News Komoditi & Global ( Senin, 28 Juli 2025 )

News  Komoditi & Global

                                       (  Senin,  28  Juli  2025  )

Harga Emas Global Melemah Sepekan Lalu, Tertekan Dolar AS dan Kesepakatan AS-Uni Eropa

 

Harga emas tergelincir pada perdagangan sepanjang pekan lalu, tertekan oleh penguatan dolar AS serta sinyal positif dari negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa yang menggerus daya tarik aset lindung nilai. Melansir Reuters, Senin (28/7/2025), harga emas di pasar spot tercatat melemah 0,38% sepekan lalu ke level 3.338,36 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka Comex di AS tercatat melemah 0,68% ke level US$3.335,6 per troy ounce. Penguatan indeks dolar AS (.DXY) dari posisi terendah dalam lebih dari dua pekan membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli internasional. Peter Grant, Wakil Presiden sekaligus analis logam senior di Zaner Metals mengatakan harapan tercapainya kesepakatan dengan Uni Eropa sebelum tenggat 1 Agustus menekan permintaan aset safe haven karena selera risiko investor meningkat. Adapun pada Minggu (28/7/2025), AS dan Uni Eropa menyepakati perjanjian dagang yang akan memberlakukan tarif sebesar 15% atas sebagian besar ekspor dari blok tersebut, termasuk mobil, guna menghindari potensi perang dagang yang dapat mengguncang perekonomian global. Melansir Bloomberg pada Senin (28/7/2025), kesepakatan ini tercapai kurang dari sepekan sebelum tenggat 1 Agustus 2025 yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump untuk mulai memberlakukan tarif lebih tinggi. BACA JUGA Harga Emas Antam Naik Hari Ini (27/7), Ukuran 1 Gram Dibanderol Rp1.934.000 Galeri24 dan UBS Diskon Lagi, Ini Rincian Harga Emas Pegadaian per 27 Juli 2025 Harga Emas Galeri24 dan UBS di Pegadaian Hari Ini, Termurah Mulai Rp1 Juta Sebelumnya, Trump mengancam akan mengenakan bea masuk hingga 50% terhadap hampir seluruh produk Uni Eropa, yang kemudian diturunkan menjadi 30% dalam upaya mempercepat perundingan. Trump mengumumkan kesepakatan tersebut pada Minggu, (27/7/2025), waktu setempat setelah bertemu Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di klub golf miliknya di Turnberry, Skotlandia. Namun, rincian lengkap kesepakatan belum dipublikasikan. “Ini adalah kesepakatan terbesar dari semua,” ujar Trump.  Sementara itu, von der Leyen menyebut perjanjian ini akan membawa stabilitas dan kepastian. Di sisi data ekonomi, klaim tunjangan pengangguran AS turun ke level terendah dalam tiga bulan terakhir—sebuah sinyal bahwa pasar tenaga kerja tetap stabil meskipun laju perekrutan cenderung melambat. Kondisi ini diyakini akan memberi ruang bagi The Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50% dalam pertemuan pekan depan, kendati tekanan inflasi mulai meningkat seiring dampak tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump. Kunjungan mendadak Trump ke bank sentral menjadi manuver terbaru untuk menekan Gubernur The Fed Jerome Powell, dengan desakan agar suku bunga dipangkas lebih dalam. “Emas mungkin akan menarik minat beli di kisaran US$3.300, namun kemungkinan belum menembus rekor tertinggi baru hingga setelah keputusan The Fed,” tambah Grant. Ia memperkirakan bahwa pertemuan itu bisa menjadi sinyal menuju pemangkasan suku bunga di akhir tahun ini. Secara historis, emas cenderung tampil solid saat ketidakpastian ekonomi meningkat dan suku bunga berada di level rendah.

 

Harga Minyak Dunia Melemah Tertekan Ancaman Surplus Stock

 

Pasar minyak mentah tengah diguncang oleh tarik-menarik antara kondisi saat ini dan ancaman di masa depan. Di satu sisi, harga minyak bertahan di kisaran US$70 per barel. Di sisi lain, peringatan soal kelebihan pasokan yang dapat melemahkan pasar hingga 2026 semakin nyaring terdengar. Melansir Bloomberg, Senin, (28/7/2025), TotalEnergies SE dari Prancis baru-baru ini menyampaikan peringatan bahwa pasar akan dibanjiri pasokan seiring pelonggaran pengurangan produksi oleh OPEC+. Equinor ASA dari Norwegia juga melaporkan bahwa ladang Johan Castberg kini beroperasi penuh, sementara proyek minyak lepas pantai Brasil akan segera berkontribusi — pertanda bahwa pasokan dari luar OPEC+ juga akan bertambah. Bulan ini, Badan Energi Internasional (IEA) dan Badan Informasi Energi AS (EIA) secara signifikan merevisi naik proyeksi surplus untuk tahun depan. Kedua lembaga memperkirakan pasokan akan melampaui permintaan secara mencolok, dengan IEA memperkirakan kelebihan hingga 2 juta barel per hari — tertinggi sejak masa pandemi. Surplus ini, jika terealisasi, bisa mendorong penurunan harga minyak global, meredam inflasi, dan menguntungkan Presiden AS Donald Trump yang sejak awal pemerintahannya menyerukan harga energi yang lebih rendah.

