News Forex, Index & Komoditi ( Rabu, 2 Oktober 2024 )

News  Forex,  Index  &  Komoditi

         (  Rabu,  2  Oktober  2024  )

Harga Emas Global Naik  Setelah Iran Menyerang Israel

 

Harga emas melonjak lebih dari 1% pada Selasa (1/10). Permintaan akan aset safe haven meningkat setelah serangan rudal balistik Iran terhadap Israel, memicu kekhawatiran akan pecahnya perang besar di Timur Tengah.

Melansir Reuters, harga emas spot naik 1% menjadi US$2.661,63 per ons troi pada pukul 13:40 waktu setempat (ET), setelah mencapai rekor tertinggi US$2.685,42 pada Kamis sebelumnya. Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup naik 0,9% menjadi US$2.690,3 per ons troi.

Iran menembakkan rudal balistik ke Israel pada hari Selasa sebagai balasan atas serangan Israel terhadap sekutu Iran, kelompok Hezbollah di Lebanon.

"Jika ada korban serius di Israel, kita bisa melihat pecahnya perang besar di Timur Tengah, dan itulah yang saat ini dikhawatirkan para pedagang, yang bisa memicu peningkatan lebih lanjut dalam permintaan safe haven untuk emas," kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.

Emas sering digunakan sebagai investasi aman di tengah ketidakpastian politik dan keuangan.

"Pembelian safe haven ini bersifat instingtif, tetapi kecuali ada rudal Iran yang benar-benar menembus pertahanan dan menyebabkan kerusakan serius di Israel, mungkin dampaknya akan serupa dengan serangan April lalu yang sebagian besar berhasil dicegat," ujar Tai Wong, pedagang logam independen yang berbasis di New York.

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun, membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih menarik bagi investor.

Pasar juga akan mengamati data ketenagakerjaan AS minggu ini dan pernyataan dari berbagai pejabat The Fed untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan suku bunga bank sentral.

Pada hari Senin (30/9), emas mengalami penurunan terbesar dalam lebih dari empat minggu setelah Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan bahwa bank sentral kemungkinan akan melanjutkan pemotongan suku bunga sebesar seperempat persen ke depan.

Namun, alasan di balik reli harga emas baru-baru ini—ekspektasi penurunan suku bunga AS dan permintaan safe haven yang didorong oleh ketidakstabilan geopolitik—masih tetap ada, kata Ricardo Evangelista, analis senior di ActivTrades.

Selain emas, harga perak spot naik 0,7% menjadi US$31,36 per ons troi, platinum naik 1,2% menjadi US$987,70, sementara palladium turun 0,6% menjadi US$994,50.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harga Minyak Dunia Naik  Setelah Iran Serang Israel

 

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik sebesar US$1,09 atau 1,56% menjadi US$70,92 per barel pada pukul 22.54 GMT.

Dipicu oleh kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak di Timur Tengah setelah Iran meluncurkan rudal balistik ke arah Israel.

Sedangkan, minyak mentah Brent akan kembali diperdagangkan pada pukul 00.00 GMT hari Rabu (2/10), setelah mengalami kenaikan US$1,86 atau 2,6% pada hari Selasa (1/10) dan ditutup pada harga US$73,56 per barel.

Iran meluncurkan lebih dari 180 rudal balistik ke arah Israel pada hari Selasa sebagai bentuk balasan atas kampanye militer Israel terhadap sekutunya, Hezbollah, di Lebanon.

Sebagai anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Iran adalah salah satu produsen minyak utama di kawasan tersebut.

"Keterlibatan langsung Iran, anggota OPEC, meningkatkan prospek gangguan pasokan minyak," tulis ANZ Research dalam sebuah catatan, merujuk pada konflik yang terjadi.

Produksi minyak Iran meningkat menjadi 3,7 juta barel per hari pada bulan Agustus, tertinggi dalam enam tahun terakhir, menurut ANZ.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji bahwa Iran akan membayar atas serangan rudalnya.

Sementara Teheran memperingatkan bahwa setiap pembalasan akan dibalas dengan "kehancuran besar", menimbulkan ketakutan akan perang yang lebih luas.

Presiden AS Joe Biden menyatakan dukungan penuh AS untuk Israel, sekutu lamanya, sementara Dewan Keamanan PBB menjadwalkan pertemuan mengenai situasi Timur Tengah pada hari Rabu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kebangkitan Dolar Menimbulkan Ketidakpastian Atas Momentum Pasar dan EUR/USD Melemah

 

EUR/USD melanjutkan penurunan hari Senin dan mundur ke posisi terendah tiga minggu di sekitar 1,1040 karena permintaan safe haven yang solid dan berlanjutnya pemulihan yang kuat dalam Dolar AS (USD).

Faktanya, Greenback menguat karena para investor mencerna nada hawkish dari Ketua Powell pada pidatonya di hari Senin, sementara serangan rudal Iran ke Israel juga mendukung permintaan aset yang lebih aman.

Perlu diingat bahwa Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan pada hari Senin bahwa bank sentral tidak terburu-buru menurunkan suku bunga. Dia juga mengindikasikan bahwa dia mengharapkan dua pemotongan tambahan, dengan total 50 basis poin, tahun ini, asalkan ekonomi berkinerja seperti yang diantisipasi.

Selain itu, para investor tetap skeptis terhadap pengumuman stimulus lebih lanjut dalam perekonomian Tiongkok, faktor lain yang tampaknya telah meredam pada optimisme baru-baru ini di galaksi yang berhubungan dengan risiko.

