News Forex, Index & Komoditi ( Rabu, 25 Juni 2025 )
News Forex, Index & Komoditi
( Rabu, 25 Juni 2025 )
Harga Emas Global Turun Tajam usai Gencatan Senjata Iran-Israel
Harga emas turun tajam hingga 2% dan menyentuh level terendah dalam lebih dari dua pekan, setelah pengumuman gencatan senjata antara Iran dan Israel mengurangi minat pasar terhadap aset safe haven. Melansir Reuters pada Rabu (25/6/2025) harga emas di pasar spot turun 1,4% ke level US$3.319,96 per troy ounce setelah sempat merosot lebih dari 2% ke level terendah sejak 9 Juni 2025. Sementara itu, harga emas berjangka AS melemah 1,8% di posisi US$3.333,90 per troy ounce. Peter Grant, Wakil Presiden sekaligus analis logam senior di Zaner Metals mengatakan, meredanya ketegangan di Timur Tengah menjadi faktor utama yang menekan harga emas. Permintaan untuk aset lindung nilai menurun dan pasar cenderung berada dalam mode risk-on. Menurut Grant, emas kemungkinan akan mendapat dukungan teknikal di kisaran US$3.300, dan lebih kuat lagi di level US$3.250. Sementara itu, pasar saham global menguat dan dolar AS melemah setelah kabar gencatan senjata antara Iran dan Israel, meskipun Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut kedua pihak telah melanggar kesepakatan tersebut. Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan pihaknya memerintahkan serangan balasan ke sejumlah target di Teheran, sebagai respons atas serangan rudal dari Iran yang dianggap sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata.
Harga Emas Anjlok setelah Iran dan Israel Patuhi Gencatan Senjata Wall Street Ditutup Menguat Usai Gencatan Senjata di Timur Tengah dan Sinyal Hati-Hati The Fed Trump Klaim Gencatan Senjata, Iran Bantah Capai Kesepakatan dengan Israel “Masih ada pertanyaan apakah gencatan ini akan bertahan. Selama situasi belum benar-benar jelas, potensi penurunan harga emas juga kemungkinan terbatas,” ujar Grant. Di sisi lain, Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dalam testimoni tertulisnya kepada Kongres menyebut bahwa bank sentral masih perlu waktu untuk melihat apakah kenaikan tarif akan memicu inflasi, sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga. Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin hingga akhir tahun, dimulai pada Oktober dengan pengurangan 25 bps. Sebagai aset tanpa imbal hasil, emas cenderung menguat saat suku bunga rendah. Pada perkembangan lain, harga perak spot turun 0,8% ke US$35,83 per ounce, menyentuh posisi terendah sejak 5 Juni. Platinum menguat 1,6% ke US$1.314,91, sementara palladium melemah 1,5% ke US$1.061,90.
EUR/USD Melanjutkan Penguatannya saat Gencatan Senjata Menekan Dolar AS
EUR/USD memperpanjang kenaikannya untuk hari keempat berturut-turut, naik 0,39%, meskipun diperdagangkan di bawah level tertinggi tahunan 1,1641, didorong oleh kelemahan Dolar AS yang dipicu oleh de-eskalasi konflik Timur Tengah. Israel dan Iran sepakat untuk gencatan senjata, yang meningkatkan sentimen pasar dan pada akhirnya membebani Greenback. Pada saat berita ini ditulis, pasangan ini diperdagangkan di 1,1619, naik 0,38%.
Sentimen pasar berubah optimis, mendorong Dolar turun. Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak kinerja dolar terhadap sekumpulan enam mata uang, termasuk Euro, anjlok lebih dari 0,47%, diperdagangkan dekat level terendah mingguan 97,70.
Baru-baru ini, New York Times mengungkapkan bahwa intelijen AS menunjukkan bahwa serangan terhadap Iran tidak menghancurkan situs nuklir, yang sebelumnya dilaporkan oleh CNN. Meskipun demikian, Wall Street siap untuk mengakhiri sesi Selasa di zona hijau dengan para trader mengabaikan komentar hawkish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell.
Dalam kesaksiannya di hadapan DPR AS, Powell menyatakan bahwa suku bunga sedikit ketat. Dia menambahkan bahwa jika tekanan inflasi terjaga, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mungkin mempertimbangkan untuk memotong suku bunga.
Selama sesi Eropa, agenda ekonomi Zona Euro mengungkapkan bahwa IKU IFO meningkat selama enam bulan berturut-turut, meskipun ketidakpastian geopolitik secara keseluruhan. Selain itu, beberapa pembicara Bank Sentral Eropa (ECB) muncul di media.
Francois Villeroy dari ECB mengatakan bahwa bank sentral masih bisa memotong suku bunga jika ekspektasi inflasi tetap moderat, menurut FT. Kazimir dari ECB mengubah sikapnya, menjadi netral, lebih memilih untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah. Dia mengatakan bahwa dia berpikir "kita sudah mencapai target terkait suku bunga netral."
