News Forex, Index & Komoditi ( Kamis, 26 Juni 2025 )

News  Forex,  Index  &  Komoditi

(  Kamis,   26  Juni  2025  )

Harga Emas Global Naik, Investor Menimbang Pertanyaaan Powell

 

Harga emas naik pada perdagangan Kamis (26/6) pagi. Pukul 06.48 WIB, harga emas untuk pengiriman Agustus 2025 di Commodity Exchange ada di US$ 3.351,70 per ons troi, naik 0,26% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 3.343,10 per ons troi.

Harga emas naik, karena para pedagang mempertimbangkan gencatan senjata di Timur Tengah dan pernyataan dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Mengutip Bloomberg, Presiden AS Donald Trump mengatakan AS akan memegang janji pertemuan dengan Iran pekan depan, tetapi menimbulkan keraguan mengenai perlunya perjanjian diplomatik.

Para pedagang juga akan mencermati pidato testimoni Powell di depan Kongres setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunganya pekan lalu.

Powell mengatakan bahwa bank sentral AS masih berjuang untuk menentukan dampak tarif terhadap inflasi. Ia juga mencatat bahwa AS memiliki ekonomi terkuat di dunia, sehingga masuk akal jika ekonomi bergerak perlahan di tengah ketidakpastian.

Harga emas telah naik lebih dari 27% sepanjang tahun ini, didukung oleh ketegangan geopolitik, kebijakan tarif Trump dan pembelian emas oleh bank sentral.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harga Minyak Dunia  Melanjutkan Penurunan di Tengah Berkurahnya Risiko Pasokan Timur Tengah

 

West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS, diperdagangkan di kisaran $64,45 selama perdagangan sesi Asia pada hari Kamis. Harga WTI melanjutkan penurunan setelah Presiden AS, Donald Trump, mendorong Israel dan Iran untuk melakukan gencatan senjata.

Gencatan senjata antara Israel dan Iran membebani emas hitam. Para investor memprakirakan gencatan senjata antara kedua negara akan mengurangi risiko gangguan pasokan minyak di Timur Tengah, meskipun gencatan senjata tetap rapuh.

"Dengan pengumuman gencatan senjata, Presiden Trump mengakhiri perang Israel-Iran yang berlangsung dua belas hari setelah berhasil melaksanakan strategi eskalasi untuk meredakan keadaan," kata Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets.

Penurunan harga WTI mungkin akan dibatasi karena persediaan minyak mentah turun lebih dari yang diprakirakan minggu lalu. Laporan mingguan dari Energy Information Administration (EIA) AS menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah di AS untuk minggu yang berakhir pada 20 Juni turun sebesar 5,836 juta barel, dibandingkan dengan penurunan 11,473 juta barel pada minggu sebelumnya. Konsensus pasar memprakirakan bahwa persediaan akan turun sebesar 600.000 barel.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

EUR/USD Mencapai Level Tertinggi Tiga Tahun seiring Meningkatnya Taruhan Penurunan Suku Bunga The Fed, Dolar Terjun

 

EUR/USD melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2021, di atas level 1,1650 pada hari Rabu, didorong oleh sentimen risiko yang muncul akibat de-eskalasi konflik Iran-Israel dan kelemahan luas Dolar AS. Spekulasi yang berkembang di kalangan investor bahwa Federal Reserve (Fed) akan memotong suku bunga mendorong Greenback lebih rendah, menjadikannya untuk menguji level terendah tahunan. Pada saat berita ini ditulis, pasangan ini diperdagangkan di 1,1661, naik 0,45%.

Geopolitik dan pidato bank sentral menjadi sorotan di awal minggu. Ketua Fed Jerome Powell muncul di hadapan Senat AS, menegaskan bahwa kebijakan moneter adalah tepat dan bahwa bank sentral kesulitan menentukan dampak tarif terhadap inflasi. Powell mengatakan, "Pertanyaannya adalah, siapa yang akan membayar untuk tarif tersebut?. "Seberapa banyak dari itu yang muncul dalam inflasi. Dan jujur, sangat sulit untuk memprediksi itu sebelumnya," tambahnya.

Mengenai geopolitik di Timur Tengah, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa AS akan mengadakan pertemuan dengan Iran minggu depan. Ia memperingatkan bahwa jika rezim Iran mulai membangun senjata nuklir, AS akan menyerang Iran lagi.

Sementara itu, jadwal ekonomi AS menampilkan data perumahan, yang lebih buruk dari yang diperkirakan, bersama dengan serangkaian pembicara Fed lainnya. Di seberang lautan, Keyakinan Konsumen di Prancis tetap stabil, gagal meningkat seperti yang diharapkan. Di Spanyol, Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal pertama sesuai dengan perkiraan.

Sebelum agenda ekonomi di Zona Euro, jadwal akan menampilkan Keyakinan Konsumen GfK untuk bulan Juli dan pidato oleh pejabat Bank Sentral Eropa (ECB), Luis de Guindos dan Isabel Schnabel. Di AS, jadwal akan mengungkapkan rilis akhir angka pertumbuhan untuk Q1 2025. Pesanan Barang Tahan Lama, serta pidato oleh Beth Hammack dari Cleveland Fed, Gubernur Michael Barr, dan Neel Kashkari dari Minneapolis Fed, dinantikan oleh para investor.

Intisari Penggerak Pasar Harian: EUR/USD melonjak karena ekspektasi Fed dovish

Kenaikan utama EUR/USD pada hari Rabu disebabkan oleh kelemahan keseluruhan Dolar AS. Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak kinerja nilai dolar terhadap sekumpulan rival, merosot 0,25% ke level terendah dua minggu baru di 97,72. Ini, bersama dengan ekspektasi bahwa Fed akan memotong suku bunga dalam waktu dekat dan aliran akhir bulan, dapat menjaga pasangan ini tetap terdukung.

