News Forex, Index & Komoditi ( Selasa, 1 Juli 2025 )

News  Forex,  Index  &  Komoditi

(  Selasa,  1 Juli  2025  )

Harga Emas Global Naik Perlahan saat Dolar Melemah Menjelang Laporan NFP

 

Harga Emas (XAU) naik modest pada hari Senin, naik 0,58%, saat Dolar AS (USD) melanjutkan penurunannya menjelang kalender ekonomi yang padat di Amerika Serikat (AS). Spekulasi bahwa Presiden AS Donald Trump dapat memilih Ketua Federal Reserve (The Fed) yang baru pada bulan September atau Oktober membebani Greenback, yang diperdagangkan dekat terendah Februari 2022.

Pasangan XAU/USD diperdagangkan pada $3.292 setelah memantul dari terendah harian $3.246, siap untuk mengakhiri Juni dengan keuntungan lebih dari 0,18%. Meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, bersama dengan kemungkinan pengumuman kesepakatan perdagangan, membatasi kemajuan Emas. Sementara itu, Citi mengungkapkan bahwa Emas mungkin berkonsolidasi dalam kisaran $3.100 - $3.500 per ons di Kuartal 3.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan bahwa dia yakin "One Big Beautiful Bill" akan maju dalam beberapa jam ke depan. Undang-undang tersebut, yang lolos tipis di Senat pada akhir pekan, mengusulkan perubahan besar pada kode pajak, termasuk pengurangan luas yang didanai oleh pemotongan Medicaid dan program energi hijau.

Minggu yang dipersingkat ini, menjelang Hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli, akan menampilkan data PMI Manufaktur ISM, angka ketenagakerjaan ADP, Klaim Tunjangan Pengangguran Awal, dan laporan Nonfarm Payrolls untuk bulan Juni.

Intisari Penggerak Pasar Harian: Harga Emas naik saat imbal hasil AS dan Dolar AS jatuh

XAU/USD didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS, dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun sebesar 4,242%, penurunan tiga basis poin. Imbal hasil riil AS, yang dihitung dengan mengurangkan ekspektasi inflasi dari imbal hasil nominal, juga turun tiga basis poin menjadi 1,952%.

Mengenai perdagangan, AS dan Tiongkok sedang menyelesaikan masalah sebelumnya terkait kesepakatan mineral tanah jarang, dan Kanada telah menghapus pajak layanan digital untuk perusahaan teknologi AS, yang berkontribusi pada sentimen pasar yang positif yang membatasi harga Emas.

Ekspektasi bahwa Federal Reserve akan melonggarkan kebijakan lebih dari 60 basis poin (bp) pada tahun 2025, kemungkinan mendukung harga Emas, yang berkembang dalam periode suku bunga yang lebih rendah dan ketidakpastian geopolitik.

Citi memperkirakan harga Emas akan kembali ke $2.500 - $2.700 pada paruh kedua tahun 2026.

Persetujuan "One Big Beautiful Bill" Trump kemungkinan akan meningkatkan defisit fiskal sebesar $3,8 triliun, yang dapat lebih melemahkan Dolar dan meningkatkan minat terhadap logam mulia.

PMI Manufaktur ISM untuk bulan Juni diperkirakan akan meningkat dari 48,5 menjadi 48,8. Mengenai data pekerjaan, Perubahan Pekerjaan ADP diproyeksikan meningkat dari 37 ribu pekerjaan swasta yang ditambahkan ke tenaga kerja menjadi 85 ribu.

Para analis memperkirakan bahwa angka Nonfarm Payrolls bulan Juni kemungkinan akan menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja memang mendingin, diproyeksikan sebesar 110 ribu turun dari 139 ribu pada bulan Mei.

Pasar uang menunjukkan bahwa para pedagang memprakirakan 63,5 basis poin pelonggaran menjelang akhir tahun, menurut data Prime Market Terminal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harga Minyak Dunia Melemah  karena Meredanya Risiko Geopolitik Timur Tengah

 

West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS, diperdagangkan di sekitar $64,25 selama perdagangan sesi Asia pada hari Selasa. Harga WTI turun seiring meredanya risiko geopolitik di Timur Tengah dan kemungkinan peningkatan output OPEC+ pada bulan Agustus.

Kekhawatiran akan ketegangan di Timur Tengah yang mengganggu pasokan minyak global mereda setelah gencatan senjata Israel-Iran. Ini dapat melemahkan emas hitam dalam jangka pendek. Pasar telah menghilangkan sebagian besar premi risiko geopolitik yang dibangun ke dalam harga setelah gencatan senjata Iran-Israel, kata analis pasar IG, Tony Sycamore.

Organization of the Petroleum Exporting Countries dan sekutu-sekutunya (OPEC+) siap mempertimbangkan peningkatan 411.000 barel per hari (bph) untuk bulan Agustus saat mereka bertemu pada hari Minggu, setelah kenaikan output serupa untuk bulan Mei, Juni, dan Juli. Ini akan menjadi kenaikan bulanan keempat sejak kelompok ini mulai mengurangi pemotongan produksi pada bulan April.

Sementara itu, produksi minyak mentah AS mencapai rekor 13,47 juta bph pada bulan April, naik dari 13,45 juta bph sebelumnya, menurut data yang dirilis oleh Energy Information Administration (EIA). Data ini berkontribusi pada penurunan WTI.

Para investor akan memantau dengan seksama negosiasi perdagangan, dengan hanya 10 hari hingga tarif Presiden AS ,Donald Trump, dijadwalkan untuk dilanjutkan. Setiap perkembangan positif seputar perundingan perdagangan dapat memberikan dukungan pada prospek permintaan minyak, meningkatkan harga WTI.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

EUR/USD Melonjak Tinggi seiring Dolar Memudar karena Harapan Kebijakan Fiskal

 

EUR/USD naik ke level tertinggi tahunan baru di 1,1780 pada hari Senin seiring Greenback terus tertekan oleh prospek persetujuan anggaran fiskal di Amerika Serikat (AS) dan harapan bahwa pemerintahan Trump terus membuat kemajuan dalam kesepakatan perdagangan dengan mitra dagang utama. Pada saat berita ini ditulis, pasangan mata uang ini diperdagangkan di 1,1776, naik 0,51%.