Intisari Penggerak Pasar Harian: EUR/USD melambung meskipun ada kecenderungan hawkish dari Fed
EUR/USD meningkat meskipun komentar hawkish dari Ketua Jerome Powell, yang menyatakan bahwa Fed tidak terburu-buru untuk memotong suku bunga. Gubernur Fed Michael Barr mengatakan bahwa kebijakan moneter berada pada posisi yang baik bagi Fed untuk menunggu dan melihat evolusi ekonomi.
Presiden Fed New York John Williams mengulangi komentar Powell, menyebutkan bahwa tarif dapat mendorong inflasi lebih tinggi dan bahwa pertumbuhan ekonomi akan melambat. Dia juga mencatat bahwa tarif kemungkinan akan berdampak pada pertumbuhan dan inflasi dalam beberapa bulan mendatang.
Neel Kashkari dari Fed Minneapolis mengatakan bahwa Fed berada dalam mode tunggu dan lihat terkait kebijakan moneter. Dia mengatakan Komite sedang mengevaluasi dampak tarif terhadap inflasi. Mengulangi beberapa komentarnya adalah Susan Collins dari Fed Boston, yang mengatakan bahwa keadaan kebijakan moneter saat ini adalah hal yang diperlukan.
Agenda AS mengungkapkan data Kepercayaan Konsumen AS terbaru dari Conference Board, dengan angka bulan Juni jatuh ke 93,0, turun dari 98,0 pada bulan Mei dan jauh di bawah perkiraan 100. Menurut Stephanie Guichard, Ekonom Senior untuk Indikator Global di Conference Board, "Penurunan ini bersifat luas di seluruh komponen, dengan pandangan konsumen tentang kondisi saat ini dan ekspektasi masa depan berkontribusi pada penurunan tersebut."
Indeks IKU IFO Jerman naik menjadi 88,4 pada bulan Juni, naik dari 87,5 pada bulan Mei dan sedikit di atas perkiraan 88,3. Ekspektasi bisnis juga menunjukkan perbaikan, naik menjadi 90,7 dari 88,9, mengalahkan proyeksi 90,0. Meskipun data yang optimis, Euro tidak menunjukkan reaksi yang signifikan.
Pemain pasar keuangan tidak mengharapkan bahwa ECB akan mengurangi Suku Bunga Fasilitas Simpanan sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan kebijakan moneter bulan Juli.
Wall Street Naik, S&P 500 Dekati Rekor Tertinggi saat Ketegangan Timur Tengah Mereda
Indeks utama Wall Street ditutup menguat lebih dari 1% pada akhir perdagangan Selasa (24/6), karena investor menyambut gencatan senjata antara Israel dan Iran.
Investor juga tengah mencermati testimoni Ketua Federal Reserve Jerome Powell di depan kongres untuk mencari petunjuk mengenai langkah bank sentral ke depan.
Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 507,24 poin, atau 1,19% ke level 43.089,02, S&P 500 naik 67,01 poin, atau 1,11% ke level 6.092,18 dan Nasdaq Composite naik 281,56 poin, atau 1,43% ke level 19.912,53.
Dari 11 sektor utama S&P 500, saham teknologi memimpin kenaikan, sementara saham energi mencatat pelemahan terdalam, yakni turun 1,5%.
Di antara kelompok saham megacap magnificent seven, saham Tesla berkinerja buruk, turun 2,4%.
Saham maskapai penerbangan naik di tengah meredanya ketegangan Timur Tengah. Indeks S&P 1500 Airlines naik 2,4%.
Namun, saham pertahanan melemah. Saham Lockheed Martin turun 2,6% dan saham RTX Corp turun 2,7%.
Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 16,94 miliar saham dengan rata-rata 18,12 miliar dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Ketiga indeks saham utama AS ditutup dengan kenaikan solid untuk sesi kedua berturut-turut menyusul serangan rudal AS terhadap aset pengayaan uranium Iran.
Nasdaq 100, bagian dari Nasdaq Composite, mencapai penutupan tertinggi sepanjang masa, sementara indeks acuan S&P 500 ditutup dalam jarak yang hampir mencapai penutupan tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada tanggal 19 Februari.
Senin malam, Presiden AS Donald Trump mengumumkan perjanjian gencatan senjata, yang tampaknya dilanggar oleh Israel. Namun, investor memandang retorika gencatan senjata sebagai tanda meredanya ketegangan.
"Para investor sudah tidak berani lagi," kata Greg Bassuk, kepala eksekutif di AXS Investments di New York.
