News Komoditi & Global ( Kamis, 2 Oktober 2025 )

News  Komoditi & Global

                             (  Kamis,   2 Oktober  2025  )

Shutdown AS Bikin Harga Emas Global Makin Bersinar

 

Ketidakpastian yang semakin dalam di tengah shutdown pertama pemerintah Amerika Serikat dalam hampir tujuh tahun terakhir, membuat harga emas terus melonjak ke level tertinggi baru.

Mengutip AP, harga emas spot New York ditutup pada rekor US$ 3.858,45 per troy ounce — standar pengukuran logam mulia — pada perdagangan Selasa (1/10/2025), sehari sebelum penutupan pemerintahan resmi dimulai.

Pada Rabu (2/10/2025), kontrak berjangka emas terus menanjak, bahkan sempat "bermain-main" di level US$ 3.900 per troy ounce sepanjang hari.

Penjualan emas biasanya melonjak tajam ketika investor cemas mencari “safe haven” untuk menyimpan uang mereka.

Sebelum Rabu, emas — dan logam mulia lainnya seperti perak — memang sudah mencatat kenaikan signifikan selama setahun terakhir, terutama setelah serangkaian tarif dagang dari Presiden Donald Trump mengguncang perekonomian global.

Jika tren ini berlanjut, analis memprediksi harga emas bisa terus melambung. Meski begitu, emas dikenal volatil dan masa depan tidak pernah pasti.

Harga futures emas sudah melonjak lebih dari 45% sejak awal 2025, diperdagangkan di kisaran US$ 3.895 per troy ounce pada Rabu sore waktu New York.

Sementara itu, logam mulia lain juga ikut panen cuan — bahkan perak mencatat lonjakan lebih besar secara persentase. Harga futures perak sudah naik hampir 59% sejak awal tahun, diperdagangkan di atas US$ 47 per troy ounce pada Rabu sore.

Dolar AS tak bertenaga

Di sisi lain, melansir Reuters, dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama, sehingga harga emas yang dipatok dalam dolar menjadi lebih terjangkau bagi pembeli luar negeri.

“Dolar berada di bawah tekanan karena biasanya saat pemerintah shutdown, sentimen terhadap AS berubah sangat negatif dan dolar serta pasar saham AS menjadi salah satu korban,” ujar analis Marex, Edward Meir.

Laporan ketenagakerjaan ADP yang lemah juga memperburuk posisi dolar.

“Laporan pekerjaan ADP yang lemah ini jelas tidak membantu dolar. Ini alasan lain — ekonomi yang melambat, artinya suku bunga lebih rendah, semua faktor ini bullish untuk emas,” tambah Meir.

Data menunjukkan, payroll sektor swasta AS berkurang 32.000 pekerjaan pada September, setelah revisi penurunan 3.000 di Agustus. Padahal, jajak pendapat Reuters sebelumnya memperkirakan adanya penambahan 50.000 pekerjaan, menyusul laporan awal kenaikan 54.000 di Agustus.

Pemerintah AS kini menutup sebagian besar operasinya, berpotensi mengancam ribuan pekerjaan federal, setelah perpecahan politik membuat Kongres dan Gedung Putih gagal mencapai kesepakatan pendanaan. Shutdown ini juga bisa menunda rilis indikator ekonomi penting, termasuk laporan non-farm payrolls (NFP) yang dijadwalkan Jumat.

Emas, yang tidak memberikan imbal hasil, sering dipandang sebagai aset safe haven di masa ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, serta berkembang dalam lingkungan suku bunga rendah.

Menurut CME FedWatch Tool, saat ini, investor memperkirakan 99% kemungkinan adanya pemangkasan suku bunga bulan ini.

 “Kami sekarang melihat meningkatnya selera beli dari investor Barat, baik institusional maupun ritel, karena efek FOMO mulai terasa… Jika tren ini berlanjut, tidak mengejutkan bila harga emas bisa menembus di atas US$ 4.000 per ounce,” tulis SP Angel dalam catatan risetnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harga Minyak Dunia Merosot Tertekan Penutupan Pemerintahan AS dan Lonjakan Stok

 

Harga minyak dunia turun untuk hari ketiga berturut-turut pada Rabu (1/10/2025), menyentuh level terendah dalam 16 pekan.

Penutupan sebagian operasi pemerintah Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global, sementara pasar juga menanti kemungkinan tambahan pasokan dari rencana peningkatan produksi OPEC+ bulan depan.

Melansir Reuters, kontrak berjangka Brent turun 68 sen atau 1,0% menjadi US$65,35 per barel. Sedangkan West Texas Intermediate (WTI) melemah 59 sen atau 0,9% ke US$61,78 per barel. Itu merupakan penutupan terendah Brent sejak 5 Juni dan WTI sejak 30 Mei.

CEO Diamondback Energy, salah satu produsen minyak terbesar AS, memperingatkan bahwa pertumbuhan produksi minyak AS akan terhenti jika harga bertahan di kisaran US$60 per barel, karena banyak titik pengeboran tidak lagi ekonomis pada level tersebut.

Pasar juga tertekan oleh laporan kenaikan persediaan minyak mentah AS. Badan Informasi Energi (EIA) menyebut stok minyak mentah naik 1,8 juta barel dalam sepekan yang berakhir 26 September, lebih tinggi dari ekspektasi kenaikan 1 juta barel.

