News Forex, Index & Komoditi ( Selasa, 19 September 2023 )
News Forex, Index & Komoditi
( Selasa, 19 September 2023 )
Wall Street Naik Tipis, Pasar Menanti Keputusan The Fed
Wall Street ditutup naik tipis pada hari Senin karena pelaku pasar menantikan keputusan Federal Reserve AS untuk mempertahankan suku bunga utama tidak berubah pada hari Rabu.
Senin (18/9), Dow Jones Industrial Average naik 6,06 poin atau 0,02% menjadi 34.624,3. Indeks S&P 500 naik 3,21 poin atau 0,07% menjadi 4.453,53. Nasdaq Composite bertambah 1,90 poin atau 0,01% menjadi 13.710,24.
Ketiga indeks saham utama AS mengakhiri sesi berombak dengan kenaikan tipis. Investor, dengan sedikit katalis, menunjukkan sedikit keyakinan menjelang pertemuan kebijakan moneter dua hari The Fed.
“(Ketua Fed Jerome) Powell dapat memicu pergerakan besar ke arah mana pun dengan komentarnya dan Anda tentu tidak ingin terjebak di pihak yang salah,” kata Peter Tuz, presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia kepada Reuters.
Bank sentral telah berjanji untuk tetap tangkas sehubungan dengan data ekonomi yang menunjukkan tanda-tanda bahwa inflasi inti masih terus menurun menuju target tahunan The Fed sebesar 2%. Data pun menunjukkan perekonomian AS tetap pada pijakan yang kuat.
Dengan latar belakang ini, meningkatnya kekhawatiran bahwa kebuntuan di Capitol Hill dapat mengakibatkan potensi penutupan pemerintahan membuat para pelaku pasar merasa gelisah.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen kemarin mengatakan bahwa meskipun dia tidak melihat adanya risiko terhadap pusat perekonomian, dia memperingatkan bahwa penutupan pemerintah akan menciptakan situasi yang dapat menyebabkan hilangnya momentum. Ini adalah sesuatu yang menimbulkan risiko.
Acara utama minggu ini adalah pertemuan kebijakan The Fed, yang diperkirakan akan berakhir dengan jeda kenaikan suku bunga. Fed Funds Rate diprediksi tidak berubah untuk kedua kalinya sejak Maret 2022, ketika bank sentral melancarkan serangan pembukaannya dalam upayanya melawan inflasi.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) juga akan merilis Ringkasan Proyeksi Ekonomi triwulanan, yang akan mencakup "dot plot", atau gambaran sekilas ekspektasi anggota yang berpartisipasi mengenai jalur suku bunga di masa depan.
Pasar keuangan saat ini memiliki kepastian 99% bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga utama pada 5,25%-5,00% pada hari Rabu. Selain itu, pergerakannya kurang pasti, dengan kemungkinan 69% bahwa FOMC akan bertahan pada bulan November, menurut FedWatch CME.
“Pasar ingin melihat dot plot lebih rendah dibandingkan sebelumnya,” kata Sam Stovall, kepala strategi investasi CFRA Research di New York. Dia menambhahkan, kebanyakan orang akan mengatakan akan lebih baik jika ringkasan proyeksi ekonomi menunjukkan pelemahan ekonomi tahun depan.
Di sisi lain, kemungkinan pelemahan ekonomi dapat bermutasi menjadi resesi masih menjadi kekhawatiran utama.
“Investor mempertanyakan kemungkinan perlambatan versus hard landing, bertanya-tanya apakah keadaan bisa menjadi lebih buruk dari perkiraan para peramal saat ini,” tambah Stovall.
Saham-saham energi, yang didukung oleh kenaikan harga minyak mentah, memperoleh keuntungan terbesar dari 11 sektor utama S&P 500. Sementara saham-saham konsumen mengalami persentase penurunan terbesar, dengan Tesla Inc yang mengalami penurunan terbesar.
Harga saham VF Corp merosot 4,6% menyusul penurunan peringkat saham perusahaan pakaian jadi oleh Piper Sandler menjadi netral dari overweight.