"Gencatan senjata benar-benar menambah panasnya reli pasar saham. Kami yakin investor bertaruh bahwa ketenangan di Timur Tengah benar-benar merupakan berkah bagi saham meskipun membebani obligasi dan harga minyak."
Harga minyak mentah merosot karena berkurangnya kekhawatiran pasokan terkait konflik, menyeret saham energi turun.
Powell, yang berbicara di hadapan Komite Layanan Keuangan DPR AS, menegaskan kembali pandangannya bahwa pemotongan suku bunga dapat menunggu hingga dampak ekonomi dari kenaikan tarif lebih diketahui.
Ia menambahkan "kami berada dalam posisi yang baik untuk menunggu guna mempelajari lebih lanjut tentang kemungkinan arah ekonomi sebelum mempertimbangkan penyesuaian apa pun terhadap sikap kebijakan kami."
Pasar keuangan memperkirakan kemungkinan lebih dari 20% bahwa Fed akan menurunkan suku bunga utamanya pada akhir pertemuan kebijakan bulan Juli, dan kemungkinan hampir 70% bahwa pemotongan suku bunga pertamanya akan dilakukan pada bulan September.
Di sisi ekonomi, keyakinan konsumen memburuk bulan ini, dengan pesimisme terhadap pasar kerja jatuh ke level terendah sejak Maret 2021.
"Keyakinan konsumen menurun," imbuh Bassuk.
"Dan saat kita melihat titik-titik data ekonomi ini membayangi kekuatan ekonomi AS, itu adalah faktor lain yang mengarah pada kemungkinan yang lebih besar dari pemangkasan suku bunga Fed tahun ini."
Departemen Perdagangan dijadwalkan merilis pandangan terakhirnya tentang PDB kuartal pertama pada hari Kamis, dan pada hari Jumat laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) akan menjelaskan inflasi, belanja konsumen, dan pertumbuhan pendapatan.
Jerome Powell: The Fed Butuh Waktu Sebelum Potong Suku Bunga, Ini Alasannya
Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral masih memerlukan waktu untuk menilai dampak inflasi dari kenaikan tarif perdagangan sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga yang terus didesak Presiden Donald Trump.
Dalam kesaksian tertulisnya di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS, Selasa pagi (waktu setempat), Powell menggarisbawahi bahwa kenaikan tarif tahun ini “kemungkinan akan mendorong harga naik dan membebani aktivitas ekonomi.”
Namun, ia juga menambahkan bahwa: “Dampaknya terhadap inflasi bisa bersifat sementara, hanya mencerminkan pergeseran satu kali pada level harga. Tetapi bisa juga efek inflasinya lebih bertahan lama.”
Karena itu, Powell menegaskan bahwa The Fed memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan lebih lanjut sebelum mengubah kebijakan moneternya.
Pasar Revisi Ekspektasi: Pemangkasan Suku Bunga Mundur ke September?
Setelah pernyataan Powell dirilis, pelaku pasar mulai mengurangi ekspektasi akan pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan Juli, dan mengalihkan prediksi ke bulan September dengan kemungkinan penurunan lanjutan menjelang akhir tahun.
Hal ini sejalan dengan proyeksi ekonomi terbaru yang dirilis pekan lalu, di mana sebagian besar pejabat The Fed memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada 2025, meskipun dalam rapat terakhir, suku bunga tetap ditahan pada kisaran 4,25% hingga 4,5%.
Perpecahan di Internal The Fed
Dalam beberapa hari terakhir, dua gubernur The Fed yang merupakan pilihan Trump, menyatakan bahwa suku bunga bisa mulai dipangkas pada Juli karena inflasi belum merespons tarif dengan kenaikan signifikan. Namun, dua presiden bank cadangan regional lainnya masih khawatir inflasi bisa kembali naik di paruh kedua tahun ini.
Perbedaan pandangan ini menandakan adanya ketidakpastian di internal The Fed mengenai waktu terbaik untuk pelonggaran kebijakan.
Trump Kembali Desak Pemangkasan Suku Bunga Drastis
Presiden Donald Trump kembali melancarkan tekanan kepada Powell, menyebut bahwa suku bunga seharusnya sudah turun 2 hingga 3 poin lebih rendah.
Dalam unggahan di media sosial jelang sidang, Trump menyebut Powell sebagai: “Orang keras kepala dan bodoh,” sambil berharap “Kongres bisa menekannya habis-habisan.”
Trump, yang mengangkat Powell sebagai Ketua The Fed di masa jabatan pertamanya, diperkirakan tidak akan memperpanjang masa jabatan Powell yang akan berakhir musim semi mendatang.
Stabilitas Ekonomi Masih Terjaga, Tapi Tarik Ulur Kebijakan Perdagangan Jadi Kunci
Meskipun menolak desakan Trump, Powell menegaskan bahwa ekonomi AS saat ini berada dalam posisi yang “solid”, dengan tingkat pengangguran rendah dan inflasi yang masih jauh di bawah puncaknya saat pandemi.