Data ini kontras dengan laporan API sehari sebelumnya yang justru mencatat penurunan 3,7 juta barel.

Di sisi pasokan global, analis memperkirakan OPEC+ akan menaikkan produksi hingga 500.000 barel per hari (bph) pada November, setelah peningkatan serupa di September.

Beberapa sumber bahkan menyebut Arab Saudi mendorong kenaikan produksi tiga kali lipat dari tambahan Oktober untuk merebut kembali pangsa pasar.

Namun, OPEC melalui akun resmi X menepis laporan tersebut sebagai “menyesatkan”. Dalam pernyataannya, OPEC+ menegaskan fokus pada kepatuhan penuh terhadap kesepakatan produksi, termasuk kompensasi tambahan dari anggota yang sebelumnya melebihi kuota.

Selain faktor domestik AS, pasar juga menyoroti disrupsi pasokan dari Rusia akibat serangan drone Ukraina.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pasokan bahan bakar domestik “secara umum terkendali”, meski beberapa wilayah mengalami kelangkaan.

Data pelayaran menunjukkan ekspor minyak Rusia dari tiga pelabuhan utama di barat naik 25% pada September dibanding Agustus, sementara ekspor Venezuela naik ke 1,09 juta bph, tertinggi sejak Februari 2020.

Shutdown pemerintahan AS menambah ketidakpastian pasar energi. Penutupan tersebut berpotensi menunda rilis laporan ketenagakerjaan penting September dan memicu risiko pemutusan hubungan kerja di sektor publik.

Sementara itu, data manufaktur AS menunjukkan sedikit perbaikan di September, meski pesanan baru dan perekrutan masih lesu.

Di Asia, aktivitas manufaktur justru menyusut di sebagian besar ekonomi utama, memperbesar kekhawatiran permintaan bahan bakar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Wall Street Naik : Dow dan S&P Tembus Rekor, Pfizer Dorong Reli Kesehatan

 

Wall Street ditutup lebih tinggi pada Rabu (1/10/2025), didorong kenaikan sektor kesehatan, meski investor mengabaikan data tenaga kerja yang lemah dan ketidakpastian terkait hari pertama penutupan pemerintah federal AS.

Melansir Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average naik 43,21 poin (0,09%) menjadi 46.441,10, S&P 500 bertambah 22,74 poin (0,34%) ke 6.711,20, dan Nasdaq Composite naik 95,15 poin (0,42%) menjadi 22.755,16.

Data ADP National Employment Report menunjukkan penurunan 32.000 pekerjaan swasta pada September, lebih rendah dari ekspektasi ekonom yang memprediksi penambahan 50.000 pekerjaan.

Data Agustus juga direvisi turun menjadi hanya naik 3.000 pekerjaan. Sementara itu, laporan dari Institute for Supply Management menunjukkan sektor manufaktur AS mulai mendekati pemulihan.

Ketiga indeks utama AS sempat dibuka di zona merah, tetapi kemudian bergerak naik sepanjang hari.

Di antara 11 sektor utama S&P 500, sektor kesehatan mencatat kenaikan tertinggi, didorong oleh saham farmasi.

Rally ini dipicu pernyataan Pfizer dan Presiden AS Donald Trump mengenai kesepakatan pengurangan harga obat resep untuk program Medicaid, dengan imbalan keringanan tarif. Trump berharap perusahaan obat lain akan mengikuti langkah serupa.

"Kesepakatan kemarin menjadi katalis untuk sektor kesehatan," ujar Lara Castleton, kepala portofolio dan strategi di Janus Henderson Investors.

"Sektor ini tampaknya siap untuk rally setelah sebelumnya tertinggal dibandingkan teknologi dan saham AI."

Sektor teknologi memberikan dorongan kedua terbesar, dengan Micron melonjak 8,9% dan indeks chip Philadelphia naik 2%. Sektor material menjadi yang paling tertekan, turun lebih dari 1% pada sesi tersebut.

Saham dengan kenaikan terbesar di sektor kesehatan adalah Biogen (+10,9%) dan Thermo Fisher (+9,4%).

Di sektor utilitas, saham AES melonjak 16,8% setelah laporan Financial Times bahwa Global Infrastructure Partners, yang dimiliki BlackRock, mendekati kesepakatan akuisisi senilai US$38 miliar.

Di tengah tekanan sektor material, saham Lithium Americas Corp AS naik 23,3% dan Albemarle 4,2%, setelah Departemen Energi AS mengambil saham 5% di Lithium Americas dan 5% di joint venture perusahaan dengan General Motors.

Sementara itu, Corteva mengumumkan pemisahan bisnis benih dan pestisida menjadi perusahaan publik terpisah, membuat sahamnya turun 9%.

Castleton mencatat bahwa investor ekuitas tampak mengabaikan ketidakpastian terkait shutdown pemerintah, karena sejarah menunjukkan pasar relatif resilien selama penutupan pemerintah.

 

 

 

 

 

 

Shutdown Pemerintah AS ke-15, Pasar Global Hadapi Ketidakpastian

 

Pemerintah Amerika Serikat resmi memasuki shutdown ke-15 sejak 1981, dan yang kedua di bawah Presiden Donald Trump. Penutupan ini disertai dengan ancaman Trump untuk kembali memangkas pegawai federal.

