News Forex, Index & Komoditi ( Senin, 28 Oktober 2024 )
News Forex, Index & Komoditi
( Senin, 28 Oktober 2024 )
Harga Emas Global Turun di Tengah Penguatan Dolar AS
Harga emas merosot pada Senin (28/10) di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Sementara investor menantikan petunjuk baru terkait kebijakan moneter The Fed mendatang.
Melansir Reuters, harga emas spot turun 0,5% menjadi US$2.732,90 per ons troi pada 0057 GMT. Emas mencapai rekor tertinggi US$2.758,37 pada Rabu lalu dan mencatat kenaikan hampir 1% sepanjang pekan.
Sedangkan, kontrak berjangka emas AS turun 0,33% menjadi US$2.745,30.
Indeks dolar AS naik 0,2%, membuat emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya, sementara imbal hasil obligasi AS juga meningkat.
Data pada Jumat menunjukkan bahwa sentimen konsumen AS naik ke level tertinggi dalam enam bulan pada Oktober, terutama di kalangan pendukung Partai Republik yang semakin optimistis dengan peluang kemenangan Donald Trump.
Di kawasan lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa serangan udara Israel telah "menghantam keras" pertahanan dan produksi rudal Iran.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan negaranya sedang mempertimbangkan langkah balasan.
Emas cenderung menguat di lingkungan suku bunga rendah dan dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian politik dan ekonomi.
Pasar memperkirakan peluang sebesar 94,8% untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan November, menurut CME FedWatch Tool.
Ketidakpastian terus meningkat seiring mendekatnya Hari Pemilu AS pada 5 November, dengan jajak pendapat terbaru menunjukkan persaingan ketat antara Donald Trump dan Kamala Harris.
Pelaku pasar akan memantau dengan cermat laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis Jumat ini untuk mencari petunjuk lebih lanjut.
Sementara itu, permintaan emas fisik di India mengalami sedikit peningkatan menjelang festival penting, namun harga yang mencapai rekor tertinggi membuat banyak pembeli ritel menunda pembelian mereka.
Logam lainnya juga mengalami pergerakan harga. Perak turun 0,4% menjadi US$33,57 per ons troi, paladium naik 0,23% menjadi US$1.025,15, dan platinum sedikit turun 0,2% menjadi US$1.190,97.
Harga Minyak Dunia Turun Lebih dari 4%, Iran Redakan Ketegangan
Harga minyak turun lebih dari US$3 per barel pada Senin (28/10), setelah serangan balasan Israel terhadap Iran pada akhir pekan tidak menyasar fasilitas minyak dan nuklir Iran, serta tidak mengganggu pasokan energi.
Hal ini meredakan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) masing-masing menyentuh level terendah sejak 1 Oktober pada pembukaan perdagangan.
Hingga pukul 23.04 GMT, Brent tercatat di US$72,88 per barel, turun US$3,17 atau 4,2%, sementara WTI turun US$3,13 atau 4,4% menjadi US$68,65 per barel.
Harga acuan minyak mengalami kenaikan 4% pekan lalu di tengah perdagangan yang bergejolak, saat pasar memperhitungkan ketidakpastian mengenai seberapa jauh respons Israel terhadap serangan rudal Iran pada 1 Oktober dan pemilu AS bulan depan.
Puluhan jet tempur Israel melakukan tiga gelombang serangan pada Sabtu dini hari, menargetkan pabrik rudal dan lokasi lain di dekat Teheran serta wilayah barat Iran, di tengah meningkatnya konflik antara kedua negara Timur Tengah ini.
Para analis mengatakan, premi risiko geopolitik yang sempat mendongkrak harga minyak karena antisipasi serangan balasan Israel kini menurun.
"Namun, meskipun berita konflik Timur Tengah terus naik turun, tren keseluruhan tetap menunjukkan peningkatan eskalasi, dan kemungkinan terjadinya serangan lanjutan yang bisa memicu lonjakan harga minyak semakin besar," kata Saul Kavonic, analis energi dari MST Marquee.
Analis Tim Evans dari Evans Energy menambahkan, “Kami berpikir pasar mungkin sedikit undervalued, dengan risiko produsen OPEC+ dapat menunda rencana kenaikan target produksi yang dijadwalkan pada Desember.”
Pada Oktober lalu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, mempertahankan kebijakan produksi mereka, termasuk rencana untuk mulai meningkatkan produksi pada Desember.
Kelompok tersebut dijadwalkan bertemu pada 1 Desember mendatang sebelum pertemuan penuh OPEC+.
Timur Tengah Kian Memanas: Israel Gempur Iran di Akhir Pekan
Dalam eskalasi terbaru konflik antara Israel dan Iran, Israel melancarkan serangan udara yang signifikan terhadap sasaran militer di Iran pada Sabtu (26/10) subuh waktu setempat. Langkah ini dilakukan pasca serangan rudal balistik oleh Iran sebelumnya. Serangan ini mengakibatkan kerusakan parah pada fasilitas militer di Iran, yang diduga terkait dengan program senjata nuklir dan rudal balistik.
Serangan Intensif dan Tujuan Israel
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa serangan pada hari Sabtu tersebut berhasil "merusak" pertahanan Iran secara signifikan. Israel menargetkan fasilitas militer di daerah seperti Parchin dan Khojir, yang diyakini tersembunyi jaringan terowongan bawah tanah dan situs produksi rudal. Satelit menunjukkan bahwa beberapa bangunan di Parchin, yang diduga terkait dengan program senjata nuklir Iran masa lalu, hancur total. Di Khojir, setidaknya dua bangunan juga dikonfirmasi mengalami kerusakan.
Respons Iran dan Peringatan
Iran, melalui Presiden Masoud Pezeshkian, menyatakan tidak menginginkan perang lebih luas, namun berjanji akan mempertahankan hak-hak bangsa dan memberikan respons yang sesuai terhadap agresi Israel. Pernyataan ini muncul setelah serangan yang Israel klaim bertujuan menghancurkan kemampuan produksi dan sistem pertahanan udara Iran.