Penjualan Rumah Baru di AS turun tajam sebesar 13,7% pada bulan Mei, jatuh ke tingkat tahunan sebesar 623.000 dari 722.000 di bulan April, jauh di bawah ekspektasi 693.000 unit. Penurunan ini terutama disebabkan oleh tingginya suku bunga hipotek 30 tahun, hampir 7%, akibat suku bunga ketat yang ditetapkan oleh Fed.

Boston Fed Susan Collins mengomentari bahwa kebijakan moneter berada pada posisi yang baik dan bahwa ekonomi AS secara keseluruhan solid. Ia menambahkan bahwa dampak tarif akan terlihat dalam beberapa bulan mendatang, yang kemungkinan besar akan mendorong harga naik dan menurunkan pertumbuhan.

Data Zona Euro yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa Keyakinan Konsumen Prancis tetap stabil di 88 pada bulan Juni, tidak memenuhi ekspektasi untuk sedikit peningkatan menjadi 89. Sementara itu, pembacaan akhir PDB Q1 Spanyol mengonfirmasi perkiraan sebelumnya, menunjukkan ekspansi 0,6% secara kuartalan dan pertumbuhan 2,8% YoY.

Pasar uang menunjukkan bahwa para pedagang memperhitungkan 59 basis poin pelonggaran menjelang akhir tahun, menurut data Prime Market Terminal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Wall Street Mixed Saat Konflik Timur Tengah Mereda, Investor Cermati Pidato Powell

 

Indeks utama Wall Street ditutup beragam alias mixed pada akhir perdagangan Rabu (25/6), menghentikan reli dua hari karena gencatan senjata Israel-Iran terus berlanjut. Sementara itu, investor mencermati testimoni Ketua Federal Reserve Jerome Powell di Kongres untuk hari kedua.

Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 106,59 poin, atau 0,25% ke level 42.982,43, S&P 500 turun 0,02 poin, atau 0,00%, ke level 6.092,16, dan Nasdaq Composite naik 61,02 poin, atau 0,31% ke level 19.973,55.

Di antara 11 sektor utama S&P 500, sektor teknologi, layanan komunikasi, dan perawatan kesehatan menguat. Sedangkan sektor defensif seperti real estat, kebutuhan pokok konsumen, dan utilitas melemah.

Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 16,02 miliar saham dengan rata-rata 18,08 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.

Saham teknologi mengangkat Nasdaq, sementara S&P 500 berakhir datar. Indeks acuan tersebut tetap bergerak di dekat rekor penutupan tertinggi yang dicapai pada 19 Februari.

Sedangkan indeks Dow Jones yang memuat saham-saham blue-chip berakhir di wilayah negatif.

"Rasanya seperti kembali ke pasar saham yang biasa Anda jalani," kata Ryan Detrick, kepala strategi pasar di Carson Group di Omaha.

"Kita telah menghadapi tarif, kita telah menghadapi drama Timur Tengah, tetapi saham terus menentang peluang dengan bergerak lebih tinggi dengan kesadaran bahwa ekonomi AS tetap cukup tangguh."

"Tetapi hari ini hampir seperti melihat cat mengering karena kita semua menunggu S&P 500 mencapai titik tertinggi baru," tambah Detrick.

Saham Nvidia menyentuh rekor tertinggi, mengangkat nilai pasarnya menjadi US$ 3,75 triliun dan menjadikannya perusahaan paling berharga di dunia.

"Darah kehidupan pasar yang sedang naik adalah rotasi," kata Detrick.

"Dan melihat teknologi dan layanan komunikasi mengambil alih tongkat estafet adalah pertanda baik bahwa reli musim panas yang mengejutkan ini kemungkinan akan berlanjut."

Gencatan senjata antara Israel dan Iran terus berlanjut, dengan Presiden AS Donald Trump menyatakan kemenangan meskipun kurangnya kejelasan mengenai tingkat kerusakan yang ditimbulkan serangan AS terhadap aset pengayaan uranium Iran.

Ketua Fed Jerome Powell, dalam kesaksian kongresnya hari kedua berturut-turut, menegaskan kembali kepada Komite Perbankan Senat bahwa bank sentral berada pada posisi yang tepat untuk menunggu pemotongan suku bunga hingga dampak inflasi dari tarif Trump yang luas diketahui lebih baik.

Pasar keuangan memperkirakan kemungkinan pemotongan suku bunga hampir 25% pada pertemuan kebijakan bulan Juli, dan kemungkinan 67% bahwa pemotongan pertama akan tiba pada bulan September, menurut alat FedWatch CME.

Data perumahan pada hari Rabu menunjukkan penjualan rumah baru anjlok 13,7% dan aplikasi pinjaman untuk membeli rumah turun karena suku bunga hipotek naik tipis.

Pada hari Kamis, Departemen Perdagangan akan mengeluarkan pandangan terakhirnya tentang PDB kuartal pertama, dan laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) pada hari Jumat akan memberikan wawasan tentang pengeluaran konsumen dan inflasi.

Saham Tesla turun 3,8% karena penjualannya di Eropa merosot dalam lima bulan berturut-turut. Ketidakpastian ekonomi terus membebani arahan perusahaan.

Saham FedEx anjlok 3,3% setelah perusahaan pengiriman paket itu memperkirakan laba kuartalan di bawah estimasi karena tarif membebani permintaan global. Rivalnya, UPS, turun 1,2%.

General Mills juga memberikan panduan laba yang mengecewakan, menyebabkan sahamnya turun 5,1%.

