News Forex, Index & Komoditi ( Kamis, 28 November 2024 )
News Forex, Index & Komoditi
( Kamis, 28 November 2024 )
EUR/USD Menguat, Namun Pemulihan Masih Terbatas
EUR/USD mendapatkan tawaran pasar yang luas pada hari Rabu, mengambil langkah baru di level 1,0600 selama sesi pasar tengah pekan. Pemuluhan bullish Fiber sebagian besar disebabkan oleh para investor yang secara luas mengambil langkah keluar dari tekanan beli Greenback baru-baru ini, daripada kekuatan instrinsik dalam Euro itu sendiri.
Kumpulan data hari Rabu sepenuhnya sepihak, memberikan sebagian besar angka-angka ekonomi AS sebelum pasar AS menutup bursa untuk liburan Thanksgiving pada hari Kamis, yang akan diikuti oleh jam perdagangan yang diperpendek pada hari Jumat. Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang disetahunkan tumbuh 2,8% hingga kuartal ketiga, tidak mengejutkan siapa pun dan hampir tidak menggerakkan jarum pada denyut nadi para investor. Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi Inti (PCEPI) meningkat menjadi 2,8% untuk tahun yang berakhir di bulan Oktober, juga memenuhi ekspektasi. Meskipun kenaikan dalam metrik inflasi secara umum menjadi pertanda buruk bagi ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga di masa mendatang, pergerakan naik secara luas telah diprakirakan sebelumnya, dan bertahannya angka bulanan di 0,3% MoM membantu membingkai kenaikan dalam data sebagai sesuatu yang sudah berlalu.
Para pedagang akan menantikan data inflasi pan-EU Harmonized Index of Consumer Prices (HICP) awal pada hari Jumat, dengan harapan dan keputusasaan yang sama besarnya. Inflasi pan-Uni Eropa secara luas diprakirakan akan meningkat dalam waktu dekat, yang akan semakin melumpuhkan Bank Sentral Eropa (ECB) karena para pengambil kebijakan ECB berjuang untuk menemukan kata-kata yang dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Eropa yang timpang.
Jelang Pengumuman Inflasi PCE, Wallstreet Alami Penurunan
Bursa Wallstreet Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan pada awal perdagangan hari ini (27/11/2024). S&P 500 sedikit turun disaat para pedagang menunggu rilis indikator inflasi favorit bank sentral AS (The Fed) yakni Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, atau PCE.
Indeks pasar yang luas (S&P500) turun 0,1%, sementara Nasdaq Composite kehilangan 0,3%. Dow Jones Industrial Average naik 99 poin, atau 0,2%, yang membuat indeks blue-chip ini berada pada jalur untuk mencatatkan penutupan rekor lainnya.
Dilansir dari CNBC International, para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan kenaikan tahunan sebesar 2,8% untuk pembacaan inti, yang tidak termasuk makanan dan energi. Para investor akan menganalisis data tersebut untuk mencari petunjuk mengenai bagaimana langkah Federal Reserve selanjutnya terkait kebijakan suku bunga pada pertemuan Desember mendatang. Ini terjadi sehari setelah Federal Reserve merilis notulen dari pertemuan November mereka.
Kendati pejabat bank sentral mengatakan mereka memperkirakan akan ada pemotongan suku bunga lebih lanjut, mereka menyebutkan bahwa kecepatan pemotongan tersebut akan dilakukan secara "bertahap." "Saya rasa mereka akan memotong lagi [di Desember]," kata Stephen Stanley, Kepala Ekonom Pasar Modal AS Santander, kepada CNBC's "Power Lunch."
Data kunci lainnya yang dirilis pada hari Rabu mencakup pendapatan pribadi dan pengeluaran konsumen untuk bulan Oktober.
Ini adalah pekan perdagangan yang dipersingkat di AS, dengan pasar tutup untuk libur hari Thanksgiving pada Kamis dan dijadwalkan tutup lebih awal pada hari Jumat. Volume perdagangan diperkirakan akan tetap ringan.
