News Komoditi & Global ( Selasa, 4 November 2025 )

Harga Emas (XAU/USD) turun ke sekitar $4.000 selama awal perdagangan sesi Asia pada hari Selasa. Logam mulia ini merosot karena para pedagang mengurangi taruhan terhadap penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) lebih lanjut. Michelle Bowman dari The Fed dijadwalkan untuk berbicara di kemudian hari.
Bank sentral AS minggu lalu memangkas suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini, tetapi Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa penurunan suku bunga lainnya tahun ini "tidak bisa dianggap sebagai kepastian." Pernyataan hawkish dari para pejabat The Fed menyeret logam kuning ini lebih rendah. Bank sentral AS menurunkan suku bunga pinjaman overnight acuan pada pertemuan bulan Oktober minggu lalu menjadi kisaran 3,75%-4,0%.
Pasar memprakirakan peluang 70% bahwa The Fed akan memotong kisaran target federal fund sebesar 25 basis poin (bp) pada pertemuan bulan Desember.  Pasar memprakirakan pengurangan suku bunga keseluruhan sebesar 82 bp pada akhir 2026 menjadi 3,06% dari suku bunga federal fund efektif saat ini sebesar 3,88%.
Namun, data terbaru menunjukkan sektor manufaktur AS melemah bulan lalu. Hal ini, pada gilirannya, mungkin membebani Dolar AS (USD) dan mengangkat harga komoditas berdenominasi USD. Data yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM) pada hari Senin menunjukkan bahwa Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) Manufaktur AS bulan Oktober turun menjadi 48,7 dari 49,1 di bulan September. Angka ini lebih lemah dari ekspektasi 49,5.
Para pedagang bersiap untuk menghadapi data Perubahan Ketenagakerjaan ADP AS bulan Oktober yang akan dirilis pada hari Rabu. Laporan ini mungkin memberikan beberapa petunjuk tentang kemungkinan penurunan suku bunga tambahan oleh The Fed tahun ini. Jika hasilnya lebih lemah dari yang diprakirakan, ini dapat memberikan dukungan bagi aset-aset safe-haven seperti harga Emas.


Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Cermati Keputusan OPEC+ 
 
Harga minyak dunia terpantau menguat tipis di tengah rencana penundaan kenaikan output pada kuartal I/2026 dan lemahnya data manufaktur Asia. Melansir Reuters pada Selasa (4/11/2025), harga minyak berjangka Brent naik tipis 12 sen atau 0,2% menjadi US$64,89 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat terpantau naik 7 sen atau 0,1% ke US$61,05 per barel. OPEC+, kelompok negara produsen minyak yang terdiri atas Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, pada Minggu (2/11/2025) sepakat untuk menaikkan produksi sebesar 137.000 barel per hari (bph) pada Desember 2025.  Namun, konsorsium tersebut juga berencana menangguhkan kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan. “Dampak negatif dari penambahan produksi 137.000 bph pada kuartal ini telah diimbangi oleh keputusan OPEC untuk menunda peningkatan pasokan setelah akhir tahun ini,” tulis analis Ritterbusch and Associates dalam risetnya. Sementara itu, Morgan Stanley menaikkan proyeksi harga minyak Brent untuk paruh pertama 2026 menjadi US$60 per barel dari sebelumnya US$57,50, dengan alasan kebijakan OPEC+ yang akan menahan kenaikan kuota produksi serta dinamika terbaru pada aset minyak Rusia. 
Pasar Tak Pasti, OPEC+ Rem Produksi Minyak Awal Tahun Depan KPK Terbitkan Sprindik Baru Dugaan Kasus Minyak Mentah Produksi Minyak APGWI Tembus 1.011 Barel, Tertinggi Sejak Kelola Blok West Kampar Bulan lalu, International Energy Agency (IEA) memperkirakan pasar minyak global berpotensi mengalami kelebihan pasokan hingga 4 juta bph pada 2026, sementara OPEC memprediksi keseimbangan antara permintaan dan pasokan tahun depan. Di sisi lain, para eksekutif perusahaan minyak Eropa yang hadir dalam konferensi di Abu Dhabi mengimbau pasar agar tidak terlalu pesimistis terhadap prospek harga minyak. Analis RBC Capital Markets menilai Rusia masih menjadi faktor ketidakpastian pasokan setelah sanksi Amerika Serikat terhadap Rosneft dan Lukoil, serta meningkatnya serangan terhadap infrastruktur energi. Di kawasan Asia, aktivitas manufaktur masih menunjukkan pelemahan pada Oktober 2025 berdasarkan survei bisnis terbaru. Asia sendiri merupakan kawasan konsumen minyak terbesar di dunia. CEO TotalEnergies, Patrick Pouyanne, menyebut pertumbuhan permintaan minyak di China telah melambat sejak 2020 seiring transisi energi bersih. Namun, ia tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang berkat meningkatnya permintaan dari India. Dolar AS Menguat, Tekan Harga Minyak Penguatan dolar AS turut menekan harga minyak karena membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Indeks dolar AS bertahan di level tertinggi dalam tiga bulan terakhir terhadap sejumlah mata uang utama. Pejabat Federal Reserve (The Fed) juga terus menyuarakan pandangan berbeda terkait risiko ekonomi AS menjelang pertemuan kebijakan berikutnya. Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan tidak terburu-buru menurunkan suku bunga lagi karena inflasi masih jauh di atas target 2%. Sementara itu, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly menyatakan dukungannya atas keputusan pemangkasan suku bunga sebelumnya, namun ingin mencermati data baru sebelum mempertimbangkan penurunan lanjutan pada 9—10 Desember 2025. Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan energi, termasuk minyak. Dari sisi data ekonomi, manufaktur AS kembali terkontraksi untuk bulan kedelapan berturut-turut pada Oktober, dengan pesanan baru yang masih lemah dan waktu pengiriman bahan baku yang lebih panjang akibat tarif atas barang impor. Di luar itu, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa militer AS bisa dikerahkan ke Nigeria atau melakukan serangan udara untuk menghentikan kekerasan terhadap komunitas Kristen di negara Afrika Barat tersebut—yang juga merupakan anggota OPEC dan produsen minyak terbesar di Afrika.