Saham perusahaan keamanan siber BlackBerry yang terdaftar di AS melonjak 12,5% menyusul kenaikan perkiraan pendapatannya, yang dikaitkan dengan permintaan yang stabil.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ini Alasan Pelapor PBB Serukan Semua Negara Setop Hubungan Diplomatik dan Ekonomi dengan Israel

 

Pelapor khusus PBB di wilayah Palestina yang diduduki, Francesca Albanese, menyerukan agar Israel segera dijatuhi sanksi tanpa penundaan lebih lanjut. Menurutnya, Israel bertanggung jawab atas bencana kemanusiaan di Jalur Gaza, salah satunya dengan memblokade penyaluran bantuan kemanusiaan.

"Mengutuk bencana di Palestina dan mengambil tindakan terhadap Israel bukanlah masalah politik, ini masalah kemanusiaan," kata Albanese kepada awak media di Madrid, Spanyol, Selasa (24/6/2025), dikutip laman Anadolu Agency.

Dia mendesak komunitas internasional segera mengambil tindakan tegas terhadap Israel. "Waktunya telah tiba untuk menghentikan sepenuhnya hubungan diplomatik, ekonomi, dan keuangan dengan Israel. Bukan hanya sebagai tindakan solidaritas, tetapi juga sebagai tindakan pencegahan," ucapnya.

Albanese menuding Israel telah melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum internasional di Gaza tanpa mengadapi konsekuensi apapun. "Israel tengah menulis salah satu bab tergelap dalam sejarahnya di Gaza. Begitu kita memahami apa yang telah dilakukannya, kita akan malu, tapi sudah terlambat," ujarnya.

Dia turut mengkritik “Gaza Humanitarian Aid Fund (Dana Bantuan Kemanusiaan Gaza) yang dibentuk Amerika Serikat (AS) dan Israel. Albanese berpendapat dana tersebut gagal memenuhi kebutuhan nyata di lapangan.

“Ini adalah salah satu eksperimen paling brutal yang pernah saya saksikan. Ini bukan bantuan. Orang Palestina menyebutnya ‘The Hunger Games'. Mereka membunuh orang-orang yang berada di ambang kelaparan, dan ada solusi yang jelas untuk ini: negara harus menghentikan blokade. Kita harus mengirim bantuan kemanusiaan melalui kapal. Menghentikan genosida adalah tanggung jawab kita," ucap Albanese.

Agresi Israel ke Gaza yang dimulai sejak Oktober 2023 telah membunuh hampir 56 ribu orang. Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trump Sebut Gencatan Senjata Dilanggar, Paling Kecewa dengan Israel

 

Presiden AS Donald Trump pada Selasa (24/6/2025) mengatakan, bahwa baik Israel dan Iran telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah dia umumkan. Namun, dia tidak senang dengan sikap kedua negara, khususnya Israel.

Berbicara kepada wartawan sebelum meninggalkan pertemuan tingkat tinggi NATO di Den Hag, Trump mengatakan, Israel "menyerang" segera setelah gencatan senjata disepakati. Dia juga mengatakan, program nuklir Iran sudah hilang.

Tak lama Trump kemudian mengeluarkan peringatan keras kepada Israel agar tidak melancarkan serangan lagi terhadap Iran. Ini setelah ia mendengar kementerian pertahanan Israel mengumumkan rencana untuk “serangan intensif” sebagai tanggapan atas tudingan pelanggaran gencatan senjata oleh Iran.

“ISRAEL. JANGAN JATUHKAN BOM ITU.” Trump menulis di Truth Social. "JIKA KALIAN MELAKUKANNYA, INI ADALAH PELANGGARAN BESAR. BAWA PULANG PILOT KALIAN, SEKARANG!"

Pada Selasa, Angkatan Udara Israel melakukanserangan simbolis terhadap radar Iran di utara Teheran, pejabat Israel mengkonfirmasi. Serangan ini dilakukan setelah Trump memberikan peringatan keras agar Israel tak melancarkan serangan.

Serangan itu diklaim Israel sebagai tanggapan atas peluncuran dua rudal balistik Iran ke Israel setelah dimulainya gencatan senjata pagi ini.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump terus menahan Israel agar tak melakukan serangan ke Iran atas tudingan pelanggaran gencatan senjata. Ia memerintahkan agar seluruh pesawat Israel yang sedang menuju Iran untuk balik kanan.

“ISRAEL tidak akan menyerang Iran. Seluruh pesawat akan berbalik arah dan pulang, sembari melakukan “Salam Pesawat” persahabatan ke Iran. Tidak ada yang akan terluka, Gencatan Senjata sudah berlaku! Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini!” tulis Trump di media sosial, Selasa.

Diketahui tak lama setelah Trump mengumumkan tercapainya kesepakatan senjata lewat unggahan di Truth Social, Israel melancarkan serangan ke beberapa wilayah di Iran. Serangan itu kemudian dibalas Iran dengan serangan rudal ke kota Beersheba. Dilaporkan Ynet, tiga warga setempat tewas (kemudian direvisi jadi empat korban tewas) dan tujuh lainnya luka-luka usai sebuah gedung dihantam rudal balistik Iran.

Layanan kesehatan Magen David Adom mengonfirmasi korban tewas. Tim penyelamat mengatakan, beberapa orang lainnya dikhawatirkan masih terperangkap di reruntuhan gedung yang hancur dihantam rudal Iran.

Menurut laporan, serangan mematikan ini bagian dari serangkaian luncuran rudal Iran yang memicu aktifnya sirine di kawasan utara, selatan, dan selanjutnya tengah Israel. Pada gelombang serangan pertama, dua rudal berhasil diintersep. Kemudian pada gelombang luncuran selanjutnya, empat hulu ledak terdekteksi, satu di antaranya berhasil menghantam sebuah gedung di Beersheba.

 

 

 

 

Israel Rugi Triliunan Hadapi Iran, Bisa Habiskan Rp195,8 Triliun Jika Berperang Sebulan

 

Ekonomi Israel menanggung biaya besar akibat perang selama 12 hari dengan Iran yang nilainya diperkirakan mencapai miliaran dolar, menurut laporan media dan para ahli. Financial Express melaporkan bahwa Israel menghabiskan sekitar 5 miliar dolar AS (sekitar Rp81,6 triliun) hanya dalam pekan pertama serangan ke Iran.