Bursa Asia Dibuka Variatif Usai Pengumuman Data Penting AS & Korsel
Pasar Asia-Pasifik dibuka variatif pada Kamis (28/11/2024) setelah reli Wall Street terhenti semalam, meskipun data inflasi PCE AS sesuai dengan ekspektasi.
Dilansir dari CNBC International, Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS naik 2,3% secara tahunan, mempercepat dari 2,1% pada bulan September. Inflasi inti, yang mengecualikan harga makanan dan energi, naik 2,8% dalam 12 bulan hingga Oktober, meningkat dari 2,7% pada bulan sebelumnya.
Kedua angka tersebut sesuai dengan ekspektasi para ekonom yang disurvei oleh Reuters, menurut data LSEG.
Bank of Korea baru saja mengumumkan untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 3% sebagai langkah yang mengejutkan.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bank akan mempertahankan suku bunga pada 3,25%. Ini adalah pemotongan suku bunga kedua berturut-turut karena Bank Sentral Korea juga menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan terakhirnya di bulan Oktober.
Selanjutnya, Indeks saham blue-chip Korea Selatan, Kospi, turun tipis 0,16% sementara Kosdaq yang lebih kecil naik 0,63%.
Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,50% sementara Topix yang lebih luas datar.
Indeks S&P/ASX 200 Australia memulai hari dengan kenaikan 0,54%.
Kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong berada di 19.618, lebih tinggi dari penutupan terakhir HSI di 19.603,13.
The Fed: Volatilitas dan Ketidakpastian Jadi Alasan Melambatkan Pemotongan Suku Bunga
Para pejabat The Fed tampak terbagi dalam pertemuan awal November terkait seberapa jauh mereka perlu memotong suku bunga lebih lanjut.
Namun, secara kolektif, mereka sepakat untuk menghindari memberikan panduan yang terlalu konkret tentang evolusi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) ke depan.
Risalah rapat 6-7 November, yang dirilis Selasa (26/11), mencatat ketidakpastian terkait arah ekonomi dan sejauh mana tingkat suku bunga saat ini membatasi aktivitas ekonomi.
Hal ini menjadi pertimbangan utama dalam menentukan apakah diperlukan pemotongan lebih lanjut.
"Banyak peserta mengamati bahwa ketidakpastian mengenai tingkat suku bunga netral menyulitkan penilaian terhadap tingkat pembatasan kebijakan moneter," demikian menurut risalah tersebut.
Suku bunga netral adalah tingkat di mana aktivitas ekonomi tidak dirangsang maupun ditahan.
Para pejabat menekankan bahwa keputusan kebijakan moneter tidak mengikuti jalur yang telah ditetapkan sebelumnya dan akan bergantung pada evolusi ekonomi serta implikasinya terhadap prospek ekonomi.
Pemotongan Suku Bunga Bertahap
Pada pertemuan tersebut, The Fed memotong suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 4,50%-4,75%.
Langkah ini dilakukan setelah kemenangan kandidat Partai Republik, Donald Trump, dalam pemilihan presiden AS pada 5 November.
Meski hasil pemilu tidak disebutkan dalam risalah, beberapa pejabat mencatat tantangan kebijakan di tengah data ekonomi yang bergejolak akibat badai, pemogokan, dan ketegangan geopolitik.
Beberapa pejabat menyarankan untuk menghentikan sementara pelonggaran suku bunga jika inflasi tetap tinggi.
Sementara yang lain membuka kemungkinan percepatan pemotongan jika pasar tenaga kerja melemah atau aktivitas ekonomi melambat.
Setelah risalah dirilis, pasar keuangan memperbesar peluang pemotongan suku bunga pada pertemuan The Fed 17-18 Desember.
Namun mempertahankan ekspektasi perlambatan pemotongan pada tahun depan, dengan hanya satu pemotongan diperkirakan hingga pertengahan tahun.
Samuel Tombs, Kepala Ekonom AS di Pantheon Macroeconomics memperkirakan, The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember, tetapi memperlambat langkahnya tahun depan.
"Ketidakpastian besar mengenai skala, waktu, dan kemungkinan kebijakan ekonomi Presiden Trump menciptakan risiko signifikan bagi proyeksi kami," tulis Tombs.
