NewsForex, Index & Komoditi ( Kamis, 30 November 2023 )

NewsForex, Index & Komoditi

(  Kamis,  30 November 2023  )

Wall Street (29/11): S&P 500 Berakhir Turun karena Pesan Beragam The Fed dan PCE

 

Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan hari Rabu (29/11) karena revisi PDB meredakan kekhawatiran resesi. Sementara itu pernyataan pejabat The Fed menimbulkan pertanyaan tentang durasi kebijakan restriktif bank sentral.

Melansir Reuters, Dow Jones Industrial Average naik 13,44 poin atau 0,04%, menjadi 35,430.42, S&P 500 kehilangan 4,31 poin, atau 0,09%, pada 4,550.58, dan Nasdaq Composite turun 23,27 poin, atau 0,16%, menjadi 14,258.49.

Nasdaq bergabung dengan S&P 500 di wilayah negatif, sementara Dow berakhir lebih tinggi karena investor mengambil posisi menunggu dan melihat menjelang laporan inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang penting pada hari Kamis.

Meskipun pergerakan indeks lesu selama tiga sesi terakhir, bulan November merupakan bulan yang penting. S&P 500 tetap berada di jalur untuk mencatat persentase kenaikan bulanan terbesar sejak Juli 2022.

"Pasar memperoleh keuntungan yang besar, jadi pasti ada aksi ambil untung dan reposisi; ada beberapa konsolidasi yang terjadi di sini," kata Tim Ghriskey, senior portfolio strategist Ingalls & Snyder di New York.

"Kami mempunyai pendapatan yang sangat kuat dan ada banyak optimisme. Dan karena itu, ada reposisi keuntungan."

Berbeda dengan Barkin, Gubernur The Fed Christopher Waller, yang secara luas dianggap hawk, memberikan jaminan pada hari Selasa bahwa Fed mungkin telah mencapai akhir dari siklus kenaikan suku bunganya.

Dia mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat untuk merekayasa “soft landing” dan menghindari resesi.

“The Fed saat ini menahan diri, namun kebijakannya masih lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” tambah Ghriskey.

“Perekonomian tetap relatif kuat. Tidak ada alasan bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga dan mengambil risiko munculnya kembali inflasi.”

Memang benar, pada hari Rabu Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester menegaskan kembali perlunya bank sentral untuk tetap "gesit" dalam menanggapi data ekonomi.

Sebelumnya di sesi ini, Departemen Perdagangan merevisi naik estimasi awal produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga, yang menggarisbawahi ketahanan ekonomi AS.

Namun juga tampaknya memberi sedikit alasan bagi The Fed untuk mulai menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, selama inflasi tetap jauh di atas. targetnya sebesar 2%.

Beige Book The Fed, yang memberikan gambaran ekonomi AS wilayah demi wilayah, dirilis pada sore hari, menunjukkan aktivitas ekonomi telah sedikit melambat di bawah kebijakan moneter ketat bank sentral.

 

 

Bursa Asia Turun Kamis (30/11) Pagi, Pasar Hong Kong Bersiap untuk Rebound


 

Bursa saham Asia-Pasifik melemah pada hari Kamis (30/11) pagi, menjelang rilis data ekonomi utama di wilayah tersebut.

China akan merilis indeks manajer pembelian (PMI) bulan November hari ini. Sementara Jepang melihat penjualan ritel bulan Oktober naik lebih rendah dari perkiraan sebesar 4,2% secara tahunan (YoY).

Angka output industri Korea Selatan mengejutkan pasar, mencatat penurunan sebesar 3,5% dibandingkan ekspektasi kenaikan 0,5% dari para ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Korea Selatan juga akan melihat bank sentralnya mengumumkan keputusan suku bunganya hari ini.

Di Australia, S&P/ASX 200 sedikit turun.

Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,25% dan memperpanjang penurunan tiga hari berturut-turutnya, dengan Topix juga turun 0,14%.