 

Wall Street Menguat Didorong Kesepakatan Amazon-OpenAI, Arah The Fed Masih Tak Pasti
 
Indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup menguat pada perdagangan Senin (3/11/2025) waktu setempat, didorong oleh sentimen positif dari kesepakatan besar di sektor kecerdasan buatan (AI).
Namun, arah kebijakan moneter jangka pendek Federal Reserve (The Fed) masih belum jelas karena terbatasnya data ekonomi resmi Amerika Serikat (AS) akibat penutupan sebagian pemerintahan.
Pada akhir perdagangan, Dow Jones Industrial Average turun 226,19 poin atau 0,48% ke level 47.336,68. S&P 500 naik 11,77 poin atau 0,17% ke 6.851,97, sedangkan Nasdaq Composite menguat 109,77 poin atau 0,46% ke 23.834,72.
Dari 11 sektor utama di S&P 500, sektor konsumsi non-esensial mencatatkan kenaikan terbesar, sementara sektor material mengalami pelemahan terdalam.
Kenaikan saham-saham teknologi dan perusahaan terkait menjadi pendorong utama penguatan Nasdaq.
Sementara itu, pelemahan saham sektor kesehatan seperti UnitedHealth Group yang turun 2,3% dan Merck merosot 4,1% menahan laju Dow Jones yang berakhir di zona negatif.
Salah satu sentimen utama datang dari pengumuman Amazon yang menjalin kesepakatan senilai US$ 38 miliar dengan OpenAI.
Kesepakatan ini memungkinkan pengembang ChatGPT tersebut menjalankan dan memperluas layanan AI di infrastruktur komputasi awan Amazon Web Services (AWS).
Saham Amazon pun melonjak 4%, sementara Nvidia naik 2,2% setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa chip AI paling canggih dari perusahaan tersebut hanya akan digunakan untuk perusahaan AS dan tidak diekspor ke China maupun negara lain.
Selain itu, Gedung Putih juga merilis rincian kesepakatan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk meredakan ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
“Kesepakatan Amazon dan berita merger lainnya telah mendorong pasar, ditambah kabar positif dari hubungan dagang AS-China serta pernyataan dovish dari pejabat The Fed,” ujar Ross Mayfield, analis strategi investasi di Baird, Louisville, Kentucky.
“Namun, pasar masih sangat dipimpin oleh saham-saham teknologi besar dan semikonduktor, seperti yang terjadi sepanjang pasar bullish ini.”
Sementara itu, saham Kimberly-Clark anjlok 14,6% setelah mengumumkan rencana akuisisi produsen Tylenol, Kenvue, senilai lebih dari US$ 40 miliar. Sebaliknya, saham Kenvue melonjak 12,3%.
Minimnya data ekonomi resmi karena penutupan pemerintahan membuat investor bergantung pada survei independen.
Laporan dari Institute for Supply Management (ISM) dan S&P Global menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS masih menghadapi ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden Trump.
Mahkamah Agung AS dijadwalkan akan membahas legalitas tarif tersebut pada Rabu mendatang.
Setelah pemangkasan suku bunga yang diperkirakan pekan lalu, langkah The Fed berikutnya kini menjadi semakin tidak pasti. Indikator ekonomi yang biasanya menjadi acuan kebijakan masih terbatas.
Laporan ketenagakerjaan dari ADP yang akan dirilis Rabu diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi pasar tenaga kerja AS.
Pejabat The Fed pun menunjukkan pandangan yang berbeda. Gubernur The Fed Stephen Miran mendukung pemangkasan suku bunga lanjutan, sedangkan Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee menilai langkah tersebut berisiko selama inflasi masih jauh di atas target 2%.
Musim laporan keuangan kuartal III telah memasuki puncaknya, dengan lebih dari 300 perusahaan dalam indeks S&P 500 melaporkan hasilnya. Berdasarkan data LSEG, sekitar 83% di antaranya mencatatkan laba di atas perkiraan analis.
Di Bursa New York, jumlah saham yang turun melebihi yang naik dengan rasio 1,34 banding 1. Ada 202 saham mencetak harga tertinggi baru dan 142 saham mencapai titik terendah baru.
Di Nasdaq, 1.799 saham menguat sementara 2.887 melemah, dengan rasio penurunan terhadap kenaikan sebesar 1,6 banding 1.
S&P 500 mencatat 16 saham dengan harga tertinggi baru dan 32 terendah baru, sedangkan Nasdaq membukukan 74 saham tertinggi baru dan 181 terendah baru.
Volume perdagangan di bursa AS tercatat sebanyak 19,62 miliar saham, lebih rendah dari rata-rata 21,11 miliar saham dalam 20 hari terakhir.