Namun, ia mengingatkan bahwa banyak aspek dari kebijakan perdagangan AS yang belum pasti, terutama dengan tenggat 9 Juli mendekati — yang bisa membawa tarif lebih tinggi terhadap sejumlah negara mitra dagang utama AS.
“Perubahan kebijakan masih terus berkembang, dan dampaknya terhadap ekonomi masih belum pasti,” tutup Powell.
Rudal Iran Hantam Beersheba Usai Menlu Bantah Trump Soal Gencatan Senjata, Tiga Warga Israel Tewas
Iran pada Selasa (24/6/2025) kembali meluncurkan rudal-rudal menuju Israel dan menghantam kota Beersheba. Dilaporkan Ynet, tiga warga setempat tewas dan tujuh lainnya luka-luka usai sebuah gedung dihantam rudal balistik Iran.
Iran kembali meluncurkan rudal-rudal ke Israel tak lama setelah Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi membantah klaim Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa telah terjadi kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel. Araghchi menegaskan Iran tidak akan berhenti melancarkan serangan balasan jika Israel tidak mau mengakhiri serangan ke negaranya.
Layanan kesehatan Magen David Adom mengonfirmasi korban tewas. Tim penyelamat mengatakan, beberapa orang lainnya dikhawatirkan masih terperangkap di reruntuhan gedung yang hancur dihantam rudal Iran.
Menurut laporan, serangan mematikan ini bagian dari serangkaian luncuran rudal Iran yang memicu aktifnya sirine di kawasan utara, selatan, dan selanjutnya tengah Israel. Pada gelombang serangan pertama, dua rudal berhasil diintersep. Kemudian pada gelombang luncuran selanjutnya, empat hulu ledak terdekteksi, satu di antaranya berhasil menghantam sebuah gedung di Be'er Sheva.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengumumkan telah terjadinya kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel yang akan diterapkan dalam waktu 24 jam. Namun, baik Iran maupun Israel kemudian membantah keterangan Trump itu.
Dampak Penutupan Selat Hormuz: Ekspor Minyak Iran Terhambat, Harga Minyak Naik
Perang antara Iran dan Israel diprediksi masih akan terus berlanjut. Salah satu langkah paling mengancam dari Iran adalah upaya penutupan Selat Hormuz, jalur minyak paling penting di dunia.
Gencatan senjata Iran dan Israel diumumkan secara sepihak oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Senin (23/6). Pengumuman itu disangkal oleh Iran. Pihak Israel pun tidak memberikan tanggapan.
Ketidakjelasan mengenai gencatan senjata ini jelas membuat potensi meluasnya perang Iran-Israel semakin besar.
Selain menyerang dengan militer, Iran memiliki senjata efektif berupa penutupan Selat Hormuz.
Selat Hormuz terletak di antara Oman dan Iran. Mengutip AP News, sekitar 20 juta barel minyak per hari, atau sekitar 20% dari konsumsi minyak dunia, melewati selat ini pada tahun 2024.
Pangkalan angkatan laut utama Iran di Bandar Abbas berada di pantai utara selat tersebut. Iran juga dapat menembakkan rudal dari pantai Teluk Persia yang panjang, seperti yang dilakukan sekutunya, pemberontak Houthi Yaman, di Laut Merah.
Ekspor Minyak Iran Terhambat
Penutupan Selat Hormuz tidak hanya akan berdampak pada pasokan minyak dunia, tetapi juga jalur ekspor minyak Iran sendiri.
Menurut analis dari Kpler, Meskipun Iran memiliki terminal baru yang sedang dibangun di Jask, tepat di luar selat, fasilitas baru itu hanya memuat minyak satu kali dan tidak dalam posisi untuk menggantikan peran Selat Hormuz.
Sebagai tambahan, penutupan selat tersebut akan berdampak buruk pada China, mitra dagang terbesar Iran dan satu-satunya pelanggan minyak yang tersisa.
Tutupnya selat itu juga diprediksi akan merugikan negara-negara Arab pengekspor minyak, yang setidaknya secara resmi mendukung Iran dalam perangnya dengan Israel.
Penutupan Selat Hormuz juga memblokir wilayah perairan Oman, yang akan menyinggung negara yang selama ini bertindak sebagai mediator antara AS dan Iran.
Kenaikan Harga Minyak Dunia
Terhambatnya ekspor jelas akan meningkatkan harga minyak. Analis Kpler memprediksi kenaikan harga minyak akan setinggi US$120-130 per barel.
"Jika Iran memblokir selat itu, harga minyak bisa melonjak setinggi US$120-130 per barel. Hal itu akan menimbulkan guncangan inflasi pada ekonomi global, jika berlangsung lama," kata Homayoun Falakshahi, kepala analis minyak mentah di Kpler, dikutip AP News.