Sepanjang tahun ini, puluhan ribu pegawai telah diberhentikan. Minggu ini, lebih dari 150.000 pekerja federal akan meninggalkan daftar gaji pemerintah setelah menerima tawaran pensiun dini—menjadi eksodus terbesar dalam 80 tahun terakhir.

Bagi pelancong, dampaknya terasa langsung. Administrasi Penerbangan Federal (FAA) berencana memberhentikan sementara seperempat stafnya, yang berpotensi mengganggu jadwal penerbangan.

Tarif Baru Tetap Berlaku di Tengah Shutdown

Meskipun pemerintahan berhenti beroperasi, kebijakan ekonomi Trump tetap berjalan. Tarif baru atas truk besar, obat-obatan paten, dan sejumlah barang lainnya mulai berlaku hari Rabu ini. Pemerintah menegaskan bahwa pengumpulan tarif tidak akan terpengaruh oleh penutupan.

Langkah ini dikhawatirkan akan memperparah kondisi pasar tenaga kerja yang sudah melambat, sehingga menjadi pertimbangan utama bagi Federal Reserve. Investor kini menilai peluang pemangkasan suku bunga bulan ini mencapai 96%, naik dari 90% sehari sebelumnya.

Pasar Saham dan Emas Bergerak Kontras

Di pasar keuangan, futures S&P 500 dan Nasdaq turun 0,5% pada awal perdagangan. Meski kecil, penurunan ini terjadi setelah reli panjang pasar saham sepanjang tahun. Secara historis, dari 21 kali shutdown sebelumnya, indeks S&P mencatat 12 kali kenaikan dan 9 kali penurunan, dengan kenaikan median tipis 0,1%.

Sebaliknya, emas semakin menguat. Ketidakpastian politik dan ekonomi dimanfaatkan investor emas sebagai alasan untuk mencari aset di luar kendali pemerintah. Harga emas mencapai rekor baru di $3.875 per ons, sementara perak dan platinum juga naik tajam.

Perkembangan Pasar Asia

Perdagangan Asia berlangsung beragam. Bursa China libur sepanjang pekan untuk perayaan Hari Nasional. Indeks Nikkei Jepang turun 1%, sementara Taiwan naik 1% dan Korea Selatan menguat 0,8%.

Di pasar mata uang dan obligasi AS, pergerakan relatif tenang. Investor hanya khawatir pada “kekosongan data” akibat shutdown, karena laporan ketenagakerjaan resmi (non-farm payrolls) tidak akan dipublikasikan.

Data Ekonomi Jadi Sorotan

Sebagai gantinya, perhatian pasar tertuju pada laporan ketenagakerjaan ADP yang akan dirilis hari ini. Analis memperkirakan kenaikan 50.000 lapangan kerja sektor swasta, sejalan dengan pendinginan pasar tenaga kerja.

Sehari sebelumnya, laporan JOLTS menunjukkan pelemahan terutama pada tingkat perekrutan, meski penyebabnya masih diperdebatkan—apakah karena AI, tarif baru, atau faktor struktural lain.

Di Eropa, inflasi zona euro untuk September diperkirakan naik menjadi 2,2% dari 2%. Risiko cenderung ke atas setelah inflasi Jerman dilaporkan lebih tinggi dari perkiraan.

Angka yang “panas” dapat memperkuat pandangan bahwa European Central Bank (ECB) telah selesai dengan siklus pelonggaran, serta bisa menjadi katalis untuk menguatkan euro.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ini Reaksi Dunia atas Proposal Trump untuk Rencana Perdamaian Gaza

 

Rencana 20 poin Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengakhiri hampir dua tahun perang di Gaza mendapat dukungan dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Rencana tersebut juga telah dibagikan kepada kelompok militan Palestina, Hamas.

Mengutip Reuters, berikut sejumlah reaksi atas rencana perdamaian itu:

PERDANA MENTERI ISRAEL BENJAMIN NETANYAHU
“Saya mendukung rencana Anda untuk mengakhiri perang di Gaza, yang telah memenuhi tujuan perang kami.
Rencana ini akan membawa kembali semua sandera ke Israel, membongkar kemampuan militer Hamas, mengakhiri kekuasaan politiknya, dan memastikan Gaza tidak pernah lagi menjadi ancaman bagi Israel.”

PERNYATAAN OTORITAS PALESTINA VIA WAFA
“Negara Palestina menyambut baik upaya tulus dan tegas Presiden Donald J. Trump untuk mengakhiri perang di Gaza serta menegaskan keyakinannya pada kemampuan beliau untuk menemukan jalan menuju perdamaian.”

MENTERI KEUANGAN ISRAEL BEZALEL SMOTRICH
“Ini adalah kesempatan bersejarah yang terlewatkan… dan menurut perkiraan saya akan berakhir dengan air mata. Anak-anak kita akan dipaksa untuk bertempur di Gaza lagi.
Kami akan berkonsultasi, mempertimbangkan, dan memutuskan, insya Allah. Tetapi perayaan sejak kemarin sungguh tidak masuk akal.”

KEPALA KEBIJAKAN LUAR NEGERI UNI EROPA KAJA KALLAS
“Rencana Gaza Presiden Trump adalah sebuah peluang bagi perdamaian yang langgeng. Rencana ini menawarkan kesempatan terbaik untuk segera mengakhiri perang. Uni Eropa siap membantu agar rencana ini berhasil. Israel telah menyetujui rencana ini. Hamas sekarang harus segera menerimanya, dimulai dengan pembebasan sandera tanpa penundaan.”