Harga saham produsen chip Inggris Arm Holdings turun 4,5% setelah Bernstein memulai coverage dengan peringkat berkinerja buruk hanya beberapa hari setelah debutnya yang luar biasa.
Harga saham Paypal Holdings merosot 2,0% setelah MoffettNathanson memangkas peringkatnya menjadi market perform dari outperform.
Erdogan minta Musk bangun pabrik Tesla di Turki
Presiden Turki Tayyip Erdogan meminta CEO Tesla Elon Musk untuk membangun pabrik Tesla di Turki, kata direktorat komunikasi negara itu pada Senin.
Laporan tersebut mengutip Musk yang mengatakan bahwa banyak pemasok Turki sudah bekerja sama dengan Tesla dan bahwa Turki adalah salah satu kandidat paling penting untuk pabrik berikutnya.
Tesla belum menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Erdogan dan Musk berbicara dalam pertemuan di Rumah Turki, gedung pencakar langit dekat PBB di New York, menurut kantor berita milik negara Turki Anadolu.
Erdogan berada di AS untuk menghadiri sesi ke-78 Majelis Umum PBB.
Erdogan juga mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa Turki terbuka untuk kerja sama dalam bidang kecerdasan buatan dan Starlink, perusahaan internet satelit SpaceX milik Musk, kata direktorat komunikasi.
Laporan tersebut mengutip Musk yang mengatakan SpaceX ingin bekerja sama dengan otoritas Turki untuk mendapatkan lisensi yang diperlukan untuk menawarkan layanan satelit Starlink di Turki.
Disebut juga bahwa Erdogan mengundang Musk untuk menghadiri festival kedirgantaraan dan teknologi Turki Teknofest di Izmir pada akhir September dan mengutip pernyataan dari Musk bahwa dia akan dengan senang hati akan menghadirinya.
Musk juga akan bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di California pada Senin. Musk mengunggah di platform media sosial X bahwa pembicaraan mereka akan fokus pada teknologi kecerdasan buatan.
Tesla pada Agustus menyatakan minatnya untuk membangun pabrik di India yang akan memproduksi kendaraan listrik berbiaya rendah.
Tesla saat ini memiliki enam pabrik dan sedang membangun pabrik ketujuh di Meksiko, di negara bagian Nuevo Leon utara, sebagai bagian dari upaya Tesla untuk memperluas jejak globalnya.
Musk mengatakan pada Mei bahwa Tesla mungkin akan memilih lokasi pabrik baru pada akhir tahun ini.
Saham Tesla naik 123 persen sepanjang tahun ini dan pembuat mobil itu pada Sabtu mengatakan telah memproduksi mobilnya yang ke-5 juta.
Selain menjalankan Tesla, Musk juga membeli X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, seharga 44 miliar dolar AS (sekitar Rp676,12 triliun) pada 2022.
Meskipun menggambarkan dirinya sebagai penganut kebebasan berpendapat absolut, Musk telah memenuhi beberapa tuntutan pemerintah Turki untuk menyensor konten di negara tersebut. Dalam kasus lain, perusahaan media sosial tersebut menolak perintah pengadilan Turki.
UNESCO tetapkan kota tua Jericho sebagai Situs Warisan Dunia
Lembaga budaya Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) UNESCO telah memilih kota tua Jericho di wilayah Tepi Barat yang diduduki sebagai Situs Warisan Dunia di Palestina, menurut pejabat Palestina pada Minggu.
"Palestina berhasil memasukkan kota tua Jericho/Tel es-Sultan pada Situs Warisan Dunia UNESCO," sebut Menteri Pariwisata dan Benda Antik Rula Maayaah dalam sebuah pernyataan.
Jericho terpilih masuk dalam daftar pada sidang ke-45 Komite Warisan Dunia UNESCO di ibukota Arab Saudi, Riyadh.
Maayah mengatakan saat ini ada lima situs Palestina yang terdaftar dalam Situs Warisan Dunia.
Situs-situs yang sudah masuk dalam daftar UNESCO diantaranya Kota tua Yerusalem dan Dindingnya, Gereja Kelahiran dan jalur ziarah di Bethlehem, taman budaya di selatan Yerusalem dan Battir, dan Kota Tua Hebron.