Kepala Staf Umum Israel, Herzi Halevi, memperingatkan bahwa setiap ancaman terhadap negaranya akan dihadapi secara militer. Dia menambahkan bahwa Israel hanya menggunakan sebagian dari kemampuan militernya dalam serangan tersebut, menandakan kesiapan untuk langkah lebih lanjut jika diperlukan.
Tensi Regional dan Upaya Diplomasi
Konflik ini menambah kompleksitas situasi di Timur Tengah, di mana banyak negara dan organisasi internasional mendesak de-eskalasi. Sekretaris Luar Negeri Inggris, David Lammy, telah berbicara dengan rekan-rekannya di Israel dan Iran untuk mendorong penurunan ketegangan. Sementara itu, Mesir mengusulkan gencatan senjata sementara selama dua hari dan pertukaran tahanan sebagai upaya mediasi antara Hamas dan Israel.
Dampak dan Kondisi di Lapangan
Serangan Israel pada Sabtu pagi menewaskan empat personel militer Iran dan seorang warga sipil, sementara di sisi Israel, serangan teror menggunakan truk menyebabkan satu orang tewas dan lebih dari 30 luka-luka.
Para pengamat internasional menilai bahwa respons awal Iran dengan tidak langsung melakukan serangan balasan telah menahan terjadinya konflik yang lebih besar. Meskipun demikian, respons Iran tetap tidak bisa diprediksi, menambah ketegangan di wilayah yang sudah rentan ini.
Presiden Abbas: Peran BRICS penting demi bela nasib rakyat Palestina
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan bahwa BRICS memiliki peran penting dalam memastikan terpenuhinya hak rakyat Palestina dan penegakan hukum internasional demi menghentikan agresi Israel ke Jalur Gaza.
Abbas juga mendesak komunitas internasional memastikan implementasi resolusi Dewan Keamanan PBB supaya Israel segera mengakhiri genosida, bantuan kemanusiaan diterima warga Gaza, dan pasukan Zionis ditarik keluar sepenuhnya dari daerah itu.
"Kami sangat bergantung kepada negara-negara BRICS yang perannya semakin berpengaruh dan penting dalam mewujudkan pondasi perdamaian dan keamanan internasional," kata Abbas dalam agenda KTT BRICS di Kazan, Rusia, Kamis (24/10) waktu setempat.
Ia mengatakan, mewujudkan keadilan bagi rakyat Palestina adalah ujian terbesar komunitas global saat ini, dan waktunya sudah mendesak untuk menghentikan ketidakadilan dan penjajahan atas negeri Palestina.
Komunitas dunia didesak untuk memastikan resolusi Majelis Umum PBB terkait nasihat hukum Mahkamah Internasional dan yang menginstruksikan supaya Israel dalam setahun menghentikan penjajahannya di seluruh wilayah Palestina, termasuk Yerusalem Timur, dipatuhi semua pihak.
Abbas menyerukan supaya Israel diberi sanksi internasional apabila menolak menjalankan resolusi Majelis Umum PBB. Ia juga mendesak komunitas internasional menolak keputusan Israel menutup markas UNRWA di Yerusalem Timur.
Selain menekankan pentingnya pelaksanaan konferensi perdamaian dunia melalui kerja sama dengan PBB maupun pihak terkait, ia turut mendorong reformasi sistem internasional yang lebih adil dan seimbang.
Abbas juga menegaskan kembali keinginan Palestina bergabung dengan BRICS dan, untuk menguatkan kerja sama dengan anggota-anggota BRICS, menyatakan kesiapan negaranya mengambil peran dalam berbagai bentuk untuk mencapai tujuan bersama.
Presiden Palestina itu juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden Rusia Vladimir Putin atas kesedian mengundang Palestina dalam forum internasional tersebut.
Ia mengatakan, agenda tersebut merupakan momentum konsolidasi antara BRICS dan negara-negara Global Selatan (Global South) untuk mewujudkan kerja sama di berbagai bidang dan mencari strategi penyelesaian konflik di belahan dunia, khususnya terkait isu Palestina.
Putin bantah tudingan Rusia jadi dalang kerusuhan di Negara Barat
Tuduhan bahwa Rusia diduga menjadi dalang kerusuhan di sejumlah ibu kota di Negara Barat adalah omong kosong belaka, kata Presiden Rusia Vladimir Putin saat melakukan pembicaraan dengan Milorad Dodik, pemimpin Republika Srpska, yang merupakan satu dari dua entitas yang membentuk Bosnia dan Herzegovina, di sela-sela KTT BRICS di Kazan.
"Hari ini saat konferensi pers, muncul satu pertanyaan apakah kami berada di balik kerusuhan di sejumlah ibu kota di Barat. Ini omong kosong belaka... Kami tidak memiliki instrumen seperti itu," kata Putin.
Menurut Putin, Rusia tidak menginginkan konfrontasi tetapi mengikuti alurnya sendiri.
KTT BRICS yang digelar di Kota Kazan, Rusia berlangsung pada 22-24 Oktober.
BRICS merupakan organisasi antar pemerintah yang dibentuk pada 2006 dan beranggotakan Rusia, Brazil, India, China, dan Afrika Selatan.
Pada 1 Januari 2024 kepresidenan BRICS dipegang oleh Rusia dan kini organisasi tersebut mencakup Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
Kepemimpinan Rusia di BRICS berfokus pada penguatan multilateralisme untuk pembangunan dan keamanan global yang adil melalui penyelenggaraan lebih dari 200 acara politik, ekonomi, dan sosial.
Militer Iran diperintahkan siap-siap perang jika Israel menyerang
Pemimpin Iran dikabarkan telah memerintahkan militer untuk bersiap menghadapi perang jika Israel menyerang.