PERNYATAAN BERSAMA MENLU UEA, ARAB SAUDI, QATAR, MESIR, YORDANIA, INDONESIA, PAKISTAN, TURKI
“Para menteri menegaskan kesiapan mereka untuk terlibat secara positif dan konstruktif dengan Amerika Serikat serta pihak-pihak terkait guna memfinalisasi perjanjian dan memastikan implementasinya, dengan cara yang menjamin perdamaian, keamanan, dan stabilitas bagi masyarakat di kawasan.

Mereka kembali menegaskan komitmen bersama untuk bekerja dengan Amerika Serikat demi mengakhiri perang di Gaza melalui kesepakatan komprehensif yang menjamin penyaluran bantuan kemanusiaan yang memadai dan tanpa hambatan ke Gaza, tanpa pengusiran warga Palestina, pembebasan para sandera, mekanisme keamanan yang menjamin keselamatan semua pihak, penarikan penuh Israel, pembangunan kembali Gaza, serta menciptakan jalan menuju perdamaian yang adil berdasarkan solusi dua negara, di mana Gaza sepenuhnya terintegrasi dengan Tepi Barat dalam sebuah negara Palestina.”

JURU BICARA PBB DI JENEWA, ALESSANDRA VELLUCCI
“Kami juga terus menjalin komunikasi dengan berbagai pihak terkait upaya perdamaian. Kami tentu menyambut semua upaya mediasi. Dan tentu saja, kami siap mendukung setiap rencana perdamaian dengan segala yang bisa kami lakukan, termasuk penyediaan bantuan kemanusiaan.”

PRESIDEN TURKI RECEP TAYYIP ERDOGAN
“Saya memuji upaya dan kepemimpinan Presiden AS Donald Trump yang ditujukan untuk menghentikan pertumpahan darah di Gaza dan mencapai gencatan senjata. Türkiye akan terus berkontribusi dalam proses ini dengan tujuan mewujudkan perdamaian yang adil dan langgeng, yang dapat diterima semua pihak.”

KANSELIR JERMAN FRIEDRICH MERZ
“Kami menyambut baik rencana perdamaian untuk Gaza yang dipresentasikan kemarin oleh Presiden Trump. Rencana ini adalah yang terbaik untuk mengakhiri perang. Fakta bahwa Israel mendukung rencana ini adalah langkah maju yang signifikan. Sekarang Hamas harus menyetujui dan membuka jalan bagi perdamaian.”

PRESIDEN PRANCIS EMMANUEL MACRON
“Saya menyambut komitmen Presiden @realDonaldTrump untuk mengakhiri perang di Gaza dan memastikan pembebasan semua sandera. Saya berharap Israel berkomitmen penuh berdasarkan hal ini. Hamas tidak punya pilihan selain segera membebaskan semua sandera dan mengikuti rencana ini. Unsur-unsur ini harus membuka jalan bagi diskusi mendalam dengan semua mitra terkait untuk membangun perdamaian yang langgeng di kawasan, berdasarkan solusi dua negara dan prinsip-prinsip yang disahkan oleh 142 negara anggota PBB, atas inisiatif Prancis dan Arab Saudi.”

PERDANA MENTERI INGGRIS SIR KEIR STARMER
“Inisiatif baru AS untuk mengakhiri perang di Gaza sangat kami sambut, dan saya berterima kasih atas kepemimpinan Presiden Trump. Kami sangat mendukung upayanya untuk mengakhiri pertempuran, membebaskan para sandera, dan memastikan penyaluran bantuan kemanusiaan mendesak bagi rakyat Gaza. Ini adalah prioritas utama kami dan harus segera diwujudkan.”

PEMERINTAH ITALIA
“Proposal yang dipresentasikan hari ini oleh Presiden AS Donald Trump bisa menjadi titik balik, yang memungkinkan penghentian permanen permusuhan, pembebasan segera semua sandera, dan akses kemanusiaan yang penuh serta aman bagi penduduk sipil. Hamas, khususnya — yang memulai perang ini dengan serangan teroris barbar pada 7 Oktober 2023 — kini memiliki kesempatan untuk mengakhirinya dengan membebaskan sandera, menyetujui untuk tidak berperan dalam masa depan Gaza, serta melucuti senjata sepenuhnya.”

PERDANA MENTERI SPANYOL PEDRO SANCHEZ
“Spanyol menyambut baik proposal perdamaian untuk Gaza yang didukung AS. Kita harus mengakhiri begitu banyak penderitaan. Kini saatnya kekerasan dihentikan, semua sandera segera dibebaskan, dan bantuan kemanusiaan diizinkan masuk bagi penduduk sipil. Solusi dua negara, dengan Israel dan Palestina hidup berdampingan dalam damai dan aman, adalah satu-satunya solusi yang mungkin.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Serangan Israel Tewaskan 23 Warga Gaza, Rencana Gencatan Senjata Terancam Gagal

 

Serangan Israel terhadap Jalur Gaza terus berlangsung tanpa henti.