Salah satu kota tertua dunia, kota tua Jericho/Tell es-Sultan sudah ada sejak 10.000 SM.
Berlokasi di 1,5 kilometer utara kota Jericho modern dan 10 kilometer barat laut Laut Mati, kota itu berada 250 meter di bawah permukaan laut di sepanjang Jordan Rift Valley, yang menjadikannya kota kuno terendah di dunia.
Jericho kuno menampilkan warisan budaya yang abadi dan beragam, mulai dari milenium ke-10 SM hingga abad ke-7 era Bizantium, dan masa sebelumnya.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan terpilihnya Jericho kuno ke dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO "merupakan bukti keaslian dan sejarah bangsa Palestina."
"Palestina berkomitmen melestarikan situs unik ini untuk kepentingan umat manusia," ujar Abbas.
Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, diduduki Israel selama perang Timur Tengah pada 1967.
Israel keluar dari UNESCO pada 2019, menuduh lembaga kebudayaan PBB tersebut menjadi bias dengan negara itu. Namun Israel, tetap menjadi pihak dalam Komite Warisan Dunia.
Pemukim Israel paksa masuk Al-Aqsa rayakan Tahun Baru Yahudi
Ratusan pemukim Israel pada Minggu (17/9) memaksa masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki untuk merayakan Tahun Baru Yahudi.
Pemukim Israel merayakan liburan Rosh Hashanah (Tahun Baru) pada 15-17 September tahun ini. Mereka juga akan memperingati hari raya Sukkot pada akhir September dan hari raya Simhat Torah pada 6 Oktober.
Dalam pernyataan singkat, Departemen Wakaf Islam yang dikelola Yordania mengatakan 303 pemukim menyerbu masuk kompleks masjid di bawah perlindungan polisi Israel pada Minggu pagi.
Mereka mengatakan pasukan Israel mengosongkan komplek Al-Aqsa dari jemaah Palestina sebelum mengizinkan para pemukim masuk.
Menurut pernyataan itu, warga Palestina yang berusia di bawah 50 tahun dilarang memasuki komplek.
Sejumlah warga Palestina ditangkap oleh pasukan Israel dari dalam kompleks, menurut warga setempat.
Menteri Luar Negeri Palestina mengutuk serangan dan provokasi oleh pemukim Israel di komplek Al-Aqsa.
Dalam sebuah pernyataan, kemenlu Palestina menuduh pemerintah Israel “menggunakan hari raya dan festival keagamaan Yahudi untuk tujuan kolonial dan pendudukan.”
Kelompok Hamas Palestina, yang menguasai Jalur Gaza, mengutuk serangan oleh pemukim Israel ke dalam komplek Al-Aqsa sebagai "kelanjutan serangan Israel" di tempat tersebut.
"Bangsa Palestina bersatu dalam membela Al-Aqsa dan dalam menghadapi serangan Israel," kata juru bicara Hamas Mohammad Hamada dalam sebuah pernyataan.
Hamada menuduh pemerintah Israel berupaya menjadikan konflik Palestina-Israel menjadi "perang agama". Tidak ada pernyataan dari otoritas Israel mengenai laporan tersebut.
Bagi umat Islam, Al-Aqsa mewakili situs paling suci ketiga di dunia. Orang-orang Yahudi menyebut daerah itu sebagai Bukit Bait Suci, serta menyebut tempat itu sebagai situs dua kuil Yahudi kuno.
Israel menduduki Yerusalem Timur, yang menjadi lokasi komplek Al-Aqsa, selama Perang Arab-Israel pada 1967.
Israel kemudian menguasai keseluruhan kota pada 1980, sebuah tindakan yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Arsip Vatikan Tunjukkan Paus Pius XII Tahu Rencana Holocaust
Paus Pius XII pada masa perang mengetahui rincian tentang upaya Nazi untuk memusnahkan orang-orang Yahudi dalam Holocaust sejak 1942. Fakta ini terungkap dari sebuah surat yang ditemukan di arsip Vatikan.
Informasi terbaru ini bertentangan dengan posisi resmi Takhta Roma pada saat itu. Ketika itu menyatakan bahwa informasi yang dimilikinya tidak jelas dan tidak dapat diverifikasi.