 

Trump: China dan Negara Lain Tidak Boleh Miliki Chip AI Tercanggih Nvidia
 
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan bahwa chip kecerdasan buatan (AI) tercanggih buatan Nvidia akan hanya tersedia untuk perusahaan-perusahaan asal AS dan tidak akan dijual ke China maupun negara lain.
Pernyataan tersebut disampaikan Trump dalam wawancara yang ditayangkan program “60 Minutes” di CBS pada Minggu (20/10), serta dalam komentarnya kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One.
“Chip paling canggih tidak akan kami berikan kepada siapa pun selain Amerika Serikat,” ujar Trump dalam wawancara tersebut.
“Kami tidak memberikan chip Blackwell itu kepada pihak lain,” tambahnya dalam penerbangan kembali ke Washington setelah akhir pekan di Florida.
Pernyataan ini menandakan kemungkinan pembatasan ekspor yang lebih ketat terhadap chip AI buatan Amerika Serikat dibandingkan kebijakan yang pernah diindikasikan sebelumnya.
China dan sejumlah negara lain berpotensi tidak dapat mengakses semikonduktor paling mutakhir buatan perusahaan asal AS itu.
Kebijakan Baru Bisa Perketat Ekspor Teknologi AI
Pada Juli lalu, pemerintahan Trump meluncurkan rencana besar kecerdasan buatan (AI blueprint) yang bertujuan melonggarkan aturan lingkungan dan memperluas ekspor teknologi AI ke negara sekutu, guna menjaga keunggulan Amerika terhadap China di sektor teknologi strategis.
Namun, komentar terbaru Trump mengindikasikan arah kebijakan baru yang lebih proteksionis, terutama dalam menahan teknologi chip berperforma tinggi agar tidak jatuh ke tangan negara pesaing.
Padahal, sebelumnya, Nvidia baru saja mengumumkan akan memasok lebih dari 260.000 chip AI Blackwell ke Korea Selatan, termasuk kepada sejumlah raksasa industri seperti Samsung Electronics.
AS Masih Pertimbangkan Versi Terbatas untuk China
Sejak Agustus lalu, muncul pertanyaan apakah pemerintahan Trump akan mengizinkan penjualan versi terbatas atau “scaled-down” dari chip Blackwell ke China.
Trump menegaskan kepada CBS bahwa ia tidak akan mengizinkan penjualan chip Blackwell versi tercanggih kepada perusahaan China, namun tidak sepenuhnya menutup kemungkinan penjualan versi yang lebih lemah.
“Kami akan membiarkan mereka berurusan dengan Nvidia, tapi bukan dalam hal chip paling canggih,” kata Trump dalam wawancara tersebut.
Pernyataan ini menimbulkan perdebatan di Washington, terutama di kalangan politikus Partai Republik yang hawkish terhadap China. Mereka khawatir langkah tersebut dapat meningkatkan kemampuan militer dan pengembangan AI China.
Ketua Komite Khusus DPR AS untuk Urusan China, John Moolenaar, bahkan menyamakan kemungkinan ekspor chip tersebut dengan “memberikan uranium tingkat senjata kepada Iran.”
Hubungan dengan China Tetap Tegang
Trump sebelumnya sempat mengisyaratkan bahwa isu chip AI mungkin akan dibahas dengan Presiden China Xi Jinping dalam KTT di Korea Selatan pekan lalu. Namun, ia kemudian menyatakan bahwa topik tersebut tidak sempat dibicarakan dalam pertemuan tersebut.
Sementara itu, CEO Nvidia Jensen Huang menegaskan bahwa perusahaan tidak mengajukan izin ekspor chip ke China, karena sikap Beijing yang belum membuka akses pasar bagi Nvidia.
“Mereka sudah sangat jelas bahwa mereka tidak ingin Nvidia berada di sana untuk saat ini,” ujar Huang dalam sebuah acara pengembang minggu lalu.
Ia menambahkan, akses ke pasar China sebenarnya penting untuk mendanai riset dan pengembangan (R&D) Nvidia di Amerika Serikat.