Kospi Korea Selatan juga turun 0,29%, sedangkan saham berkapitalisasi kecil Kosdaq sedikit di atas garis datar.

Indeks Hang Seng Hong Kong berjangka berada di 17,108, menunjukkan rebound setelah HSI mencapai level terendah satu bulan pada hari Senin dan ditutup pada 16,993.44.

Pada hari Rabu (29/11) di AS, ketiga indeks utama Wall Street sebagian besar tetap berada di dekat garis datar, bahkan ketika perekonomian AS tumbuh lebih dari yang diharapkan.

PDB AS pada kuartal ketiga meningkat dengan kecepatan tahunan sebesar 5,2%, lebih baik dari perkiraan Dow Jones sebesar 5% dan di atas perkiraan awal sebesar 4,9%.

 

Erdogan: Israel Harus Pertanggungjawabkan Kejahatannya di Pengadilan Internasional

 

 

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan pembicaraan via telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk membahas perkembangan situasi di Jalur Gaza, Selasa (28/11/2023). Erdogan menyampaikan kepada Guterres bahwa Israel harus mempertanggungjawabkan kejahatannya di pengadilan internasional.

“Selama panggilan telepon tersebut, Presiden Erdogan mengatakan Israel tanpa malu-malu terus menginjak-injak hukum internasional, hukum perang, serta hukum kemanusiaan internasional dengan memandang mata komunitas internasional, dan mereka harus bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukannya di depan hukum internasional,” kata Kantor Kepresidenan Turki dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Turki mengungkapkan, Menteri Luar Negeri (Menlu) Hakan Fidan akan berpartisipasi dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk membahas perkembangan situasi di Gaza yang diagendakan digelar Rabu (29/11/2023).

Kemenlu Turki mengatakan, Fidan juga akan mengadakan pertemuan dengan para menlu dalam kelompok kontak yang dibentuk pasca perhelatan KTT Luar Biasa OKI-Liga Arab di Riyadh, Arab Saudi, pada 11 November 2023 lalu. Menlu RI Retno Marsudi termasuk dalam kelompok tersebut.

Pada Selasa kemarin, Retno Marsudi menghadiri Sidang Majelis Umum PBB tentang Palestina yang digelar di markas PBB di New York, Amerika Serikat (AS). Pada kesempatan itu, dia menyatakan akan mendukung upaya meminta pertanggungjawaban Israel, termasuk di Mahkamah Internasional.

Saat memberikan pernyataan nasional, Retno mengatakan, Indonesia tidak bisa diam melihat ribuan perempuan dan anak-anak tidak berdosa di Jalur Gaza meninggal akibat serangan Israel. Indonesia juga tidak dapat diam melihat rumah, sekolah, dan rumah sakit diratakan dengan tanah.

“Saya bertanya, apakah negara-negara dunia akan tetap tinggal diam melihat situasi yang mengenaskan ini,” ungkap Retno dalam keterangan persnya seusai menghadiri Sidang Majelis Umum PBB tentang Palestina.

Dalam sidang tersebut, Menlu juga mempertanyakan apakah tindakan Israel di Jalur Gaza tidak dianggap melanggar hukum internasional dan hukum humaniter internasional. Dia menyoroti penyerangan terhadap berbagai fasilitas sipil. Menlu menilai, hal tersebut bukan hal yang normal.

“Apa yang terjadi di Gaza jelas-jelas pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional,” katanya.

“Penerapan double standard harus dihentikan dan Indonesia mendukung upaya untuk meminta pertanggungjawaban Israel, termasuk di International Court of Justice (Mahkamah Internasional),” tambah Retno.

Retno mengungkapkan, pada Rabu waktu New York, Dewan Keamanan PBB juga akan menggelar pertemuan untuk membahas perkembangan situasi di Gaza. Pertemuan tersebut bakal dipimpin Menlu Cina Wang Yi karena negaranya menjadi presiden Dewan Keamanan bulan ini.

“Saya juga akan hadir dan menyampaikan posisi nasional Indonesia,” kata Retno.