Surat berwarna kuning yang diketik itu direproduksi di Corriere della Sera Italia pada Ahad (17/9/2023). Temuan ini menjadi sangat penting karena ditemukan oleh arsiparis internal Vatikan dan dipublikasikan atas dorongan para pejabat Takhta Roma.
Surat bertanggal 14 Desember 1942 ini ditulis oleh Pastor Lother Koenig, seorang Jesuit yang tergabung dalam perlawanan anti-Nazi di Jerman. Surat ini ditujukan kepada sekretaris pribadi Paus di Vatikan Pastor Robert Leiber yang juga seorang Jerman.
Pengarsip Vatikan Giovanni Coco mengatakan kepada Corriere, bahwa pentingnya surat itu karena kasus yang sangat besar dan unik. Isi surat tersebut menunjukkan bahwa Vatikan mempunyai informasi bahwa kamp kerja paksa sebenarnya adalah pabrik kematian.
Dalam surat tersebut, Koenig mengatakan kepada Leiber, bahwa sumber-sumber telah mengkonfirmasi bahwa sekitar 6.000 orang Polandia dan Yahudi setiap hari dibunuh di "tungku SS" di kamp Belzec dekat Rava-Ruska. Saat itu fasilitas tersebut merupakan bagian dari Polandia yang diduduki Jerman dan sekarang berada di wilayah Ukraina bagian barat.
“Kebaruan dan pentingnya dokumen ini berasal dari sebuah fakta: sekarang kami memiliki kepastian bahwa Gereja Katolik di Jerman mengirimkan berita yang tepat dan rinci kepada Pius XII tentang kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang Yahudi,” kata Coco kepada surat kabar tersebut yang artikelnya diberi judul "Pius XII Knew".
Ketika ditanya oleh pewawancara Corriere apakah surat itu menunjukkan bahwa Pius mengetahuinya, Coco berkata: "Ya, dan tidak hanya itu."
Surat tersebut merujuk pada dua kamp Nazi lainnya Auschwitz dan Dachau. Isi surat itu menyatakan, bahwa ada pesan lain antara Koenig dan Leiber yang hilang atau belum ditemukan.
Para pendukung Pius mengatakan, dia bekerja di belakang layar untuk membantu orang-orang Yahudi dan tidak bersuara untuk mencegah memburuknya situasi umat Katolik di Eropa yang diduduki Nazi. Para pengkritiknya mengatakan, dia tidak punya keberanian untuk mengungkapkan informasi yang diperoleh meskipun ada permintaan dari kekuatan sekutu yang memerangi Jerman.
Surat itu merupakan salah satu dokumen yang menurut Coco disimpan sembarangan di Sekretariat Negara Vatikan. Baru-baru ini benda itu diserahkan ke arsip pusat tempat dia bekerja.
Direktur Program Akademik Internasional di Museum Peringatan Holocaust AS di Washington DC Suzanne Brown-Fleming mengatakan, rilis tersebut menunjukkan bahwa Vatikan menanggapi dengan serius pernyataan Paus Fransiskus bahwa Gereja tidak takut pada sejarah. Pernyataan ini muncul ketika dia memerintahkan arsip masa perang dibuka pada 2019.
“Ada keinginan dan dukungan terhadap penilaian yang cermat terhadap dokumen-dokumen tersebut dari sudut pandang ilmiah apakah dokumen tersebut menguntungkan atau tidak,” kata Brown-Fleming.