Produksi F-16 ke Taiwan Terlambat, AS Kerja 20 Jam Sehari untuk Kejar Target
 
 Amerika Serikat (AS) dikabarkan bekerja lembur untuk mempercepat produksi dan pengiriman jet tempur F-16V ke Taiwan, setelah mengalami penundaan akibat relokasi jalur produksi dan gangguan rantai pasok.
Kementerian Pertahanan Taiwan pada Senin (3/11/2025) menyebutkan bahwa total 66 unit jet F-16V yang semula dijadwalkan tiba hingga akhir 2026, kini diperkirakan akan mengalami keterlambatan.
Sebagai langkah mitigasi, kontraktor pelaksana dikabarkan bekerja dua shift dengan durasi 20 jam per hari guna mempercepat proses produksi.
“Taiwan akan terus memantau progres proyek agar kewajiban kontraktual dapat dipenuhi,” ujar kementerian tersebut dalam laporannya kepada parlemen.
Lockheed Martin, produsen pesawat tempur tersebut, belum memberikan tanggapan atas kabar ini.
Selain itu, Taiwan juga melaporkan keterlambatan dalam pengiriman bom luncur presisi AGM-154C Joint Standoff buatan Raytheon senilai T$135,97 miliar (sekitar US$4,44 miliar).
Senjata tersebut awalnya direncanakan dikirim pada akhir 2026, namun kini diproyeksikan baru akan diterima antara 2027 hingga 2028 karena masalah pasokan komponen.
Raytheon pun belum memberikan komentar atas laporan tersebut.
 “Seluruh proses pengadaan militer dikontrol secara ketat melalui berbagai pertemuan antara Taiwan dan Amerika Serikat. Jadwal pembayaran juga disesuaikan dengan progres produksi untuk menghindari pembayaran sebelum peralatan dikirim,” tulis Kementerian Pertahanan Taiwan.
Penundaan ini menambah daftar panjang keterlambatan pengiriman senjata dari AS, di tengah meningkatnya tekanan militer dari Beijing terhadap Taiwan.


Trump Tolak Sementara Penjualan Rudal Tomahawk untuk Ukraina
 
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan pada Minggu (2/11/2025) bahwa dirinya belum mempertimbangkan kesepakatan yang akan memungkinkan Ukraina memperoleh rudal jarak jauh Tomahawk untuk digunakan melawan Rusia.
Trump menegaskan bahwa ia tidak ingin memperburuk eskalasi perang, sehingga masih dingin terhadap rencana yang memungkinkan Amerika Serikat menjual rudal Tomahawk kepada negara-negara anggota NATO yang kemudian dapat mentransfernya ke Ukraina.
Pernyataan terbaru itu disampaikan Trump kepada para wartawan di atas pesawat kepresidenan Air Force One, saat ia terbang dari Palm Beach, Florida menuju Washington.
 “Tidak, belum benar-benar (dipertimbangkan),” ujar Trump ketika ditanya apakah ia tengah mempertimbangkan kesepakatan penjualan tersebut. “Namun, saya bisa saja mengubah pikiran,” tambahnya.
Dibahas dengan Sekjen NATO
Sebelumnya, Trump dan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte telah membahas wacana tersebut dalam pertemuan di Gedung Putih pada 22 Oktober. Rutte menyatakan pada Jumat (18/10) bahwa isu ini masih dalam tahap kajian, dan keputusan akhir sepenuhnya berada di tangan Amerika Serikat.
Rudal Tomahawk memiliki jangkauan sekitar 2.500 kilometer (1.550 mil) — cukup jauh untuk mencapai wilayah terdalam Rusia, termasuk Moskow.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy diketahui telah meminta pasokan rudal tersebut kepada Washington, guna memperkuat kemampuan pertahanan negaranya.
Namun, Kremlin telah memperingatkan bahwa setiap langkah untuk memberikan rudal Tomahawk kepada Ukraina akan dianggap sebagai eskalasi serius dalam konflik.


