataan tersebut.
Kasus Jimmy Lai kembali memicu sorotan internasional terhadap kondisi kebebasan pers dan hak asasi manusia di Hong Kong, di tengah meningkatnya tekanan politik sejak undang-undang keamanan nasional diberlakukan oleh Beijing.
Sentimen Bisnis Jepang Capai Puncak 4 Tahun, BOJ Siap Naikkan Suku Bunga
Sentimen bisnis produsen besar Jepang mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada periode tiga bulan hingga Desember, demikian hasil survei yang dirilis pada Senin (15/12/2025).
Capaian ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa Bank of Japan (BOJ) akan menaikkan suku bunga pada pekan depan.
Namun, perusahaan memperkirakan kondisi usaha akan memburuk dalam tiga bulan ke depan akibat kekhawatiran dampak tarif AS yang lebih tinggi serta melemahnya konsumsi.
Hal ini menyoroti ketidakpastian sejauh mana BOJ dapat terus mendorong kenaikan biaya pinjaman.
Indeks utama sentimen bisnis produsen besar dalam survei tankan BOJ tercatat di level +15 pada Desember, naik dari +14 pada September dan sesuai dengan perkiraan median pasar.
Ini menjadi kuartal ketiga berturut-turut perbaikan sentimen dan merupakan level tertinggi sejak Desember 2021.
Sementara itu, indeks sentimen pelaku usaha non-manufaktur besar berada di level +34, tidak berubah dari September dan relatif sejalan dengan ekspektasi pasar di kisaran +35.
“Secara keseluruhan, hasil tankan menguatkan pandangan dominan pasar bahwa BOJ akan menaikkan suku bunga pada Desember. Kecuali terjadi guncangan besar pada ekonomi atau pasar, bank sentral kemungkinan melanjutkan kenaikan,” kata Masato Koike, ekonom senior di Sompo Institute Plus.
Survei tersebut juga menunjukkan perusahaan besar berencana meningkatkan belanja modal sebesar 12,6% pada tahun fiskal berjalan yang berakhir Maret 2026, sedikit di atas proyeksi median pasar sebesar 12%.
Sumber yang mengetahui rencana BOJ mengatakan kepada Reuters bahwa bank sentral kemungkinan menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendek menjadi 0,75% dari 0,5% dalam rapat 18–19 Desember.
Langkah ini didukung meredanya kekhawatiran bahwa tarif Presiden AS Donald Trump akan berdampak besar pada ekonomi Jepang yang bergantung pada ekspor.
Survei tankan juga menunjukkan perusahaan besar mencatat kenaikan harga jual pada kuartal keempat dan memperkirakan tren kenaikan berlanjut dalam tiga bulan ke depan.
Hal ini menandakan permintaan yang solid memungkinkan perusahaan meneruskan kenaikan biaya kepada konsumen.
Meski demikian, perusahaan memproyeksikan kondisi bisnis akan memburuk dalam tiga bulan mendatang.
Seorang pejabat BOJ mengatakan ketidakpastian masih tinggi, dengan kekhawatiran terkait kekurangan tenaga kerja serta tekanan terhadap konsumsi akibat kenaikan harga.
Indeks kondisi ketenagakerjaan menunjukkan pasar tenaga kerja Jepang berada pada tingkat keketatan tertinggi sejak 1991, saat ekonomi Jepang berada dalam fase gelembung aset.
Kondisi ini mengindikasikan kekurangan tenaga kerja berpotensi menahan laju pertumbuhan, terutama di tengah menyusutnya populasi usia produktif.
Ekonomi Jepang tercatat menyusut pada periode tiga bulan hingga September seiring turunnya ekspor akibat tarif AS.
Namun, para analis memperkirakan pertumbuhan akan pulih pada kuartal berjalan, didukung tanda-tanda pemulihan ekspor dan produksi pabrik.
Dengan inflasi yang telah melampaui target 2% selama lebih dari tiga tahun, semakin banyak anggota dewan BOJ yang menyatakan kesiapan untuk mendukung kenaikan suku bunga guna menghindari risiko tertinggal dalam merespons tekanan inflasi.
Perusahaan memperkirakan inflasi mencapai 2,4% dalam horizon satu, tiga, dan lima tahun ke depan, menunjukkan ekspektasi inflasi korporasi mulai menguat dan terkonsolidasi di sekitar target 2% BOJ.
Krisis Properti China Berlanjut, Harga Rumah Turun di Semua Tier Kota di November
Harga rumah baru di China kembali mencatat penurunan pada November 2025, menandakan pemulihan permintaan di sektor properti masih sulit terwujud meskipun pemerintah terus berjanji menstabilkan pasar perumahan.
Data resmi yang dirilis Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) pada Senin (15/12/2025) menunjukkan harga rumah baru turun 0,4% secara bulanan (month-on-month/MOM).
Penurunan ini sedikit lebih moderat dibandingkan Oktober yang mencatat kontraksi 0,5%.
Namun secara tahunan (year-on-year/YoY), tekanan justru semakin dalam. Harga rumah turun 2,4% pada November, lebih besar dibandingkan penurunan 2,2% pada bulan sebelumnya.
Pasar properti China telah terperosok dalam tren penurunan sejak pertengahan 2021, dipicu oleh melemahnya penjualan, krisis likuiditas di kalangan pengembang, serta penurunan harga rumah yang menggerus kekayaan rumah tangga dan menekan konsumsi.
Pimpinan tertinggi China berulang kali menegaskan komitmen untuk menstabilkan sektor perumahan, mengingat pemulihan sektor ini dinilai krusial untuk mendorong konsumsi rumah tangga dan membantu ekonomi China senilai sekitar US$19 triliun mengurangi ketergantungan pada ekspor dan investasi berbasis pemerintah.