Dijelaskan bahwa, Asia akan terkena dampak langsung karena 84% minyak yang mengalir melalui selat tersebut menuju wilayah mereka, dengan tujuan utamanya adalah China, India, Jepang, dan Korea Selatan.
China akan terkena dampak paling serius karena memperoleh 47% minyak yang diangkut melalui laut dari Teluk. Untungnya, kekuatan ekonomi dunia itu masih memiliki persediaan minyak sebesar 1,1 miliar barel, atau persediaan untuk 2 1/2 bulan.
Sementara itu, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), Amerika Serikat akan merasakan dampak dari harga yang lebih tinggi tetapi tidak akan kehilangan banyak pasokan.
AS hanya mengimpor sekitar 7% minyaknya dari negara-negara Teluk Persia melalui selat tersebut pada tahun 2024, angka itu adalah yang terendah dalam hampir 40 tahun.
Iran Luncurkan Rudal ke Israel Setelah Gencatan Senjata Diumumkan Trump
Militer Israel melaporkan serangan rudal dari Iran pada Selasa (24/6/2025), hanya beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 12 hari.
Serangan tersebut menyebabkan tiga orang tewas di Beersheba, menurut layanan ambulans nasional Israel. Ini merupakan korban jiwa pertama yang dilaporkan di wilayah Israel sejak pengumuman gencatan senjata oleh Trump pada Senin malam.
Saksi mata mengatakan ledakan terdengar di sekitar Tel Aviv dan Beersheba, sementara militer Israel menyebutkan bahwa Iran meluncurkan enam gelombang serangan rudal.
Menurut pejabat senior Gedung Putih, kesepakatan gencatan senjata tersebut dicapai melalui komunikasi langsung antara Presiden Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Dalam kesepakatan itu, Israel menyatakan bersedia menghentikan serangan selama Iran tidak melakukan serangan lanjutan.
"Jika semuanya berjalan sesuai rencana dan saya yakin demikian saya mengucapkan selamat kepada Israel dan Iran atas stamina, keberanian, dan kecerdasan mereka untuk mengakhiri apa yang bisa disebut sebagai 'Perang 12 Hari'," tulis Trump melalui platform media sosialnya, Truth Social.
Sementara itu, seorang pejabat Iran menyatakan bahwa Teheran juga menyetujui gencatan senjata tersebut.
Namun, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menyampaikan bahwa penghentian serangan hanya akan terjadi jika Israel terlebih dahulu menghentikan "agresi ilegal" terhadap rakyat Iran.
Araqchi menambahkan bahwa Iran tidak berniat melanjutkan serangan apabila Israel menghentikan agresinya paling lambat pukul 04.00 waktu Teheran pada Selasa.
"Keputusan akhir terkait penghentian operasi militer kami akan ditentukan kemudian," ujarnya melalui unggahan di platform X (sebelumnya Twitter).
Trump juga memberi isyarat bahwa kedua belah pihak diberi waktu untuk menyelesaikan misi militer yang sedang berlangsung sebelum gencatan senjata diberlakukan secara bertahap.
Media semi-resmi Iran, SNN, melaporkan bahwa rudal terakhir dari Teheran diluncurkan pada hari Selasa, sebelum gencatan senjata mulai berlaku.
Dihantam Krisis, Nissan Dihadapkan pada Sorotan Soal Rencana Pemulihan di RUPS
Nissan Motor Co akan menghadapi sorotan tajam dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan yang digelar pada Selasa (24/6), seiring krisis yang terus membelit perusahaan.
Para pemegang saham juga akan memberikan suara terhadap proposal aktivis yang mendesak Nissan mengambil tindakan terhadap anak usaha tercatatnya, Nissan Shatai.
Masih menjadi tanda tanya besar apakah CEO baru, Ivan Espinosa, mampu menghentikan laju penurunan tajam perusahaan otomotif tersebut.
Dalam setahun terakhir, saham Nissan telah anjlok sekitar 36%, sementara pembayaran dividen dihentikan.
Perusahaan mencatat kerugian bersih sebesar US$ 4,5 miliar pada tahun fiskal terakhir dan sejauh ini belum memberikan proyeksi laba untuk tahun berjalan.
Espinosa telah memaparkan rencana pemangkasan besar-besaran, termasuk menutup tujuh pabrik dan memangkas sekitar 20.000 tenaga kerja, atau sekitar 15% dari total karyawan Nissan.
Salah satu investor aktivis berbasis di Tokyo, Strategic Capital, menilai bahwa restrukturisasi Nissan seharusnya juga mencakup langkah tegas terhadap status anak usaha tercatat, Nissan Shatai.