 

 

Hamas Siap Tukar Semua Tentara Israel yang Disandera dengan Seluruh Tahanan Palestina

 

 

Kelompok Hamas mengatakan mereka siap membebaskan semua tentara Israel yang ditawannya. Sebagai imbalannya, Hamas meminta Israel membebaskan semua tahanan Palestina dari penjara-penjara di negara tersebut.

Pejabat Hamas dan mantan menteri kesehatan Gaza, Bassem Naim, mengatakan. Hamas sedang melakukan “negosiasi keras” untuk memperpanjang gencatan senjata dengan Israel yang dijadwalkan berakhir Kamis (30/11/2023) pagi setelah jeda pertempuran selama enam hari.

 “Kami siap membebaskan semua tentara (Israel) sebagai imbalan atas semua tahanan kami,” kata Naim pada konferensi pers di Cape Town, saat berkunjung ke Afrika Selatan, Rabu (29/11/2023), dikutip laman Alarabiya.

Dia menambahkan bahwa Hamas juga mengupayakan gencatan senjata permanen dengan Israel. “Kami mencoba dengan para mediator untuk merundingkan gencatan senjata permanen,” ujar Naim.

Dalam konferensi pers di Cape Town, Naim pun sempat mengomentari tentang upaya militer Israel menyelidiki kematian satu keluarga, terdiri dari seorang ibu serta dua anaknya yang berumur 10 bulan dan empat tahun, yang sempat disandera Hamas di Gaza. “Kami telah mengonfirmasi dua hingga tiga pekan lalu bahwa 60 warga Israel tewas akibat pengeboman Israel dan masih berada di bawah reruntuhan. Wanita itu dan kedua anaknya termasuk di antara mereka, saya dapat memastikannya,” ucap Naim.

Sepanjang gencatan senjata yang dimulai sejak 24 November 2023 lalu, Hamas telah membebaskan lebih dari 80 sandera. Sebanyak 60 di antaranya merupakan warga Israel. Ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas disebut menculik setidaknya 240 orang. Sebagian besar dari mereka merupakan warga sipil, yang terdiri dari warga Israel, warga Israel berkewarganegaraan ganda, dan warga asing.

Sementara itu, sebagai imbalan atas pembebasan para sandera oleh Hamas, Israel telah membebaskan 180 tahanan Palestina dari penjara-penjara di Tepi Barat.

Pada 2011, Israel dan Hamas pernah melakukan pertukaran seperti saat ini. Kala itu Hamas membebaskan seorang tentara Israel bernama Gilad Shalit yang telah ditawan selama lima tahun. Sebagai gantinya, Israel membebaskan lebih dari 1.000 tahanan Palestina dari penjara.

 

Israel Geram Melihat Keakraban Para Sandera dengan Pejuang Hamas

 

Israel geram dengan keakraban yang ditunjukkan para tawanan Israel kepada Hamas ketika mereka dibebaskan dari Gaza. Dalam video yang beredar luas di media sosial, sandera Israel meninggalkan Gaza dalam keadaan sehat dan sangat baik.

Para tawanan melambaikan tangan kepada pejuang Gaza sebagai tanda perpisahan. Bahkan, seorang tawanan menuliskan surat ucapan terima kasih kepada Hamas karena telah merawat putrinya dengan sangat baik selama dalam penyanderaan.

Para sandera itu dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel di tengah jeda kemanusiaan sementara. Sejak para sandera dibebaskan dari Gaza, pihak berwenang Israel menjauhkan mereka dari media.

Pihak berwenang Israel hanya mengizinkan para sandera yang telah dibebaskan untuk bertemu dengan kerabat dan teman. Namun stasiun televisi Israel menayangkan rekaman video salah satu keluarga sandera Israel yang mengatakan bahwa kerabat mereka diperlakukan dengan baik selama mereka disandera.