Namun, pasar rumah sekunder masih lesu. Secara tahunan, harga rumah di seluruh kategori kota terus melemah. Di kota tier pertama, harga turun 5,8% YoY, sementara di kota tier kedua dan ketiga masing-masing turun 5,6% dan 5,8%.
Data resmi terpisah juga menunjukkan bahwa investasi properti dan penjualan rumah anjlok lebih dalam sepanjang 11 bulan pertama tahun ini, menegaskan beratnya tekanan yang masih membayangi sektor tersebut.
Dalam survei kuartalan terbaru Reuters, para ekonom memperkirakan harga rumah di China akan terus turun hingga 2026 dan cenderung stagnan pada 2027.
Sejumlah ekonom menilai tantangan struktural dan kelebihan pasokan (oversupply) masih menjadi penghambat utama pemulihan.
Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya mendesak pemerintah China untuk meningkatkan upaya penyelesaian krisis properti, termasuk mempercepat keluarnya pengembang yang tidak layak dari pasar.
IMF memperkirakan China perlu mengalokasikan sekitar 5% dari produk domestik bruto (PDB) untuk mengakhiri krisis properti dalam tiga tahun.
Pada paruh kedua 2025, pemerintah pusat China memang menahan diri untuk tidak mengumumkan stimulus besar-besaran bagi sektor properti.
Meski demikian, pemerintah kembali menegaskan komitmen menjaga stabilitas pasar dan membatasi risiko sistemik.
Dalam pertemuan kebijakan penting awal bulan ini, para pejabat juga berjanji menerapkan strategi spesifik di tiap kota, termasuk mengoptimalkan pasokan, mengurangi stok rumah tak terjual, serta memperkuat program perumahan terjangkau.
Ukraina Siap Lepas Ambisi Gabung NATO Demi Capai Perdamaian dengan Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan kesediaannya untuk melepas ambisi bergabung dengan NATO sebagai bagian dari upaya mengakhiri perang dengan Rusia.
Pernyataan itu muncul di tengah perundingan intensif dengan utusan Amerika Serikat di Berlin yang berlangsung lebih dari lima jam dan berlanjut ke hari kedua, Senin (15/12/2025).
Zelenskiy bertemu dengan utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, serta Jared Kushner dalam pembicaraan yang difasilitasi Kanselir Jerman Friedrich Merz.
Meski belum ada rincian resmi hasil pertemuan, penasihat Zelenskiy, Dmytro Lytvyn, mengatakan para pihak tengah menelaah draf dokumen dan presiden akan menyampaikan pernyataan setelah perundingan selesai.
Menjelang pembicaraan, Zelenskiy menegaskan Ukraina siap mengesampingkan target keanggotaan NATO dengan imbalan jaminan keamanan yang mengikat secara hukum dari negara-negara Barat.
Ia menyebut jaminan bilateral dengan AS yang setara Pasal 5 NATO, serta dukungan keamanan dari negara Eropa dan mitra lain seperti Kanada dan Jepang, sebagai opsi untuk mencegah invasi Rusia di masa depan. “Ini sudah merupakan kompromi dari pihak kami,” ujarnya.
Langkah ini menandai perubahan besar bagi Kyiv, mengingat aspirasi bergabung dengan NATO tercantum dalam konstitusi Ukraina dan selama ini dipandang sebagai pelindung utama dari agresi Rusia.
Namun, tawaran tersebut juga sejalan dengan salah satu tuntutan utama Moskow, yang sejak awal meminta Ukraina menanggalkan ambisi NATO, bersikap netral, dan melarang penempatan pasukan aliansi di wilayahnya.
Rusia juga menuntut Ukraina menarik pasukan dari sekitar 10% wilayah Donbas yang masih dikuasai Kyiv, serta menginginkan komitmen tertulis dari negara-negara Barat untuk menghentikan perluasan NATO ke timur. Hingga kini, Ukraina tetap menolak menyerahkan wilayah.
Pengiriman Witkoff ke Berlin dipandang sebagai sinyal Washington melihat peluang kemajuan hampir empat tahun sejak invasi Rusia pada 2022. Di bawah tekanan Trump untuk segera mencapai kesepakatan damai, Zelenskiy menuding Rusia memperpanjang konflik lewat serangan mematikan ke kota-kota serta infrastruktur listrik dan air Ukraina.
Ia menyebut para pihak tengah membahas rencana 20 poin yang berujung pada gencatan senjata, dengan opsi penghentian tembak-menembak di sepanjang garis depan saat ini sebagai pilihan yang adil.
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menilai kehadiran utusan AS sebagai tanda positif, meski mengakui komposisi negosiator bukan ideal.
Terkait tawaran Ukraina meninggalkan target NATO, Pistorius mengingatkan pengalaman pahit Kyiv pada 1994 ketika menyerahkan senjata nuklir warisan Soviet dengan imbalan jaminan keamanan yang kemudian gagal mencegah agresi. Menurutnya, jaminan keamanan tanpa keterlibatan signifikan AS akan bernilai terbatas.
Sementara itu, Inggris, Prancis, dan Jerman terus menyempurnakan proposal AS. Draf sebelumnya mengusulkan Ukraina melepas ambisi NATO, menerima pembatasan militer, dan menyerahkan wilayah tambahan.
Para sekutu Eropa menyebut fase ini sebagai momen krusial yang akan menentukan masa depan Ukraina, sembari mengupayakan dukungan keuangan dengan memanfaatkan aset bank sentral Rusia yang dibekukan untuk membiayai kebutuhan militer dan sipil Kyiv.