Menlu China Wang Yi Kunjungi Rusia Jelang Kemungkinan Pertemuan Xi dan Putin
Diplomat senior China, Wang Yi, Senin ini memulai kunjungan selama empat hari ke Rusia. Kedua negara diharapkan akan memperkuat kepercayaan politik di antara mereka, menjelang dugaan kunjungan Presiden Vladimir Putin ke Beijing pada Oktober mendatang. Wang, yang memimpin Kementerian Luar Negeri China dan juga kantor urusan luar negeri Partai Komunis, dijadwalkan untuk bertemu dengan Sekretaris Dewan Keamanan, Nikolai Patrushev, untuk pembicaraan keamanan tahunan, demikian menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China. Pembicaraan Wang dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, akan membahas sejumlah isu, termasuk pertemuan di tingkat yang lebih tinggi, sebagaimana diungkapkan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia beberapa waktu lalu. Baca Juga: Diam-Diam, Penasihat Keamanan Nasional Biden Bertemu dengan Menlu China Dalam kunjungan ini, Wang diperkirakan akan meletakkan fondasi untuk kunjungan Putin ke Beijing guna menghadiri Forum Belt and Road yang ketiga, menyusul undangan dari Presiden Xi Jinping selama kunjungannya ke Moskow pada bulan Maret. Meskipun Putin telah menghadiri dua Forum Belt and Road di Tiongkok pada 2017 dan 2019, ia belum melakukan perjalanan ke luar negeri sejak Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan atas tuduhan mendeportasi ratusan anak dari Ukraina secara ilegal. Pada 1 September, Putin menyatakan harapannya untuk bertemu dengan Xi, meskipun belum secara pasti mengonfirmasi rencana kunjungannya ke China. Surat perintah dari ICC, yang diterbitkan beberapa hari sebelum kunjungan Xi ke Rusia, mengharuskan 123 negara anggota untuk menangkap Putin jika ia memasuki wilayah mereka. Namun, Tiongkok tidak termasuk dalam Statuta Roma yang menjadi landasan ICC sejak 2002. Baca Juga: Misterius, Menteri Pertahanan China Sudah Menghilang 2 Minggu Dalam kunjungannya, Wang diharapkan akan mendiskusikan sejumlah isu termasuk mengenai Ukraina, demikian dikatakan oleh juru bicara kementerian, Maria Zakharova, beberapa waktu lalu. Kunjungan terakhir Wang ke Rusia adalah pada bulan Februari, bertepatan dengan peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina. Hal ini memicu kekhawatiran Amerika Serikat, yang pada saat itu menilai bahwa kedua negara memiliki pandangan serupa bahwa "perbatasan dapat diubah dengan kekerasan". Sebelum kunjungannya pekan ini, Wang mengunjungi Malta untuk bertemu dan membahas isu-isu "konstruktif" dengan penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan. Baca Juga: Redakan Ketegangan di Laut China Selatan, China Minta Filipina Bekerjasama Pertemuan ini merupakan salah satu dari serangkaian pertemuan antara pejabat AS dan China yang mungkin akan menjadi landasan bagi pertemuan antara Xi dan Presiden AS, Joe Biden, di tahun ini.
Taiwan Desak China Hentikan Aktivitas Militer yang Destruktif
Kementerian Pertahanan Taiwan pada hari Senin mendesak China untuk menghentikan "tindakan sepihak dan merusak" menyusul laporan tentang peningkatan signifikan aktivitas militer China di sekitar pulau tersebut. Mereka memperingatkan bahwa aksi seperti ini dapat meningkatkan ketegangan dengan cepat. Tiongkok, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya meskipun dikelola secara demokratis, dalam beberapa tahun terakhir rutin melakukan latihan militer di sekitar pulau untuk menegaskan klaim kedaulatannya dan menekan Taipei. Baca Juga: Perkuat Hubungan Militer, China & Thailand Menggelar Latihan Angkatan Laut Gabungan Kementerian itu menyatakan bahwa sejak hari Minggu, mereka telah mendeteksi 103 pesawat militer Tiongkok di langit, suatu angka yang disebut sebagai "tertinggi dalam waktu dekat". Data aktivitas Tiongkok dalam 24 jam terakhir menunjukkan jet tempur melintasi garis tengah Selat Taiwan, yang selama ini berfungsi sebagai batas tidak resmi antara kedua pihak, hingga Tiongkok mulai melintasinya secara rutin sejak setahun yang lalu. Pesawat lainnya terbang ke arah selatan Taiwan melalui Selat Bashi, yang memisahkan pulau tersebut dari Filipina. Kegiatan Tiongkok beberapa hari terakhir ini telah menimbulkan "tantangan serius" bagi keamanan di selat dan kawasan tersebut, menurut pernyataan kementerian. "Keamanan dan stabilitas di Selat Taiwan merupakan tanggung jawab bersama semua pihak di kawasan ini," ungkap kementerian. Baca Juga: Wapres Taiwan Lakukan Perjalanan Sensitif ke AS, China Siap Gelar Latihan Militer "Pelecehan militer yang berkelanjutan oleh militer Tiongkok dapat dengan cepat meningkatkan ketegangan dan merusak keamanan regional," kata kementerian itu. "Kami mendesak otoritas Beijing untuk bertanggung jawab dan segera menghentikan tindakan merusak sepihak tersebut." Kementerian Pertahanan Tiongkok belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar. Kementerian Pertahanan Taiwan sebelumnya telah mencatat bahwa periode Juli hingga September biasanya merupakan waktu yang sibuk bagi latihan militer Tiongkok di sepanjang pantainya. Baca Juga: 7 Pesawat Tempur China Melewati Garis Tengah, Ini Peringatan Taiwan Tiongkok telah meningkatkan kekuatan udaranya untuk menghadapi Taiwan, dengan mengerahkan pesawat tempur dan drone baru di pangkalan udara yang telah diperluas, sebagaimana dilaporkan oleh Kementerian Pertahanan Taiwan dalam laporan dua tahunannya bulan ini.