Ekspansi Pabrik China Tersendat di Oktober, Sentimen Tarif Bikin Pelaku Usaha Waspada
 
Aktivitas pabrik di China pada Oktober masih tumbuh, namun melambat dibanding bulan sebelumnya seiring menurunnya pesanan baru dan output di tengah kekhawatiran atas kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).
Indeks Manufaktur Umum China (China General Manufacturing PMI) versi RatingDog, yang disusun oleh S&P Global, turun menjadi 50,6 pada Oktober dari 51,2 pada September. Angka tersebut juga berada di bawah perkiraan konsensus analis Reuters di level 50,9.
Sebagai catatan, angka di atas 50 menunjukkan ekspansi, sedangkan di bawah 50 menandakan kontraksi.
 “Dari seluruh subindeks, hanya indikator ketenagakerjaan yang mencatat peningkatan dibanding bulan sebelumnya, sementara semua indikator lain menurun dalam berbagai tingkat,” ujar Yao Yu, pendiri RatingDog, Senin (3/11/2025).
Survei dilakukan ketika Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 100% terhadap produk-produk asal China.
Namun pada Kamis (31/10/2025), Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat memangkas tarif 10% atas sejumlah barang China.
Sebagai imbalannya, Beijing berkomitmen menindak perdagangan ilegal fentanyl, melanjutkan pembelian kedelai dari AS, serta memastikan ekspor mineral tanah jarang tetap berjalan.
Kesepakatan tersebut diperkirakan akan meredakan tekanan terhadap ekspor China dan membantu menjaga laju pertumbuhan ekonomi.
Meski begitu, laju ekspansi manufaktur Oktober masih lebih baik dibanding survei resmi pemerintah yang dirilis Jumat lalu, yang menunjukkan penurunan lebih dalam pada aktivitas pabrik.
Peningkatan pesanan baru sempat mendorong produksi lebih tinggi, meski keduanya melambat dibanding September.
Untuk memenuhi kebutuhan produksi, pabrikan menambah jumlah pekerja, mencatat laju perekrutan tercepat sejak Agustus 2023 dan menjadi kenaikan tenaga kerja pertama dalam tujuh bulan terakhir.
Beberapa importir kecil untuk peritel besar AS juga dilaporkan mempercepat impor produk seperti kereta bayi dan perlengkapan rumah tangga buatan China untuk persiapan musim belanja mendatang, menurut laporan Reuters.
Musim belanja yang semakin dekat turut membuat aktivitas pembelian meningkat selama empat bulan berturut-turut pada Oktober. Namun, pesanan ekspor baru justru menurun, berbalik arah dari kenaikan di September. Beberapa responden menyebut penurunan tersebut disebabkan meningkatnya ketidakpastian perdagangan global.
Perusahaan juga memangkas harga ekspor untuk pertama kalinya sejak April, di tengah tekanan dari biaya bahan baku yang terus meningkat.
Ketimpangan antara kenaikan harga input dan penurunan harga jual membuat margin laba korporasi tetap tertekan.
Analis Citi mencatat, perlambatan aktivitas pabrik China pada Oktober dipengaruhi oleh libur nasional selama delapan hari, ketidakpastian tarif yang kembali muncul, serta momentum pertumbuhan yang melemah.
Mereka tidak memperkirakan adanya stimulus besar hingga akhir tahun, namun menilai dukungan fiskal dan investasi publik mulai meningkat.
Untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi, pemerintah China telah mengalokasikan 1 triliun yuan (sekitar US$140 miliar) melalui bank-bank kebijakan, masing-masing 500 miliar yuan untuk mendukung investasi dan 500 miliar yuan untuk memperkuat keuangan daerah.