Sedikitnya 23 warga Palestina tewas sejak Rabu dini hari, termasuk akibat dua serangan rudal yang menghantam Sekolah al-Falah di kawasan Zeitoun, Gaza City, yang tengah difungsikan sebagai tempat pengungsian ratusan orang.

Tim Pertahanan Sipil Palestina yang bergegas melakukan evakuasi juga ikut menjadi korban setelah lokasi kembali dibombardir, menyebabkan sejumlah petugas luka parah. Sumber medis di Rumah Sakit al-Ahli Arab melaporkan enam orang tewas dan sejumlah lainnya terluka dalam serangan tersebut.

Di kawasan lain, tujuh orang tewas akibat serangan Israel terhadap sebuah rumah di distrik Daraj, sebelah timur Gaza City. Total, 19 dari 23 korban terbaru berasal dari kota terbesar di Gaza itu.

Rumah Sakit dan Kamp Pengungsi Jadi Sasaran

Serangan udara Israel juga menghantam dua rumah di kamp pengungsi Nuseirat dan Bureij di Gaza tengah, menewaskan tiga orang, menurut laporan kantor berita Palestina Wafa.

Sementara itu, Rumah Sakit al-Shifa, kompleks medis terbesar di Gaza, kembali menjadi sasaran tembakan. Sebelas jenazah tak dikenal terpaksa dimakamkan di halaman rumah sakit dalam sebuah kuburan massal.

Pasien gagal ginjal yang membutuhkan dialisis berada dalam kondisi sangat berisiko karena bombardir dan baku tembak berlangsung di sekitar rumah sakit.

Krisis Kemanusiaan Memburuk

Ribuan warga yang melarikan diri dari Gaza City kini berbondong-bondong menuju Gaza bagian selatan. Namun, kondisi di sana sangat memprihatinkan: minim sumber daya, penuh sesak, dan tidak layak huni.

Sebagian keluarga terpaksa mendirikan tenda darurat di tepi pantai. Mohammed al-Turkmani, seorang pengungsi yang tinggal bersama istri dan anak-anaknya di dalam tenda, mengaku cemas dengan masa depan keluarganya.

“Saya tidak tahu bagaimana kami akan bertahan di tenda ini. Saat musim dingin tiba, kami bisa kebanjiran dan tenda bisa hancur,” ujarnya kepada Al Jazeera.

Di tengah penderitaan warga, Global Sumud Flotilla melaporkan telah memasuki “zona berisiko tinggi” sekitar 150 mil laut (278 km) dari Gaza. Armada tersebut bertujuan menembus blokade Israel yang selama ini memperparah kelaparan di wilayah itu.

Upaya Diplomasi: Rencana Gencatan Senjata Trump

Di ranah diplomasi, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menegaskan bahwa rencana gencatan senjata yang diajukan Presiden AS Donald Trump memenuhi tiga tuntutan utama mediator: menghentikan perang, mencegah pengungsian lebih lanjut, dan memastikan penarikan penuh tentara Israel dari Gaza.

Trump menyatakan Hamas diberi waktu tiga hingga empat hari untuk merespons proposal tersebut. “Hamas akan melakukannya atau tidak, dan jika tidak, itu akan menjadi akhir yang sangat menyedihkan,” tegas Trump di Gedung Putih.

Rencana yang dipaparkan dalam dokumen 20 poin itu mencakup:

Gencatan senjata segera di Gaza.

Pertukaran tawanan, yakni warga Israel yang ditahan Hamas dengan tahanan Palestina di penjara Israel.

Penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza.

Disarmament Hamas, dengan imbalan amnesti atau opsi keluar dari Gaza.

Pembentukan pasukan stabilisasi internasional sementara dengan dukungan AS dan mitra Arab.

Qatar mengonfirmasi bahwa proposal tersebut sudah disampaikan kepada delegasi Hamas untuk dipelajari lebih lanjut.

Hingga kini, korban jiwa akibat perang Israel–Hamas yang telah berlangsung dua tahun itu telah melampaui 66.000 orang Palestina, sementara Gaza menghadapi krisis kemanusiaan yang kian mengerikan: kelaparan, runtuhnya layanan kesehatan, dan jutaan orang terusir dari rumah mereka.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rusia Banjiri Pasar Asia, Minyak Mentah Timur Tengah Berfluktuasi Tajam

 

Perdagangan minyak mentah acuan Timur Tengah (Middle East crude benchmarks) sepanjang September 2025 mengalami volatilitas tajam.

Premi spot sempat anjlok dan kemudian kembali menguat di penghujung bulan, meski permintaan penimbunan minyak dari China masih cukup besar.

Para pedagang menyebut, pasokan yang melimpah di Asia dari Rusia, produsen Teluk, hingga kawasan Atlantik menjadi faktor utama fluktuasi harga.

Kondisi ini menempatkan Arab Saudi dalam dilema karena Riyadh diperkirakan akan menaikkan harga jual resmi (official selling prices/OSP) untuk pengapalan November ke Asia.

Lonjakan Aktivitas Perdagangan

Menurut S&P Global Platts, sepanjang September tercatat 1.204 transaksi Dubai partials, menghasilkan penyerahan 49 kargo atau setara 24,5 juta barel minyak.

Jumlah ini termasuk rekor 42 kargo Upper Zakum asal Abu Dhabi, empat kargo Murban, dua kargo al-Shaheen dari Qatar, dan satu kargo Oman.