 Harga Minyak Mentah Hari Ini (25/7) Naik, Pasar Cermati Aksi Chevron di Venezuela Pasar Cermati Perkembangan Negosiasi Dagang AS, Harga Minyak Mentah Melemah Update Kebakaran Pabrik Minyak Goreng di Medan, Api Padam Setelah 15 Jam Namun realitas pasar saat ini menunjukkan gambaran berbeda. Persediaan minyak di pusat-pusat penyimpanan utama masih rendah, tercermin dalam struktur pasar yang bullish. Margin keuntungan dari pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar pun tetap jauh di atas rata-rata musiman, menandakan permintaan masih kuat. Adapun sepanjang pekan lalu, harga minyak mentah patokan Brent melemah 1,45% dan ditutup di posisi US$67,47 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 1,72% dalam sepekan ke level US$64 per barel. Kepala Riset Komoditas dan Derivatif Bank of America Francisco Blanch mengatakan musim panas secara historis memang menopang harga minyak, namun tekanan terhadap harga diperkirakan masih akan datang. “Namun di paruh kedua tahun ini, surplus bisa mendekati 200 juta barel, sehingga tekanan akan segera datang,” jelasnya. Meski revisi IEA banyak difokuskan pada tambahan produksi dari OPEC+, ada pula faktor lain yang diperhitungkan. Proyeksi pasokan biofuel — yang bersaing dengan minyak konvensional — naik 200.000 barel per hari dibanding estimasi dua bulan lalu. Pemerintah AS kini memproyeksikan lonjakan pasokan global sebesar 2,1 juta barel per hari dari kuartal I ke kuartal IV tahun ini — kenaikan terbesar sejak Februari. Proyeksi dari IEA dan EIA menjadi acuan penting bagi pelaku pasar dalam memetakan arah pergerakan harga. Untuk saat ini, permintaan global tampak masih solid. Vitol Group, salah satu pedagang minyak terbesar dunia, menyebut permintaan bahan bakar jet terus meningkat seiring lonjakan jumlah penerbangan global. Di AS, data mingguan permintaan minyak juga berada di titik tertinggi tahun ini, dan empat dari lima data bulanan terakhir mengalami revisi naik. Meskipun ketegangan dagang global bisa mengganggu permintaan, tren historis menunjukkan bahwa perkiraan konsumsi seringkali direvisi ke atas. Dari 2012 hingga 2024 (dengan pengecualian tahun 2020 akibat pandemi), proyeksi permintaan IEA rata-rata naik 500.000 barel per hari setelah data lengkap dirilis. Kepala Strategi Komoditas Global JPMorgan Chase & Co. Natasha Kaneva mengatakan saat efek musim panas memudar, surplus global diperkirakan akan mulai terlihat dan pasokan akan terus bertambah. “Cepat atau lambat, akumulasi persediaan akan mulai tampak di negara-negara OECD seperti AS. Pasar belum memperhitungkan risiko ini,” ungkap Kaneva.
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

AS dan Uni Eropa Sepakati Tarif 15% untuk Cegah Perang Dagang

 

 Amerika Serikat mencapai kesepakatan kerangka kerja perdagangan dengan Uni Eropa pada Minggu (27/7/2025), mengenakan tarif impor 15% untuk sebagian besar barang Uni Eropa, setengah dari tarif yang diancamkan, dan mencegah perang dagang yang lebih besar antara dua sekutu yang mencakup hampir sepertiga perdagangan global.

Mengutip Reuters, Senin (28/7/2025), Presiden AS Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan kesepakatan tersebut di lapangan golf mewah milik Trump di Skotlandia barat setelah pertemuan selama satu jam yang mendorong kesepakatan yang diperjuangkan dengan keras tersebut hingga tuntas.

"Saya pikir ini adalah kesepakatan terbesar yang pernah dibuat," kata Trump kepada para wartawan.

Ia memuji rencana Uni Eropa untuk berinvestasi sekitar US$ 600 miliar di Amerika Serikat dan meningkatkan pembelian energi dan peralatan militer AS.

Trump mengatakan kesepakatan tersebut, yang melampaui kesepakatan senilai US$ 550 miliar yang ditandatangani dengan Jepang minggu lalu, akan memperluas hubungan antara kedua kekuatan trans-Atlantik tersebut setelah bertahun-tahun mengalami apa yang disebutnya perlakuan tidak adil terhadap eksportir AS.

Von der Leyen mengatakan tarif 15% diterapkan secara menyeluruh. Ia kemudian mengatakan kepada para wartawan bahwa itu adalah "yang terbaik yang bisa kita dapatkan."

"Kita memiliki kesepakatan dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia, dan ini kesepakatan besar. Kesepakatan yang sangat besar. Kesepakatan ini akan membawa stabilitas. Kesepakatan ini akan membawa prediktabilitas," ujarnya.

Kesepakatan tersebut, yang menurut Trump mengharuskan pembelian energi AS oleh Uni Eropa senilai US$ 750 miliar dalam beberapa tahun mendatang dan pembelian senjata senilai ratusan miliar dolar, kemungkinan merupakan kabar baik bagi sejumlah perusahaan Uni Eropa, termasuk Airbus, Mercedes-Benz, dan Novo Nordisk.

Tarif dasar 15% masih akan dianggap terlalu tinggi oleh banyak pihak di Eropa, dibandingkan dengan harapan awal Eropa untuk mendapatkan kesepakatan tarif nol-untuk-nol, meskipun tarif tersebut lebih baik daripada ancaman tarif 30%.

Kanselir Jerman Friedrich Merz menyambut baik kesepakatan tersebut, dengan mengatakan bahwa kesepakatan tersebut mencegah konflik dagang yang akan berdampak keras pada ekonomi Jerman yang berorientasi ekspor dan sektor otomotifnya yang besar. Produsen mobil Jerman, VW, Mercedes, dan BMW, termasuk yang paling terdampak oleh tarif impor mobil dan suku cadang AS sebesar 27,5% yang kini berlaku.

Namun, Bernd Lange, politisi Sosial Demokrat Jerman yang memimpin komite perdagangan Parlemen Eropa, mengatakan tarif tersebut tidak seimbang dan investasi besar Uni Eropa yang dialokasikan untuk AS kemungkinan akan ditanggung oleh blok tersebut sendiri.

Euro menguat sekitar 0,2% terhadap dolar, poundsterling, dan yen dalam waktu satu jam setelah kesepakatan diumumkan.

Cerminan Kesepakatan dengan Jepang

Kesepakatan ini mencerminkan bagian-bagian penting dari kerangka kerja perjanjian yang dicapai AS dengan Jepang pekan lalu, tetapi seperti kesepakatan tersebut, kesepakatan ini masih menyisakan banyak pertanyaan, termasuk tarif minuman beralkohol, topik yang sangat sensitif bagi banyak pihak di kedua sisi Atlantik.