Sentimen tetap positif seperti yang digambarkan oleh indeks ekuitas AS yang mencatatkan kuartal kedua yang solid di 2025, diperdagangkan pada level tertinggi sepanjang masa. Oleh karena itu, Dolar AS (USD) berada di dekat posisi terendah multi-tahun di tengah ekspektasi bahwa defisit fiskal akan meningkat secara substansial, dan para pelaku pasar memprakirakan lebih dari 50 basis poin (bp) pelonggaran oleh Federal Reserve (Fed), mendorong mata uang bersama mendekati tertinggi empat tahun.

Berita bahwa Uni Eropa (UE) akan menerima tarif universal Trump mendorong EUR/USD lebih tinggi. Namun, UE ingin AS menurunkan bea pada sektor-sektor kunci, termasuk farmasi, alkohol, semikonduktor, dan pesawat komersial.

Data di Eropa mengungkapkan bahwa Penjualan Ritel Jerman merosot. Para pengambil kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) tampaknya khawatir tentang pertumbuhan ekonomi dan akan tetap bergantung pada data dalam menetapkan kebijakan suku bunga mereka.

Pada hari Selasa, Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan berbagi panel dengan Presiden ECB Christine Lagarde, Gubernur Bank of England (BoE) Andrew Bailey, dan Kepala Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda.

Intisari Penggerak Pasar Harian: Rally EUR/USD berlanjut saat Greenback melemah

EUR/USD tampaknya siap untuk menantang 1,1800. Indeks Dolar AS (DXY), yang

melacak kinerja nilai dolar terhadap sekeranjang rival, turun 0,41% di 96,85, mendekati posisi terendah hampir empat tahun.

Defisit fiskal AS diperkirakan akan meningkat sebesar $3,3 triliun jika Kongres AS menyetujui "One Big Beautiful Bil" Trump. Ini bisa melemahkan Dolar AS dan mendorong Euro lebih tinggi.

Agenda ekonomi AS sibuk selama minggu yang dipersingkat ini. PMI Manufaktur ISM untuk bulan Juni diperkirakan akan meningkat dari 48,5 menjadi 48,8, sementara Perubahan Ketenagakerjaan ADP diproyeksikan meningkat dari 37 Ribu pekerjaan swasta yang ditambahkan ke tenaga kerja menjadi 85 Ribu.

Laporan Nonfarm Payrolls AS yang krusial pada bulan Juni diperkirakan menunjukkan bahwa pasar kerja melemah, dengan estimasi menunjukkan bahwa ekonomi hanya menambahkan 110.000 orang ke tenaga kerja, di bawah 139.000 bulan lalu. Tingkat Pengangguran diperkirakan akan naik dari 4,2% menjadi 4,3%.

Penjualan Ritel Jerman pada bulan Mei merosot sebesar -1,6% MoM, di bawah estimasi ekspansi 0,5%. Setiap tahun, turun dari 2,3% menjadi 1,6% YoY, dan meleset dari prakiraan kenaikan 3,3%.

De Guindos dari ECB mengatakan bahwa bank sentral menghadapi "ketidakpastian yang brutal," menunjukkan bahwa pertumbuhan Q2 dan Q3 bisa datar dan harus menjaga semua opsi tetap terbuka. Kepala Ekonom ECB, Philip Lane, mengatakan mereka mungkin menghadapi deviasi yang lebih besar dari target inflasi 2% di kedua sisi. Simkus menambahkan bahwa dia tidak yakin apakah mereka memiliki semua data yang diperlukan untuk pertemuan September.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Wall Street Perkasa: Indeks S&P 500 dan Nasdaq Ditutup pada Rekor Tertinggi

 

Wall Street tampil perkasa dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq mencapai rekor penutupan tertinggi. Ini juga menjadi penutupan kuartal terbaik untuk kedua indeks acuan tersebut dalam lebih dari setahun, karena harapan untuk kesepakatan perdagangan dan kemungkinan penurunan suku bunga meredakan ketidakpastian investor.

Senin (30/6), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 275,50 poin atau 0,63% menjadi 44.094,77, indeks S&P 500 menguat 31,88 poin atau 0,52% ke 6.204,95 dan indeks Nasdaq Composite menguat 96,28 poin atau 0,48% ke 20.369,73.

Pada sesi ini, sembilan dari 11 sektor pada indeks S&P ditutup menguat. Saham bank besar di Amerika Serikat (AS) naik setelah sebagian besar lolos "uji stres" tahunan dari Federal Reserve (The Fed), yang membuka jalan bagi pembelian kembali saham dan dividen senilai miliaran dolar.

Dengan penutupan kali ini, indeks S&P 500 dan Nasdaq berhasil mengakhiri kinerja kuartalan dengan penguatan dua digit. Pada kuartal II-2025, indeks S&P 500 naik 10,57%, Nasdaq melonjak 17,75%, dan Dow naik 4,98%.

Di sisi lain, indeks Russell 2000 Small Cap naik 8,28% pada kuartal II-2025.

Namun, tiga indeks utama membukukan kinerja semester pertama terlemah sejak 2022, karena ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan telah membuat investor waspada sepanjang tahun, dengan ketegangan memuncak setelah Presiden Donald Trump mengungkapkan tarif yang meluas pada 2 April.

Kesepakatan perdagangan dengan China dan Inggris telah memicu optimisme bahwa perang dagang global habis-habisan dapat diminimalkan, dengan harapan lebih banyak kesepakatan dapat dicapai sebelum batas waktu perdagangan Trump pada 9 Juli.