Lowongan Kerja Australia Terus Menyusut, Turun 2,2% pada Oktober 2025
 
 Jumlah iklan lowongan kerja di Australia kembali turun untuk bulan keempat berturut-turut pada Oktober, menurut data sektor swasta yang dirilis Senin (3/11/2025), menambah sinyal bahwa pasar tenaga kerja mulai melonggar meski inflasi masih meningkat.
Jumlah iklan lowongan kerja turun 2,2% pada Oktober dibandingkan bulan sebelumnya, setelah penurunan yang direvisi menjadi 3,5% pada September, menurut data dari Australia and New Zealand Banking Group (ANZ) dan situs pencari kerja Indeed.
Secara tahunan, jumlah iklan kerja tercatat 7,4% lebih rendah dibandingkan Oktober tahun lalu, dan hanya 8,4% lebih tinggi dibandingkan tingkat pra-pandemi.
Sektor ritel dan makanan mencatat kenaikan menjelang musim Natal, namun penurunan tajam di sektor pendidikan menekan total angka.
Sekitar 60% kategori pekerjaan mengalami penurunan iklan lowongan.
Bank Sentral Australia (RBA) diperkirakan akan menahan diri dari pemangkasan suku bunga pada pertemuan Selasa (4/11/2025) mendatang setelah inflasi melonjak, memadamkan harapan adanya pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut tahun ini.
Pasar memperkirakan hanya akan ada satu kali pemotongan suku bunga lagi dari level saat ini 3,6%, kemungkinan baru dilakukan pada Mei tahun depan.
Lonjakan tingkat pengangguran menjadi 4,5% pada September turut memperumit situasi, meskipun RBA menilai pasar tenaga kerja masih relatif ketat.


Alih-Alih Lucuti Hizbullah, Lebanon Kirim Pasukan ke Perbatasan untuk Balas Serangan Israel
 
Angkatan Bersenjata Lebanon pada Ahad (2/11/2025) mengerahkan pasukan ke kota Meiss El-Jabal di perbatasan selatan Lebanon. Menurut laporan media setempat di lansir Anadolu, pengerahan pasukan itu sebagai respons atas aktivitas militer Israel di Kroum al-Marah, arah timur dari kota Meiss El-Jabal.
Pengerahan pasukan setelah Presiden Lebanon Joseph Aoun pada Kamis (30/10/2025) mengeluarkan instruksi militernya agar mengonfrontasi serbuan tentara Israel yang masuk ke wilayah selatan Lebanon. Perintah Aoun keluar setelah serangan Israel ke sebuah gedung di kotamadya Blida menewaskan satu orang.
Selama beberapa pekan terakhir, ketegangan di selatan Lebanon meningkat, di mana militer Israel mengintensifkan serangan udara hampir setiap hari di wilayah Lebonon meski gencatan senjata telah disepakati sejak November 2024. Pada Jumat (31/10/2025), lembaga penyiaran publik Israel KAN melaporkan bahwa, Tel Aviv menimbang eskalasi operasi militer Lebanon dengan alasan mencegah upaya Hizbullah meningkatkan kemampuan militernya.
Militer Israel telah membunuh sedikitnya 4.000 orang dan melukai 17 ribu lewat serangan-serangannya terhadap Lebanon yang dimulai sejak Oktober 2023 dan berubah menjadi serangan skala-besar pada September 2024. Di bawah kesepatakan gencatan senjata, militer Israel seharusnya menarik diri dari perbatasan selatan Lebanon pada Januari 2025, namun mereka ternyata tetap mempertahankan keberadaan di lima pos perbatasan.
Hizbullah memuji keputusan Presiden Aoun, seraya berjanji mendukung penuh pihak militer untuk memperkuat kemampuan pertahanannya. Hizbullah juga mendesak pemerintah untuk “mengambil langkah berbeda dari yang dilakukan selama 11 bulan terakhir dan menunaikan tanggung jawabnya dengan menyusun rencana politik dan diplomatik guna menghentikan serangan serta melindungi warga dan kepentingan Lebanon.”
Pada Agustus lalu, pemerintah Lebanon telah menyetujui rencana untuk menempatkan seluruh senjata di bawah kendali negara. Namun, Hizbullah menolak kebijakan tersebut dan menegaskan akan tetap mempertahankan persenjataannya hingga Israel menarik diri sepenuhnya dari lima pos perbatasan yang masih didudukinya di selatan Lebanon.


Pezeshkian: Iran akan Bangun Kembali Fasilitas Nuklirnya

 
Presiden Iran Masoud Pezeshkian kepada media pemerintah Ahad (2/11/2025) menegaskan bahwa, Teheran akan membangun ulang fasilitas-fasilitas nuklirnya "dengan lebih kuat". Meski, Ia menambahkan, Iran tidak membuat senjata nuklir.
Pernyataan Pezeshkian dilontarkannya saat ia mengunjungi kantor Organisasi Energi Atom Iran di mana ia bertemua dengan manager-manager senior dari industri nuklir Iran. "Menghancurkan gedung-gedung dan pabrik tidak menciptakan masalah bagi kami, kami akan membangun kembali dengan kekuatan lebih," kata Pezeshkian.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Pada Juni lalu, Amerika Serikat (AS) ikut terlibat dalam serangan terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Presiden AS Donald Trump pun mengancam akan kembali menyerang jika Iran membangun kembali fasilitas nuklirnya.
Namun, Pezeshkian menegaskan, program nuklir Iran adalah untuk kepentingan sipil. "Semua ditujukan untuk mengatasi masalah rakyat, untuk penyakit, untuk kesehatan masyarakat," kata Pezeshkian.