Biaya yang dihabiskan per hari selama perang mencapai 725 juta dolar, sebagian besar di antaranya (593 juta dolar) untuk menyerang Iran.

Wall Street Journal melaporkan bahwa biaya per hari untuk sistem pertahanan udara Israel mencapai 10 juta (Rp161 miliar) hingga 200 juta dolar atau sekitar Rp3,2 triliun.

Menurut Lembaga Kebijakan Ekonomi Aaron yang berbasis di Israel, total biaya yang dikeluarkan Tel Aviv bisa lebih dari Rp195,8 triliun jika perang berlangsung selama sebulan.

Naser Abdelkarim, asisten profesor keuangan Universitas Amerika di Palestina, mengatakan kepada Anadolu bahwa perang tidak hanya menggerus anggaran militer, tetapi juga mengganggu aktivitas produksi. Total kerugian diperkirakan mencapai 20 miliar dolar.

Dia menambahkan bahwa defisit anggaran Israel diprediksi meningkat 6 persen, sementara pembayaran kompensasi kepada warga terdampak akan memperburuk kondisi keuangan negara.

Lebih dari 10 ribu warga Israel dievakuasi dalam pekan pertama dan sekitar 36.465 lainnya mengajukan klaim kompensasi, menurut Otoritas Pajak Israel.

Abdelkarim menyebut pemerintah Israel mempertimbangkan tiga langkah untuk menutup defisit: memangkas anggaran kesehatan dan pendidikan, menaikkan pajak, atau mengajukan pinjaman baru yang bisa menaikkan rasio utang publik terhadap pendapatan nasional menjadi 75 persen lebih.

Kementerian Keuangan Israel mengungkapkan bahwa cadangan keuangan negara makin menipis. Pemerintah meminta tambahan dana 857 juta dolar untuk pertahanan dan pemangkasan 200 juta dolar dari anggaran kesehatan, pendidikan, dan layanan sosial.

Media keuangan Israel, Globes, melaporkan bahwa sebagian besar dana tersebut akan digunakan untuk membayar personel militer. Sekitar 450 ribu tentara cadangan dikerahkan dalam mobilisasi besar selama perang.

Abdelkarim juga mencatat nilai tukar shekel terhadap dolar AS sempat turun ke level 3,7, tetapi pulih ke 3,5 —sebagian karena pelemahan dolar dan spekulasi pasar.

Investor panik menambah tekanan

Para pakar memperingatkan bahwa jika konflik terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi Israel bisa melambat, tingkat pengangguran meningkat, dan angka kemiskinan bertambah.

Serangan Iran dilaporkan menargetkan infrastruktur penting di Tel Aviv dan Haifa. Salah satunya adalah kilang minyak terbesar di Israel, Bazan, yang menyebabkan kerugian sekitar 3 juta dolar (sekitar Rp48,9 miliar) per hari, menurut Financial Times.

Bandara Ben Gurion sempat ditutup akibat serangan balasan Iran. Bandara itu, yang biasanya melayani 300 penerbangan dan 35 ribu penumpang per hari, hanya dibuka sebagian pada Minggu untuk evakuasi warga. Gangguan ini diperkirakan akan menambah kerugian ekonomi.

Penutupan bandara tersebut berbarengan dengan penghentian penerbangan oleh maskapai nasional Israel, El Al, yang mengalihkan rute penerbangan untuk menghindari risiko.

Penerbangan ke Paris terpaksa mendarat di Siprus, sementara penerbangan ke Bangkok dialihkan ke Roma. Biaya operasional dari gangguan ini saja diperkirakan mencapai 6 juta dolar.

Pasar keuangan Israel juga terpukul. Serangan rudal Iran sempat menghantam Bursa Berlian Israel —sektor yang menyumbang sekitar 8 persen dari total ekspor negara itu. Menurut Israel Diamond Institute, serangan itu memicu kekhawatiran di Bursa Efek Tel Aviv.

Investor yang panik melakukan aksi jual besar-besaran dan menimbulkan gejolak di pasar, sehingga berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi dalam jangka pendek.

Kesepakatan gencatan senjata

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (23/6/2025) mengumumkan bahwa Israel dan Iran sepakat untuk melakukan gencatan senjata “total dan menyeluruh” di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Gencatan senjata itu mulai berlaku pada Selasa (24/6/2025) pukul 04.00 GMT (11:00 WIB). Trump menyerukan agar kedua pihak tidak melanggarnya.

Namun pada Selasa pagi, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memerintahkan serangan besar-besaran ke Iran dengan dalih Iran telah melanggar kesepakatan. Iran membantah tuduhan itu dan berjanji akan membalas jika diserang lagi.

Pada Senin, Iran meluncurkan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid milik militer AS di Qatar, menyusul serangan AS terhadap tiga situs nuklir Iran pada Minggu.

Serangan AS itu seperti siraman bensin ke api yang telah berkobar sejak Israel menyerang Iran pada 13 Juni, yang memicu serangan balasan dari Teheran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mengenal Zohran Mamdani, Muslim Pembela Palestina Calon Pemimpin New York

 

 

 

 

 

 

Zohran Mamdani, anggota dewan negara bagian berusia 33 tahun dan merupakan seorang sosialis demokrat, memenangkan fase akhir kampanye pendahuluan Partai Demokrat di New York. Siapa pria yang kini sangat berpotensi menjadi Muslim pertama yang memimpin kota New York tersebut?