Dengan mengutip sejumlah sumber anonim di Iran, New York Times melaporkan bahwa skala serangan balasan Iran akan bergantung pada tingkat keparahan yang ditimbulkan oleh serangan Israel.
Pemimpin Besar Iran Ayatullah Ali Khamenei telah memerintahkan militer mempersiapkan rencana untuk melakukan aksi balasan jika Iran melancarkan serangan, menurut surat kabar AS itu pada Kamis (24/10).
Jika serangan Israel menimbulkan kerusakan dan korban jiwa secara signifikan, Iran akan membalas, kata sejumlah pejabat Iran.
Namun jika hanya mengenai target-target militer, serangan Israel itu kemungkinan tidak akan memicu eskalasi yang lebih besar.
Khamenei mengatakan serangan balasan tidak bisa dihindari jika Israel menyasar infrastruktur penting atau pejabat tinggi Iran.
Sebagai aksi balasan, Iran dapat meluncurkan hingga 1.000 rudal, meningkatkan serangan lokal oleh kelompok-kelompok pro-Iran, dan menghambat pasokan energi yang melewati Teluk Persia dan Selat Hormuz.
Pada 1 Oktober, Iran melakukan serangan rudal besar-besaran ke Israel — serangan kedua dalam sejarah — dan menyebutnya sebagai tindakan membela diri.
Israel mengeklaim bahwa sebagian besar dari sekitar 180 rudal yang diluncurkan Iran itu berhasil dicegat, dan tidak ada warga mereka yang tewas dalam serangan tersebut.
Menurut Iran, rudal-rudal yang mereka luncurkan mengenai sasaran militer Israel. Di lain pihak, Israel mengaku kerusakan yang ditimbulkan "minimal" dan bertekad untuk membalas serangan Iran itu.
Yakin Kalahkan Israel, Iran Anggap Enteng Sistem Antirudal THAAD AS
Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyatakan sistem pertahanan rudal canggih AS tidak akan cukup melindungi Israel jika Iran memutuskan melancarkan serangan ke negara Zionis tersebut.
“Jangan percaya pada sistem THAAD. Jumlahnya terbatas, dan Anda hanya mengandalkan kekuatan yang terbatas,” kata Hossein Salami seperti dikutip situs berita Tasnim yang terhubung dengan IRGC, Rabu (24/11/2024). “Apapun yang ingin kalian tembak, musuh akan menembak kalian beberapa kali lebih kuat. Kalian tidak bisa tampil sebagai pemenang dalam cerita ini, dan kami akan mengalahkan kalian.”
AS telah menempatkan satu sistem THAAD di Israel bersama dengan sekitar 100 tentara, dan Israel telah meminta sistem kedua. Salami mengancam bahwa “wilayah kecil yang perekonomiannya 98 persen bergantung pada laut harus berpikir lebih keras karena keputusan yang tidak bijaksana dapat menyebabkan jatuhnya rezim dengan kecepatan yang mengejutkan.”
Panglima IRGC juga mengatakan AS membuat kesalahan dengan “mengikat reputasi politiknya dengan kejahatan” yang dilakukan Israel, dan menambahkan bahwa dunia sekarang mengenal AS melalui “bom yang menimpa anak-anak Gaza dan Lebanon”.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengancam Israel dengan tanggapan yang keras dan tegas jika menyerang negaranya, dan mengkritik dukungan tanpa syarat Amerika terhadap Israel, sementara kepala Organisasi Energi Atom Iran, Mohammad Eslami, mengancam Tel Aviv dengan tanggapan yang menghancurkan jika Israel menyerang. fasilitas nuklir negaranya.
“Kami tidak menginginkan perang, namun jika ada pihak yang ingin menyerang kami, maka mereka akan menghadapi respons yang keras dan tegas,” kata Bazeshkian, seraya menekankan bahwa “entitas Zionis telah melewati semua garis merah dan telah membuktikan dengan membunuh orang-orang yang tidak bersalah bahwa mereka telah melakukan hal tersebut.” tidak mematuhi prinsip kemanusiaan apa pun."
Presiden Iran mengatakan apa yang mengancam kawasan ini adalah dukungan tanpa syarat Amerika Serikat dan negara-negara Barat terhadap Israel. Sebaliknya, utusan Iran untuk PBB, Amir Saeed Iravani, mengatakan bahwa Israel "tidak dapat melanjutkan tindakan kriminalnya di Jalur Gaza dan Lebanon tanpa dukungan Amerika Serikat." Dia menjelaskan, negaranya tidak memulai serangan terhadap Israel, melainkan menanggapi serangan Israel sesuai dengan hukum.
Putin di KTT BRICS Serukan Perlunya Mengoreksi Ketidakadilan Sejarah Terhadap Palestina
Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan perlunya mengoreksi ketidakadilan historis terhadap warga Palestina. Menurut dia, penyelesaian konflik Israel-Palestina harus didasarkan pada hukum internasional yang diakui secara umum, yang secara langsung mengatur pembentukan Negara Palestina merdeka yang bisa hidup berdampingan secara damai dengan Israel.
"Memperbaiki ketidakadilan historis terhadap rakyat Palestina dapat menjamin perdamaian di Timur Tengah. Hingga masalah ini terselesaikan, lingkaran setan kekerasan tidak akan terputus. Orang-orang akan terus hidup dalam krisis permanen, dengan kekerasan skala besar yang tak terelakkan," kata Putin dalam pidatonya di pertemuan BRICS di Kazan, Rusia, Kamis (24/10/2024).
Pemimpin Rusia itu menegaskan, bahwa penerapan solusi dua negara yang telah disetujui oleh Dewan Keamanan PBB dan resolusi Majelis Umum PBB sangat penting untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas di wilayah Palestina. Dalam kesempatan itu, Putin juga menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, dengan konflik di Gaza sebagai "salah satu yang paling berdarah dalam serangkaian bentrokan panjang" antara Israel dan Palestina.