Perusahaan dagang energi global seperti Vitol, Gunvor, Mitsui, PetroChina, dan North Petroleum International menjadi pembeli utama.

Pada paruh pertama bulan ini, tingginya permintaan sempat menjaga premi Dubai di atas US$ 3 per barel, bahkan menyentuh level tertinggi enam bulan di US$ 3,63 per barel pada pertengahan September.

Sentimen pasar kala itu juga ditopang kekhawatiran terganggunya ekspor minyak Rusia akibat serangan drone Ukraina serta potensi sanksi baru AS, selain faktor pembelian besar-besaran China untuk stok strategis.

Mercuria Jadi Penjual Terbesar

Mercuria muncul sebagai penjual utama dengan melepas 45 dari total 49 kargo.

Perusahaan ini bahkan menjual lebih banyak minyak Upper Zakum daripada yang tersedia di pasar spot, setelah sebelumnya membeli tambahan pasokan dari kilang Asia seperti Formosa Petrochemical dan Bharat Petroleum.

Namun, premi Cash Dubai sempat anjlok tajam ke 88 sen per barel pada Senin (29/9/2025), kehilangan lebih dari dua pertiga nilainya hanya dalam tiga sesi.

Meski begitu, harga kembali melonjak ke US$ 2,96 per barel pada Selasa (30/9/2025), setelah Mercuria menjual sembilan kargo kepada Vitol dan Mitsui.

Sumber pasar menyebut, masih ada banyak kargo pengapalan November yang belum terserap, mayoritas berasal dari Upper Zakum.

Selain itu, Rusia juga meningkatkan ekspor setelah sejumlah kilangnya rusak dihantam drone.

Pasokan Global Membengkak

Di luar Timur Tengah, pasokan tambahan juga mengalir dari Brasil dan Eropa. Arbitrase pengiriman terbuka setelah harga Brent diperdagangkan dengan diskon tak biasa hingga US$ 3 per barel terhadap Dubai.

Biasanya, minyak Brent dengan kandungan sulfur rendah diperdagangkan dengan premi atas Dubai yang bersulfur tinggi.

Konsultan energi FGE menilai Asia berpotensi “kebanjiran” pasokan pada akhir Oktober hingga awal November akibat arus masuk minyak dari Atlantik.

"Dengan permintaan Asia yang melemah dan surplus global sekitar 2 juta barel per hari mulai masuk ke stok, kami melihat struktur contango akan muncul di pasar," tulis FGE.

Struktur contango terjadi ketika harga pengiriman segera (prompt) lebih rendah dibanding harga kontrak di bulan mendatang, yang mencerminkan ketersediaan pasokan cukup longgar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bank Sentral India (RBI) Pertahankan Suku Bunga di 5,50%, Sesuai Ekspektasi

 

Bank Sentral India atau Reserve Bank of India (RBI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga repo utama pada level 5,50% pada Rabu (1/10/2025), sesuai dengan ekspektasi pasar.

Keputusan ini diambil saat bank sentral menilai dampak pemotongan suku bunga sebelumnya dan pengurangan pajak baru-baru ini di tengah ketidakpastian perdagangan global.

RBI sebelumnya telah menurunkan suku bunga repo sebesar total 100 basis poin pada paruh pertama 2025, namun menahan laju penurunan pada pertemuan Agustus lalu.

Enam anggota panel penetapan suku bunga secara bulat memutuskan untuk mempertahankan repo rate di 5,50% dan melanjutkan sikap kebijakan “netral”.

Survei Reuters sebelumnya memperkirakan suku bunga akan tetap, meski beberapa ekonom menyoroti inflasi yang rendah dan risiko pertumbuhan sebagai alasan potensial untuk penurunan lebih lanjut.

Gubernur RBI, Sanjay Malhotra, menyampaikan bahwa prospek inflasi semakin terkendali akibat harga pangan yang lebih rendah dan pemotongan tarif pajak. Sementara itu, prospek pertumbuhan ekonomi tetap tangguh.

Inflasi tahunan India tercatat 2,07% pada Agustus, sedikit meningkat karena harga pangan, namun masih berada di dekat batas bawah target toleransi RBI 2%-6%, sehingga ruang untuk penurunan suku bunga masih terbuka.

Meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal April–Juni melampaui ekspektasi di angka 7,8% dibandingkan tahun sebelumnya.

Para ekonom memperkirakan perlambatan pada kuartal berikutnya, sebagian akibat tarif Amerika Serikat hingga 50% terhadap produk impor India.

Namun, pengurangan pajak pada sejumlah barang konsumsi diprediksi dapat mendorong permintaan domestik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ekonomi Global: Manufaktur Asia Terseret Perlambatan China dan Dampak Tarif AS

 

Aktivitas pabrik di sebagian besar ekonomi utama Asia menyusut pada September 2025, menurut survei swasta yang dirilis Rabu (1/10/2025).

Pelemahan ini didorong oleh tanda-tanda perlambatan pertumbuhan di Amerika Serikat (AS) serta dampak tarif Presiden Donald Trump, ditambah permintaan lemah dari China.

Tekanan pada sektor manufaktur menyoroti tantangan bagi para pembuat kebijakan di Asia untuk melindungi kawasan yang bergantung pada ekspor dari kenaikan tarif AS, kebijakan yang telah mengubah tatanan perdagangan global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Negara eksportir utama seperti Jepang dan pusat teknologi global Taiwan mencatat kontraksi aktivitas manufaktur pada September, menunjukkan bisnis di Asia yang sangat tergantung pada pasar AS berada pada posisi rentan.