Carsten Nickel, wakil direktur riset di Teneo, mengatakan bahwa hal itu "hanyalah kesepakatan politik tingkat tinggi" yang tidak dapat menggantikan kesepakatan dagang yang telah dirumuskan dengan matang: "Hal ini, pada gilirannya, menciptakan risiko interpretasi yang berbeda di sepanjang proses, seperti yang terlihat segera setelah tercapainya kesepakatan AS-Jepang."

"Kami sepakat bahwa tarif ... untuk mobil dan barang lainnya akan berupa tarif langsung sebesar 15%," kata Trump, tetapi ia segera menambahkan bahwa tarif AS sebesar 50% untuk baja dan aluminium akan tetap berlaku.

Von der Leyen mengatakan bahwa tarif tersebut akan dipotong dan digantikan dengan sistem kuota.

Von der Leyen mengatakan tarif tersebut juga berlaku untuk semikonduktor dan farmasi, dan tidak akan ada tarif dari kedua belah pihak untuk pesawat terbang dan suku cadangnya, bahan kimia tertentu, obat generik tertentu, peralatan semikonduktor, beberapa produk pertanian, sumber daya alam, dan bahan baku penting.

Trump tampaknya mengisyaratkan bahwa farmasi tidak akan dicakup, sehingga menimbulkan beberapa pertanyaan tentang aspek kesepakatan tersebut.

Gedung Putih belum mengeluarkan lembar fakta.

"Kami akan terus berupaya menambahkan lebih banyak produk ke daftar ini," kata von der Leyen, seraya menambahkan bahwa minuman beralkohol masih dalam pembahasan Eric Winograd, kepala ekonom di AllianceBernstein di New York, mencatat kemiripan dengan kesepakatan Jepang-AS.

"Kita perlu melihat berapa lama kedua belah pihak mematuhi kesepakatan. Dari perspektif pasar, hal ini meyakinkan karena memiliki kesepakatan lebih baik daripada tidak memiliki kesepakatan," ujarnya.

Kesepakatan ini akan dijual sebagai kemenangan bagi Trump, yang berupaya menata kembali ekonomi global dan mengurangi defisit perdagangan AS yang telah berlangsung puluhan tahun, dan telah mencapai kesepakatan kerangka kerja serupa dengan Inggris, Jepang, Indonesia, dan Vietnam, meskipun pemerintahannya belum mencapai target "90 kesepakatan dalam 90 hari."

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Trump dan UE di Ambang Kesepakatan Dagang Bersejarah, Tarif 15% Jadi Solusi Tengah

 

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dijadwalkan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Minggu dalam upaya menyepakati pakta dagang besar antara Uni Eropa dan AS.

Pertemuan ini dipandang sebagai peluang untuk mengakhiri ketidakpastian berbulan-bulan yang membebani dunia usaha Eropa.

Trump, yang tengah berada di Turnberry, Skotlandia, untuk bermain golf dan mengadakan pertemuan bilateral, menyampaikan optimismenya kepada wartawan. Ia menyebut von der Leyen sebagai sosok pemimpin yang sangat dihormati dan menyatakan “ada peluang 50-50” bahwa kesepakatan kerangka perdagangan bisa dicapai.

Tarif 15%: Solusi Tengah di Tengah Ancaman Tarif 30%

Sumber dari Uni Eropa menyebutkan bahwa kesepakatan yang kemungkinan dicapai akan mencakup tarif dasar 15% pada sebagian besar barang-barang ekspor UE ke AS.

Baca Juga: Donald Trump: Thailand dan Kamboja Sepakat Berunding Gencatan Senjata

Meski jauh dari harapan awal Uni Eropa untuk kesepakatan “nol-tarif atas semua barang industri,” skema ini masih dianggap lebih baik daripada ancaman tarif 30% yang dijadwalkan mulai berlaku 1 Agustus mendatang.

“Ini bukan hasil yang ideal, tetapi jauh lebih baik daripada skenario terburuk,” ujar seorang diplomat Uni Eropa.

Saat ini, AS mengenakan tarif sebesar 50% pada baja dan aluminium Eropa, 25% pada mobil dan suku cadang, serta 10% untuk sebagian besar barang lainnya. Trump telah mengancam akan menaikkan seluruh tarif menjadi 30%, yang menurut pejabat UE akan “menghancurkan sebagian besar perdagangan transatlantik”.

Jika Gagal, UE Siap Balas dengan Tarif €93 Miliar

Jika kesepakatan gagal dan AS tetap menaikkan tarif menjadi 30%, Uni Eropa telah menyiapkan tarif balasan sebesar €93 miliar (sekitar $109 miliar) atas produk-produk AS. Sektor-sektor yang kemungkinan terdampak termasuk otomotif, farmasi, dan produk logam non-besi seperti tembaga.

Trump, yang dalam masa jabatan keduanya berambisi merombak tatanan perdagangan global, telah menandatangani kesepakatan perdagangan besar dengan Inggris, Jepang, Indonesia, dan Vietnam. Pekan ini, ia menandatangani kesepakatan senilai $550 miliar dengan Jepang, yang bisa dilampaui oleh kesepakatan dengan Uni Eropa jika berhasil.

Bagi Trump, kesepakatan ini akan menjadi pencapaian ekonomi terbesar dalam masa jabatannya, mengingat AS dan Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar di dunia, mencakup sepertiga dari total perdagangan global.

Negosiasi Masih Berlangsung di Skotlandia

Jelang pertemuan puncak Trump–von der Leyen, perunding tingkat tinggi dari kedua belah pihak telah mendarat di Skotlandia. Jamieson Greer (Perwakilan Dagang AS) dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick dari pihak AS, serta Komisioner Dagang UE Maros Sefcovic, bertemu untuk menyelesaikan detail akhir.

“Kami tetap optimis tapi berhati-hati,” ujar seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya.