Merujuk the Washington Post, Mamdani lahir di Uganda dan pindah ke New York pada usia 7 tahun. Ia menjadi warga negara AS pada tahun 2018. Ia bekerja sebagai konselor perumahan pencegahan penyitaan di Queens, sebuah upaya yang berfokus pada membantu pemilik rumah berpenghasilan rendah kulit berwarna — peran yang menurutnya menginspirasinya untuk terjun ke dunia politik.

Terpilih pada 2020 untuk kursi Majelis negara bagian di Queens, ia mewakili lingkungan yang mencakup Astoria, Ditmars-Steinway, dan Astoria Heights. Dia aktif dalam politik saat kuliah di Bowdoin College, di mana dia menerima gelar sarjana dalam Studi Afrika dan ikut mendirikan cabang Siswa untuk Keadilan di Palestina di sekolah tersebut.

Belakangan, ia mengumpulkan banyak pengikut di media sosial dan memikat sejumlah pemilih muda saat ia memperjuangkan kebijakan sayap kiri.

Mamdani telah menjadi kritikus vokal atas serangan Israel di Gaza dan melibatkan dirinya dalam isu kontroversial yang telah memecah belah Partai Demokrat. Dia memicu kontroversi dengan menolak mengutuk slogan “Globalisasi intifada” selama podcast bersama Tim Miller dari “The Bulwark.” Beberapa orang Yahudi melihat ungkapan tersebut sebagai seruan untuk melakukan kekerasan terhadap mereka dan banyak orang Palestina melihatnya sebagai bentuk perjuangan mereka untuk mendapatkan tanah air.

Ketika ditanya apakah ungkapan tersebut membuatnya tidak nyaman, dia mengatakan bahwa ungkapan tersebut mencerminkan “keinginan yang sangat besar untuk mencapai kesetaraan dan persamaan hak dalam membela hak asasi manusia Palestina.”

Kini, ia bersiap menimpakan kekalahan besar terhadap mantan gubernur Andrew M Cuomo, 67, dan lainnya, dalam pemilu yang ditentukan melalui pemungutan suara berdasarkan peringkat. Mamdani memimpin kelompok setelah penghitungan suara putaran pertama pada hari Selasa dan Cuomo mengakuinya.

Hasil akhir diperkirakan baru akan diumumkan minggu depan karena pemerintah kota kini perlu mengalokasikan kembali suara kandidat yang tertinggal sampai satu kandidat menembus ambang batas 50 persen dan dinyatakan sebagai pemenang. Namun Mamdani, yang akan menjadi wali kota Muslim pertama di kota itu, mendapat pujian dari para pendukungnya pada Selasa malam.

Mamdani, yang mengidentifikasi diri sebagai seorang sosialis demokratis dan didukung oleh Senator Bernie Sanders dan legislator Alexandria Ocasio-Cortez. Ia telah menganut agenda yang berfokus pada penurunan biaya yang menurutnya “menghancurkan pekerja.”

Dia telah mengadvokasi pembekuan biaya sewa bagi penyewa yang stabil, membuat bus kota bebas tarif, menyediakan penitipan anak umum untuk anak-anak di bawah usia enam tahun dan menciptakan toko kelontong milik kota yang membeli dan menjual dengan harga grosir.

Dia juga menjanjikan menaikkan upah minimum menjadi 30 dolar AS per jam pada 2030. Dia mengatakan dia akan membiayai rencananya dengan menaikkan tarif pajak perusahaan menjadi 11,5 persen dan mengenakan pajak kepada warga New York yang berpenghasilan lebih dari 1 juta dolar AS per tahun dengan tarif tetap sebesar 2 persen.

Lonjakan mengejutkan Mamdani sebagian didukung oleh kampanye media sosial yang agresif yang memungkinkan dia menjangkau banyak pemilih di seluruh kota yang tidak tertarik pada politik. Dia telah menjelaskan ide-idenya dalam video pendek yang menjadi viral di media sosial dan dia mencela pengaruh uang besar dalam politik, menyoroti bagaimana dia membiayai kampanyenya sendiri melalui donor kecil.

Dia menuduh bahwa kampanye lawannya, Cuomo adalah “contoh terbaru dari miliarder dan perusahaan yang mencoba membeli pemilu.” Sebaliknya, mantan gubernur Partai Demokrat tersebut berusaha melemahkan daya tarik Mamdani dengan menarik perhatian pada kurangnya pengalamannya dalam pemerintahan. Dalam debat baru-baru ini, Cuomo mengejek Mamdani karena meloloskan tiga RUU saat berada di gedung negara dan mengatakan Trump akan memperlakukan Tuan Mamdani seperti pisau panas menembus mentega.”

Mamdani, yang terpilih menjadi anggota dewan negara bagian pada tahun 2020, mendapat keuntungan dari dukungan Ocasio-Cortez dan Sanders, sesama sosialis demokratis dengan pengikut nasional yang besar dan keduanya merupakan pusat penggalangan dana bernilai kecil. Our Revolution, organisasi politik yang diluncurkan Sanders pada tahun 2016, mengatakan bahwa mereka memobilisasi anggotanya di lima wilayah dan mengirim lebih dari 60.000 email dan SMS untuk mengajak pemilih ke tempat pemungutan suara atas nama Mamdani dan Brad Lander, kandidat Demokrat lainnya yang ikut serta dalam pemilihan tersebut.

Pada hari Selasa, Mamdani mendatangkan beberapa kekuatan bintang, merekam video pemungutan suara dengan aktris dan model Emily Ratajkowski, dan mengandalkan pendukung lainnya termasuk aktor dan pemeran “Saturday Night Live” Bowen Yang untuk membantunya menyampaikan pesan penutupnya. Mamdani melakukan Instagram Live pada Kamis malam bersama Ocasio-Cortez, yang mengatakan “kaum muda perlu menyelamatkan negara ini.” Sebelumnya dia mengunggah pesan dari Sanders yang mengatakan kepada para pemilih bahwa cuaca panas bukanlah alasan untuk tinggal di rumah: "Zohran telah menjalankan kampanye yang luar biasa. Dia telah menguasai seluruh pemerintahan."