Rapat November juga berlangsung setelah data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan, yang disebut Ketua The Fed Jerome Powell sebagai "luar biasa".
Data tersebut memunculkan kekhawatiran bahwa kebijakan moneter mungkin tidak membatasi ekonomi seefektif yang diperkirakan.
Sementara beberapa pejabat percaya ekonomi masih kuat dan mendukung pengurangan suku bunga yang lebih lambat untuk menghindari inflasi kembali melonjak, yang lain berpendapat bahwa perlambatan ekonomi dan melemahnya pasar tenaga kerja memerlukan pelonggaran lebih lanjut untuk mendorong belanja dan investasi.
Dengan ketidakpastian yang tinggi, The Fed menghadapi tugas berat untuk menyeimbangkan risiko inflasi dengan perlambatan ekonomi, sambil menghadapi dampak potensial dari kebijakan perdagangan agresif pemerintahan baru.
Tegang! 2 Pesawat Bom AS Dicegat 2 Jet Tempur Rusia di Laut Baltik
Dua pesawat pengebom B-52 Stratofortress milik Amerika Serikat dicegat oleh dua jet tempur SU-27 Rusia di dekat daerah kantong Kaliningrad di Laut Baltik milik Rusia pada hari Senin (25/11/2024).
Hal tersebut diungkapkan oleh seorang pejabat AS pada hari Selasa (26/11/2024).
Reuters memberitakan, pesawat pengebom AS tersebut berada di wilayah Laut Baltik untuk berlatih bersama dengan sekutu NATO mereka, Finlandia, yang berbagi perbatasan sepanjang 1.340 km (833 mil) dengan Rusia, di tengah meningkatnya ketegangan yang berasal dari dukungan Barat terhadap Ukraina untuk melawan invasi Rusia.
Intersepsi pesawat pembom AS oleh jet tempur Rusia pada hari Senin terjadi beberapa hari setelah Rusia menembakkan rudal balistik jarak menengah hipersonik ke Ukraina pada hari Kamis lalu sebagai tanggapan atas keputusan AS dan Inggris untuk mengizinkan Kyiv menyerang wilayah Rusia dengan senjata canggih Barat.
Menurut pejabat AS kepada Reuters, pesawat pembom AS tidak mengubah pola penerbangan yang telah direncanakan sebelumnya selama apa yang dianggap sebagai intersepsi yang aman dan profesional oleh Su-27 Rusia.
Pada hari Senin, B-52 AS juga terbang dengan F/A-18C Finlandia selama latihan AS-Finlandia di wilayah udara Finlandia.
Angkatan Udara Finlandia mengatakan dalam pernyataan melalui email kepada Reuters bahwa jet tempurnya dan pesawat pembom AS telah menerbangkan misi pelatihan di wilayah udara Finlandia pada hari Senin sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat kemampuan pertahanan Finlandia.
Pernyataan Angkatan Udara Finlandia tidak membahas pencegatan Rusia. Akan tetapi mengatakan latihan itu mencakup simulasi penerjunan rudal dari udara ke darat untuk menunjukkan kemampuan bekerja sama dalam misi penggunaan tembakan.
Dijelaskan pula bahwa kerja sama itu juga berkontribusi pada pertahanan dan pencegahan kolektif NATO di wilayah utara.
Dalam perubahan mendadak dari kebijakan lamanya untuk tidak menyelaraskan diri secara militer, Finlandia bergabung dengan NATO pada tahun 2023 sebagai tanggapan langsung terhadap invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Setelah melawan upaya invasi oleh Uni Soviet selama Perang Dunia Kedua, Finlandia telah menjadi salah satu pendukung Ukraina yang paling gigih di Eropa dalam upayanya untuk memukul mundur penjajah Rusia.
Pemimpin Tertinggi Iran Serukan Hukuman Mati bagi Pemimpin Israel
Pemimpin tertinggi Iran mengatakan pada hari Senin (25/11/2024) bahwa hukuman mati harus dijatuhkan bagi para pemimpin Israel, bukan pengiriman surat perintah penangkapan.