Akhir kuartal juga dipengaruhi oleh manajer yang mengubah portofolio mereka agar terlihat lebih menarik di akhir kuartal.

"Semangat hewani tampaknya telah menguasai di sini," kata Roy Behren, wakil presiden dana manajemen Westchester Capital.

"Hal ini juga cukup umum terjadi pada beberapa hari terakhir kuartal untuk melihat kekuatan karena adanya window dressing."

Pada hari Minggu, Kanada membatalkan pajak layanan digitalnya yang menargetkan perusahaan teknologi AS, hanya beberapa jam sebelum pajak tersebut mulai berlaku, dalam upaya untuk memajukan negosiasi perdagangan yang macet dengan Amerika Serikat.

Namun, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memperingatkan bahwa negara-negara masih dapat menghadapi tarif yang jauh lebih tinggi pada tanggal 9 Juli bahkan jika mereka bernegosiasi dengan itikad baik, dan setiap perpanjangan potensial akan tergantung pada Trump.

Sementara itu, Senat AS dari Partai Republik akan mencoba untuk meloloskan RUU pemotongan pajak dan pengeluaran Trump, meskipun ada perpecahan dalam partai tersebut tentang perkiraan kerugian US$ 3,3 triliun terhadap utang nasional sebesar US$ 36,2 triliun.

Trump ingin RUU tersebut disahkan sebelum hari libur Hari Kemerdekaan pada tanggal 4 Juli.

Data ekonomi utama yang dirilis minggu ini mencakup gaji nonpertanian bulanan dan survei Institute for Supply Management tentang sektor manufaktur dan jasa untuk bulan Juni.

Beberapa pejabat bank sentral AS termasuk Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan untuk berbicara akhir minggu ini.

Serangkaian data ekonomi yang lemah dan ekspektasi bahwa Trump akan mengganti Powell dengan seseorang yang bersikap dovish telah mendorong taruhan pemangkasan suku bunga oleh Fed tahun ini.

Pada sesi kali ini, saham Hewlett Packard Enterprise melonjak naik 11,1% menjadi kenaikan terbesar pada indeks S&P 500. Disusul, First Solar naik 8,8%, dan Juniper Networks naik 8,45%.

"Reli saat ini didorong oleh beberapa saham kelas berat yang mendorong indeks naik, memberikan pasar rasa optimisme meskipun defisit meningkat dan masalah kebijakan yang belum terselesaikan," kata Cole Smead, CEO dan manajer portofolio Smead Capital Management.

"Pasar saham tampaknya tidak peduli sama sekali, orang-orang berpikir pesta ini akan berlangsung selamanya," katanya. "Saya pikir permainan ini sudah berakhir. Ini hanya masalah kapan dan seberapa buruknya."

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Elon Musk Sebut AS Bisa Terjerumus dalam 'Perbudakan Utang', Begini Analisisnya

 

Miliarder Elon Musk memperingatkan, Amerika Serikat (AS)bisa saja terjerumus ke dalam 'perbudakan utang' akibat rancangan undang-undang (RUU) belanja negara dan pajak yang diajukan Presiden Donald Trump. Pada Mei, DPR AS meloloskan RUU itu, yang dijuluki 'One Big Beautiful Bill' oleh Trump.

Menurut Kantor Anggaran Kongres, RUU tersebut mengurangi belanja federal, tetapi juga memangkas pajak besar-besaran. Akibatnya, kebijakan itu justru akan memperbesar defisit anggaran dan menambah utang nasional.

"RUU ini menaikkan plafon utang sebesar lima triliun dolar AS, kenaikan terbesar dalam sejarah, dan menempatkan Amerika di jalur cepat menuju perbudakan utang!" tulis Musk di platform X.

Musk telah berulang kali mengkritik RUU itu. Sebelumnya, dia mengatakan bahwa kebijakan tersebut bisa membuat defisit anggaran AS membengkak hingga 2,5 triliun dolar (sekitar Rp 40.449,5 triliun) dan warga Amerika menghadapi beban utang yang tidak bisa ditanggung.

Para analis memperkirakan AS bisa mengalami gagal bayar paling cepat Agustus nanti jika Partai Republik dan Demokrat di Kongres gagal menyepakati kenaikan plafon utang.

Isu kenaikan plafon utang telah memicu tarik-menarik politik di antara kedua partai besar di AS tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keji, AS-Israel Selundupkan Narkotika ke Paket Bantuan di Gaza

 

 

Kantor media pemerintah Gaza pada hari Jumat mengecam penemuan narkotika pil oksikodon yang dilaporkan ditemukan dalam kantong tepung yang didistribusikan oleh pusat bantuan “Amerika-Israel”. Ini pelanggaran terkini yang ditemukan di pusat bantuan kontroversial tersebut.

“Sejauh ini kami telah mendokumentasikan empat kesaksian dari warga yang menemukan pil-pil tersebut di dalam kantong tepung,” katanya dalam sebuah pernyataan dilansir Middle East Eye. Mereka memperingatkan “kemungkinan beberapa zat narkotika ini sengaja digiling atau dilarutkan dalam tepung itu sendiri”.

Oxycodone adalah opioid yang dimaksudkan untuk mengobati nyeri parah dan jangka panjang, sering kali diresepkan untuk pasien kanker. Obat ini sangat membuat ketagihan dan dapat menimbulkan efek yang mengancam jiwa, termasuk komplikasi pernapasan dan halusinasi.

Pernyataan kantor media tersebut muncul setelah beberapa postingan media sosial membagikan gambar pil yang konon ditemukan dalam kantong tepung di Gaza.

Apoteker Palestina Omar Hamad menggambarkan penemuan pil tersebut sebagai “bentuk genosida yang paling tercela”. Khalil Mazen Abu Nada, seorang dokter Palestina di Gaza, juga memposting tentang obat tersebut di Facebook.