"Pertempuran di Gaza dimulai setahun lalu dan kini telah menyebar ke Lebanon. Negara-negara lain di kawasan itu juga terkena dampaknya. Konflik antara Israel dan Iran juga meningkat. Semua ini menyerupai reaksi berantai, yang membawa seluruh Timur Tengah ke ambang perang besar-besaran," katanya, memperingatkan.
Putin pun menyoroti memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza, dengan jumlah pengungsi dan warga Palestina yang mengungsi di dalam negeri telah melampaui 1,5 juta.
"Kerusakan besar telah terjadi pada infrastruktur dan bangunan tempat tinggal, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas sosial—dan kehancuran terus berlanjut," katanya.
Rusia, ujarnya, telah terlibat aktif dalam upaya penyelesaian konflik sejak awal eskalasi di Timur Tengah. Kelompok ekonomi BRICS, di mana Rusia adalah salah satu pendirinya, juga telah menggelar pertemuan darurat pada November tahun lalu untuk membahas situasi di Gaza.
"Tugas yang mendesak, tentu saja, adalah meluncurkan proses politik untuk menyelesaikan masalah Timur Tengah secara menyeluruh. Kekerasan harus dihentikan, bantuan diberikan kepada para korban, dan penderitaan mereka harus diringankan," kata Putin, menegaskan.
Tentara Israel Banyak Kena Gangguan Mental, Ada yang Bunuh Diri Hingga tak Mau Lagi Perang
Eliran Mizrahi, seorang ayah empat anak berusia 40 tahun, bertugas di Jalur Gaza tak lama setelah insiden 7 Oktober. Namun ia tidak kembali dalam kondisi yang sama. Demikian disampaikan oleh pihak keluarga kepada CNN seperti dilansir the Jerusalem Post.
Menurut pihak keluarga, Mizrahi menderita PTSD (Post-traumatic stress disorder) selama enam bulan setelah kepulangannya. Ia meninggal karena bunuh diri tak lama sebelum ia seharusnya ditugaskan kembali.
"Ia berhasil keluar dari Gaza, tetapi Gaza tidak membebaskannya. Dan ia meninggal setelahnya, karena trauma pasca-perang," kata ibunya, Jenny Mizrahi, kepada CNN.
Setelah perang Israel-Hamas dan dengan ketegangan yang terus meningkat di garis depan Utara, ribuan warga Israel telah berjuang dengan kesehatan mental mereka, terutama mereka yang bertugas di IDF. Pada Januari, Walla melaporkan bahwa 1.600 tentara IDF telah menunjukkan gejala PTSD terkait pertempuran sejak dimulainya perang.
Dari jumlah tersebut, 76% kembali bertugas tempur setelah menerima perawatan dari petugas kesehatan mental yang ditugaskan di unit mereka yang ditempatkan di dekat zona pertempuran.
IDF belum memberikan angka resmi mengenai jumlah prajurit yang bunuh diri, tetapi dikatakan bahwa mereka telah bekerja tanpa lelah untuk menangani masalah kesehatan mental para prajuritnya.
"Mereka (otoritas Zionis) tidak tahu bagaimana memperlakukan mereka (tentara)," kata Jenny, yang tinggal di Ma'ale Adumim, kepada CNN. "Mereka (tentara) mengatakan perang itu sangat berbeda. Mereka melihat hal-hal yang tidak pernah terlihat di Israel."
Kesaksian para penyintas
Ketika Mizrahi sedang cuti, ia menarik diri dari pergaulan, dan menderita serangan amarah dan insomnia. "Ia selalu berkata 'tidak seorang pun akan mengerti apa yang kulihat'," kata saudara perempuannya, Shir, kepada CNN.
"Ia melihat banyak orang meninggal. Mungkin ia bahkan membunuh seseorang. (Namun) kami tidak mengajarkan anak-anak kami untuk melakukan hal-hal seperti ini," kata Jenny. "Jadi, ketika ia melakukan hal seperti ini, mungkin itu jadi syok baginya."
Selama bertugas di Gaza, Mizrahi mengendarai D-9, kendaraan lapis baja yang dapat menahan peluru dan bahan peledak.
Teman sekaligus rekan pengemudi, Guy Zaken, memberikan kesaksian di hadapan Knesset pada bulan Juni bahwa keduanya diperintahkan untuk menabrak militan, hidup dan mati, dalam jumlah ratusan pada beberapa kesempatan.
Zaken mengatakan ia tidak lagi makan daging karena hal ini. "Ketika Anda melihat banyak daging di luar, dan darah... baik darah kami maupun darah mereka (Hamas), maka itu benar-benar memengaruhi Anda saat Anda makan," katanya kepada CNN, mengacu pada tubuh.
Zaken lebih lanjut mengatakan kepada CNN bahwa keduanya melihat hal-hal yang sangat, sangat, sangat sulit. "Hal-hal yang sulit diterima."
Pada sidang Knesset bulan Juni, para penyintas PTSD dan veteran perang Israel-Hamas menceritakan pengalaman mereka setelah mengakhiri dinas.
"Tidak boleh ada kesenjangan antara cacat fisik dan mental. Saya sudah pernah meninggal sekali," kata Omer Amsalem, seorang penyintas PTSD yang bertempur dalam Operasi Protective Edge dalam pertemuan bulan Juni dengan Knesset.
"Mengapa saya harus datang ke sini setiap hari, berteriak dan mengeluh seperti sampah? Mengapa kita terus mendengar tentang korban trauma lain yang bunuh diri? Mengapa kami harus datang kepada Anda? Anda seharusnya datang kepada kami di rumah. Anda tidak merawat korban PTSD sebelumnya, jadi bagaimana Anda akan menangani yang terluka dari Operasi Iron Swords? Saya sudah lelah datang ke sini. Kedamaian saya hanya ada di rumah, dan itu saja yang saya butuhkan."