Perusahaan-perusahaan Jepang kini berada di bawah tekanan regulator dan Bursa Efek Tokyo untuk menuntaskan praktik “parent-child listings”, yang dinilai merugikan pemegang saham minoritas dan melemahkan tata kelola perusahaan.
Sebagai contoh, Toyota Motor awal bulan ini mengumumkan rencana mengambil alih seluruh saham Toyota Industries dalam transaksi rumit senilai US$ 33 miliar, yang mendapat kritik karena dinilai meremehkan valuasi anak usaha produsen forklift tersebut.
Menurut CEO Strategic Capital, Tsuyoshi Maruki, dalam wawancara dengan Reuters, Toyota mengambil langkah tersebut karena merasakan tekanan dari pemegang saham. Ia berharap manajemen Nissan juga mau mempertimbangkan hal serupa.
Nissan saat ini memiliki 50% saham Nissan Shatai, yang memproduksi mobil untuk induk usahanya.
Strategic Capital sendiri menguasai 3,5% saham Nissan Shatai dan juga memegang sebagian kecil saham Nissan, cukup untuk mengajukan proposal dalam RUPS.
Mereka mengusulkan agar Nissan mengubah anggaran dasarnya, dengan mewajibkan perusahaan untuk meninjau hubungan dengan anak usaha tercatat setiap tahun, serta mengungkapkan tindakan apa pun yang akan diambil terkait hal tersebut.
Namun, Dewan Direksi Nissan menolak proposal tersebut dengan alasan bahwa perubahan anggaran dasar akan menghambat fleksibilitas operasional perusahaan.
Jensen Huang dan Direksi Mulai Eksekusi Rencana Penjualan Saham NVDIA
Kepala Eksekutif Nvidia Corp. (NVDA) Jensen Huang telah mulai menjual saham perusahaan pembuat chip miliknya. Ini merupakan transaksi pertama dari rencananya penjualan hingga US$ 865 juta pada akhir tahun.
Menurut pengajuan pada hari Senin kepada Securities and Exchange Commission, Huang menjual 100.000 saham selama dua hari berturut-turut yaitu pada 20 Juni dan 23 Juni seharga US$ 14,4 juta. Penjualan Huang merupakan bagian dari rencana 10b5-1 baru yang diadopsi pada bulan Maret dan diungkapkan bulan lalu dalam laporan triwulanan Nvidia.
Huang adalah orang terkaya ke-12 di dunia dengan kekayaan sebesar US$ 126 miliar, yang hampir seluruhnya terdiri dari saham Nvidia. Menurut Bloomberg Billionaires Index, ia telah menjual lebih dari US$ 1,9 miliar saham Nvidia.
Sayangnya, Nvidia tidak segera menanggapi permintaan komentar di luar jam kerja normal tentang penjualan tersebut.
Rencana perdagangan yang telah diatur sebelumnya oleh Huang. Rencananya ia akan menjual 6 juta saham pada akhir tahun. Mengacu harga penutupan perdagangan Senin (23/6) di level US$ 144,,17, jumlah tersebut akan bernilai US$ 865 juta.Setelah ini, Huang juga berencana untuk menjual 50.000 saham lagi dalam waktu dekat.
Bukan hanya Huang, Direktur Nvidia lainnya, Mark Stevens, juga telah menjual saham. Ia melepas lebih dari 600.000 saham dengan harga sekitar US$ 88 juta pada tanggal 18 Juni
Pada awal bulan Juni, investor tersebut mengajukan proposal untuk melepas hingga 4 juta saham perusahaan pembuat chip tersebut dan sejauh ini telah melepas lebih dari 2 juta saham.
Tidak seperti Huang dan direktur dewan direksi lainnya, Stevens tidak menjual saham berdasarkan rencana 10b5-1. Menurut indeks kekayaan Bloomberg, Stevens memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 9,8 miliar.
Thailand Tutup Perbatasan, Ketegangan dengan Kamboja Memuncak
Pemerintah Thailand menutup seluruh penyeberangan darat ke Kamboja bagi hampir semua pelintas, termasuk wisatawan dan pedagang, sebagai respons atas memburuknya hubungan bilateral akibat sengketa perbatasan yang semakin memanas.
Keputusan ini diumumkan militer Thailand pada Senin malam (24/6), dengan alasan utama keamanan nasional.
Ketegangan meningkat setelah insiden bentrokan bersenjata di wilayah perbatasan akhir bulan lalu yang menewaskan satu tentara Kamboja.
Sejak itu, kedua negara saling menjatuhkan sanksi. Kamboja, misalnya, telah menghentikan seluruh impor bahan bakar dan gas dari Thailand.
Penutupan berlaku di seluruh pos pemeriksaan darat di tujuh provinsi perbatasan Thailand yang berbatasan langsung dengan Kamboja.
Militer menyatakan, larangan ini diberlakukan untuk semua kendaraan dan individu, kecuali dalam situasi darurat atau kemanusiaan.