Pernyataan tersebut membuat para analis Israel geram. Analis politik, Yaniv Peleg, mengatakan dalam sebuah artikel untuk surat kabar sayap kanan Israel Hayom bahwa menyiarkan video yang menyanjung Hamas di televisi akan merugikan Israel. Dia menuduh rekaman keakraban Hamas dan para sandera ketika dibebaskan hanya untuk propaganda kemanusiaan.

"Hamas secara profesional memproduksi rekaman, pengambilan gambar menggunakan dua atau tiga kamera, termasuk drone dengan pencahayaan dan pengaturan yang tepat. Setiap detail ditangkap untuk menggambarkan kemanusiaan para pelakunya (kejahatan) Hamas, kepada dunia," ujar Peleg, dilaporkan Anadolu Agency, Rabu (29/11/2023).

Analis politik Israel lainnya, Maya Lecker pada Ahad (26/11/2023) menulis di surat kabar Haaretz. Dalam tulisannya, dia mengatakan, menjalin keakraban dan memuji Hamas adalah batas yang sangat rendah bagi kemanusiaan.

"Kita harus mengakui bahwa memuji orang-orang bersenjata Hamas karena memberikan tos kepada tawanan mereka di depan kamera, setelah membunuh anggota keluarga mereka, dalam beberapa kasus di depan mata mereka, merupakan batas yang sangat rendah bagi kemanusiaan," ujarnya.

Banyak influencer pro-Palestina dan pengguna media sosial, kebanyakan dari mereka berasal dari luar Israel dan Palestina, menganggap keakraban para sandera dengan pejuang Hamas sangat menyentuh hati. Hal ini justru merupakan cerminan kemanusiaan dan moralitas yang dilakukan oleh pejuang Hamas.

Koresponden militer untuk Channel 13 Israel, Alon Ben David pada Senin (27/11/2023) mengatakan, dia telah berbicara dengan beberapa tawanan Israel yang dibebaskan dari Gaza. Semua orang mengatakan bahwa para pejuang Hamas telah mengumpulkan anggota setiap kibbutz, sehingga memberi mereka rasa  nyaman.

"Mereka tidak menjadi sasaran kekerasan atau penghinaan apa pun, dan anggota Hamas berusaha memberi mereka makanan, obat penghilang rasa sakit, dan obat-obatan rutin sebanyak mungkin. Mereka duduk dan berbicara satu sama lain, tambahnya, melakukan aktivitas seperti biasa, dan menggunakan YouTube. Ini memberi mereka dorongan untuk bertahan," ujar Ben David.

Kesaksian tersebut sejalan dengan pernyataan publik Yocheved Lifshitz (85 tahun) yang dibebaskan pada akhir Oktober. Lifshitz mengatakan kepada wartawan, pejuang Hamas merawat dirinya dan tawanan lainnya dengan baik. Pejuang Hamas memastikan untuk menyediakan semua kebutuhan sandera, termasuk pengobatan, makanan, dan kebersihan.

“Dia (Lifshitz) mengatakan kebenaran persis seperti yang dikatakan (para tawanan) itu.  Saya duduk bersama mereka dan mendengar cerita yang sama dari mereka,” ujar Ben David.

Selama lima hari terakhir, Israel menerima 60 sandera, termasuk perempuan dan anak-anak. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 180 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, dari penjara Israel.

Israel melancarkan kampanye militer besar-besaran di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Serangan ini telah membunuh lebih dari 15.000 orang, termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 perempuan. Sementara, korban tewas di Israel berdasarkan angka resmi mencapai 1.200 orang.

 

 

Kematian Akibat Penyakit di Gaza Dapat Lebih Banyak daripada Pengeboman

 

 

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan jumlah orang yang meninggal di Jalur Gaza karena penyakit akan lebih banyak dibandingkan karena pengeboman. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan  ada peningkatan risiko wabah penyakit karena tempat penampungan yang penuh sesak dan kurangnya makanan, air, sanitasi dan obat-obatan.

Ia mengatakan 111 ribu orang menderita infeksi saluran pernapasan dan 75 ribu lainnya menderita diare, lebih dari separuhnya berusia di bawah lima tahun.