Israel Terus Hancurkan Bangunan Gaza di Tengah Gencatan Senjata
 
Tentara penjajah Israel melakukan penghancuran besar-besaran terhadap rumah-rumah warga Palestina di Kota Gaza dan Khan Younis pada Ahad, meskipun perjanjian gencatan senjata sedang berlangsung. Sementara pasokan bantuan ke Gaza juga masih terus dihambat.
Menurut koresponden WAFA, pasukan Israel melancarkan serangan gencar di timur Kota Gaza sekaligus menghancurkan bangunan tempat tinggal di lingkungan Al-Zaytoun dan Al-Shujaiya, di mana gumpalan asap tebal terlihat membubung dari daerah sasaran.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Di Khan Younis timur, di Jalur Gaza selatan, tembakan artileri dan tembakan Israel juga terus berlanjut, disertai dengan pembongkaran beberapa bangunan tempat tinggal. Selain itu, pesawat tempur Israel melancarkan tiga serangan udara di Rafah, di Gaza selatan.
Seorang pria Palestina juga syahid pada Ahad akibat tembakan pesawat tak berawak Israel di lingkungan Shujaiya, sebelah timur Kota Gaza.
Sejak dimulainya agresi Israel pada Oktober 2023, jumlah korban tewas di Jalur Gaza meningkat menjadi 68.858 orang, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, sementara 170.664 lainnya luka-luka.
Tentara Israel menghancurkan seluruh blok pemukiman di kamp Jabalia, sebelah utara Jalur Gaza, akhir Agustus 2025.
Sejak perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada 11 Oktober bulan lalu, 226 warga Palestina syahid dan 594 luka-luka. Tim penyelamat juga telah menemukan 499 jenazah dari reruntuhan, dan 30 jenazah telah dikembalikan oleh otoritas Israel, sehingga jumlah total jenazah yang ditemukan menjadi 225.
Pembukaan Rafah
Sementara, ketika ribuan warga Palestina menantikan pembukaan kembali perbatasan Rafah, gambar-gambar satelit baru-baru ini menunjukkan adanya aktivitas di sekitar perbatasan tersebut. Hal ini mengindikasikan persiapan untuk memulai kembali operasi di bawah pengaturan lapangan yang menunjukkan hampir seluruh kendali militer Israel.
Aljazirah telah menganalisis citra satelit resolusi tinggi yang diambil antara tanggal 14 dan 24 Oktober untuk memantau perubahan di penyeberangan Rafah di sisi Palestina, sehubungan dengan diskusi mengenai pembukaan kembali penyeberangan tersebut di tengah penundaan yang dilakukan Israel.
Membandingkan gambar dari tanggal 14 Oktober dengan gambar dari tanggal 24 Oktober, tampaknya ada konstruksi baru di dalam area penyeberangan, di samping apa yang diyakini sebagai pembatas dan gerbang untuk mengatur pergerakan kendaraan yang masuk dan keluar Jalur Gaza.
Pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza masih sangat dibatasi meskipun ada perbaikan dalam distribusi makanan, kata PBB. PBB melaporkan Kamis lalu bahwa hanya 149 truk yang diturunkan di penyeberangan Gaza pada hari sebelumnya, terhambat oleh rute yang padat dan penundaan yang terus-menerus oleh tentara Israel.
Kantor media Gaza mengatakan rata-rata hanya 145 truk bantuan per hari yang memasuki Gaza sejak gencatan senjata dimulai, jauh dari jumlah 600 truk yang disepakati. Pergerakan kargo dibatasi oleh apa yang digambarkan PBB sebagai “Koridor Philadelphi yang sangat padat dan sempit”, yang tidak cocok untuk konvoi besar. Organisasi-organisasi kemanusiaan terus menghadapi penolakan Israel terhadap rute alternatif ke penyeberangan Karem Abu Salem.