“Kesepakatan belum selesai sampai benar-benar ditandatangani,” tambahnya.

Satu hal yang belum pasti adalah apakah AS akan melonggarkan tarif 50% atas baja dan aluminium UE. Trump menyiratkan bahwa “tidak banyak ruang untuk tawar-menawar” dalam hal ini karena “kalau saya beri keringanan untuk satu pihak, yang lain akan minta hal serupa.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rusia Buka Penerbangan Langsung ke Korea Utara, Pertama Sejak Tahun 1990-an

 

Rusia resmi membuka kembali penerbangan penumpang langsung dari Moskow ke Pyongyang, ibu kota Korea Utara, mulai Minggu (27/7/2025).

Langkah ini menandai peningkatan hubungan bilateral antara dua negara bekas blok komunis tersebut, di tengah dukungan terbuka Korea Utara terhadap invasi Rusia ke Ukraina sejak 2022.

Penerbangan Reguler Pertama Sejak Era Soviet

Menurut blog penerbangan Rusia, ini adalah penerbangan reguler pertama antara kedua ibu kota sejak pertengahan 1990-an. Langkah ini menyusul pembukaan kembali layanan kereta penumpang Moskow–Pyongyang yang memakan waktu 10 hari dan dimulai kembali pada Juni lalu.

Penerbangan perdana dijadwalkan lepas landas dari Bandara Sheremetyevo, Moskow, pada pukul 19.00 waktu setempat (16.00 GMT), dengan durasi penerbangan delapan jam.

Dioperasikan oleh Nordwind Airlines, Tiket Langsung Ludes

Maskapai Rusia Nordwind Airlines telah diberikan izin oleh otoritas penerbangan sipil Rusia, Rosaviatsia, untuk mengoperasikan penerbangan rute Moskow–Pyongyang sebanyak dua kali seminggu.

Namun, Kementerian Transportasi Rusia menyatakan bahwa untuk sementara waktu penerbangan hanya akan dilakukan sebulan sekali guna "membangun permintaan yang stabil".

Penerbangan ini menggunakan pesawat Boeing 777-200ER berkapasitas 440 penumpang. Menurut kantor berita RIA, harga tiket dibanderol mulai dari 44.700 rubel (sekitar Rp9,3 juta) dan langsung habis terjual untuk penerbangan pertama.

Jalur Udara Kedua ke Rusia dari Korea Utara

Sebelum ini, satu-satunya rute penerbangan langsung antara Rusia dan Korea Utara adalah rute Air Koryo—maskapai nasional Korea Utara—dari Pyongyang ke Vladivostok di wilayah timur jauh Rusia, yang beroperasi tiga kali seminggu.

Dengan dibukanya rute ke Moskow, konektivitas antara kedua negara meningkat secara signifikan di tengah isolasi internasional yang mereka alami akibat sanksi global.

Dukungan Korea Utara Terhadap Invasi Rusia ke Ukraina

Langkah diplomatik ini terjadi di tengah tuduhan dari Ukraina dan negara-negara Barat bahwa Korea Utara telah memasok Rusia dengan artileri dan rudal balistik. Kedua negara membantah tuduhan tersebut.

Namun, laporan intelijen Barat dan pernyataan beberapa pejabat Ukraina menyebutkan bahwa lebih dari 10.000 tentara Korea Utara dan perlengkapan militer telah dikirim untuk mendukung operasi Rusia di Ukraina.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bahkan menyatakan bulan ini bahwa negaranya siap "mendukung tanpa syarat" upaya Rusia dalam menyelesaikan konflik di Ukraina.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Thailand dan Kamboja Perang, Jet Tempur F-16 Dikerahkan

 

 

 