Joe Biden Berencana Promosikan Lagi Gagasannya untuk Menambah Anggota Tetap DK PBB
Presiden AS, Joe Biden, akan menyampaikan kembali gagasannya untuk mereformasi Dewan Keamanan PBB dalam di Majelis Umum PBB. BIden berencana mengusulkan penambahan anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Rencana ini disampaikan oleh Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, dalam wawancaranya dengan The Daily Telegraph hari Minggu (17/9). Kirby mengatakan bahwa Biden yakin ini adalah waktu yang tepat untuk mengamati lagi struktur Dewan keamanan. "Kami sudah yakin bahwa inilah saatnya untuk melihat struktur Dewan Keamanan. Kami percaya bahwa hal ini harus lebih inklusif dan komprehensif," kata Kirby, dikutip TASS. Baca Juga: PBB Ingatkan Risiko Pengerukan Pasir Laut Terhadap Ekosistem Kirby menambahkan, akan menyampaikan gagasan tersebut dalam Majelis Umum PBB minggu ini. Perwakilan Pemerintahan AS di PBB telah berulang kali menyatakan dukungannya terhadap reformasi Dewan Keamanan PBB. Pada Majelis Umum PBB tahun lalu, Biden juga telah menyampaikan gagasannya tentang penambahan anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Salah satu gagasan yang disampaikan adalah masuknya perwakilan dari benua Afrika dan Amerika Latin. Biden juga sempat menyarankan agar India, Jerman, dan Jepang juga mendapatkan status anggota tetap. Baca Juga: Biden: Ekonomi China Sedang Sulit, Potensi Invasi ke Taiwan Mengecil Tidak hanya Biden, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, juga cukup sepakat dengan gagasan tersebut. Lavrov menganggap India dan Brasil sebagai kandidat yang layak untuk menjadi anggota tetap. Perwakilan dari Afrika juga layak dihadirkan. Saat ini terdapat lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu Rusia, Amerika Serikat, China, Prancis, dan Inggris. Masing-masing memiliki hak veto. Di luar anggota tetap, Dewan Keamanan PBB juga memiliki 10 anggota tidak tetap yang berganti setiap dua tahun sekali. Sepuluh kursi disediakan untuk mewakili berbagai regional yang ada, lima untuk Afrika dan Asia, satu untuk Eropa Timur, dua untuk Amerika Latin dan Karibia, dan dua untuk wilayah Eropa lainnya.