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disebut Media Barat Telah Terbunuh, Komandan Pasukan Quds Tampil dalam 'Perayaan Kemenangan' Iran

 

 

Komandan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Brigadir Jenderal Esmail Qaani, terlihat dalam keadaan hidup dan sehat. Qaani tampil di publik saat menghadiri klaim perayaan kemenangan Iran atas Israel, di Teheran, Selasa (24/6/2025).

Sebuah video yang diunggah oleh Kantor Berita Iran, Tasnim, memperlihatkan Qaani berada di tengah kerumunan dalam acara tersebut. “Komandan Qaani menghadiri perkumpulan rakyat Tehran pada hari ini usai Operasi Divine Victory,” tulis kantor berita tersebut di platform media sosial X.

Saluran TV yang didanai negara, Press TV, juga mempublikasikan video tersebut dan menyatakan: “Brigadir Jenderal Esmail Qaani, Komandan Pasukan Quds IRGC, disambut dengan hangat oleh kerumunan yang bergembira di Tehran selama perayaan kemenangan atas rezim Zionis (Israel).”

Pada awal bulan ini, The New York Times melaporkan bahwa Qaani termasuk di antara pemimpin militer Iran yang tewas dalam serangan udara Israel.

Israel meluncurkan serangan udara ke beberapa lokasi di Iran sejak 13 Juni, termasuk fasilitas militer dan nuklir, dengan tuduhan Tehran hampir memproduksi bom nuklir — klaim yang dibantah keras oleh Iran.

Ketika Iran meluncurkan serangan belasan menggunakan rudal dan drone, Amerika Serikat kemudian ikut serta dalam konflik dengan mengebom tiga situs nuklir Iran pada Ahad (22/6/2025).

Setelah 12 hari pertempuran kedua musuh bebuyutan di kawasan tersebut, Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran pada Senin (23/6/2025) malam waktu setempat untuk mengakhiri konflik.

Bocoran laporan dari Gedung Putih menyimpulkan bahwa serangan AS dan ISrael tak berhasil melenyapkan program nuklir Iran. Ini tak seperti yang digembar-gemborkan Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Sebuah laporan intelijen AS yang baru menemukan bahwa program nuklir Iran mengalami kemunduran hanya beberapa bulan setelah serangan AS, dan tidak “sepenuhnya dilenyapkan” seperti yang dikatakan Presiden Trump, menurut dua orang yang mengetahui penilaian awal tersebut.

Laporan intelijen awal yang dikeluarkan oleh Badan Intelijen Pertahanan pada hari Senin bertentangan dengan pernyataan Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang status fasilitas nuklir Iran.

Laporan tersebut menemukan bahwa meskipun serangan hari Sabtu di situs nuklir Fordo, Natanz dan Isfahan menimbulkan kerusakan yang signifikan, namun tidak hancur total.

The Washington Post menyimpulkan bahwa serangan terhadap Iran hanya menghambat program nuklir Iran dalam hitungan bulan. Dilaporkan bahwa temuan intelijen menilai bahwa pemboman AS “gagal menghancurkan komponen inti” program nuklir Iran, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa cadangan uranium Teheran tidak terpengaruh.

Gedung Putih dengan tegas menolak penilaian tersebut dan menyebutnya “benar-benar salah”. “Bocornya dugaan penilaian ini jelas merupakan upaya untuk merendahkan Presiden Trump, dan mendiskreditkan pilot pesawat tempur pemberani yang melakukan misi sempurna untuk melenyapkan program nuklir Iran,” kata sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt dalam sebuah pernyataan.

CIA dan Kantor Direktur Intelijen Nasional menolak mengomentari penilaian DIA.

Penilaian tersebut bertentangan dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa program nuklir Iran “sepenuhnya dilenyapkan” setelah serangan AS pada hari Sabtu, menurut dua orang yang mengetahui penilaian awal tersebut namun tidak berwenang untuk menyampaikan laporan tersebut secara publik dan berbicara tanpa mau disebutkan namanya.

Menurut sumber, laporan yang dikeluarkan oleh Badan Intelijen Pertahanan pada hari Senin menemukan bahwa meskipun situs nuklir Iran mengalami kerusakan yang signifikan, setidaknya beberapa uranium Iran yang telah diperkaya telah dipindahkan sebelum serangan dan selamat, dan sebagian besar mesin sentrifugal Iran dibiarkan utuh.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Studi: 377 Ribu Warga Gaza Hilang Akibat Genosida

 

Studi terbaru yang dilansir Harvard Dataverse menunjukkan angka mencengangkan soal korban genosida Israel di Jalur Gaza. Studi itu menemukan setidaknya 377.000 warga Palestina di Gaza telah “menghilang” akibat genosida Israel sejak Oktober 2023.

Dengan menggunakan analisis berbasis data, termasuk pemetaan spasial dan data lokasi, laporan yang dibuat oleh profesor Israel Yaakov Garb bulan ini meneliti bagaimana blokade bantuan Israel di daerah kantong tersebut dan serangan terhadap warga Palestina menyebabkan penurunan jumlah penduduk secara signifikan.

Jumlah korban jiwa resmi, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, hanya di bawah 60.000, namun berdasarkan temuan Garb, angka tersebut mungkin jauh lebih tinggi. Sebelum operasi militer Israel, populasi Gaza diperkirakan mencapai 2,2 juta jiwa, sementara perkiraan resmi saat ini berjumlah 1,85 juta jiwa.

Setengahnya adalah Anak-anak Mengutip peta berdasarkan perkiraan tentara Israel, laporan tersebut menunjukkan bahwa populasi yang tersisa di Kota Gaza berjumlah sekitar 1 juta, dengan 500.000 di Mawasi dan 350.000 di Gaza tengah.