Walla melaporkan bahwa beberapa saksi merasa pemerintah telah melupakan mereka, dan beberapa darinya bahkan menyebut Eliran.
"Situasi keuangan saya sangat buruk—saya terlilit utang sejuta shekel. Saya tidak bisa mendapatkan pinjaman, dan sebentar lagi, saya mungkin akan berakhir di jalanan," kata Avichai Levy, seorang veteran IDF dan korban PTSD.
"Teman-teman saya berhadapan dengan serangan roket dan tembakan. Para menteri mengabaikan kami; semua orang berpaling dan menghina kecerdasan kami.
Selain itu, para penyintas mengatakan bahwa mereka takut akan direkrut lagi karena perang meluas ke Lebanon. Ada sekitar 760 permintaan bantuan psikologis sejak dimulainya perang, meskipun tidak semuanya terkait PTSD, menurut laporan dari Walla.
“Banyak dari kami sangat takut direkrut lagi untuk berperang di Lebanon,” kata seorang petugas medis IDF yang bertugas selama empat bulan di Gaza kepada CNN, yang berbicara dengan syarat anonim. “Banyak dari kami tidak mempercayai pemerintah saat ini.”
“Berapa banyak lagi orang seperti Eliran yang Anda butuhkan?” kata Levy selama pertemuan bulan Juni. “Mengapa Anda berbohong kepada kami? Tidak ada yang peduli pada kami sebelumnya, dan tidak ada yang melakukannya sekarang.”
Lima Tentara IDF Dihabisi Hizbullah di Selatan Lebanon
Pasukan penjajahan Israel (IDF) mengumumkan lima tentaranya tewas saat berperang di Lebanon selatan. Militer memberikan nama keempat tentara tersebut dalam sebuah pernyataan, dan mengatakan bahwa pasukan tersebut tewas dalam pertempuran di Lebanon selatan pada hari Rabu.
Militer juga mengatakan enam tentara lainnya dievakuasi dari Lebanon selatan setelah terluka parah. Hizbullah mengatakan pihaknya menghancurkan sebuah tank Israel di Aita al-Shaab di Lebanon selatan, menewaskan dan melukai awaknya. Kelompok Lebanon mengatakan mereka menyerang tank tersebut dengan “peluru kendali”, sehingga menyebabkan tank tersebut terbakar.
Pada Rabu, Hizbullah mengatakan para pejuangnya telah membunuh lebih dari 70 tentara Israel dalam bentrokan tersebut. Israel mengatakan mereka kehilangan sekitar 20 tentara di Lebanon sejak operasi darat dimulai, dan 30 tentara lainnya tewas dalam serangan Hizbullah di Israel utara.
Hizbullah pada Kamis malam mengumumkan bahwa mereka terlibat dalam bentrokan "jarak nol" dengan tentara Israel di dalam kota perbatasan Lebanon. Sementara warga Israel terluka dan 12 apartemen dirusak oleh roket yang ditembakkan oleh partai tersebut.
Partai tersebut menjelaskan bahwa para pejuangnya terlibat dalam bentrokan kekerasan di kota Aita al-Shaab pada jarak nol dengan berbagai jenis senapan mesin dan rudal dengan pasukan pendudukan Israel.
Partai tersebut juga mengumumkan bahwa "ketika sebuah tank Merkava melakukan intervensi untuk memberikan dukungan, para pejuangnya menargetkannya dengan senjata yang sesuai, yang menyebabkan tank tersebut terbakar”.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka telah menghancurkan tank lain pada waktu fajar pada Kamis, menewaskan dan melukai awaknya. “Kami menargetkan tank Merkava dengan peluru kendali di selatan kota Adaisseh, membunuh dan melukai awaknya.”
Hizbullah menambahkan – dalam pernyataan berturut-turut – bahwa mereka menargetkan tentara Israel ketika mereka maju di segitiga Adaisseh, Rab Thalathin dan Taybeh, dan memaksa mereka mundur. Kelompok itu menegaskan bahwa mereka "menargetkan berkumpulnya pasukan musuh Zionis di lokasi Al-Malikiyah dengan serangan roket."
Hizbullah juga mengumumkan bahwa mereka telah membombardir kota Safed yang diduduki dan pangkalan industri militer Zevulon, di utara Haifa, dengan roket. Menambahkan bahwa para pejuangnya menyerang kota Nahariya dan pemukiman Kiryat Shmona dengan roket, dan juga menargetkan pertemuan tentara Israel di pemukiman Manara dan Misgav Am.
Sementara, empat warga Israel terluka saat roket ditembakkan ke Galilea Barat. Media Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa satu orang terluka ketika sebuah roket yang ditembakkan dari Lebanon menghantam kompleks perumahan di Karmiel, dan 12 apartemen juga rusak. Radio Tentara Israel menyebutkan sekitar 120 roket ditembakkan ke arah Israel dari Lebanon, sejak pagi kemarin.
Radio tentara Israel mengutip sumber medis yang mengatakan bahwa tiga warga Israel terluka akibat pecahan roket yang ditembakkan ke Galilea Barat. Tentara Israel mengatakan telah mendeteksi peluncuran 50 roket dari Lebanon menuju Israel utara, dan mengindikasikan bahwa beberapa di antaranya berhasil dicegat, dan beberapa jatuh di area terbuka.
Sumber militer mengatakan bahwa untuk pertama kalinya sejak awal perang, Hizbullah menembakkan 50 roket dalam dua menit ke Galilea. Radio Angkatan Darat Israel melaporkan 12 roket jatuh di kota Nahariya.
Beberapa waktu yang lalu, Komando Front Dalam Negeri Israel mengumumkan bahwa sirene berbunyi di Metula, Kiryat Shmona dan sekitarnya, dan juga terdengar di beberapa kota di utara Lembah Hula menyusul penyusupan yang disebutnya sebagai "drone musuh".