Melansir Reuters, Ayatollah Ali Khamenei mengomentari keputusan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang mengeluarkan surat perintah penangkapan pada hari Kamis bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mantan kepala pertahanannya dan seorang pemimpin Hamas, Ibrahim Al-Masri.
"Mereka mengeluarkan surat perintah penangkapan, itu tidak cukup... Hukuman mati harus dijatuhkan bagi para pemimpin kriminal ini," kata Khamenei, merujuk pada para pemimpin Israel.
Dalam keputusan mereka, hakim ICC mengatakan ada alasan yang masuk akal untuk meyakini Netanyahu dan Yoav Gallant bertanggung jawab secara pidana atas berbagai tindakan termasuk pembunuhan, penganiayaan, dan kelaparan sebagai senjata perang sebagai bagian dari "serangan yang meluas dan sistematis terhadap penduduk sipil Gaza".
Keputusan itu disambut dengan kemarahan di Israel, yang menyebutnya memalukan dan tidak masuk akal.
Penduduk Gaza menyatakan harapan bahwa keputusan itu akan membantu mengakhiri kekerasan dan membawa mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang ke pengadilan.
Israel telah menolak yurisdiksi pengadilan yang berpusat di Den Haag dan menyangkal kejahatan perang di Gaza.
Surat perintah untuk seorang pemimpin Hamas, Ibrahim Al-Masri, mencantumkan tuduhan pembunuhan massal selama serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memicu perang di daerah kantong Palestina yang telah lama diblokade itu, dan juga tuduhan pemerkosaan dan penyanderaan.
Israel mengatakan telah membunuh Masri, yang juga dikenal sebagai Mohammed Deif, dalam serangan udara pada bulan Juli. Akan tetapi Hamas tidak membenarkan atau membantahnya.
Foxconn Taiwan: Jejaring Manufaktur Global Jadi Perisai dari Tarif Trump
Foxconn, perusahaan manufaktur asal Taiwan, menyatakan pada Rabu bahwa dampak tarif baru yang direncanakan Presiden AS terpilih, Donald Trump, diperkirakan akan lebih kecil bagi mereka dibandingkan pesaingnya.
Hal ini dikarenakan jaringan manufaktur global yang dimiliki perusahaan tersebut.
Chairman Foxconn, Young Liu mengatakan kepada wartawan setelah forum di Taipei bahwa dampak utama dari tarif baru kemungkinan besar akan dirasakan oleh klien mereka.
Hal ini karena model bisnis Foxconn berpusat pada manufaktur kontrak.
"Klien mungkin akan memutuskan untuk mengalihkan lokasi produksi, tetapi jika melihat jejak global Foxconn, kami berada di depan. Akibatnya, dampaknya terhadap kami kemungkinan lebih kecil dibandingkan para pesaing," ujar Liu.
Trump, yang akan mulai menjabat pada Januari mendatang, mengumumkan pada Senin bahwa ia akan memberlakukan tarif 25% untuk semua produk dari Meksiko dan Kanada, serta tambahan 10% untuk barang-barang dari China di hari pertama masa jabatannya.
Foxconn, sebagai produsen elektronik kontrak terbesar di dunia, memiliki fasilitas manufaktur besar di China, termasuk pabrik perakitan iPhone yang terkenal.
Namun, perusahaan ini telah meningkatkan investasinya di negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Meksiko, dan Vietnam sebagai bagian dari upaya diversifikasi rantai pasokan.
Di Meksiko, Foxconn sedang membangun fasilitas besar untuk memproduksi superchip Nvidia GB200.
Liu menjelaskan bahwa Foxconn baru bisa membagikan lebih banyak detail mengenai rencana mereka di Amerika Serikat setelah 20 Januari, ketika Trump resmi menjabat dan kebijakan-kebijakan baru lebih jelas.
"Setelah itu, kami akan memiliki strategi yang sesuai," tambahnya.
"Apa yang terjadi saat ini adalah permainan antarnegara, belum antara perusahaan. Apakah tarif 25% atau tambahan 10%, hasilnya masih belum pasti karena negosiasi terus berlangsung. Kami terus beradaptasi dan menyempurnakan strategi global kami."