Ia menggambarkannya sebagai “cara untuk melenyapkan kesadaran masyarakat kita”. Kantor media pemerintah Gaza mengatakan pihaknya menganggap Israel “bertanggung jawab penuh atas kejahatan keji yang menyebarkan kecanduan dan menghancurkan tatanan sosial Palestina dari dalam”.

Kantor tersebut juga mengecam “eksploitasi blokade oleh militer Israel untuk menyelundupkan zat-zat ini sebagai ‘bantuan dan bantuan’”, dan menggambarkan pusat bantuan yang dioperasikan Israel dan Amerika sebagai “perangkap maut”.

Gaza Humanitarian Foundation (GHF), organisasi kontroversial AS-Israel yang mengoperasikan titik bantuan di Gaza, telah banyak dikecam oleh organisasi hak asasi manusia karena kurangnya transparansi dan akuntabilitas.

Pada Rabu, 15 kelompok hak asasi manusia dan hukum menyerukan penangguhan GHF karena perannya dalam melemahkan organisasi kemanusiaan internasional dan mendorong “pengungsian paksa” warga Palestina di Gaza, yang dapat dianggap sebagai keterlibatan dalam “kejahatan berdasarkan hukum internasional, termasuk kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, atau genosida”.

Otoritas kesehatan Gaza telah melaporkan bahwa setidaknya 516 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel di dekat lokasi bantuan dalam sebulan terakhir operasi GHF.

Pada Jumat, Haaretz melaporkan tentara Israel mengaku secara langsung menembak dan membunuh warga Palestina yang tidak bersenjata di lokasi pengumpulan bantuan yang dioperasikan GHF.

 

 

 

 

 

 

Serangan Israel Kembali Bakar Hidup-Hidup Bayi di Gaza

 

Tentara Israel meningkatkan serangan udara dan tembakan artileri Israel di berbagai lokasi di Gaza. Seorang bayi perempuan dilaporkan syahid terbakar hidup-hidup akibat serangan tersebut.

Jet tempur Israel menyerang Sekolah Osama bin Zayed di bagian utara Gaza. Sekolah itu melindungi keluarga-keluarga yang mengungsi.

Sejauh ini, merujuk WAFA, 11 warga Palestina syahid dalam serangan tersebut, termasuk seorang balita perempuan yang menurut para saksi, dibakar hidup-hidup.

Di Gaza tengah, khususnya di kamp pengungsi Bureij, yang hanya berjarak 6 km (sekitar 3,7 mil) dari tempat kami berada, militer Israel menyerang sekelompok warga sipil, dan lima di antara mereka dipastikan syahid.

Jenazah mereka diangkut ke Rumah Sakit al-Awda. Di Khan Younis dalam satu jam terakhir, kami melihat kepulan asap besar datang dari berbagai arah.

WAFA melaporkan pada Jumat malam, 13 warga sipil, termasuk dua anak-anak, syahid dan puluhan lainnya luka-luka setelah pesawat pendudukan Israel menyerang sekolah dan tenda yang menampung pengungsi di Jalur Gaza. Koresponden WAFA melaporkan bahwa pesawat tempur Israel menargetkan sekelompok warga sipil di dekat Bundaran Shuhada di kamp pengungsi Al-Bureij di Gaza tengah, menewaskan enam orang dan melukai puluhan lainnya.

Serangan udara juga menghantam daerah sekitar sekolah yang menampung keluarga pengungsi di Jabalia Al-Nazla di Gaza utara, yang mengakibatkan tewasnya tiga orang dan melukai beberapa lainnya. termasuk anak-anak.

Selain itu, tiga orang, termasuk dua anak-anak, syahid setelah pesawat tak berawak Israel menyerang tenda yang menampung pengungsi di kamp pengungsi Khan Yunis di Gaza selatan. Koresponden WAFA mengkonfirmasi pembunuhan seorang wanita dan melukai orang lain dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah apartemen dekat persimpangan Palmyra di Kota Gaza.

Sementara itu, sumber medis di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa melaporkan kematian bayi berusia tiga bulan di Deir al-Balah karena kelaparan dan kekurangan susu formula, yang disebabkan oleh pengepungan Israel yang sedang berlangsung dan penutupan penyeberangan perbatasan yang terus berlanjut.

Sumber-sumber medis mengkonfirmasi bahwa jumlah korban jiwa akibat serangan udara Israel yang terus menerus di Gaza sejak fajar pada Jumat telah meningkat menjadi 74 orang, termasuk 13 orang pencari bantuan.

Tentara Israel telah mengeluarkan perintah pemindahan paksa ke beberapa wilayah Gaza, termasuk kota Nuseirat, Zahraa, dan Mughraqa, dan lingkungan di pantai utara, al-Nuzha, al-Bawadi, al-Basma, al-Zahraa, al-Basatin, Badr, Abu Hureira, al-Rawda, dan al-Safa.

“Demi hidup Anda, segera evakuasi ke selatan ke daerah al-Mawasi dan jangan kembali ke daerah yang terkena dampak pertempuran,” kata juru bicara militer berbahasa Arab, Avichay Adraee, dalam sebuah postingan di X. Tentara Israel “beroperasi dengan kekuatan ekstrim untuk menghancurkan kemampuan organisasi di wilayah ini, karena semua wilayah digunakan untuk meluncurkan roket”, tambah Adraee.

 

 

 

Iran Minta PBB Kecam Ancaman Terhadap Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei

 

Iran meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam ancaman yang baru-baru ini dilontarkan Israel dan Amerika Serikat (AS) terhadap Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Permintaan itu disampaikan secara resmi oleh Perwakilan Tetap Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani.

Presiden AS Donald Trump pada Jumat (27/6/2025) menulis di Truth Social bahwa dia "tahu persis" di mana Khamenei berada, tetapi tidak akan membiarkan Israel atau militer AS "mengakhiri hidupnya." Trump mengeklaim bahwa ia menyelamatkan Khamenei "dari kematian yang sangat buruk dan memalukan."