Sementara itu, tentara Israel mengatakan mereka mencegat lima rudal yang ditembakkan dari Lebanon menuju wilayah Galilea Atas dan Galilea Tengah di utara.
Korban sipil di Lebanon...
Di sisi lain, lima warga Lebanon syahid dan enam lainnya terluka pada Kamis dalam serangan Israel yang menargetkan wilayah di timur dan selatan negara itu, sebagai bagian dari agresi komprehensif yang dilancarkan Tel Aviv terhadap Lebanon.
Kantor Berita resmi Lebanon melaporkan bahwa drone Israel menargetkan sebuah mobil dengan rudal di distrik Aley di Kegubernuran Gunung Lebanon, sebelah timur ibu kota Beirut, menewaskan dua orang.
Dua orang syahid dan lima lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah rumah di kota Al-Khader di Kegubernuran Baalbek-Hermel, Lebanon timur. Di selatan, badan tersebut melaporkan bahwa satu orang syahid dan lainnya terluka akibat serangan pesawat tak berawak Israel terhadap sepeda motor di kota Tirus.
Koresponden Aljazirah mengatakan bahwa serangan Israel menargetkan kota Kfar Tibnit, Al-Bissarieh, Sheheen, Al-Ghassan, dan Kafra dan Yater di Lebanon selatan, dan serangan lainnya menargetkan sekitar kota Al-Sama'iyah di distrik Tyre.
Sementara itu, tentara Israel mengklaim bahwa pasukannya telah melenyapkan puluhan militan Hizbullah di Lebanon selatan selama 24 jam terakhir, dan mencatat bahwa mereka telah menyerbu lebih dari 160 sasaran Hizbullah di Lebanon, termasuk platform rudal, bangunan militer, dan infrastruktur.
Setelah bentrokan dengan faksi-faksi di Lebanon, termasuk Hizbullah, yang dimulai setelah Israel melancarkan perang genosida di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, Tel Aviv memperluas cakupan genosida sejak 23 September hingga mencakup sebagian besar wilayah Lebanon, termasuk ibu kota. Beirut, melalui serangan udara, dan juga memulai invasi darat di selatan.
Agresi di Lebanon mengakibatkan 2.574 kematian dan 12.000 orang terluka, termasuk sejumlah besar perempuan dan anak-anak, dan sekitar 1,2 juta orang yang menjadi pengungsi. Sebagian besar korban dan pengungsi tercatat setelah tanggal 23 September.
Setiap hari, Hizbullah merespons dengan meluncurkan rudal, drone, dan peluru artileri yang menargetkan situs militer, markas intelijen, pertemuan militer, dan permukiman. Meskipun Israel mengumumkan sejumlah kerugian manusia dan material, sensor militer menerapkan pembatasan ketat terhadap sebagian besar kerugian, menurut para pengamat.
Penjajah Lakukan Pembantaian Jam Demi Jam di Gaza
Juru bicara Pertahanan Sipil di Jalur Gaza mengatakan bahwa lebih dari 150 orang tewas dan terluka akibat pemboman oleh penjajah Israel terhadap 11 rumah di kamp Jabalia di Jalur Gaza utara. Serangan ini dilakukan beberapa jam setelah pembantaian lain yang dilakukan penjajah di Nuseirat dan Al-Maghazi.
Peristiwa tragis ini menandai babak lain dari kampanye pembersihan etnis dan genosida Israel yang sedang berlangsung di wilayah tersebut yang telah berlangsung selama tiga pekan.
Kantor berita WAFA mengutip sumber-sumber lokal melaporkan bahwa setidaknya sepuluh rumah di daerah Al-Houja di Jabalia dihantam oleh pesawat tempur Israel, yang menyebabkan pembunuhan dan cederanya puluhan warga sipil serta kehancuran yang meluas.
Penduduk di daerah sasaran mengeluarkan seruan mendesak untuk meminta bantuan mengangkut korban luka; namun, tim penyelamat menghadapi tantangan besar dalam mencapai lokasi kejadian karena serangan yang terus menerus dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel.
Rumah-rumah yang hancur merupakan milik beberapa keluarga, antara lain keluarga Najjar, Abu Al-Ouf, Salman, Hijazi, Abu Qumsan, Aql, Abu Rashid, Abu Tarabish, Zaqoul, dan Sha'lan. Sejak 5 Oktober 2024, pasukan Israel telah mengintensifkan invasi darat dan pemboman di berbagai lokasi di Gaza utara, dengan upaya yang bertujuan untuk menggusur paksa penduduk setempat.
Pertahanan Sipil di Gaza menjelaskan bahwa penjajah mengebom sebuah daerah pemukiman di Jabalia pada Kamis (24/10/2024). Mereka menghadapi kesulitan besar dalam mengangkut para martir dan korban luka setelah pendudukan mengganggu pekerjaan mereka, meskipun ada seruan bantuan dari penduduk.
Sebelumnya pada Kamis, sumber medis mengatakan kepada Aljazirah bahwa 34 warga Palestina telah syahid dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak fajar. Sumber-sumber medis mengkonfirmasi bahwa di antara para syuhada yang tercatat sejak fajar, 27 orang syahid di Jalur Gaza tengah dan selatan.
Sementara itu, Direktur Kantor Media Pemerintah di Gaza, Ismail Al-Thawabta, mengatakan bahwa pesawat penjajah Israel melakukan pembantaian jam demi jam di seluruh Jalur Gaza. Ia menjelaskan bahwa pendudukan mengintensifkan pemboman terhadap tempat penampungan dan pusat pengungsian. dan fokus pada Jabalia dan sekitarnya.
Al-Thawabat juga berbicara tentang eksekusi yang dilakukan Israel terhadap 11 anak dengan mengebom markas Klub Layanan Al-Maghazi di tengah Jalur Gaza. Di kamp Nuseirat di Jalur Gaza tengah, Aljazirah melaporkan bahwa setidaknya 17 orang – kebanyakan dari mereka anak-anak – syahid dalam pemboman Israel yang menargetkan “Sekolah Syuhada Nuseirat”, yang menampung para pengungsi.