Jumlah tersebut masih menyisakan 377.000 orang yang belum ditemukan, dan setengah dari jumlah tersebut diyakini adalah anak-anak. “Orang-orang yang hilang ini bukan sekadar perbedaan statistik,” lapor Middle East Monitor (MEMO), mengutip laporan tersebut.

 “Mereka termasuk warga sipil di Gaza utara, yang menjadi sasaran pemboman paling hebat; penduduk di distrik timur Rafah yang hancur; keluarga yang terjebak dalam pemadaman komunikasi total; mereka yang tewas dalam serangan; dan lainnya terkubur di bawah reruntuhan,” tambah MEMO.

Rencana Penyaluran Bantuan Laporan Garb mengkritik mekanisme distribusi bantuan Israel yang didukung AS karena tidak mematuhi prinsip-prinsip kemanusiaan. “Secara keseluruhan, kompleks bantuan ini tampaknya mencerminkan logika kontrol, bukan bantuan, dan tidak tepat jika menyebut tempat tersebut sebagai pusat distribusi bantuan kemanusiaan,” kata Garb. Dia mengatakan mereka “tidak mematuhi prinsip-prinsip kemanusiaan, dan sebagian besar desain dan operasi mereka dipandu oleh tujuan lain, yang melemahkan tujuan yang telah mereka nyatakan.”

Seperti halnya pemberitahuan evakuasi “peringatan awal” yang dijelaskan dalam laporan-laporan sebelumnya, “langkah-langkah yang tampaknya bersifat kemanusiaan tampaknya bukan sekedar kepatuhan terhadap hukum dan praktik kemanusiaan internasional, namun lebih pada upaya menunjukkan hal tersebut,” kata Garb. “Jika seorang penyerang tidak dapat memberi makan penduduk yang kelaparan secara memadai dan netral setelah terjadinya bencana yang terus-menerus terjadi, maka ia wajib mengizinkan lembaga kemanusiaan lain untuk melakukan hal tersebut,” katanya.

Studi Lancet Pada bulan Januari tahun ini, jurnal medis Lancet juga merilis sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa jumlah kematian yang dilaporkan dalam sembilan bulan pertama serangan Israel di Gaza “kemungkinan di bawah perkiraan.” Hasil penelitian yang dirilis Juli lalu oleh The Lancet menunjukkan, jumlah korban tewas sebenarnya di Gaza bisa mencapai lebih dari 186.000 orang.

“Bahkan jika konflik segera berakhir, akan terus terjadi banyak kematian tidak langsung dalam beberapa bulan dan tahun mendatang yang disebabkan oleh penyakit reproduksi, menular, dan tidak menular,” kata laporan tersebut. Laporan tersebut mengutip faktor-faktor seperti “kekurangan makanan, air, dan tempat tinggal” serta “ketidakmampuan penduduk untuk mengungsi ke tempat yang aman; dan hilangnya dana untuk UNRWA,” yang pada saat itu merupakan salah satu dari sedikit organisasi kemanusiaan yang masih aktif di wilayah tersebut.

"Dalam konflik baru-baru ini, kematian tidak langsung berkisar antara tiga hingga 15 kali lipat jumlah kematian langsung. Dengan menerapkan perkiraan konservatif yaitu empat kematian tidak langsung per satu kematian langsung terhadap 37.396 kematian yang dilaporkan, maka tidak masuk akal untuk memperkirakan bahwa hingga 186.000 atau bahkan lebih kematian dapat disebabkan oleh konflik yang terjadi saat ini di Gaza," kata laporan tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ekspektasi BOJ Dapat Kembali Menaikkan Suku Bunga Menguat

 

 Indikator utama inflasi sektor jasa di Jepang naik 3,3% pada Mei, menurut data yang dirilis Rabu (25/6), memperkuat ekspektasi pasar bahwa Bank of Japan (BOJ) dapat kembali menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

Inflasi di sektor jasa menjadi perhatian utama BOJ karena memberikan sinyal apakah kenaikan upah yang berkelanjutan akan mendorong perusahaan untuk terus menaikkan harga, sehingga inflasi dapat bertahan di kisaran target 2% secara berkelanjutan.

Kenaikan tahunan indeks harga produsen jasa (services producer price index) yang mengukur harga yang dikenakan antarperusahaan untuk layanan pada Mei ini sedikit lebih rendah dibandingkan revisi kenaikan 3,4% pada April, menurut data BOJ.

BOJ telah mengakhiri program stimulus besar-besaran yang berlangsung selama satu dekade pada tahun lalu dan menaikkan suku bunga jangka pendek ke 0,5% pada Januari lalu, dengan pandangan bahwa Jepang mulai mendekati pencapaian target inflasi 2% secara berkelanjutan.

Meski BOJ telah menyatakan kesiapan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, dampak ekonomi dari kenaikan tarif impor AS baru-baru ini memaksa bank sentral memangkas proyeksi pertumbuhan dan menyulitkan keputusan terkait waktu kenaikan suku bunga selanjutnya.

Mayoritas tipis ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan kenaikan suku bunga berikutnya sebesar 25 basis poin akan terjadi pada awal 2026.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Taruhan Terbesar Trump: Gempur Iran, Genggam Damai, Hadapi Risiko Politik

 

Seperti mantan pemilik kasino yang dikenal gemar mengambil risiko, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melakukan manuver besar dalam masa kepemimpinannya.

Serangan udara AS terhadap Iran bisa jadi menjadi taruhan politik terbesar Trump sejauh ini.

Meski berpotensi mendulang keuntungan politik yang tinggi terutama jika ia mampu mempertahankan perdamaian rapuh antara Israel dan Iran, para pengamat menilai Trump juga menghadapi risiko besar jika situasi di luar kendali, apalagi dengan publik AS yang kian skeptis.