"Ancaman sembrono dan disengaja oleh pejabat senior tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap Piagam PBB, khususnya Pasal 2(4), yang secara tegas melarang ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara," kata utusan Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, dalam suratnya pada Jumat.

"Mereka juga melanggar prinsip-prinsip hukum internasional yang sudah kukuh, termasuk hak Kepala Negara untuk tidak diganggu gugat, dan merupakan hasutan yang jelas untuk melakukan terorisme negara," imbuh surat tersebut.

Surat tersebut ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Presiden Dewan Keamanan PBB untuk bulan Juni, Duta Besar Guyana untuk PBB Carolyn Rodriguez-Birkett, dan Presiden Majelis Umum PBB Philemon Yang. Iravani meminta PBB mengutuk ancaman pembunuhan oleh Israel dan AS itu dan "mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan akuntabilitas atas tindakan-tindakan yang salah secara internasional ini."

Misi Tetap Iran di PBB menyatakan di X bahwa mereka mendesak Guterres, Rodriguez-Birkett dan Yang untuk "menjalankan tanggung jawab hukum mereka terhadap retorika kriminal dan provokatif tersebut."

Pada Kamis (26/6/2025), Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mendeklarasikan kemenangan Iran atas Israel setelah konflik yang berlangsung selama 12 hari. Dia juga mengatakan bahwa Teheran yakin telah memenangkan konfrontasi dengan Washington, menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menlu Araghchi: Israel tak Punya Pilihan Minta Bantuan 'Ayah' Trump Agar tak Diratakan Rudal Iran

 

 

 

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan, bahwa rezim Israel tak punya pilihan untuk lari meminta bantuan kepada 'ayah' Donald Trump untuk menghindari negaranya diratakan oleh rudal-rudal Iran. Dalam unggahannya di X, Jumat (27/6/2025), Araghchi juga menyinggung pernyataan Trump yang dinilainya telah menebar ancaman terhadap Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte, menggambarkan Trump sebagai 'ayah' dalam konteks perang Iran dan Israel. Trump mengilustrasikan Iran dan Israel seperti "dua anak dia lapangan sekolah" yang terlibat dalam sebuah "perkelahian besar".

Dalam unggahannya di X, Araghchi mengatakan, "Rakyat Iran yang kuat dan hebat, yang menunjukkan kepada dunia bahwa rezim Israel TIDAK PUNYA PILIHAN kecuali LARI ke 'ayah' untuk menghindari diratakan oleh rudal-rudal kami, tidak menerima ancaman dan hinaan dengan baik hati. Jika ilusi mengantar kepada kesalahan yang lebih buruk, Iran tidak akan ragu untuk mengungkap Kemampuan Aslinya, yang tentunya akan MENGAKHIRI delusi apapun tnteng kekuatan Iran."

Araghchi juga mengingatkan Trump untuk tidak mengancam Ayatollah Ali Khamenei. "Jika Presiden Trump benar-benar menginginkan sebuah kesepakatan, dia harus meninggalkan sikap tak menghormati dan nada bicara yang tidak bisa diterima terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, dan berhentilah menyakiti jutaan pengikutnya," tulis Araghchi.

Pada Jumat, Donald Trump lewat unggahannya di Truth Social, mengulang kembali klaimnya bahwa, fasilitas nuklir Iran dalam kondisi 'hancur total' usai dibom AS. Ia pun mengeklaim tahu secara pasti di mana tempat Ayatollah Khamenei selama ini berlindung dan telah mencegah Israel dan militer AS membunuhnya.

“Mengapa seorang yang disebut sebagai 'Pemimpin Tertinggi' Ayatollah Ali Khamenei, dari negara perang Iran, mengatakan sebegitu jelasnya dan bodohnya bahwa dia memenangi perang atas Israel, saat dia tahu pernyataannya adalah kebohongan," kata Trump.

Trump mengeklaim bahwa dia telah "mengupayakan kemungkinan pencabutan sanksi" namun kemudian memutuskan untuk segera membatalkannya setelah Khamenei merilis pidato yang dinilainya sebagai "amarah, kebencian, dan kemuakan".

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trump Bela 'Ladang Pembantaian' AS-Israel di Gaza

 

Presiden AS Donald Trump mengatakan gencatan senjata akan tercapai di Gaza “dalam minggu depan.” hal ini ia sampaikan sembari membela skema bantuan AS-Israel yang oleh berbagai pihak disebut sebagai ladang pembantaian.

Trump mengatakan kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih bahwa dia baru saja berbicara dengan beberapa individu yang terlibat dalam upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Dia kemudian menyoroti keputusan AS baru-baru ini untuk menyumbangkan 30 juta dolar AS kepada Yayasan Kemanusiaan Gaza, yang telah mendistribusikan kotak-kotak makanan di Gaza dari zona militer di Jalur Gaza selama sebulan terakhir. “Ini adalah situasi yang mengerikan yang terjadi di Gaza… dan kami memasok banyak uang dan makanan ke wilayah itu karena kami harus melakukannya,” kata Trump.

“Secara teori, kami tidak terlibat di dalamnya, namun kami terlibat karena banyak orang yang sekarat,” katanya. “Saya melihat kerumunan orang yang tidak punya makanan, tidak punya apa-apa.”

Ia kemudian menyesalkan bahwa sebagian bantuan tersebut dicuri oleh “orang jahat,” namun ia mengatakan bahwa sistem GHF yang baru “cukup bagus.”

Patut dicatat, hampir setiap hari, terjadi pembunuhan massal di lokasi bantuan itu. Belakangan pasukan IDF mengaku pada media Israel Haaretz bahwa mereka diperintahkan melepaskan tembakan ke arah warga Palestina yang mencoba mencapai lokasi distribusi mereka. Sedikitnya 550 warga Gaza syahid di lokasi-lokasi tersebut sejak Maret lalu.