China, mesin utama ekonomi global, juga tetap lesu. Survei resmi yang dirilis Senin lalu menunjukkan aktivitas manufaktur di ekonomi terbesar kedua dunia itu menyusut untuk bulan keenam berturut-turut, terdorong oleh lemahnya konsumsi domestik dan tekanan dari tarif AS.

Kelesuan yang berkepanjangan ini menegaskan tekanan ganda pada ekonomi China: permintaan domestik belum pulih secara signifikan sejak pandemi.

Sementara tarif Trump menekan pabrik-pabrik China dan perusahaan luar negeri yang membeli komponen dari China.

"Data PMI September untuk sebagian besar negara di Asia tetap lemah, dan kami memperkirakan aktivitas manufaktur di kawasan ini akan terus menghadapi kesulitan dalam jangka pendek," kata Shivaan Tandon, ekonom pasar negara berkembang di Capital Economics.

"Pertumbuhan diperkirakan melambat dan inflasi kemungkinan tetap terkendali, sehingga bank sentral di Asia diprediksi akan melonggarkan kebijakan lebih lanjut."

Di Jepang, indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur S&P Global turun ke 48,5 pada September dari 49,7 pada Agustus, tetap di bawah ambang 50,0 yang memisahkan pertumbuhan dan kontraksi.

Penurunan ini merupakan yang tercepat dalam enam bulan terakhir karena output dan pesanan baru menurun tajam, menurut survei.

"Secara keseluruhan, data menunjukkan bahwa kecuali ada perbaikan signifikan dalam permintaan domestik maupun luar negeri, sektor ini kemungkinan akan sulit mencatat pertumbuhan dalam waktu dekat," ujar Annabel Fiddes, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, terkait PMI Jepang.

PMI manufaktur Taiwan turun menjadi 46,8 dari 47,4 pada Agustus. Aktivitas pabrik juga menyusut di Filipina dan Malaysia, menurut survei swasta.

Sebaliknya, aktivitas pabrik Korea Selatan kembali menguat pada September, untuk pertama kalinya dalam delapan bulan, didorong oleh meningkatnya permintaan luar negeri.

PMI manufaktur di ekonomi terbesar keempat Asia ini naik menjadi 50,7 dari 48,3 pada Agustus, bergerak di atas angka 50 untuk pertama kalinya sejak Januari 2025.

Namun, prospek ekspor Korea Selatan bergantung pada negosiasi untuk meresmikan kesepakatan Juli yang bertujuan menurunkan tarif AS pada impor Korea, termasuk mobil, dari 25% menjadi 15% sebagai imbalan atas investasi Korea Selatan senilai $350 miliar di AS.

Pembicaraan ini tertunda karena kekhawatiran Seoul terkait dampak valuta asing.

 

 

Anggaran Pertahanan Korea Selatan Bakal Naik 8,2% di Tahun 2026

 

. Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung mengatakan bahwa anggaran pertahanan Korea Selatan untuk tahun 2026 akan naik sebesar 8,2% menjadi 66,3 triliun won atau setara US$ 47,1 miliar.

Lee menambahkan bahwa perdamaian hanya mungkin terwujud jika negara memiliki fondasi keamanan yang kuat.

Lee menyampaikan rencana penambahan anggaran tersebut pada Hari Angkatan Bersenjata Korea Selatan, dan menyoroti pentingnya kemampuan bela diri.

"Momentum untuk kerja sama dan kemakmuran bersama melemah di seluruh dunia, dan kita memasuki era konflik yang semakin meningkat, di mana setiap orang berjuang untuk dirinya sendiri," kata Lee, Rabu (1/10/2025) seperti dikutip dari Reuters.

"Untuk memastikan perdamaian dan kemakmuran bagi Republik Korea, kita tidak boleh bergantung pada siapa pun, melainkan memperkuat kekuatan kita sendiri," kata Lee, menggunakan nama resmi Korea Selatan.

Lee mengatakan, anggaran pertahanan tahun depan, dengan peningkatan yang "signifikan", akan difokuskan pada investasi teknologi mutakhir seperti drone dan robot.

Pemimpin Korea Selatan, yang sedang menjalin hubungan dengan Korea Utara, mengatakan bahwa perdamaian hanya mungkin terwujud dengan fondasi keamanan yang kuat. Ia mengatakan anggaran pertahanan negara sudah 1,4 kali lipat produk domestik bruto Korea Utara.

Lee menjabat sebagai presiden pada bulan Juni 2025, setelah pemilihan umum dadakan, menyusul jatuhnya presiden Yoon Suk Yeol, yang memberlakukan darurat militer singkat yang mendorong pengerahan pasukan dan helikopter militer ke parlemen dan gedung-gedung lainnya.

Lee mengatakan, reputasi militer telah mengalami "penurunan tanpa akhir" dan menyerukan agar militer mendapatkan kembali kepercayaan publik.

"Tentara yang seharusnya melindungi rakyat tidak boleh lagi menodongkan senjatanya kepada mereka," pungkas Lee.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harga Rumah Baru China Naik Tipis, Pasar Jual Kembali Terus Melemah

 

Harga rumah baru di China naik tipis pada September 2025, bulan yang secara tradisional menjadi puncak pembelian properti, sementara harga rumah bekas kembali menurun.