"Mengingat kondisi kehidupan dan kurangnya perawatan kesehatan, lebih banyak orang yang dapat meninggal karena penyakit daripada pengeboman," katanya, Rabu (29/11/2023)

Ia menyerukan gencatan senjata yang berkelanjutan. "Ini adalah masalah hidup atau mati bagi warga sipil."

PBB mengatakan mengatakan serangan Israel ke Gaza membuat 1,8 juta orang atau sekitar 80 persen dari populasi Gaza mengungsi. Sementara itu warga Palestina di Gaza khawatir perang Israel-Hamas, yang menyebabkan kematian, kehancuran, dan pengungsian yang belum pernah terjadi sebelumnya tersebut akan kembali pecah.

"Kami sudah muak," kata Omar al-Darawi, yang bekerja di rumah sakit Al-Aqsa Martyrs yang penuh sesak di pusat kota Deir al-Balah.

"Kami ingin perang ini berhenti," katanya.

Seorang ayah dari tiga anak yang tinggal bersama keluarga lain di selatan Gaza, Ihab Abu Auf  mengatakan dua kali ia mencoba dua kali kembali ke rumahnya di utara, namun ditolak pasukan Israel.

Kedua orang tersebut berbicara  ketika mediator internasional bekerja untuk memperpanjang gencatan senjata yang telah menghentikan pertempuran selama hampir satu minggu. Keduanya mengatakan akan menjadi bencana besar jika Israel melanjutkan serangannya dan mengirim pasukan ke selatan, di mana ratusan ribu warga Palestina telah mencari perlindungan.

"Ke mana kami akan pergi dengan perempuan dan anak-anak kami?" Kata Abu Auf.

"Mereka menginginkan Nakba yang lain," tambahnya.

Ia mengacu  peristiwa yang memaksa ratusan ribu orang Palestina melarikan diri atau diusir dari wilayah yang sekarang disebut Israel selama perang tahun 1948 yang melatarbelakangi berdirinya negara tersebut. Mesir menolak menerima pengungsi Palestina dan Israel  menutup perbatasannya sejak perang mulai pecah.

 

Hamas Minta Media Internasional Lakukan Reportase Langsung dari Jalur Gaza

 

 

Kelompok Hamas meminta media-media internasional meningkatkan kehadiran mereka di Jalur Gaza. Hamas mengatakan, mereka perlu melihat kehancuran dan genosida yang dilakukan Israel terhadap penduduk Palestina di wilayah tersebut.

“Kami menyerukan kepada jurnalis dan lembaga media internasional untuk mengintensifkan kehadiran mereka di Jalur Gaza untuk melihat sejauh mana kehancuran dan tanda-tanda genosida yang dilakukan oleh pendudukan (Israel) dan tentara Nazi terhadap anak-anak, warga sipil yang tidak berdaya, dan seluruh infrastruktur,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, dikutip Anadolu Agency, Rabu (29/11/2023).

Hamas kemudian mengungkap penemuan puluhan jenazah warga sipil yang tertimbun reruntuhan bangunan di daerah Sabra dan di daerah lain di Kota Gaza. Proses pencarian jasad dapat dilakukan oleh regu penyelamat karena Hamas dan Israel menyepakati perpanjangan gencatan selama dua hari pada Senin (27/11/2023) lalu.

Menurut laporan kantor berita Palestina, WAFA, regu penyelamat berhasil mengevakuasi 160 jenazah dari reruntuhan dan jalan-jalan di Jalur Gaza pada Selasa lalu. “Hal ini menjadikan jumlah korban tewas sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober menjadi lebih dari 15 ribu orang, termasuk lebih dari 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 perempuan,” ungkap WAFA.

Koresponden WAFA di Gaza melaporkan bahwa tim penyelamat sejauh ini mengandalkan metode manual untuk melakukan penggalian reruntuhan untuk mencari jenazah. Metode itu terpaksa dipilih mengingat kurangnya mesin dan peralatan untuk mengeruk serta memindahkan puing-puing.