Pasukan Thailand dan Kamboja terlibat pertempuran di sepanjang perbatasan yang disengketakan pada Kamis (24/7/2025). Militer Bangkok telah mengerahkan jet tempur F-16 untuk menggempur target militer Kamboja, yang bisa mengancam konflik menjadi meluas. Pertempuran pecah sehari setelah seorang tentara Thailand kehilangan kakinya akibat ledakan ranjau darat, sebuah insiden yang menyebabkan hubungan antara kedua negara tetangga di Asia Tenggara tersebut merosot ke level terendah dalam beberapa tahun. Komando militer regional ke-2 Thailand di timur laut mengatakan dalam sebuah unggahan di Facebook bahwa jet tempur F-16 telah dikerahkan. Mereka juga mengeklaim telah menghancurkan dua unit pendukung militer regional Kamboja. Baca Juga: Duduk Perkara PM Thailand Dianggap Musuh Negara Gara-gara Panggil Eks PM Kamboja Paman Wakil juru bicara Angkatan Darat Thailand, Kolonel Richa Suksuwanont, mengatakan serangan udara tersebut hanya ditujukan pada target militer. Belum ada konfirmasi langsung dari pihak Kamboja. Bentrokan bersenjata antara pasukan Thailand dan Kamboja telah pecah di sepanjang perbatasan yang disengketakan pada Kamis pagi, menurut para pejabat militer, yang melukai warga sipil dan mendorong evakuasi penduduk di Thailand. Serangan dimulai dini hari ketika militer Thailand mengatakan pasukan Kamboja menembaki pangkalan militer Thailand di daerah dekat Kuil Ta Muen Thom kuno—yang terletak di wilayah sengketa di selatan Provinsi Surin, Thailand, dan di barat laut Kamboja. Menurut laporan CNN, Kamboja telah mengerahkan pesawat nirawak di depan kuil tersebut sebelum mengirim pasukan dengan senjata. Thailand juga menuduh pasukan Kamboja menembakkan senjata berat ke wilayah sipil di distrik Kap Choeng, Provinsi Surin, di dekatnya. "Serangan itu melukai tiga warga sipil. Pihak berwenang Thailand telah segera mengevakuasi penduduk dari daerah tersebut untuk memastikan keselamatan jiwa dan harta benda," kata militer Thailand dalam sebuah pernyataan. Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Letnan Jenderal Maly Socheata, mengatakan pasukan mereka bertindak untuk membela diri setelah serangan tak beralasan dari tentara Thailand. "Pasukan Kamboja bertindak secara ketat dalam batas-batas pembelaan diri, menanggapi serangan tak beralasan oleh pasukan Thailand yang melanggar integritas teritorial kami," katanya. Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mengatakan dalam sebuah unggahan di Facebook bahwa Thailand menyerang posisi tentara Kamboja di dua lokasi kuil di Provinsi Oddar Meanchey, serta di Provinsi Preah Vihear, Kamboja, dan dekat Provinsi Ubon Ratchathani, Thailand. “Kamboja selalu mempertahankan posisi penyelesaian masalah secara damai, tetapi dalam kasus ini, kami tidak punya pilihan selain merespons dengan kekuatan bersenjata terhadap agresi bersenjata,” kata Hun Manet. Hun Manet juga mengimbau warga Kamboja untuk tetap tenang. Setidaknya dua tentara Thailand terluka pada hari Kamis, menurut laporan Reuters, mengutip seorang pejabat militer Thailand. Dua rumah sakit di Provinsi Surin, Thailand, dekat lokasi bentrokan, telah mulai mengevakuasi pasien, menurut Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand. Bentrokan bersenjata itu terjadi sehari setelah seorang tentara Thailand kedua dalam seminggu kehilangan kakinya akibat ledakan ranjau darat di titik berbeda di sepanjang perbatasan yang disengketakan. Lima tentara Thailand terluka dalam ledakan tersebut, dan insiden tersebut mendorong Thailand untuk menurunkan hubungan diplomatiknya dengan Kamboja—menarik duta besarnya dari Phnom Penh dan mengusir duta besar Kamboja. Thailand juga menutup sebagian perbatasan timur lautnya untuk penduduk lokal dan wisatawan. Menanggapi hal ini, Kamboja mengumumkan telah menurunkan hubungan dengan Thailand "ke level terendah" dan memerintahkan semua staf diplomatik untuk pulang. Ketegangan antara kedua negara tetangga tersebut telah memburuk pada bulan Mei, ketika seorang tentara Kamboja tewas dalam bentrokan antara pasukan Thailand dan Kamboja di mana kedua belah pihak melepaskan tembakan di wilayah perbatasan yang diperebutkan di Segitiga Zamrud, tempat Kamboja, Thailand, dan Laos bertemu. Perselisihan tersebut sejak saat itu memiliki konsekuensi politik yang besar bagi Thailand dan memicu semangat nasionalis di kedua negara. Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra diskors dari tugasnya awal bulan ini dan terancam dipecat setelah bocornya percakapan teleponnya dengan mantan pemimpin Kamboja yang berpengaruh, yang di dalamnya dia tampak mengkritik tindakan militernya sendiri dalam perselisihan tersebut. Thailand dan Kamboja memiliki hubungan yang rumit dalam beberapa dekade terakhir. Kedua negara berbagi perbatasan darat sepanjang 817 kilometer—yang sebagian besar dipetakan oleh Prancis saat mereka menduduki Kamboja—yang secara berkala menjadi saksi bentrokan militer dan menjadi sumber ketegangan politik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Brasil Bergabung dalam Gugatan Genosida Israel di Gaza Bersama Afrika Selatan

 

Pemerintah Brasil tengah merampungkan dokumen untuk bergabung dalam gugatan genosida yang diajukan Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ), demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Brasil pada Rabu (23/7/2025).

Afrika Selatan pertama kali mengajukan gugatan tersebut pada tahun 2023, menuduh Israel telah melanggar kewajibannya di bawah Konvensi Genosida 1948.

Gugatan itu menyatakan bahwa tindakan militer Israel dalam perang melawan Hamas telah melampaui sasaran kelompok bersenjata, dengan serangan terhadap warga sipil, termasuk sekolah, rumah sakit, kamp pengungsi, dan tempat penampungan.

Sejumlah negara lain termasuk Spanyol, Turki, dan Kolombia juga telah menyatakan niat untuk bergabung dalam kasus ini.

Dalam pernyataannya, pemerintah Brasil menuduh Israel melakukan pelanggaran hukum internasional, seperti "pencaplokan wilayah dengan kekerasan", serta menyampaikan “kemarahan mendalam” atas penderitaan yang dialami warga sipil Palestina.

Israel membantah menargetkan warga sipil secara sengaja dan menegaskan bahwa satu-satunya tujuan militernya adalah menghancurkan Hamas.

Tim hukum Israel bahkan menyebut gugatan Afrika Selatan sebagai penyalahgunaan Konvensi Genosida.

Kedutaan Besar Israel di Brasilia menanggapi pernyataan Brasil dengan mengatakan bahwa pernyataan tersebut "mengandung kata-kata keras yang tidak sepenuhnya mencerminkan realitas di Gaza" dan bahwa Brasil “sepenuhnya mengabaikan” peran Hamas dalam konflik tersebut.

Asosiasi Nasional Yahudi Brasil, CONIB, juga menyatakan keprihatinannya.

“Pemusnahan hubungan persahabatan dan kemitraan lama Brasil dengan Israel adalah langkah keliru yang mencerminkan ekstremisme dalam kebijakan luar negeri kita,” ujar CONIB dalam pernyataan resminya.

Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva memang dikenal sebagai pengkritik keras tindakan militer Israel di Gaza.

Namun, keputusan terbaru ini membawa bobot politik yang lebih besar di tengah memanasnya hubungan antara Brasil dan Amerika Serikat, sekutu utama Israel.

Pemerintahan Trump bahkan telah mengumumkan tarif sebesar 50% atas semua barang dari Brasil bulan ini.

Namun, seorang diplomat yang dekat dengan pemikiran pemerintahan Lula mengatakan kepada Reuters bahwa keputusan Brasil untuk bergabung dalam gugatan Afrika Selatan tidak akan memengaruhi hubungan bilateralnya dengan Washington.