Selama masa kepresidenan Trump sebelumnya pada 2017-2021, Foxconn mengumumkan investasi senilai US$10 miliar di Wisconsin, meskipun sebagian besar proyek itu akhirnya ditinggalkan.
Pada Selasa lalu, Foxconn mengungkapkan bahwa salah satu anak perusahaannya telah menghabiskan US$33 juta untuk membeli lahan dan bangunan pabrik di Harris County, Texas.
Foxconn juga berencana melanjutkan investasi di Meksiko, kata Liu, seiring meningkatnya tren manufaktur regional.
Israel Serang Lebanon di Tengah Diskusi Gencatan Senjata, 25 Orang Tewas
Israel melancarkan serangan ke Lebanon di tengah diskusi terkait persetujuan gencatan senjata. Serangan Israel menewaskan 25 orang di Lebanon.
Dilansir CNN, Rabu (27/11/2024), serangan itu terjadi pada pada Selasa waktu setempat. Kematian itu terjadi pada hari yang sama ketika Israel menerima usulan untuk mengakhiri konflik dengan Hizbullah.
Menurut otoritas setempat sebanyak 10 orang tewas di Beirut tengah, 6 di kota selatan Shaqra, 2 di kota selatan Tyre, 6 di wilayah Baalbek-Hermel dan 1 di Hadath di wilayah Gunung Lebanon selatan Beirut.
Sementara itu, kantor berita resmi Lebanon (NNA) mengatakan sebuah gedung apartemen di Hamra, Beirut tengah, terkena serangan. Hamra, distrik komersial tersibuk di ibu kota, adalah rumah bagi dua universitas Amerika dan beberapa kantor nirlaba internasional. Sebelumnya, militer Israel telah mengeluarkan peringatan evakuasi untuk wilayah termasuk Hamra.
NNA juga mengatakan "sebuah pesawat nirawak musuh menyerang al-Qard al-Hassan di Zuqaq al-Blat," merujuk pada sebuah lembaga keuangan yang terkait dengan Hizbullah.
Militer Israel mengatakan telah melakukan "serangan berbasis intelijen terhadap sembilan target teror yang merupakan komponen dari manajemen dan sistem keuangan Hizbullah di wilayah Beirut, Sidon, Tyre, dan Beqaa, sebagai kelanjutan dari serangan sebelumnya."
Militer mengatakan target tersebut termasuk fasilitas penyimpanan, cabang Al-Qard Al-Hassan, dan kantor penukaran uang yang katanya digunakan untuk mendanai kegiatan militer Hizbullah.
Beberapa jam sebelum menyetujui gencatan senjata, Israel secara drastis meningkatkan serangannya di Beirut, menargetkan beberapa wilayah pusat kota-bukan hanya pinggiran selatan yang didominasi Hizbullah-untuk pertama kalinya dalam konflik tersebut.
Israel-Hizbullah Gencatan Senjata, Iran Bilang Gini
Otoritas Iran menanggapi kesepakatan gencatan senjata yang tercapai antara Israel dan kelompok Hizbullah, yang bermarkas di Lebanon. Teheran menyatakan pihaknya menyambut baik diakhirinya "agresi" Tel Aviv di Lebanon.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Rabu (27/11/2024), menyatakan negaranya "menyambut baik berita" berakhirnya "agresi Israel terhadap Lebanon".
Baghaei juga menegaskan "dukungan kuat Iran terhadap pemerintah, bangsa dan perlawanan Lebanon".
Iran selama ini menjadi pendukung finansial dan militer bagi Hizbullah, yang bermarkas di wilayah Lebanon.
Gencatan senjata, yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS) dan Prancis, berhasil disepakati oleh Israel dan Hizbullah. Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa gencatan senjata mulai diberlakukan pada Rabu (27/11) pagi, dengan pertempuran diharapkan berhenti sejak pukul 04.00 waktu setempat.
Menurut ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata tersebut, seperti diumumkan Biden, Israel sepakat untuk menarik pasukannya secara bertahap, dalam waktu 60 hari ke depan, dari wilayah Lebanon bagian selatan.