Pengecualian dapat diberikan bagi warga yang membutuhkan perawatan medis, pelajar, atau keperluan mendesak lainnya, dengan persetujuan unit keamanan di masing-masing pos.
"Pembatasan ini diberlakukan sesuai dengan situasi keamanan saat ini, khususnya untuk menangani konflik yang meningkat secara politik, diplomatik, dan militer antara Thailand dan Kamboja," demikian isi pernyataan resmi militer.
Selain alasan keamanan, tindakan ini juga bertujuan mendukung upaya pemberantasan pusat-pusat penipuan ilegal di wilayah Kamboja, yang baru-baru ini disoroti Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra.
Ia menyatakan, Thailand akan menghentikan pasokan kebutuhan dasar seperti listrik ke wilayah-wilayah yang diduga menjadi basis aktivitas ilegal tersebut.
Namun, kebijakan Paetongtarn menuai kritik, terutama setelah beredarnya rekaman percakapan telepon antara dirinya dan mantan pemimpin Kamboja, Hun Sen.
Dalam rekaman itu, Paetongtarn diduga merendahkan seorang komandan militer senior Thailand, sehingga memicu sorotan terhadap kepemimpinannya dalam merespons konflik ini.
Pangkalan Militernya Diserang, Donald Trump Umumkan Gencatan Senjata Iran-Israel
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada hari Senin (23/6) waktu setempat mengumumkan bahwa gencatan senjata antara Iran dan Israel telah disepakati.
Ceasefire atau gencatan senjata adalah penghentian konflik bersenjata atau perang untuk sementara. Pada fase ini, seluruh pihak yang terlibat sepakat untuk menghentikan tindakan agresif militernya dalam kurun waktu yang disepakati.
Gencatan senjata bukan berarti perdamaian. Namun, dalam dialog yang terjadi di dalamnya, kesepakatan damai bisa saja terlahir.
Gencatan senjata Iran-Israel diumumkan oleh Trump tak lama setelah Iran melancarkan serangan rudal terhadap pangkalan militer AS di Qatar. Langkah tersebut jelas merupakan balasan atas pengeboman AS terhadap situs nuklirnya.
"Dengan asumsi bahwa semuanya berjalan sebagaimana mestinya, dan itu pasti akan terjadi, saya ingin mengucapkan selamat kepada kedua negara, Israel dan Iran, atas Stamina, Keberanian, dan Kecerdasan mereka untuk mengakhiri apa yang disebut sebagai 'PERANG 12 HARI'," tulis Trump dalam akun media sosialnya di Truth Social.
Trump mengklaim bahwa Israel dan Iran telah sepakat untuk melakukan “gencatan senjata total dan menyeluruh."
Di Truth Social, Trump menuliskan bahwa gencatan senjata bertahap selama 24 jam akan dimulai sekitar tengah malam hari Selasa waktu Timur. Trump percaya diri bahwa langkah ini akan mengakhiri perang secara resmi.
Sementara itu, pihak Iran mengakui bahwa sampai saat ini belum ada kesepakatan gencatan senjata atau penghentian operasi militer yang dicapai.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi bahkan mengatakan, Israel masih terus menyerang sejumlah titik di Teheran ketika pengumuman sepihak Trump keluar.
"Sampai saat ini, TIDAK ADA ‘kesepakatan’ mengenai gencatan senjata atau penghentian operasi militer. Namun, dengan syarat rezim Israel menghentikan agresi ilegalnya terhadap rakyat Iran paling lambat pukul 4 pagi waktu Teheran, kami tidak berniat melanjutkan tanggapan kami setelahnya," tulis Araghchi di akun media sosial X pribadinya.
Pesan itu dirilis Araghchi pada pukul 4.16 pagi waktu Teheran. Araghchi menambahkan, Iran akan mengumumkan keputusan akhir tentang penghentian operasi militer secepatnya.
Militer Israel menolak berkomentar atas pernyataan Trump. Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pun masih belum mengeluarkan komentar.
Media Iran dan Israel: Gencatan Senjata Mulai Berlaku
Televisi Iran memberitakan bahwa gencatan senjata telah dimulai, tak lama setelah militer Iran melancarkan sejumlah serangan rudal ke Israel. Salvo terakhir itu memicu kehancuran hebat di sejumlah wilayah Israel dan menimbulkan korban jiwa.
Press TV Iran mengatakan bahwa gencatan senjata mulai berlaku setelah berakhirnya serangkaian serangan rudal yang ditembakkan ke Israel. Sebagian besar rudal berhasil dicegat, tetapi satu rudal menghantam sebuah gedung apartemen di Beersheba, menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai beberapa lainnya.