Untuk saat ini, Trump tampaknya berhasil mempertaruhkan bahwa AS bisa membatasi keterlibatan langsung dan memaksa kedua pihak menyepakati gencatan senjata.

"Dia mempertaruhkan sesuatu, dan untuk saat ini, keberuntungan berpihak padanya," kata Firas Maksad, Direktur Pelaksana untuk Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara di Eurasia Group.

Namun, apakah gencatan senjata ini akan bertahan masih menjadi tanda tanya besar. Pada Selasa (23/6) pagi, Trump menyampaikan kekecewaannya atas serangan Israel ke Teheran hanya beberapa jam setelah ia menyatakan dimulainya jeda serangan.

Jika kesepakatan damai gagal atau Iran pada akhirnya membalas secara militer atau ekonomi, Trump bisa kehilangan dukungan dari basis pendukung “America First” yang mengantarkannya kembali ke Gedung Putih.

Hal ini juga dapat memperlemah identitas gerakan MAGA (Make America Great Again) yang kian tidak jelas arahnya.

"Jika enam bulan dari sekarang Iran masih menjadi masalah, itu akan mengikis koalisi MAGA," ujar analis politik dari American Enterprise Institute, Chris Stirewalt.

Stirewalt juga menyebut Trump telah melanggar janji kampanyenya untuk tidak menyeret AS ke dalam perang baru di Timur Tengah sebuah langkah yang bisa memicu kegelisahan di antara para pemilih konservatif.

Keputusan yang Mendadak

Pernyataan Trump yang menyebut akan butuh dua minggu untuk memutuskan apakah AS ikut perang di pihak Israel tampak bertolak belakang dengan tindakannya yang justru menyetujui serangan udara hanya dua hari kemudian tanpa memberi sinyal jelas sebelumnya kepada publik.

Langkah Trump menyerang Iran juga membuka tantangan baru bagi siapa pun yang kelak mengklaim sebagai pewaris gerakan MAGA.

"Pada 2028, isu intervensi luar negeri akan menjadi garis pembeda utama. Ini akan jadi ujian ideologis bagi gerakan MAGA," kata Stirewalt.

Wakil Presiden JD Vance, tokoh pemerintahan yang dikenal paling isolasionis didorong untuk membela keputusan Trump dalam program berita Minggu pagi.

Vance sendiri disebut-sebut sebagai salah satu kandidat pewaris MAGA di masa depan, dan kini harus berdamai dengan rekam jejak politiknya sendiri.

Serangkaian Taruhan Besar

Iran bukan satu-satunya contoh taruhan politik besar Trump. Kebijakan tarif yang berubah-ubah menimbulkan ketidakpastian di pasar dan kekhawatiran inflasi.

Ambisinya untuk memangkas birokrasi mandek setelah Elon Musk hengkang dari lingkaran penasihatnya. Sementara dorongan keras dalam kebijakan imigrasi justru memicu protes nasional.

Namun, bila Trump berhasil memaksa Iran menghentikan ambisi nuklirnya, itu bisa menjadi pencapaian besar dalam warisan politiknya di kawasan yang telah menjebak banyak presiden AS ke dalam konflik panjang, seperti di Irak dan Afghanistan.

Meski begitu, publik AS tampak belum sepenuhnya mendukung agresivitas Trump terhadap Iran.

Survei Reuters/Ipsos yang dirilis Senin lalu sebelum gencatan senjata diumumkanmenunjukkan hanya 36% responden mendukung serangan ke fasilitas nuklir Iran.

Secara keseluruhan, tingkat persetujuan terhadap Trump turun ke 41%, titik terendah dalam masa jabatan keduanya.

Minim Konsultasi Publik

Dave Hopkins, pengamat politik AS dari Boston College, menyayangkan keputusan Trump menyerang Iran yang dilakukan tanpa membangun dukungan atau narasi terlebih dahulu kepada publik.

"Selama ini, kita tidak melihat Iran diposisikan sebagai musuh utama atau ancaman langsung bagi AS," kata Hopkins.

Namun Gedung Putih membela aksi Trump sebagai langkah vital dan sukses.

"Dalam 48 jam, Presiden Trump telah mencapai sesuatu yang hanya bisa diimpikan oleh pendahulunya—kemampuan nuklir Iran dihancurkan lewat Operasi Midnight Hammer, gencatan senjata dicapai, dan dunia kini lebih aman," kata juru bicara Anna Kelly.

Dilema Janji Politik

Menurut Hopkins, klaim Trump bahwa ia memaksakan gencatan senjata adalah bagian dari pola kepemimpinannya yang sering berlebihan.

Saat kampanye, Trump menjanjikan bisa mengakhiri perang di Ukraina dan Gaza, namun kenyataannya ia belum mampu "menundukkan" Moskow maupun Yerusalem. Bahkan, dalam kasus Iran, AS justru mengikuti langkah Israel, bukan sebaliknya.

Langkah Trump ini mencerminkan pendekatannya di periode kedua berani bertindak cepat dan besar tanpa perlu persetujuan luas.

Tanpa tekanan pemilu dan dengan dukungan Kongres yang didominasi Partai Republik, Trump menjalankan pemerintahan secara sepihak.

Sejak awal masa jabatan keduanya, Trump telah memecat ribuan pegawai pemerintah, menyetujui razia imigrasi yang memicu demonstrasi, membatasi arus perdagangan global dengan tarif, dan kini meluncurkan serangan terhadap negara Timur Tengah.

Resistensi Politik

Allison Stanger, ilmuwan politik dari Middlebury College, memperingatkan bahwa dampak politik dari tindakan Trump mungkin tidak langsung terasa.

"Risiko terbesar Trump bukanlah eskalasi mendadak, tapi akumulasi perlahan dari rasa frustrasi dan ketidakpuasan baik di dalam maupun luar negeri," ujarnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post