Berdasarkan data sementara, sejauh ini terdapat sekitar 6.500 orang di Gaza yang masih dinyatakan hilang, termasuk lebih dari 4.700 anak-anak dan perempuan. Mereka diduga telah terbunuh akibat serangan Israel dan tertimbun reruntuhan bangunan.

Pada Selasa kemarin, Hamas kembali membebaskan 12 sandera yang terdiri dari 10 warga Israel dan dua warga Thailand. Sebagai timbal balik atas pembebasan ke-12 sandera tersebut, Israel membebaskan 30 warga Palestina dari penjara pada Selasa malam. Layanan Penjara Israel mengungkapkan, ke-30 warga Palestina yang dibebaskan berasal dari Penjara Ofer di dekat Ramallah dan dari pusat penahanan di Yerusalem.

Gencatan senjata empat hari antara Hamas dan Israel seharusnya berakhir pada Senin malam lalu. Namun kedua belah pihak sepakat memperpanjang gencatan senjata selama dua hari guna memungkinkan pembebasan lebih banyak sandera dan tahanan Palestina. Sejak memulai gencatan senjata pada 24 November 2023 lalu, Hamas sudah membebaskan lebih dari 80 sandera, di dalamnya termasuk setidaknya 60 warga Israel.

Para sandera tersebut diculik ketika Hamas melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023. Menurut Israel, terdapat lebih dari 240 orang yang diculik dan dibawa ke Gaza. Sementara itu, sejak menyepakati gencatan senjata dengan Hamas, Israel sudah membebaskan setidaknya 180 tahanan Palestina. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah menyampaikan bahwa setelah gencatan senjata kemanusiaan dengan Hamas berakhir, pasukan negaranya akan melanjutkan pertempuran melawan Hamas di Jalur Gaza. Dia menyebut, Israel akan mengerahkan kekuatan lebih besar dalam pertempuran berikutnya.

"Kalian sekarang punya waktu beberapa hari. Kita akan kembali berperang. Kita akan menggunakan jumlah kekuatan yang sama dan lebih banyak lagi. Kita akan berperang di seluruh Jalur Gaza," kata Gallant saat bertemu pasukan Israel, Senin, dilaporkan Times of Israel.

Lebanon Minta Lebih Banyak Pasokan Bantuan Internasional Antisipasi Konflik dengan Israel

 

 

Kementerian Kesehatan Lebanon meminta bantuan kepada komunitas internasional untuk mendapatkan lebih banyak pasokan bantuan dalam negerinya. Hal ini guna mempersiapkan diri menghadapi potensi eskalasi lebih lanjut di perbatasannya karena bentrokan antara Israel dan Hizbullah telah memasuki pekan ketujuh.

Pertempuran di perbatasan Lebanon dimulai setelah Hizbullah meluncurkan roket ke Israel, setelah serangan mendadak yang dipimpin Hamas di perbatasan Gaza pada 7 Oktober, peristiwa itu menewaskan 1.200 warga Israel.

Sementara itu, serangan balasan Israel telah menewaskan sekitar 15.000 warga Palestina, di mana sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, dalam pengeboman dan invasi darat ke Gaza.

Pertempuran di perbatasan Lebanon terus meningkat, menyebabkan lebih dari 55.000 orang mengungsi hingga saat ini. Pemerintah Lebanon telah membuat rencana darurat untuk menangani mereka yang telah mengungsi dan potensi perang berskala besar di perbatasan ini. Di mana saat ini setidaknya lebih dari satu juta warga Lebanon ke arah utara dan membanjiri rumah sakit di selatan.

Namun, setelah empat tahun mengalami krisis ekonomi yang menghantam, negara Lebanon sangat membutuhkan pasokan medis dan pasokan lainnya. "Persediaan, persediaan, ditambah persediaan. Kami masih memiliki banyak obat yang hilang di Lebanon... Kami tidak memiliki cukup uang untuk semuanya," kata Wahida Ghalayini, Manajer Pusat Operasi Darurat Kesehatan Masyarakat, kepada The New Arab.