WHO Tekan China Berikan Akses Penuh untuk Memecahkan Isu Asal Usul COVID
Pimpinan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Beijing untuk memberikan lebih banyak informasi tentang asal muasal COVID-19. Bahkan WHO siap mengirim tim kedua untuk menyelidiki masalah ini. Demikian yang dilaporkan Financial Times pada hari Minggu (17/9/2023). “Kami menekan China untuk memberikan akses penuh, dan kami meminta negara-negara untuk menyampaikan hal ini dalam pertemuan bilateral mereka – untuk mendesak Beijing agar bekerja sama,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada surat kabar tersebut. Melansir Reuters, komentar pimpinan WHO ini muncul ketika otoritas kesehatan dan perusahaan farmasi di seluruh dunia berlomba memperbarui vaksin untuk memerangi varian virus corona baru yang muncul. Ghebreyesus telah lama menekan China untuk membagikan informasinya tentang asal muasal COVID-19, dengan mengatakan bahwa hingga hal itu terjadi, semua hipotesis masih belum terjawab. Virus ini pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan di Tiongkok pada bulan Desember 2019, dan banyak yang menduga virus ini menyebar di pasar hewan hidup sebelum menyebar ke seluruh dunia dan membunuh hampir 7 juta orang. Baca Juga: Pencabutan Tiba-Tiba Kebijakan Nol-COVID Sebabkan Hampir 2 Juta Kematian di China Mengutip Financial Times, para pemimpin dunia untuk pertama kalinya akan membahas kesiapsiagaan menghadapi pandemi pada pertemuan tingkat tinggi di Majelis Umum PBB di New York minggu depan. Tedros mengatakan kepada Financial Times bahwa dia melakukan perjalanan ke Beijing untuk meyakinkan Presiden China Xi Jinping pada Januari 2020 agar mengizinkan misi COVID-19 pertama yang dilakukan oleh para ahli WHO, yang dipimpin oleh Bruce Aylward dari badan kesehatan tersebut, ke negara tersebut. Dua teori yang paling menonjol adalah adanya perpindahan zoonosis dari hewan ke manusia melalui pasar makanan basah di Wuhan atau penularan yang berasal dari kebocoran yang tidak disengaja dari laboratorium virologi kota tersebut. Namun tidak ada konsensus ilmiah yang muncul dari perdebatan tersebut, dan Tedros menegaskan kembali bahwa semua opsi tetap “ada di meja”. “Kecuali kita mendapatkan bukti yang tidak diragukan lagi, kita tidak bisa hanya mengatakan ini atau itu,” katanya. Baca Juga: WHO Pantau Virus Corona Tipe EG.5 yang beredar di Amerika Serikat dan China Namun dia yakin pihaknya akan mendapatkan jawabannya. "Ini masalah waktu,” imbuhnya. Pada pertemuannya dengan Xi, Tedros berkata: “Saya pergi dan bertemu dengan presiden. Pejabat di bawahnya tidak bersedia mengizinkan kami mengirimkan tim. Jadi saya harus melakukan perjalanan untuk meyakinkan dia mengapa hal itu sangat penting.” Sehari setelah Tedros kembali ke Jenewa, katanya, WHO menyatakan Covid-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, sebuah sebutan tertinggi yang mungkin dilakukan. Mereka baru mencabut status tersebut pada bulan Mei tahun ini. WHO dituduh terlalu lunak terhadap respons awal China yang lambat, yang menurut para kritikus memungkinkan tingkat penularan global melonjak melampaui batas negaranya. Namun Tedros menolak hal tersebut, dengan mengatakan bahwa organisasi tersebut berkolaborasi dengan China dalam mengambil langkah-langkah untuk membatasi virus tersebut, kemudian secara terbuka mengkritik Beijing karena tidak mengizinkan badan kesehatan tersebut untuk secara efektif menyelidiki asal-usul Covid-19, katanya. Baca Juga: Masuk Masa Endemi, Berikut 3 Catatan dari IDI WHO kembali ke Tiongkok untuk menjalankan misi asal usul pertamanya pada awal tahun 2021, namun mengembalikan laporan yang tidak meyakinkan dan banyak dikritik, dengan menyebutkan kurangnya kerja sama Beijing sebagai salah satu faktornya. “Mengenai studi asal usul, karena mereka tidak memberi kami akses penuh, kami memulai diskusi secara pribadi dan kemudian ketika mereka menolak bekerja sama, kami mengumumkannya kepada publik,” kata Tedros.