Eks Marinir: AS tak Punya Sistem Pertahanan yang Mampu Tangkal Rudal Burevestnik
 
Mantan perwira intelijen Korps Marinir AS Scott Ritter mengatakan Amerika Serikat (AS) tidak memiliki sistem pertahanan rudal yang mampu menghadang serangan rudal jelajah baru Rusia, Burevestnik. Pada 26 Oktober, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan keberhasilan uji coba rudal Burevestnik.
“Untuk AS bisa mempertahankan diri dari Burevestnik, kami harus membangun sistem pertahanan rudal yang sama sekali berbeda, yang mampu melindungi wilayah Amerika 360 derajat," katanya kepada RIA Novosti.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Namun, AS tidak memiliki sistem seperti itu dan tidak mampu membiayainya, kata Ritter seraya menambahkan, rudal Burevestnik dapat bermanuver saat terbang sehingga sulit dijangkau sistem pertahanan rudal.
Kendaraan bawah laut tanpa awak Poseidon juga sulit diintersep. Perkembangan ini, kata dia, melemahkan fondasi sistem pertahanan rudal Golden Dome AS.
Kepala Staf Umum Rusia Valery Gerasimov mengatakan, dalam uji terbang pada Oktober itu, rudal yang dijuluki Presiden Putin sebagai "senjata unik" tersebut menempuh jarak 14.000 kilometer.
Selasa lalu, Putin mengumumkan bahwa Rusia berhasil menguji kendaraan bawah laut Poseidon. Ia mengatakan kendaraan tanpa awak tersebut dapat dilengkapi senjata konvensional maupun nuklir, memungkinkan serangan ke berbagai target, termasuk gugus serang kapal induk, benteng pantai, dan infrastruktur lainnya.


Trump: AS Punya Senjata Nuklir yang Cukup untuk Ledakkan Dunia 150 Kali 
 
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeklaim senjata nuklir Washington paling banyak dibandingkan dengan yang dimiliki Rusia dan China. Menurutnya, senjata Amerika tersebut cukup untuk meledakkan dunia hingga 150 kali. Meski demikian, Trump menyinggung Beijing yang dia sebut telah membuat senjata nuklir dengan dengan cepat. "Ya, kita punya senjata nuklir lebih banyak daripada negara lain. Rusia kedua. China ketiga, jauh di belakang, tapi mereka akan menyamainya dalam lima tahun. Tahukah Anda, mereka membuatnya dengan cepat, dan saya pikir kita harus melakukan sesuatu tentang denuklirisasi," ujarnya kepada CBS News, yang dilansir Senin (3/11/2025). Baca Juga: AS Ungkap Tes Senjata Nuklirnya Tak Akan Libatkan Ledakan dan Awan Jamur Trump mengakui bahwa dia membahas denuklirisasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping. "Denuklirisasi adalah hal yang sangat besar. Kami punya cukup senjata nuklir untuk meledakkan dunia 150 kali. Rusia punya banyak senjata nuklir, dan China akan punya banyak. Mereka punya beberapa. Mereka punya cukup banyak," ujarnya. Mencoba membenarkan perintahnya baru-baru ini tentang uji coba senjata nuklir AS, Trump mengatakan China dan Rusia juga sedang menguji senjata nuklir mereka. "Anda tidak tahu apa-apa tentang itu," ujarnya. Dalam wawancara tersebut, Trump sesumbar bahwa Washington adalah ancaman bagi Beijing. Presiden dari Partai Republik itu menekankan bahwa China selalu mengawasi AS. Pernyataan itu muncul di tengah tuduhan badan intelijen Amerika Serikat terhadap China yang telah menyusup ke beberapa bagian jaringan listrik dan sistem air AS. Beijing juga dituduh mencuri kekayaan intelektual Amerika dan data pribadi warga Amerika. "Kami juga merupakan ancaman bagi mereka. Banyak hal yang Anda katakan, kami lakukan kepada mereka," kata Trump. "Lihat, ini adalah dunia yang sangat kompetitif, terutama antara China dan AS. Dan—kami selalu mengawasi mereka, dan mereka selalu mengawasi kami. Sementara itu, saya pikir kami berhubungan baik, dan saya pikir itu—saya pikir kami bisa menjadi lebih besar, lebih baik, dan lebih kuat dengan bekerja sama dengan mereka, alih-alih hanya—menghancurkan mereka," paparnya. Lebih lanjut, Trump mengeklaim AS berhasil melawan China tetapi mengakui bahwa Beijing memiliki kekuatan mineral tanah jarang atas Washington. "Kami bermain sangat baik melawan China. Dan tiba-tiba mereka berkata, 'Kalian tahu, kami harus melawan balik'. Maka mereka pun menggunakan kekuatan mereka. Kekuatan yang mereka miliki adalah logam tanah jarang karena mereka telah mengumpulkannya dan—dan benar-benar menjaganya selama 25, 30 tahun," kata Trump. Mineral-mineral tanah dibutuhkan oleh AS untuk segala hal, mulai dari komputer hingga senjata. "Mereka menggunakannya untuk melawan kami, dan kami menggunakan hal-hal lain untuk melawan mereka. Misalnya, suku cadang pesawat. Itu masalah besar. Mereka memiliki ratusan pesawat Boeing. Kami tidak akan memberi mereka suku cadang. Kami berdua mungkin bertindak sedikit tidak rasional, tetapi pada akhirnya, hal terpenting yang kami miliki adalah tarif," lanjut Trump.

Share this Post