Kantor Media Pemerintah mengatakan, “Tentara pendudukan mengetahui bahwa Sekolah Syuhada al-Nuseirat menampung ribuan pengungsi, dan mayoritas dari mereka adalah anak-anak dan perempuan yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka dan lingkungan pemukiman sipil yang telah dibom."
Kantor tersebut mengkonfirmasi bahwa pembantaian yang dilakukan oleh penjajah di Nuseirat meningkatkan jumlah pusat pengungsian yang dibom menjadi 196, yang menampung ratusan ribu pengungsi yang menjadi pengungsi akibat perang genosida terhadap warga Palestina.
Dia menjelaskan bahwa “kejahatan ini terjadi bersamaan dengan rencana pendudukan Israel untuk menghancurkan sistem kesehatan di Jalur Gaza, menghancurkan rumah sakit, menghentikan pelayanan, dan mencegah masuknya perawatan, obat-obatan, dan pasokan medis, yang menegaskan keberadaan Israel. rencana untuk melikuidasi lebih dari 2,4 juta warga Palestina di Jalur Gaza."
Di kamp Jabalia di Jalur Gaza utara, koresponden Aljazirah melaporkan bahwa tembakan artileri menargetkan Rumah Sakit Al Awda di wilayah Tal al-Zaatar, sementara pasukan penjajah menargetkan tenda pengungsi di Sekolah Abu Hussein di kamp tersebut.
Pertahanan Sipil di Gaza mengkonfirmasi bahwa mereka sejak Rabu telah menerima ratusan permohonan dari keluarga yang menolak untuk meninggalkan kota Beit Lahia dan kamp serta kota Jabalia, yang menyatakan bahwa ada korban luka dan syahid di beberapa rumah dan di jalan raya.
Sedangkan Rumah Sakit Baptis telah menerima jenazah seorang syuhada dan sejumlah orang yang terluka menyusul serangan udara Israel yang menargetkan pertemuan warga sipil di dekat Masjid Khalidi, barat laut Kota Gaza. Mengutip dokter di rumah sakit, kondisi beberapa korban luka sangat kritis.
Koresponden Aljazirah melaporkan bahwa tiga warga Palestina syahid dalam pemboman Israel yang menargetkan sebuah rumah di daerah Maan, sebelah timur Khan Yunis, di selatan Jalur Gaza. Dia juga melaporkan bahwa pasukan pendudukan meledakkan bangunan tempat tinggal di lingkungan Saudi, sebelah barat Rafah.
WAFA melansir, pasukan penjajah Israel melakukan tujuh pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir, yang mengakibatkan terbunuhnya sedikitnya 55 warga Palestina dan melukai 142 lainnya, menurut laporan medis.
Otoritas kesehatan setempat mengkonfirmasi bahwa jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 42.847 korban jiwa, dengan tambahan 100.544 orang menderita luka-luka. Mayoritas korbannya adalah perempuan dan anak-anak.
Menurut sumber yang sama, layanan darurat masih belum dapat menjangkau banyak korban dan mayat yang terperangkap di bawah reruntuhan atau berserakan di jalan-jalan di daerah kantong yang dilanda perang tersebut, karena pasukan pendudukan Israel terus menghalangi pergerakan kru ambulans dan pertahanan sipil.
Kekejaman Israel di utara Gaza berlanjut...
Aljazirah melansir bahwa mereka menghubungi sejumlah warga sipil yang berhasil melarikan diri dari Jabalia di Gaza utara dan pindah ke Kota Gaza. Mereka menyampaikan rincian yang mengerikan tentang apa yang terjadi di kamp pengungsi Jabalia dan Beit Lahiya, terutama mengingat perintah evakuasi paksa dikeluarkan kepada keluarga-keluarga di wilayah utara.
Warga mengatakan kepada Aljazirah bahwa tentara Israel mengepung pusat-pusat evakuasi dan tempat penampungan, dan memaksa laki-laki untuk berpisah dari perempuan, dan membawa mereka ke lokasi lain di utara.
Tentara Israel kemudian menggali lubang besar di tanah dan memaksa perempuan untuk melompat ke dalam. Tank-tank Israel kemudian mulai bergerak di sekitar lubang-lubang ini, mengeluarkan sejumlah besar debu sebagai semacam taktik intimidasi.
Kemudian, mereka memberi waktu singkat bagi para perempuan tersebut untuk melarikan diri ke Kota Gaza sementara serangan mengerikan Israel sedang berlangsung di daerah terdekat. Aljazirah juga mendapat laporan bahwa lebih dari 150 warga Palestina ditahan di bagian utara Gaza dan dibawa ke Israel.
Sedangkan kantor berita WAFA melaporkan, Jalur Gaza bagian utara telah menjadi sasaran pembantaian paling keji selama 20 hari karena pendudukan Israel dengan sengaja menggusur warga sipil Palestina sepenuhnya, melalui peningkatan pemboman udara dan artileri, melalui udara dan darat, di kawasan pemukiman yang sudah tidak ada lagi, sehingga membuat rumah sakit tidak dapat beroperasi lagi, dan mencegah masuknya pasokan makanan dan obat-obatan, yang telah memperburuk bencana kelaparan dengan cara yang menakutkan.
Tentara pendudukan terus meledakkan dan membakar rumah-rumah dan blok perumahan di kamp Jabalia, serta daerah Saftawi dan Tuwam, untuk memaksa warga sipil mengungsi ke selatan. Meskipun terjadi pemboman dan perang pemusnahan yang dilakukan oleh pendudukan di Jabalia dan Beit Lahia, banyak warga menolak meninggalkan rumah mereka, sementara tentara pendudukan terus mengepung para pengungsi, pasien, dan staf medis di rumah sakit di utara.