“Sistem bantuan di Gaza “telah menjadi ladang pembunuhan”, kata ketua UNWRA Philippe Lazzarini. "Alih-alih 'distribusi pangan yang teratur', sistem ini malah membawa dehumanisasi, kekacauan, dan kematian. Ini tidak bisa menjadi norma baru," ujarnya dalam postingan di X.

“Gencatan senjata diperlukan dan pengepungan harus dicabut untuk mengembalikan pasokan kebutuhan pokok termasuk makanan, obat-obatan, sabun dan bahan bakar,” desak Lazzarini.

Laporan surat kabar Haaretz mengenai pasukan Israel penting saat ini, karena surat kabar Israel “dengan jelas” mengatakan bahwa “tentara Israel diperintahkan untuk membunuh siapapun yang mendekati … pusat distribusi makanan”, menurut analis militer Yusuf Alabarda.

Narasi Israel bahwa Hamas harus disalahkan atas pembunuhan di lokasi-lokasi ini adalah “tidak masuk akal”, ujar Alabarda, mantan perwira NATO, kepada Aljazirah. “Orang-orang yang tidak bersalah dan tidak berdaya [di Gaza] berada di bawah dua serangan,” katanya. "Salah satunya adalah genosida (tentara Israel), dan di sisi lain, adalah kelaparan. Tidak ada keraguan bahwa ada pembantaian yang sedang berlangsung."

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Netanyahu Klaim Kemenangan Atas Iran, Tetapi Warga Israel Tak Percaya

 

Pada bulan Maret, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengabaikan proses gencatan senjata yang membuahkan hasil. Pada saat itu, Netanyahu mengambil keputusan yang oleh beberapa komentator politik digambarkan mirip dengan "bunuh diri politik".

Melansir BBC, kesepakatan gencatan senjata Gaza, yang ditengahi oleh utusan Donald Trump, Steve Witkoff, bahkan sebelum presiden AS tersebut dilantik untuk masa jabatan keduanya, telah menghasilkan pembebasan puluhan sandera dari tahanan Hamas, dengan imbalan ratusan tahanan Palestina dari penjara Israel.

Tahap selanjutnya adalah lebih banyak sandera yang dipulangkan dan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza, sebelum perang diakhiri melalui negosiasi.

Karena bosan dengan konflik, warga Israel dan Palestina merenungkan akhir dari perang paling merusak dalam sejarah bersama yang terlalu sering diselingi oleh pertempuran.

Namun Benjamin Netanyahu tidak ingin perang berakhir.

Saat ia memerintahkan dimulainya kembali serangan di Gaza, perdana menteri menyatakan bahwa pertempuran akan terus berlanjut hingga Hamas "hancur total".

Kepulangan para sandera yang tersisa di Gaza dengan selamat tampaknya menjadi pertimbangan kedua.

Banyak warga Israel, terutama keluarga sandera, merasa marah.

Mereka menuduh Netanyahu mengutamakan kelangsungan hidup politiknya sendiri di atas keselamatan kerabat mereka dan kebaikan bangsa yang lebih besar.

Popularitas "Bibi" dalam jajak pendapat anjlok. Ia berjuang untuk mempertahankan pemerintahan yang terpecah-pecah, yang didukung oleh menteri garis keras dari partai-partai keagamaan sayap kanan dan ortodoks.

Tiga bulan kemudian, Netanyahu menikmati kemenangan militer yang spektakuler atas musuh bebuyutannya, Iran. Ia sekarang dikatakan sedang mempertimbangkan pemilihan umum lebih awal dan masa jabatan lainnya sebagai perdana menteri.

Pada konferensi pers awal minggu ini, pria berusia 75 tahun itu, yang sudah menjadi pemimpin Israel paling lama menjabat, mengatakan bahwa ia masih memiliki "banyak misi" untuk diselesaikan dan akan berusaha melakukannya selama "rakyat" Israel menginginkannya.

Kemudian pada minggu itu, dengan menyajikan dugaan penghancuran program nuklir Iran, Netanyahu mengisyaratkan hanya ia yang dapat mengamankan pembebasan sandera dan kekalahan Hamas. Setelah itu, ia akan mencapai kesepakatan regional yang lebih luas.

Namun, mengadakan pemilihan umum lebih awal akan menjadi risiko besar. Menurut jajak pendapat terbaru, Netanyahu belum menikmati "kebangkitan" sebesar itu dari konflik 12 hari dengan Iran seperti yang mungkin diharapkannya.

Masalah kepercayaan

Menurut jajak pendapat terbaru di surat kabar Ma'ariv, dalam sistem politik yang terpecah-pecah di mana pembentukan koalisi menjadi kunci di Knesset yang beranggotakan 120 orang, Partai Likud milik Netanyahu akan jauh dari mayoritas dan dapat berjuang untuk mengumpulkan dukungan dari partai-partai kecil di sebelah kanan.

Jajak pendapat yang sama menunjukkan mayoritas yang signifikan, 59% warga Israel, menginginkan pertempuran di Gaza dihentikan sekarang, sebagai ganti sandera.

Hampir setengah dari mereka yang ditanya, sekitar 49%, juga berpikir satu-satunya alasan Netanyahu melanjutkan perang adalah karena pertimbangan politiknya sendiri.

"Orang itu adalah aktor politik yang sangat terampil," kata Profesor Tamar Hermann, seorang Peneliti senior di Institut Demokrasi Israel. "Tidak ada politisi yang lebih terampil di Israel."

Namun, katanya, "kepercayaan" adalah masalah besar bagi Netanyahu.

Seorang pemimpin politik yang telah mengubah posisinya berkali-kali untuk mempertahankan kendali kekuasaan tidak lagi dipercaya oleh mayoritas warga Israel.

Menurut jajak pendapat baru, yang akan segera dirilis oleh Institut Demokrasi Israel milik Prof Hermann, Netanyahu "tidak melewati batas 50% dalam hal warga Israel menyatakan kepercayaan penuh atau bahkan sebagian kepadanya".