Perlu diketahui, Amerika Serikat menolak gugatan genosida Afrika Selatan di ICJ, baik di bawah Presiden Demokrat Joe Biden maupun Presiden dari Partai Republik, Donald Trump.

Bahkan pada Februari lalu, Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memotong bantuan keuangan AS ke Afrika Selatan dengan alasan keterlibatannya dalam kasus ICJ tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Uni Eropa Peringatkan Momen Paling Berbahaya yang Melibatkan Rusia-China di 2027

 

Komisaris Pertahanan Uni Eropa yang pertama telah mengeluarkan peringatan keras: momen paling berbahaya di dunia bisa segera tiba pada 2027. Yakni Ketika Rusia dan Tiongkok mungkin melakukan koordinasi langkah-langkah agresif yang dirancang untuk menghancurkan pertahanan Barat.

Mengutip Fox News, Andrius Kubilius, Komisaris Uni Eropa untuk Pertahanan dan Antariksa, menggemakan pernyataan terbaru Jenderal Angkatan Udara AS Alexus Grynkewich, Panglima Tertinggi NATO untuk Operasi Udara.

Kedua pejabat tersebut menyoroti 2027 sebagai tahun yang berpotensi menjadi titik kritis ketika aksi militer simultan oleh Moskow dan Beijing dapat meregangkan aliansi transatlantik hingga batas maksimalnya.

"Momen paling berbahaya bisa terjadi pada 2027, ketika Rusia dan Tiongkok akan melakukan langkah-langkah agresif ini secara terkoordinasi," kata Kubilius kepada wartawan dalam sebuah pengarahan di Washington.

Grynkewich telah memperingatkan pekan lalu bahwa Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa harus siap menghadapi dua perang secara bersamaan. Satu di Eropa, jika Presiden Rusia Vladimir Putin meningkatkan eskalasi di Ukraina atau Eropa Timur. Dan satu lagi di Pasifik jika Presiden Tiongkok Xi Jinping melancarkan invasi ke Taiwan.

"Kita akan membutuhkan semua perlengkapan, peralatan, dan amunisi yang kita miliki untuk mengatasinya," kata Grynkewich.

Dalam pidatonya Senin malam, Kubilius mengatakan AS memiliki hak dan alasan untuk mengalihkan fokusnya ke Tiongkok.

"Kami menyadari bahwa Anda, rakyat Amerika, benar-benar memiliki hak dan alasan dalam perspektif jangka panjang untuk mulai bergeser lebih jauh ke Indo-Pasifik guna memitigasi meningkatnya kekuatan militer Tiongkok," katanya.

"Kita, bangsa Eropa, perlu meningkatkan kemampuan pertahanan kita. Itulah yang sedang kita lakukan," ujar mantan perdana menteri Lithuania tersebut.

Peringatan mereka sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran di kalangan lembaga pertahanan AS atas apa yang sering disebut sebagai "Jendela Davidson". Ini merupakan sebuah istilah yang dicetuskan oleh mantan kepala Komando Indo-Pasifik, Laksamana Philip Davidson, yang bersaksi di hadapan Kongres pada tahun 2021 bahwa Tiongkok dapat mencoba untuk bersatu kembali secara paksa dengan Taiwan pada tahun 2027.

Penilaian tersebut sejak saat itu menjadi tolok ukur yang banyak dikutip oleh para perencana militer yang bersiap menghadapi potensi krisis di Indo-Pasifik.

AS diperkirakan akan segera mengurangi postur pasukannya di Eropa untuk mengalihkan lebih banyak perhatian ke Indo-Pasifik.

Periode 2027 menjadi semakin mendesak seiring Tiongkok mempercepat program modernisasi militernya, dengan tujuan mencapai apa yang disebut Xi Jinping sebagai kemampuan tempur "kelas dunia" menjelang peringatan seratus tahun Tentara Pembebasan Rakyat pada tahun 2027.

Para pejabat AS dan NATO juga khawatir bahwa Rusia, meskipun mengalami kerugian besar di Ukraina, dapat menyusun kembali dan mengarahkan pasukannya untuk kembali melakukan agresi di Eropa Timur dalam jangka waktu yang sama – memberikan tekanan strategis pada dua front secara bersamaan.

Kubilius berkunjung ke Washington untuk menilai potensi kekurangan kemampuan pertahanan Eropa seiring AS semakin mengalihkan perhatian strategisnya ke Indo-Pasifik. Ia mengatakan negara-negara anggota Uni Eropa sedang aktif mempersiapkan perubahan postur militer Amerika di benua tersebut.

Pada tahun 2025, lebih dari 80.000 tentara AS ditempatkan di Eropa – jumlah yang diperkirakan akan menurun di tahun-tahun mendatang seiring Pentagon mendesak sekutu-sekutunya di Eropa untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar atas pertahanan mereka sendiri.

"Kami sedang mempersiapkan diri untuk memikul tanggung jawab di pundak kami," kata Kubilius. "Kami tidak tahu apa yang akan diputuskan oleh rakyat Amerika."

Kubilius menekankan bahwa Eropa tidak hanya harus mendanai pertahanannya sendiri, tetapi juga membangunnya.

Ia mencatat bahwa Uni Eropa telah mengurangi ketergantungannya pada senjata buatan AS dari 60% dari total impor menjadi 40%, dan berharap dapat menurunkan ketergantungan tersebut lebih lanjut melalui peningkatan produksi dalam negeri.

Sebagai komisaris pertahanan, Kubilius ditugaskan untuk mengimplementasikan kerangka kerja senilai $840 miliar untuk "Mempersenjatai Kembali Eropa," termasuk fasilitas pinjaman sebesar €150 miliar yang tersedia bagi negara-negara anggota untuk membangun angkatan bersenjata dan kapasitas industri mereka.

Secara terpisah, para pemimpin NATO pada pertemuan puncak bulan lalu di Washington menyetujui janji besar untuk meningkatkan anggaran pertahanan – menaikkan patokan dari 2% PDB menjadi 5% untuk negara-negara anggota, sebuah perubahan bersejarah dalam postur aliansi di tengah meningkatnya ketidakstabilan global.