Puluhan orang yang terbunuh dan terluka berada di jalan-jalan proyek Beit Lahia dan kamp Jabalia ketika tentara pendudukan mencegah pemindahan ke rumah sakit, yang mereka kepung, dan menargetkan para pengungsi, pasien, dan staf medis ketika memasuki atau meninggalkan rumah sakit tersebut.
Daerah Saftawi juga menjadi sasaran serangan artileri terus menerus dan tembakan senjata berat, serta lingkungan barat dan timur kamp Nuseirat. Sumber-sumber medis mengatakan bahwa seorang ibu dan anaknya syahid dalam pemboman Israel terhadap sebuah rumah di kamp tersebut, yang, bersama dengan wilayah utara, telah menjadi sasaran pemboman udara dan darat selama 20 hari.
Ribuan korban masih terjebak di bawah reruntuhan atau berserakan di jalan, sementara tim ambulans dan pertahanan sipil menghadapi kesulitan untuk menjangkau mereka karena serangan Israel yang terus berlanjut, banyaknya puing dan kekurangan bahan bakar dan alat berat.
Data jumlah korban di Gaza tidak lengkap karena agresi Israel yang intensif, gangguan komunikasi dan layanan internet yang berulang-ulang, kekurangan bahan bakar dan infrastruktur yang hancur, sehingga sulit untuk mendokumentasikan jumlah korban jiwa.
Serangan ke Tepi Barat...
Sementara, WAFA melansir, seorang anak berusia 16 tahun dan seorang petugas ambulans ditembak dan terluka oleh pasukan pendudukan Israel di kota Beit Furik, sebelah timur Nablus, pada Kamis malam. Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) melaporkan bahwa petugas medis tersebut mengalami luka tembak di kaki saat menanggapi konfrontasi antara penduduk setempat dan pasukan Israel di daerah tersebut.
Sementara itu, para saksi mata mengindikasikan bahwa pasukan Israel menyerbu Beit Furik, mengakibatkan tembakan keras dan konfrontasi berikutnya di mana seorang anak berusia 16 tahun ditembak dan terluka di kaki oleh pasukan Israel.
Sebelumnya, pasukan penjajah Israel pada Selasa malam membunuh seorang anak Palestina berusia 11 tahun di kota Nablus, Tepi Barat yang diduduki, menurut Kementerian Kesehatan. Kementerian mengumumkan bahwa Abdullah Jamal Hawwash meninggal karena lukanya setelah ditembak oleh pasukan pendudukan Israel di kota tersebut.
Koresponden WAFA melaporkan bahwa Hawwash menderita luka akibat tembakan pasukan pendudukan saat pasukan pendudukan mundur dari kota tersebut menyusul penggerebekan yang mengakibatkan ditahannya seorang pemuda dari Kota Tua Nablus.
Pasukan khusus Israel kemarin juga menggerebek Kota Tua Nablus dan menuju ke lingkungan Qaryoun, secara bersamaan menembakkan bom asap sebelum menahan seorang pemuda. Hal ini menjadikan total korban jiwa warga Palestina akibat tembakan tentara Israel dan penjajah di Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober menjadi 760 orang, termasuk 18 perempuan dan 166 anak-anak.
Pasukan penjajah Israel telah menahan setidaknya 18 warga Palestina di Tepi Barat sejak Rabu malam hingga Kamis pagi, termasuk seorang jurnalis dan mantan tahanan.
Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan dan Masyarakat Tahanan Palestina mengatakan bahwa penangkapan tersebut terjadi di kamp Al-Fawar di Hebron, di mana sembilan orang ditahan setelah penggerebekan besar-besaran yang mencakup penyelidikan lapangan, perusakan dan vandalisme terhadap warga. rumah, dan penggunaan tahanan sebagai tameng manusia.
Patut dicatat bahwa jumlah penahanan sejak awal perang pemusnahan dan agresi komprehensif terhadap rakyat Palestina telah meningkat menjadi lebih dari 11.400 orang dari Tepi Barat, termasuk Yerusalem.
Hamas Konfirmasi Kunjungan ke Rusia di Tengah Gempuran Israel
Gerakan Palestina Hamas mengonfirmasi kunjungan mereka ke Rusia. Dalam penjelasan, Hamas mengaku tidak meminta dukungan bantuan militer dari Rusia, tetapi mengharapkan dukungan politik Moskow/
Demikian disampaikan Wakil Kepala Kantor Politik Hamas Mousa Abu Marzook dalam wawancara dengan Sputnik.
"Tidak, kami tidak membahas hal itu," kata Marzook ketika ditanya pertanyaan tentang bantuan militer Rusia.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa Hamas membutuhkan bantuan Rusia, khususnya dalam hal bantuan kemanusiaan dan dukungan di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Mazrook menambahkan bahwa pihaknya membahas rekonsiliasi faksi-faksi Palestina dan implementasi kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan intra-Palestina di Moskow pada akhir Februari, saat bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov pada Rabu (23/10).
Sebagaimana diwartakan, Hamas meminta Rusia untuk mendorong pemimpin Palestina Mahmoud Abbas bernegosiasi dengan Hamas mengenai masalah pembentukan pemerintahan persatuan nasional di Palestina.
Pada Kamis ini, Putin diagendakan bertemu dengan Abbas di sela-sela KTT BRICS di Kazan.
"Kami membahas berbagai isu yang berkaitan dengan persatuan nasional Palestina dan pembentukan pemerintahan yang akan memerintah Jalur Gaza setelah perang usai. Kami menjelaskan posisi kami mengenai masalah ini dan peran Federasi Rusia di dalamnya," papar Marzouk.
"Abbas harus hadir di Kazan pada Pertemuan BRICS dan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sana. Kami menyatakan keinginan kami agar pihak Rusia berbicara dengan Abbas untuk mendorongnya memulai negosiasi sehingga kami dapat mencapai hasil dalam hal ini," kata Marzouk menambahkan.