Penarikan pasukan Israel itu dilakukan saat tentara-tentara Lebanon, dari Angkatan Bersenjata resmi negara itu, mengambil alih wilayah di dekat perbatasan dengan Israel, demi memastikan Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya di sana.
Disebutkan juga oleh Biden bahwa "warga sipil dari kedua belah pihak akan segera dapat kembali dengan selamat ke komunitas mereka". Dia merujuk pada warga sipil Israel dan Lebanon yang terpaksa mengungsi dari area dekat perbatasan akibat pertempuran sengit antara pasukan Tel Aviv dan petempur Hizbullah.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya, mengatakan dirinya siap menegakkan perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon. Namun Netanyahu juga menegaskan Tel Aviv akan merespons dengan tegas setiap pelanggaran gencatan senjata oleh Hizbullah.
Netanyahu menyebut gencatan senjata itu akan memungkinkan Israel untuk fokus pada ancaman Iran, mengisi kembali pasokan senjata yang menipis dan memberikan waktu istirahat kepada tentaranya, serta untuk mengisolasi Hamas yang bertempur melawan Tel Aviv di Jalur Gaza.
"Dalam koordinasi penuh dengan Amerika Serikat, kita akan mempertahankan kebebasan aksi militer sepenuhnya. Jika Hizbullah melanggar perjanjian atau berupaya mempersenjatai kembali (para petempurnya), kita akan menyerang dengan tegas," cetusnya.
Sementara Hizbullah menegaskan akan tetap aktif di Lebanon setelah gencatan senjata disepakati dengan Israel, yang mengakhiri pertempuran kedua pihak. Aktif dalam hal ini merujuk pada aktivitas Hizbullah dalam membantu warga Lebanon, yang mengungsi, untuk kembali ke desa-desa mereka di dekat perbatasan.
Hizbullah juga bertekad akan membangun kembali area-area di Lebanon yang hancur akibat serangan-serangan militer Israel beberapa bulan terakhir.
Parah! Menteri Israel Serukan Kurangi Separuh Populasi Gaza
Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, yang kontroversial mencetuskan negaranya harus menduduki Jalur Gaza dan mengurangi separuh populasi daerah kantong Palestina tersebut dengan mendorong "emigrasi sukarela".
"Kita bisa dan harus menaklukkan Jalur Gaza, kita tidak perlu takut dengan kata tersebut," cetus Smotrich dalam pernyataan terbarunya, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (27/11/2024).
Pernyataan itu disampaikan Smotrich ketika menghadiri acara yang digelar oleh Dewan Yesha, kelompok payung yang mewakili para pemukim Israel di Tepi Barat.
"Tidak ada keraguan bahwa di Gaza -- dengan dorongan emigrasi sukarela -- menurut pendapat saya, ada peluang unik yang terbuka dengan pemerintahan baru," sebut Smotrich, merujuk pada pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden terpilih Donald Trump nantinya.
"Kita bisa menciptakan situasi di mana, dalam dua tahun, populasi Gaza akan berkurang separuhnya," ucapnya.
Smotrich, yang memimpin Partai Religius Zionisme yang beraliran ultranasionalis ini, gemar menuai kontroversi dengan komentar-komentarnya dalam beberapa bulan terakhir.
Pada Agustus lalu, dia memicu kemarahan internasional dengan menyatakan dibenarkan untuk membuat dua juta warga Gaza kelaparan, demi membebaskan sandera-sandera Israel yang ditahan di wilayah Palestina.
Smotrich dan sesama anggota kabinet Israel yang juga kontroversial, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, juga sempat memicu protes pada Januari lalu dengan rencana "pemindahan sukarela" untuk 2,4 juta jiwa penduduk Gaza.
Simak Video '3 Alasan Netanyahu Dorong Gencatan Senjata di Lebanon':
Otoritas AS pada saat itu menolak pernyataan tersebut, yang dikecam sebagai pernyataan yang "tidak bertanggung jawab".
Israel menduduki Jalur Gaza pada tahun 1967 silam dan mempertahankan pasukan serta permukiman Yahudi di sana hingga tahun 2005. Setelah menarik pasukannya, Tel Aviv memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza.