Menambah rasa urgensi, Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan menawarkan sistem persenjataan canggih kepada Ukraina – dengan syarat mitra Eropa menanggung biayanya. Para menteri pertahanan Barat bertemu pada hari Senin untuk membahas mekanisme pembiayaan yang diusulkan.

"Kami akan mengirimkan Patriot ke NATO dan kemudian NATO akan mendistribusikannya," kata Trump pekan lalu, merujuk pada sistem pertahanan udara bernilai tinggi yang telah lama dicari Kyiv.

Kubilius menolak menjelaskan lebih lanjut senjata apa saja yang mungkin disertakan dalam paket tersebut, tetapi menggarisbawahi pentingnya mempertahankan dukungan yang teguh bagi pertahanan Ukraina terhadap invasi besar-besaran Rusia.

"Tiongkok sedang mengamati," ujarnya. "Tiongkok akan dapat menyimpulkan bahwa jika Barat lemah di Ukraina, maka kita dapat mengantisipasi perilaku agresif dari Tiongkok terhadap siapa pun."

 

 

Lawan Dedolarisasi China, Ini Langkah AS yang Mengejutkan

 

Presiden AS Donald Trump tidak merahasiakan fakta bahwa AS terlibat dalam persaingan geopolitik dengan Tiongkok. Meskipun AS masih merupakan ekonomi terbesar di dunia, namun besar kemungkinan posisi AS disusul oleh negara adidaya Asia tersebut.

Mengutip The Street, pada saat Trump memulai perang tarif global pada bulan April, jelas bahwa target utamanya adalah Tiongkok. Namun, pemerintahan Joe Biden sebelumnya juga terlibat dalam perang dagang dengan negara tersebut.

Di antara banyak kekhawatiran pemerintahan Trump adalah upaya agresif Tiongkok untuk melakukan de-dolarisasi perdagangan global di pasar negara berkembang di mana Tiongkok memegang kendali.

Hal ini paling nyata dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) Tiongkok — juga disebut sebagai Jalur Sutra Baru — proyek pembangunan infrastruktur ambisius yang bertujuan untuk menghubungkan negara tersebut dengan seluruh dunia.

Raksasa Asia tersebut semakin mendorong penyelesaian perdagangan dalam renminbi digital atau e-RMB, mata uang digital bank sentralnya (CBDC).

Faktanya, Financial Times melaporkan pada bulan Agustus 2024 sebagaimana mengutip Administrasi Negara untuk Valuta Asing, pembayaran dalam USD telah menurun dari sekitar 80% pada tahun 2010 menjadi 40% pada tahun 2024. Sebaliknya, pembayaran dalam RMB telah meningkat dari yang sebelumnya tidak signifikan pada tahun 2010 menjadi sekitar 55% pada tahun 2024.

Untuk melengserkan dominasi dolar AS dalam penyelesaian perdagangan global, Tiongkok mengandalkan pembayaran berbasis RMB dan mengabaikan jaringan pembayaran SWIFT berbasis USD.

Pada tanggal 18 Juli, Trump menandatangani Undang-Undang GENIUS menjadi undang-undang untuk mengatur stablecoin yang dipatok ke USD.

Stablecoin adalah jenis mata uang kripto yang mencoba menstabilkan nilainya, tidak seperti mata uang kripto yang secara tradisional volatil seperti Bitcoin, dengan dipatok ke mata uang tradisional seperti USD atau komoditas seperti emas. Undang-Undang GENIUS hanya berlaku untuk stablecoin yang dipatok 1:1 terhadap USD.

Pemerintahan Trump secara agresif mempromosikan ekonomi aset digital, dan stablecoin merupakan segmen yang dominan.

Namun, menurut laporan stablecoin terbaru dari platform analitik data on-chain Messari, stablecoin juga bisa menjadi "penyeimbang" yang potensial terhadap tren dedolarisasi di pasar negara berkembang.

David Krause, Profesor Emeritus, Departemen Keuangan, Universitas Marquette, baru-baru ini menulis dalam sebuah makalah yang dikutip Messari:

"Promosi stablecoin yang didukung dolar oleh pemerintahan Trump merupakan upaya strategis untuk memperkuat peran global dolar di tengah meningkatnya diskusi tentang dedolarisasi."

Triliunan dolar diantisipasi

Menurut DeFiLlama, total kapitalisasi pasar stablecoin adalah US$ 263 miliar pada saat berita ini ditulis oleh The Street pada 23 Juli 2025.

USDT Tether dan USDC Circle menguasai lebih dari 86% pangsa pasar.

Koin lain seperti USD1 yang didukung Trump, RLUSD Ripple, dan PYUSD PayPal juga mulai merambah pasar yang sudah berkembang ini.

CEO Ripple, Brad Garlinghouse, baru-baru ini mengatakan banyak orang memperkirakan pasar stablecoin akan mencapai US$ 1 triliun-US$ 2 triliun dalam "beberapa tahun" ke depan.

Namun, masih harus dilihat apakah pertumbuhannya akan cukup untuk menantang upaya Tiongkok dalam melakukan de-dolarisasi ekonomi global.

 

 

 

 

 

 

 

 

Kesepakatan Dagang AS-Jepang Disambut Investor, Tapi Dikecam Produsen Mobil AS

 

Saham produsen mobil besar Amerika Serikat (AS) seperti General Motors (GM), Ford Motor, dan Stellantis (pembuat Jeep) menguat pada Rabu (23/7/2025) setelah diumumkannya kesepakatan dagang antara AS dan Jepang yang akan menurunkan tarif impor mobil Jepang.

Para investor menilai ini sebagai sinyal positif bahwa lebih banyak kesepakatan perdagangan akan menyusul.

Namun, para produsen mobil sendiri tidak serta-merta menyambut kesepakatan ini dengan suka cita.

Berdasarkan kesepakatan yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada Selasa (22/7/2025), tarif impor mobil dari Jepang ke AS akan dipangkas dari 27,5% menjadi 15%.