Dalam beberapa hal, lanjut Prof Hermann, memutuskan untuk mengadakan pemilihan umum lebih awal merupakan risiko yang lebih besar bagi Netanyahu daripada menyerang Iran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ini Ancaman Terbaru Iran kepada Donald Trump

 

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan Presiden Donald Trump pada hari Jumat (27/6/2026) untuk menghentikan pernyataan dengan nada yang "tidak sopan" terhadap pemimpin tertinggi Teheran. Jika tidak, Trump akan menghadapi konsekuensi serius.

Melansir Fox News, dalam unggahan yang ditulis secara blak-blakan di media sosial X, Araghchi mengatakan jika Trump benar-benar menginginkan kesepakatan dengan Iran, ia harus menunjukkan rasa hormat alih-alih menghina Ayatollah Ali Khamenei.

Araghchi menulis bahwa Trump harus menyingkirkan nada tidak sopan dan tidak dapat diterima terhadap Khamenei dan berhenti menyakiti jutaan pengikut setia [Khamenei].

Araghchi menulis, "Kompleksitas dan keuletan orang Iran terkenal di karpet megah kami, ditenun melalui kerja keras dan kesabaran yang tak terhitung jumlahnya. Namun sebagai suatu bangsa, premis dasar kami sangat sederhana dan lugas: kami tahu nilai kami, menghargai kemerdekaan kami, dan tidak pernah membiarkan orang lain menentukan nasib kami."

Kalimat Araghchi yang paling provokatif muncul saat ia mengejek ketergantungan Israel pada AS selama konfrontasi militer baru-baru ini.

"Rakyat Iran yang Hebat dan Berkuasa, yang menunjukkan kepada dunia bahwa rezim Israel TIDAK PUNYA PILIHAN selain BERLARI ke 'Ayah' untuk menghindari dihancurkan oleh Rudal kita," tulisnya, mengacu pada intervensi AS dalam menyerang situs nuklir Iran.

Tudingan itu merupakan referensi tajam terhadap aliansi AS dan Israel yang telah berlangsung lama dan upaya yang tidak terlalu halus untuk menggambarkan Israel sebagai negara yang lemah dan bergantung.

Postingan itu diakhiri dengan ancaman yang jelas.

"Jika Ilusi mengarah pada kesalahan yang lebih buruk, Iran tidak akan ragu untuk mengungkap Kemampuan Nyatanya, yang pasti akan MENGAKHIRI Delusi apa pun tentang Kekuatan Iran. Niat baik menghasilkan niat baik, dan rasa hormat menghasilkan rasa hormat," tegasnya.

Seruan Araghchi muncul beberapa hari setelah perang antara Iran dan Israel berakhir dan kurang dari seminggu setelah serangan udara AS yang diperintahkan oleh Trump menghancurkan situs nuklir utama Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Konflik selama 12 hari itu berakhir pada tanggal 24 Juni di bawah gencatan senjata yang ditengahi AS, namun ketegangan pascaperang masih tinggi.

Khamenei menyatakan bahwa Teheran telah mengalahkan Israel dan bahkan memberi Washington "tamparan" dalam konfrontasi tersebut.

Trump menolak klaim kemenangan Khamenei sebagai klaim yang salah dan "bodoh".

Sebagai tanggapannya, Trump segera membekukan pembicaraan tentang keringanan sanksi bagi Iran dan mengklaim bahwa ia secara pribadi menyelamatkan Khamenei agar tidak terbunuh selama konflik tersebut.

Dalam unggahannya di Truth Social, ia menolak untuk membiarkan pasukan AS atau Israel "menghancurkan" ayatollah meskipun mengetahui lokasi rahasianya.

Araghchi juga menolak klaim Presiden Trump baru-baru ini bahwa perundingan nuklir baru sudah dekat, dengan mengatakan kepada wartawan bahwa tidak ada negosiasi yang sedang berlangsung dan bahwa Teheran akan membuat keputusan berdasarkan kepentingan nasionalnya sendiri.

Menurut Reuters, menteri luar negeri Iran dengan tegas membantah rencana untuk bertemu dengan pejabat AS minggu depan. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Trump sebelumnya yang menyatakan bahwa diplomasi telah kembali ke jalurnya.

"Saya berharap para pemimpin Iran menyadari bahwa Anda sering kali mendapatkan lebih banyak MADU daripada dengan CUKA," tulis Trump di Truth Social. "DAMAI!!!"

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Negara-negara NATO Mulai Memberontak dengan Dominasi AS

 

Anggota NATO Eropa menyatakan kegelisahan yang berkembang tentang peningkatan ketergantungan mereka pada senjata AS di tengah dorongan persenjataan besar-besaran. Itu sebagai bukti bahwa negara-negara NATO mulai memberontak dengan dominasi AS. Bloomberg melaporkan selama pertemuan puncak di Den Haag minggu ini, negara-negara NATO berkomitmen untuk meningkatkan pengeluaran militer hingga 5% dari PDB pada tahun 2035 untuk melawan apa yang mereka gambarkan sebagai "ancaman jangka panjang yang ditimbulkan oleh Rusia terhadap keamanan Euro-Atlantik" – sebuah klaim yang telah berulang kali dibantah oleh Moskow. Kekhawatiran dilaporkan muncul tentang semakin dalamnya ketergantungan pada industri pertahanan Amerika, khususnya di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Menurut Bloomberg, para pemimpin khawatir mereka akan menghadapi risiko yang lebih besar, terutama mengingat upaya Trump untuk memperbaiki hubungan dengan Rusia dan ancaman sebelumnya untuk mencaplok wilayah sekutu. Meningkatnya ketergantungan pada persenjataan AS telah menjadi "semakin sulit dijual di dalam negeri," kata media tersebut.