Hal ini menunjukkan pasar properti masih kesulitan menemukan momentum meski pemerintah telah meluncurkan berbagai kebijakan dukungan, menurut survei swasta yang dirilis Rabu (1/10/2025).

China Index Academy, salah satu lembaga riset properti terbesar di China, mencatat harga rumah baru meningkat 0,09% secara bulanan, lebih rendah dibanding kenaikan 0,2% pada Agustus.

Sementara itu, harga rumah bekas turun 0,74%, hampir sama dengan penurunan 0,76% pada bulan sebelumnya.

Bulan September dan Oktober biasanya menjadi periode ramai bagi pembelian rumah, dengan pengembang kerap mengumumkan proyek baru untuk menyesuaikan dengan permintaan yang diperkirakan tinggi.

Pasar properti China, yang pada puncaknya 2021 menyumbang sekitar seperempat aktivitas ekonomi, terus mengalami penurunan sejak banyak pengembang gagal membayar pinjaman, meninggalkan persediaan rumah baru yang besar dan proyek yang belum rampung.

Meski pemerintah sudah meluncurkan beberapa paket stimulus, termasuk penurunan suku bunga KPR dan program redevelopment perkotaan, sektor ini belum menunjukkan pemulihan yang berkelanjutan.

Para analis yang disurvei Reuters memperkirakan harga properti baru akan stabil tidak lebih cepat dari paruh kedua 2026 atau bahkan 2027, mundur sekitar enam bulan dibanding proyeksi tiga bulan lalu.

Kondisi pendapatan rumah tangga yang lemah, tekanan pengangguran yang tinggi, serta banyaknya listing di pasar sekunder terus menekan minat beli.

Penurunan ini juga menggerus kepercayaan bisnis, yang berdampak pada pasar tenaga kerja dan pemulihan ekonomi secara lebih luas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kebijakan Trump Picu Mundurnya 100.000 Pegawai Federal, Ancaman Baru Pemerintahan AS

 

Sekitar 100.000 pegawai federal Amerika Serikat dijadwalkan untuk resmi mengundurkan diri pada Selasa waktu setempat. Langkah ini akan menjadi pengunduran diri massal terbesar dalam sejarah pegawai pemerintahan AS.

Program pengunduran diri ini merupakan bagian dari kebijakan Presiden Donald Trump di periode keduanya, yang sejak awal menekankan upaya memangkas birokrasi federal dan mengefisiensikan layanan publik.

Tumpang Tindih dengan Ancaman Shutdown

Momentum pengunduran diri massal ini bertepatan dengan tenggat waktu Kongres untuk mengesahkan anggaran baru. Jika tidak tercapai kesepakatan, pemerintah berisiko mengalami shutdown.

Gedung Putih pun telah memerintahkan lembaga-lembaga federal menyusun rencana darurat menghadapi kemungkinan pengurangan besar-besaran tenaga kerja.

Dampak Besar ke Layanan Publik dan Ekonomi

Hilangnya ratusan ribu pegawai federal diperkirakan akan mengganggu berbagai layanan publik penting, termasuk di Departemen Urusan Veteran (VA) dan Administrasi Jaminan Sosial (SSA).

Selain itu, lonjakan pengangguran baru dapat memberi tekanan tambahan pada perekonomian. Banyak mantan pegawai federal diperkirakan akan bersaing ketat memperebutkan lapangan kerja di sektor swasta.

Program Deferred Resignation Program (DRP)

Gelombang pengunduran diri ini merupakan bagian dari Deferred Resignation Program (DRP), sebuah kebijakan yang diluncurkan Trump pada awal 2025.

Melalui program ini, pegawai federal ditawari paket pengunduran diri berisi pembayaran gaji penuh hingga akhir September, dibanding menghadapi risiko pemecatan di masa depan.

Menurut laporan Demokrat di Senat (Juli 2025), program DRP diperkirakan menelan biaya US$14,8 miliar, karena sekitar 200.000 pekerja akan tetap menerima gaji dan tunjangan penuh meski dalam status cuti administratif hingga delapan bulan.

Jejak Panjang Pemangkasan Birokrasi

Sejak menjabat kembali, Trump menjadikan pemangkasan ukuran birokrasi sebagai salah satu agenda utama. Untuk itu, ia bahkan membentuk Departemen Efisiensi Pemerintahan (Department of Government Efficiency/DOGE) yang sempat dipimpin oleh miliarder sekaligus CEO Tesla, Elon Musk. Namun, Musk meninggalkan posisinya pada Mei 2025 karena berselisih dengan Trump.

Selain itu, pemerintahan Trump juga menerapkan pembekuan rekrutmen (hiring freeze), PHK massal, dan berbagai langkah efisiensi lainnya. Menurut perkiraan The New York Times, jumlah pegawai federal yang sudah dipecat mencapai sekitar 135.000 orang.

Di luar angka-angka resmi, laporan Newsweek menyebut banyak pegawai federal yang di-PHK menghadapi masalah kesehatan mental dan kesulitan mendapatkan pekerjaan di sektor swasta. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak sosial jangka panjang dari restrukturisasi besar-besaran birokrasi federal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post