Media Israel juga telah mengumumkan bahwa gencatan senjata yang awalnya diumumkan Presiden AS Donald Trump tersebut sudah mulai berlaku. Otoritas Penyiaran Israel mengumumkan dimulainya gencatan senjata antara Israel dan Iran pada pukul 07.00 pagi waktu setempat.
Terlepas dari pengumuman di media itu, Iran belum mengkonfirmasi perjanjian gencatan senjata. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan Selasa pagi bahwa negaranya belum mencapai kesepakatan dengan Israel mengenai gencatan senjata. Sedangkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melarang pejabatnya mengomentari gencatan senjata.
Sebelum pukul 07.00 waktu Israel, Komando Front Dalam Negeri Israel mengumumkan bahwa sirene serangan udara terdengar di Haifa dan wilayah di Israel utara, sementara media Israel melaporkan mendengar ledakan di Israel selatan.
Sebelum gencatan senjata berlaku, Iran melancarkan serangkaian serangan rudal baru ke sebagian besar wilayah Israel sejak fajar hari ini. Sebuah rudal Iran menghantam sebuah bangunan di kota Beersheba, Israel selatan, menewaskan enam warga Israel dan melukai lainnya, menurut media Israel.
Ambulans Israel melaporkan bahwa beberapa orang terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang menjadi sasaran. Rumah Sakit Soroka Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menerima 10 orang yang terluka setelah serangan Beersheba, dua diantaranya dalam kondisi sedang dan sisanya dalam kondisi ringan.
Channel 12 Israel melaporkan bahwa gelombang kelima rudal Iran terdeteksi pada Selasa pagi, mencatat bahwa 11 rudal diluncurkan ke Israel dalam lima gelombang terpisah selama dua jam terakhir.
Sebaliknya, Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa militer Israel memperkirakan Iran meluncurkan 15 rudal ke Iran pagi ini. Kantor Berita Fars Iran melaporkan bahwa Pangkalan Udara Haifa dan Ramat David termasuk di antara lokasi yang menjadi sasaran rudal Iran pagi ini.
Komando Front Dalam Negeri meminta penduduk Israel utara untuk tetap berada di dekat daerah yang dibentengi, sementara Channel 12 melaporkan bahwa Israel telah menutup wilayah udaranya sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Sementara Bertepatan dengan pengumuman Presiden AS Donald Trump tentang perjanjian gencatan senjata sementara antara Teheran dan Tel Aviv, televisi Iran mengungkap pembunuhan ilmuwan nuklir Mohammad Reza Sedighi dalam serangan Israel dini hari tadi, sebelum gencatan senjata dimulai.
Saat fajar hari ini, ibu kota Teheran dan kota Karaj di sebelah barat diguncang oleh serangan yang digambarkan media lokal sebagai ledakan terbesar dalam 12 hari.
Militer Israel mengeluarkan peringatan darurat kepada penduduk di dua wilayah di ibu kota Iran, Teheran, dan mendesak mereka untuk "segera mengevakuasi rumah mereka." Peringatan tersebut tidak merinci sifat ancaman atau wilayah yang menjadi sasaran serangan, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya serangan atau operasi militer yang tidak diumumkan jauh di wilayah Iran.
Bertepatan dengan peringatan Israel, media Iran melaporkan aktivasi sistem pertahanan udara di ibu kota, Teheran, dan di kota-kota utara Rasht dan Urmia, di mana pesawat pencegat yang tidak biasa terlihat, menurut situs web lokal.
Sebuah ledakan terdengar di kota Karaj, sebelah barat Teheran, menurut media Iran. Kantor Berita Fars melaporkan bahwa sistem pertahanan udara beroperasi secara intensif, dan beberapa ledakan terdengar di Teheran tengah dan timur laut.
Channel 12 Israel juga mengumumkan pencegatan sebuah drone setelah sirene serangan udara dibunyikan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki, yang menunjukkan bahwa baku tembak terus berlanjut meskipun ada pembicaraan tentang percepatan upaya diplomatik untuk mengakhiri pertempuran.
Militer Israel mengatakan mereka mencegat empat drone yang diluncurkan dari Iran. Sumber Israel mengatakan kepada Channel 12, "Kami memiliki lebih banyak target di Iran, namun kami telah mencapai tujuan utama, dan ini adalah momen bersejarah."
Perang antara kedua belah pihak telah memasuki hari ke-12, menandai peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam jenis sasaran dan cakupan serangan, termasuk fasilitas nuklir di Fordow dan Isfahan, selain pangkalan udara dan pusat penelitian. Iran merespons dengan meluncurkan ratusan rudal dan drone ke sasaran-sasaran penting di Israel.
Para pejabat Israel mengatakan mereka “menghadapi tingkat ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya,” sementara Iran menggambarkan operasi tersebut sebagai “respon yang sah terhadap agresi Amerika dan Israel.”