Diam-Diam, Penasihat Keamanan Nasional Biden Bertemu dengan Menlu China
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan diam-diam bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Malta selama berjam-jam pada akhir pekan kemarin. Dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia berupaya menstabilkan hubungan yang kini tengah bermasalah. Melansir Reuters, menurut pernyataan terpisah dari Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri China yang diterbitkan pada hari Minggu (17/9/2023), kedua belah pihak mengadakan pembicaraan yang terus terang, substantif dan konstruktif dalam beberapa pertemuan yang diadakan pada 16-17 September. Ada juga tanda-tanda awal yang terbatas bahwa komunikasi militer yang terputus antara kedua belah pihak mungkin mulai pulih, kata seorang pejabat senior pemerintahan Biden. Para pejabat China tidak mengomentari prospek komunikasi militer-ke-militer. Pertemuan Sullivan dengan Wang adalah yang terbaru dari serangkaian diskusi tingkat tinggi antara pejabat AS dan China yang dapat menjadi landasan bagi pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada akhir tahun ini. Hal ini terjadi di tengah serangkaian pergolakan di pemerintahan China, termasuk menghilangnya Menteri Pertahanan Li Shangfu, dan goyahnya perekonomian negara tersebut yang menyebabkan kekhawatiran di kalangan modal asing. Baca Juga: Misterius, Menteri Pertahanan China Sudah Menghilang 2 Minggu Menurut seorang pejabat senior pemerintahan Biden kepada wartawan, pembicaraan di Malta berlangsung sekitar 12 jam selama dua hari. Sullivan terakhir kali bertemu Wang di Wina pada bulan Mei. Kementerian Luar Negeri China mengatakan kedua belah pihak sepakat untuk mempertahankan pertukaran tingkat tinggi dan mengadakan konsultasi bilateral mengenai urusan Asia-Pasifik, urusan maritim, dan kebijakan luar negeri. Amerika Serikat mengatakan kepada China bahwa mereka siap untuk bekerja sama dalam bidang pemberantasan narkotika, kecerdasan buatan, dan perubahan iklim bahkan ketika Amerika Serikat menyatakan keprihatinan atas dukungan China yang tidak disebutkan secara spesifik kepada Rusia. Beijing baru-baru ini mengirimkan jet tempur melintasi garis tengah sensitif Selat Taiwan. Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri China, Wang memperingatkan Amerika Serikat bahwa masalah Taiwan adalah garis merah pertama yang tidak dapat diatasi dalam hubungan China-AS. China mengklaim pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai wilayahnya sendiri. Baca Juga: Bank Sentral China Minta Bank Besar Tahan Level Valuta Asing di Pasar Pejabat AS mengatakan ada beberapa indikasi kecil atau terbatas bahwa Beijing siap membuka kembali beberapa komunikasi lintas-militer yang digunakan untuk meredakan konflik antara kedua negara setelah hubungan kedua negara terputus menyusul kunjungan mantan pejabat AS yakni Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi ke Taiwan yang membuat marah China pada Agustus 2022. Dalam pernyataannya, Gedung Putih dengan tegas menyarankan agar diadakan lebih banyak pertemuan antara AS dan China. Gedung Putih menambahkan bahwa kedua belah pihak berkomitmen untuk mempertahankan saluran komunikasi strategis ini dan terus mengupayakan keterlibatan dan konsultasi tingkat tinggi tambahan di bidang-bidang utama dalam beberapa bulan mendatang. Biden pada bulan ini menyatakan kekecewaannya karena Xi melewatkan pertemuan puncak para pemimpin G20 di India. Namun Biden tetap mengatakan dia akan bertemu dengan Xi. Peluang berikutnya bagi Biden untuk mengadakan pembicaraan dengan Xi adalah pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di San Francisco pada bulan November 2023. Baca Juga: Menteri Angkatan Udara AS: China Bersiap Perang dengan AS Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Menteri Keuangan Janet Yellen, dan utusan iklim Biden John Kerry telah melakukan perjalanan ke China pada tahun ini untuk mencairkan hubungan dan memastikan kelanjutan komunikasi antara kedua negara di tengah ketegangan yang berkobar setelah militer AS menembak jatuh sebuah balon udara pengintai China yang melintasi Amerika Serikat. Biden dan Xi terakhir kali bertemu pada tahun 2022 di sela-sela KTT G20 di pulau resor Bali, Indonesia.