Sejak perang berkecamuk pada Oktober tahun lalu, Israel menerapkan pengepungan yang hampir total terhadap daerah kantong Palestina tersebut.
Kelompok militan Hamas merebut kekuasaan atas Jalur Gaza pada tahun 2007, setelah menggulingkan loyalis Otoritas Palestina.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak kembalinya para pemukim Yahudi ke Jalur Gaza, meskipun Smotrich dan beberapa anggota koalisi sayap kanan lainnya mendukung gagasan tersebut.
Hizbullah Akan Tetap Aktif Usai Gencatan Senjata
Kelompok Hizbullah menegaskan akan tetap aktif di Lebanon setelah gencatan senjata disepakati dengan Israel, yang mengakhiri pertempuran kedua pihak. Aktif dalam hal ini merujuk pada aktivitas Hizbullah dalam membantu warga Lebanon yang mengungsi, untuk kembali ke desa mereka di dekat perbatasan.
Hizbullah juga bertekad akan membangun kembali area-area di Lebanon yang hancur akibat serangan-serangan militer Israel beberapa bulan terakhir.
"Mulai sekarang, kami akan mengonfirmasi bahwa Perlawanan (Hizbullah) akan tetap ada, akan terus berlanjut, dan akan terus berjalan," tegas pejabat senior Hizbullah, Hassan Fadlallah, yang juga anggota parlemen Lebanon, dalam wawancara dengan Reuters, seperti dilansir pada Rabu (27/11/2024).
Wawancara itu dilakukan sebelum kesepakatan gencatan senjata diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Selasa (26/11) malam. Biden mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah diberlakukan mulai Rabu (27/11) pagi, dengan pertempuran berhenti sejak pukul 04.00 waktu setempat.
"Dan buktinya adalah ketika agresi Israel terhadap Lebanon berakhir, maka Perlawanan yang bertempur di medan perang akan bekerja membantu rakyatnya untuk kembali (ke rumah-rumah mereka) dan membangun kembali," cetus Fadlallah.
Disebutkan juga oleh Fadlallah bahwa lembaga kesehatan, sosial dan pembangunan Hizbullah telah bersiap "untuk hari berikutnya" dan akan berkoordinasi dengan negara Lebanon untuk menampung para pengungsi, membersihkan puing-puing dari area-area yang hancur, menguburkan para korban tewas dan membantu rekonstruksi.
Menurut ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata tersebut, seperti diumumkan Biden, Israel sepakat untuk menarik pasukannya secara bertahap, dalam waktu 60 hari ke depan, dari wilayah Lebanon bagian selatan.
Penarikan pasukan Israel itu dilakukan saat tentara-tentara Lebanon, dari Angkatan Bersenjata resmi negara itu, mengambil alih wilayah di dekat perbatasan dengan Israel, demi memastikan Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya di sana.
Disebutkan juga oleh Biden bahwa "warga sipil dari kedua belah pihak akan segera dapat kembali dengan selamat ke komunitas mereka". Dia merujuk pada warga sipil Israel dan Lebanon yang terpaksa mengungsi dari area dekat perbatasan akibat pertempuran sengit antara pasukan Tel Aviv dan petempur Hizbullah.
Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dirinya siap menegakkan perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon, yang baru saja disepakati. Namun Netanyahu juga menegaskan Tel Aviv akan merespons dengan tegas setiap pelanggaran gencatan senjata oleh Hizbullah.
"Kami akan menegakkan perjanjian (gencatan senjata) dan merespons dengan tegas setiap pelanggaran. Bersama, kita akan melanjutkannya hingga kemenangan," tegas Netanyahu dalam pernyataannya.
Netanyahu, dalam pernyataannya, menyebut gencatan senjata akan memungkinkan Israel untuk fokus pada ancaman Iran, mengisi kembali pasokan senjata yang menipis dan memberikan waktu istirahat kepada tentaranya, serta untuk mengisolasi Hamas yang bertempur melawan Tel Aviv di Jalur Gaza.