Ghalyini mengatakan bahwa rumah sakit-rumah sakit di Lebanon selatan kekurangan obat-obatan untuk membantu pasien-pasien yang menderita penyakit kronis, serta perlengkapan dasar seperti jarum suntik, masker dan mesin dialisis.

Juga tidak ada unit luka bakar di Lebanon selatan, sebuah isu yang diangkat oleh para pejabat terutama setelah Israel menggunakan amunisi Fosfor Putih di daerah perbatasan, sebuah senjata yang dapat menyebabkan luka bakar yang fatal.

Untuk memperkirakan potensi jumlah korban luka-luka, pemerintah telah melipatgandakan jumlah korban dalam perang Lebanon dengan Israel pada tahun 2006 dengan tiga kali lipat - yang akan membuat rumah sakit setempat harus menangani hingga 12.000 pasien.

Sektor medis di negara ini berada dalam kondisi yang lebih buruk dibandingkan tahun 2006, dan kurangnya pasokan medis diperparah dengan hilangnya staf medis yang berpengalaman karena lebih banyak dokter senior yang pindah ke luar negeri untuk mencari gaji yang lebih baik.

LSM seperti Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dan PBB telah membantu melakukan pelatihan untuk tenaga medis di selatan, mengadakan lokakarya untuk peristiwa korban massal dan perawatan korban Fosfor Putih.

UNICEF - Badan PBB untuk anak-anak - telah menghabiskan 1,4 juta dolar AS untuk membawa pasokan perawatan kesehatan darurat jika bandara dibom, seperti yang terjadi pada tahun 2006.

Badan PBB tersebut juga telah bekerja untuk melengkapi Pusat Kesehatan Primer di bagian selatan sehingga mereka dapat terus bekerja di tengah-tengah perang.

"Ini adalah operasi yang mahal dan menantang untuk dipersiapkan dan ditanggapi... terutama pada hal-hal seperti air dan bahan bakar. Kita tahu pada tahun 2006, tangki-tangki bahan bakar menjadi sasaran, sehingga sangat sulit bagi kami untuk menempatkan bahan bakar di seluruh negeri," ujar Ettie Higgins, Wakil Perwakilan UNICEF Lebanon, kepada TNA.

Sebagian besar Pusat Kesehatan Primer di bagian selatan Lebanon bergantung pada campuran generator tenaga bahan bakar dan panel surya, karena jaringan listrik Lebanon menyediakan pasokan listrik yang tidak konsisten.

Jumlah pengungsi internal di Lebanon telah meningkat dari minggu ke minggu seiring dengan meningkatnya pertempuran dan jatuhnya roket-roket di wilayah Lebanon.

Meskipun kini telah terjadi jeda singkat dalam pertempuran sesuai dengan gencatan senjata Israel-Hamas yang ditandatangani pada tanggal 24 November. Namun bentrokan di perbatasan dapat kembali terjadi ketika konflik di Gaza dimulai lagi.

Sebagian besar pengungsi di Lebanon tidak tinggal di tempat penampungan pengungsian, melainkan bersama keluarga atau menyewa apartemen di berbagai kota. Kemampuan finansial para pengungsi dan tuan rumah mereka terbatas, terutama karena tiga dari setiap empat orang Lebanon hidup dalam kemiskinan, menurut PBB.

Untuk itu, PBB berusaha untuk menerapkan program bantuan tunai seperti program Cash for Work, kata Higgins, seraya menambahkan bahwa para pengungsi telah mulai dilatih untuk membantu membuat perlengkapan pakaian musim dingin.

UNICEF mengatakan bahwa mereka membutuhkan tambahan dana sebesar 39 juta dolar AS untuk persiapan darurat menghadapi perang berskala besar. UNICEF telah meminjam 4,9 juta dolar AS untuk memenuhi kebutuhan tambahan akibat bentrokan di perbatasan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post