Saham GM melonjak 9%, sementara Stellantis naik 12%, karena pelaku pasar berharap hambatan dagang lainnya juga akan dikurangi, sehingga bisa meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Saham Ford naik sekitar 2%, karena perusahaan ini lebih banyak memproduksi mobil untuk pasar AS di dalam negeri dan lebih terlindungi dari tarif impor.

Pada hari yang sama, Uni Eropa dan Amerika Serikat juga dilaporkan hampir mencapai kesepakatan perdagangan serupa, yang akan menetapkan tarif sebesar 15% untuk mobil Eropa.

Namun, GM, Ford, dan Stellantis selama ini harus membayar tarif hingga 25% untuk kendaraan yang diimpor dari Meksiko dan Kanada, tergantung pada kandungan lokal AS di dalamnya.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kendaraan yang dirakit di Meksiko dan Kanada bisa dikenakan tarif lebih tinggi dibandingkan mobil dari Jepang atau Inggris yang memiliki kandungan lokal AS lebih sedikit.

Beberapa pelobi industri otomotif bahkan menyuarakan keprihatinan bahwa jika Korea Selatan meneken kesepakatan serupa dengan AS, negara itu bisa menjadi basis produksi mobil murah berikutnya. “Mereka bisa jadi 'Meksiko yang baru',” ujar seorang pelobi kepada Reuters.

American Automotive Policy Council, organisasi yang mewakili “Detroit Three” (GM, Ford, Stellantis), mengecam kesepakatan ini dan menyebutnya menciptakan jalur lebih mudah bagi impor Jepang dibandingkan mobil yang diproduksi di Amerika Utara.

Bahkan sebelum kesepakatan ini diumumkan, para eksekutif otomotif di Detroit telah memperingatkan bahwa kebijakan dagang Presiden Trump bisa memberi keuntungan bagi produsen asing yang tak berinvestasi besar di manufaktur dalam negeri AS.

“Ini keuntungan besar bagi pesaing impor kami,” kata CEO Ford Jim Farley pada Februari lalu, ketika Trump pertama kali mengusulkan tarif untuk Meksiko dan Kanada namun tidak untuk negara seperti Korea Selatan.

Serikat pekerja United Auto Workers (UAW), yang mewakili karyawan di pabrikan mobil Detroit, juga mengaku “sangat marah” atas kesepakatan ini.

“Apa yang kami lihat sejauh ini menunjukkan satu hal: pekerja Amerika sekali lagi ditinggalkan,” kata UAW dalam pernyataan resmi Rabu malam.

Pengumuman kesepakatan dengan Jepang datang di hari yang sama dengan laporan GM bahwa biaya tarif telah menggerus pendapatan mereka sebesar US$1,1 miliar. Biaya ini berasal dari tarif 25% atas impor dari Kanada dan Meksiko serta tarif 50% untuk baja dan aluminium.

Warren Browne, konsultan industri otomotif dan mantan eksekutif GM, menyebut bahwa kesepakatan ini menempatkan kendaraan buatan Meksiko dan Kanada dalam posisi merugi dibandingkan mobil Jepang seperti Toyota. “Ini memungkinkan merek asing menjual lebih murah dari produsen lokal,” ujarnya.

Toyota, Subaru, dan Mazda adalah perusahaan yang paling bergantung pada produksi mobil dari Jepang untuk pasar AS.

Menurut firma GlobalData, Toyota mengimpor sekitar 500.000 mobil dari Jepang ke AS tahun lalu, jumlah terbesar di antara semua merek Jepang.

Saham otomotif Jepang langsung melonjak setelah pengumuman tersebut.

Autos Drive America, kelompok yang mewakili produsen mobil Jepang dan merek asing lainnya yang beroperasi di AS, memuji kesepakatan ini dan mengatakan bahwa hal itu akan mendorong investasi pabrik lebih lanjut di AS.

Bagi Wade Kawasaki, Chairman dari Wheel Group perusahaan aftermarket ban, velg, dan aksesori otomotif yang berbasis di California kesepakatan ini juga merupakan kabar baik.

“Ada segmen konsumen tertentu yang mencari produk buatan Amerika. Mereka itulah target pasar kami,” ujarnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Indeks Topix Jepang Cetak Rekor Tertinggi Usai Kesepakatan Dagang dengan AS

 

Indeks Topix Jepang mencetak rekor tertinggi pada Kamis (24/7/2025), sementara indeks Nikkei menyentuh level tertinggi dalam setahun terakhir.

Reli saham berlanjut untuk hari kedua berturut-turut setelah Tokyo berhasil menjalin kesepakatan dagang yang telah lama dinantikan dengan Amerika Serikat.

Topix melonjak hingga 1,4% ke level 2.968,48, menyentuh rekor tertingginya sepanjang sejarah.

Sementara itu, indeks Nikkei menguat 1,4% ke posisi 41.740,71, tertinggi sejak Juli tahun lalu.

Sektor perbankan memimpin penguatan, dengan indeks perbankan Topix melesat 3,6%, didorong ekspektasi bahwa kepastian ekonomi pasca-kesepakatan tarif memungkinkan Bank of Japan (BOJ) melanjutkan kenaikan suku bunga akhir tahun ini.

BOJ dijadwalkan menggelar rapat kebijakan moneter pekan depan pada Rabu dan Kamis.

Namun, para pelaku pasar lebih menaruh perhatian pada pertemuan Oktober mendatang, yang diperkirakan berpeluang sama besar (50:50) menjadi momen kenaikan suku bunga.

Kesepakatan dagang yang diumumkan Selasa malam oleh Presiden AS Donald Trump menetapkan pengurangan tarif dasar serta bea khusus otomotif menjadi 15%, turun dari ancaman sebelumnya sebesar 25%.

Indeks peralatan transportasi Topix turut naik 0,8%, melanjutkan lonjakan hampir 11% pada sesi sebelumnya.

Pada Rabu (23/7/2025), indeks Topix menguat 3,2% dan Nikkei melonjak 3,5%.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post