"Dalam koordinasi penuh dengan Amerika Serikat, kita akan mempertahankan kebebasan aksi militer sepenuhnya. Jika Hizbullah melanggar perjanjian atau berupaya mempersenjatai kembali (para petempurnya), kita akan menyerang dengan tegas," cetusnya.
Sejauh ini, Hizbullah belum memberikan tanggapan terbaru atas pernyataan Netanyahu tersebut.
Netanyahu Pastikan Gencatan Senjata di Lebanon
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dirinya siap memberlakukan dan menegakkan perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon, yang baru saja disepakati. Namun Netanyahu juga menegaskan Tel Aviv akan merespons dengan tegas setiap pelanggaran gencatan senjata oleh Hizbullah.
"Kami akan menegakkan perjanjian (gencatan senjata) dan merespons dengan tegas setiap pelanggaran. Bersama, kita akan melanjutkannya hingga kemenangan," tegas Netanyahu dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (27/11/2024).
Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS) dan Prancis, baru saja disepakati. Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa gencatan senjata mulai diberlakukan pada Rabu (27/11) waktu setempat, dengan pertempuran diharapkan berhenti sejak pukul 04.00 waktu setempat.
Pengumuman itu disampaikan Biden setelah kabinet keamanan pada pemerintahan Netanyahu menyetujui kesepakatan gencatan senjata itu dengan 10 suara mendukung dan hanya satu suara yang menolak.
Netanyahu, dalam pernyataannya, menyebut gencatan senjata akan memungkinkan Israel untuk fokus pada ancaman Iran, mengisi kembali pasokan senjata yang menipis dan memberikan waktu istirahat kepada tentaranya, serta untuk mengisolasi Hamas yang bertempur melawan Tel Aviv di Jalur Gaza.
"Dalam koordinasi penuh dengan Amerika Serikat, kita akan mempertahankan kebebasan aksi militer sepenuhnya. Jika Hizbullah melanggar perjanjian atau berypaya mempersenjatai kembali (para petempurnya), kita akan menyerang dengan tegas," cetusnya.
Netanyahu mengklaim Hizbullah, yang merupakan sekutu Hamas, kini jauh lebih lemah dibandingkan pada awal konflik.
"Kita telah membuat mereka mengalami kemunduran selama beberapa dekade, melenyapkan ... para pemimpin utama mereka, menghancurkan sebagian besar roket dan rudal mereka, menetralisir ribuan petempur, dan memusnahkan infrastruktur teror yang selama bertahun-tahun ada di dekat perbatasan kita," katanya.
Kesepakatan gencatan senjata ini mengakhiri pertempuran lintas perbatasan Israel-Lebanon yang berlangsung setahun terakhir, sejak perang berkecamuk antara Hamas dan Tel Aviv di Jalur Gaza. Ribuan orang dilaporkan tewas akibat pertempuran sengit tersebut.
Biden, dalam pengumumannya, juga mengatakan dirinya telah berbicara dengan Netanyahu dan Pelaksana Tugas (Plt) PM Lebanon Najib Mikati soal disepakatinya gencatan senjata tersebut.
"Ini dirancang untuk menjadi penghentian permusuhan secara permanen. Yang tersisa dari Hizbullah dan organisasi-organisasi teroris lainnya tidak akan dibiarkan mengancam keamanan Israel lagi," tegas Biden.
Baca juga:
Netanyahu Sebut Israel Akan Balas Jika Hizbullah Langgar Gencatan Senjata
Menurut ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata ini, seperti diumumkan Biden, Israel sepakat untuk menarik pasukannya secara bertahap, dalam waktu 60 hari ke depan, dari wilayah Lebanon bagian selatan.
Penarikan pasukan Israel itu dilakukan saat tentara-tentara Lebanon, dari Angkatan Bersenjata resmi negara itu, mengambil alih wilayah di dekat perbatasan dengan Israel, demi memastikan Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya di sana.
"Warga sipil dari kedua belah pihak akan segera dapat kembali dengan selamat ke komunitas mereka," ucap Biden dalam pengumumannya, merujuk pada warga sipil Israel dan Lebanon yang terpaksa mengungsi dari area dekat perbatasan akibat pertempuran sengit antara pasukan Tel Aviv dan petempur Hizbullah.