AS Serang Iran, Siapa yang Menang? Presiden Prancis Emmanuel Macron telah lama memperjuangkan gagasan untuk mengamankan otonomi pertahanan yang lebih besar bagi negara-negara NATO Eropa, mendesak pengembangan pangkalan industri militer yang mandiri. Kanada, sekutu utama NATO, dilaporkan mempertimbangkan kembali keterlibatannya dalam program jet tempur F-35 yang dipimpin AS dan mungkin beralih ke alternatif Swedia. "Kita seharusnya tidak lagi mengirim tiga perempat dari belanja modal pertahanan kita ke Amerika," Perdana Menteri Kanada Mark Carney menyatakan awal bulan ini. Kopenhagen juga menunjukkan beberapa penolakan, memberi tahu Washington bahwa kesepakatan persenjataan Amerika telah menjadi "sulit secara politis" mengingat saran Trump agar AS mencaplok Greenland, yang saat ini dikendalikan oleh Denmark, Bloomberg melaporkan. Kegelisahan dalam aliansi tersebut juga dipicu oleh langkah Trump untuk memangkas pembagian informasi intelijen dengan Ukraina awal tahun ini. Menurut pejabat yang tidak disebutkan namanya yang dikutip oleh Bloomberg, keputusan ini "membuat khawatir sekutu," karena menimbulkan kekhawatiran tentang seberapa besar kendali yang mungkin dipegang AS atas ekspor senjata jika terjadi krisis. Namun demikian, kurangnya alternatif domestik yang layak terus mengikat negara-negara Eropa kepada pemasok AS, menurut outlet tersebut. Kurangnya investasi selama beberapa dekade telah membuat kapasitas manufaktur pertahanan Eropa terbelakang. Akibatnya, negara-negara kemungkinan akan terus membeli peralatan Amerika untuk memenuhi target persenjataan kembali, terutama karena persediaan telah habis karena pengiriman bantuan militer ke Ukraina. Moskow telah mengutuk tren militerisasi UE dan transfer senjata ke Kiev, yang mencirikan konflik tersebut sebagai perang proksi NATO. Presiden Vladimir Putin menepis kekhawatiran NATO mengenai agresi Rusia sebagai “omong kosong,” dan malah menyalahkan perluasan aliansi dan “perilaku agresif” atas meningkatnya ketegangan.

 

 

 

Pemred Media Iran Menyebut Kepala IAEA Layak Dieksekusi karena Bekerja untuk Mossad

 

Pemimpin redaksi surat kabar Keihan di Iran Hossein Shariatmadari menuduh Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi bekerja untuk Mossad Israel dan meminta pihak berwenang untuk menolaknya masuk ke negara itu. Selain itu, dia menuntut agar Grossi diekskusi karena merupakan agen Mossad. "Berbagai dokumen telah muncul yang mengungkap hubungan rahasia Anda dengan Mossad," tulis Hossein Shariatmadari, dengan mengatakan kerja sama Grossi dengan intelijen Israel telah terungkap. Shariatmadari menuntut Iran untuk mengajukan pengaduan pidana internasional terhadap Grossi. "Hukuman paling ringan bagi agen rezim Zionis yang teridentifikasi ini adalah, pertama, menolaknya masuk ke Iran, dan kedua, mengadilinya secara internasional karena memata-matai Mossad," katanya. Baca Juga: AS Serang Iran, Siapa yang Menang? Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengecam laporan seruan di Iran untuk mengeksekusi Rafael Grossi, kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Komentar Rubio muncul setelah surat kabar Iran Kayhan dilaporkan menuduh Grossi memata-matai Israel dan menyarankan bahwa, jika ia memasuki negara itu, ia harus diadili dan dieksekusi. "Seruan di Iran untuk penangkapan dan eksekusi Direktur Jenderal IAEA Grossi tidak dapat diterima dan harus dikecam," tulis Rubio di X pada hari Sabtu. “Kami mendukung upaya verifikasi dan pemantauan penting IAEA di Iran dan memuji Direktur Jenderal dan IAEA atas dedikasi dan profesionalisme mereka. Kami menyerukan Iran untuk memastikan keselamatan dan keamanan personel IAEA,” tambahnya. Sementara itu, Argentina telah mengutuk apa yang dikatakannya sebagai ancaman terhadap kepala pengawas nuklir PBB Rafael Grossi setelah Iran menolak permintaannya untuk mengunjungi fasilitas nuklir yang dibom oleh Israel dan Amerika Serikat. Kementerian luar negeri Argentina menyatakan dukungannya terhadap Grossi, dengan mengatakan bahwa mereka "mengutuk keras ancaman terhadapnya yang datang dari Iran." Kementerian tersebut juga mendesak otoritas Iran untuk menjamin keselamatan kepala IAEA dan timnya, dan "menahan diri dari tindakan apa pun yang dapat membahayakan mereka," menurut sebuah pernyataan di platform media sosial X. Tidak disebutkan secara rinci ancaman apa yang diterima Grossi. Dalam sebuah wawancara dengan CBS News yang ditayangkan pada hari Sabtu, Grossi mengatakan Iran kemungkinan akan dapat mulai memproduksi uranium yang diperkaya "dalam hitungan bulan," meskipun ada kerusakan pada beberapa fasilitas nuklir akibat serangan baru-baru ini. Awal minggu ini, parlemen Iran memilih untuk menangguhkan kerja sama dengan pengawas PBB. Setelah pemungutan suara tersebut, Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi mengumumkan bahwa Grossi akan dilarang memasuki negara tersebut. Berbicara kepada RT pada hari Sabtu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei mengatakan masyarakat Iran marah pada IAEA karena gagal mengutuk keras serangan Israel dan AS baru-baru ini terhadap fasilitas nuklir Iran. Israel mengklaim serangan itu diperlukan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Baghaei menegaskan kembali bahwa program nuklir Iran tetap damai, seraya menambahkan bahwa tidak ada pengayaan uranium tingkat senjata.
 

 

Share this Post