Mengenai kebijakan moneter, ekspektasi pasar tetap terfokus pada penurunan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed pada pertemuan bulan November dan Desember. Optimisme tentang soft landing untuk ekonomi AS tetap ada, meskipun ketidakpastian masih ada mengenai apakah penurunan suku bunga yang terlihat di bulan September akan diulangi. Dot plot terbaru dari The Fed menunjukkan pemotongan 50 basis poin lagi tahun ini, dengan Ketua The Fed Jerome Powell meyakinkan pasar bahwa pemotongan baru-baru ini bukanlah respons yang didorong oleh kepanikan.

Masih seputar The Fed, Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic menjelaskan bahwa ekspektasi dasarnya adalah pelonggaran kebijakan moneter secara bertahap selama 15 bulan ke depan, yang diakhiri dengan suku bunga kebijakan The Fed pada kisaran 3,00%-3,25% pada akhir tahun 2025.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) melonggarkan sikap moneternya pada pertemuan bulan September, dipengaruhi oleh kondisi inflasi dan ekonomi. Meskipun ECB tidak mengisyaratkan penurunan suku bunga untuk bulan Oktober, Presiden Christine Lagarde mengatakan bahwa inflasi domestik tetap tinggi. Lagarde menyoroti bahwa memudarnya dampak dari kebijakan restriktif dapat menguntungkan ekonomi Eropa, dengan memprakirakan inflasi akan kembali ke 2% pada tahun 2025. Sikapnya terhadap tindakan lebih lanjut tetap berhati-hati, namun ada keyakinan yang meningkat bahwa target inflasi ECB akan tercapai.

Terkait hal di atas, Tingkat Inflasi awal di blok euro menunjukkan IHK utama naik 1,8% pada tahun ini hingga September, sementara IHK Inti terlihat naik 2,7% selama dua belas bulan terakhir.

Menyusul rilis tersebut, pengambil kebijakan ECB Finlandia, Olli Rehn, berpendapat bahwa perlambatan inflasi kawasan euro memberikan pembenaran tambahan untuk penurunan suku bunga pada pertemuan ECB di bulan Oktober. Ia juga mengatakan bahwa pelemahan prospek pertumbuhan kawasan euro baru-baru ini mendukung arah ini. Rehn mengindikasikan bahwa tingkat inflasi kawasan euro diprakirakan akan stabil pada target 2% pada tahun 2025. Selain itu, ia menekankan bahwa Eropa perlu mencari cara untuk meningkatkan produktivitas, karena kenaikan biaya energi yang diakibatkan oleh invasi Rusia ke Ukraina telah berdampak negatif pada hasil industri di wilayah tersebut.

Ke depan, penurunan suku bunga The Fed lebih lanjut dapat mempersempit kesenjangan kebijakan antara The Fed dan ECB, yang berpotensi meningkatkan EUR/USD. Ekspektasi pasar saat ini mengarah pada dua penurunan suku bunga tambahan dari ECB dan 100 hingga 125 basis poin pelonggaran dari The Fed selama 12 bulan ke depan. Namun, kinerja ekonomi AS yang diantisipasi lebih baik dibandingkan dengan ekonomi Eropa dapat membatasi pelemahan dolar yang signifikan atau berkelanjutan.

Posisi spekulatif di Euro melihat posisi net long non-komersial mencapai level tertinggi dalam dua minggu, sementara para pelaku pasar komersial memegang posisi net short yang hampir tidak berubah, dengan sedikit peningkatan pada open interest. Terlepas dari volatilitas, EUR/USD menunjukkan tren kenaikan yang moderat, diperdagangkan di kisaran atas 1,1100 selama periode yang diamati.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Wall Street Ditutup Turun, Iran Serang Israel dan Saham Pertahanan Naik

 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (1/10), dengan Nasdaq turun lebih dari 1%.

Pelemahan ini terjadi setelah Iran meluncurkan serangan rudal ke Israel, memicu kekhawatiran investor.

Melansir Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 173,18 poin atau 0,41% ke 42.156,97. Indeks S&P 500 melemah 53,73 poin atau 0,93% ke 5.708,75, sedangkan Nasdaq Composite merosot 278,81 poin, atau 1,53%, ke 17.910,36.

Baca Juga: Wall Street Merosot, Investor Menanti Data Lowongan Pekerjaan AS

Pada Senin (30/9), ketiga indeks utama AS mencatatkan keuntungan besar untuk bulan September dan kuartal ketiga.

Indeks volatilitas pasar CBOE, yang dikenal sebagai pengukur ketakutan di Wall Street, meningkat.

Iran menembakkan sejumlah rudal balistik sebagai balasan atas serangan Israel terhadap kelompok Hezbollah, sekutu Iran.

Menanggapi hal ini, Presiden AS Joe Biden menginstruksikan militer AS untuk membantu pertahanan Israel dan menembak jatuh rudal yang ditujukan ke negara tersebut, menurut pernyataan dari Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

Di tengah penurunan pasar secara keseluruhan, saham-saham perusahaan energi justru naik seiring dengan kenaikan harga minyak AS yang ditutup naik 2,4%. Saham Exxon Mobil naik 2,3%.

Saham perusahaan pertahanan juga mengalami kenaikan, termasuk Northrop Grumman yang melonjak 3% dan Lockheed Martin yang naik 3,6%.

Indeks pertahanan dan kedirgantaraan S&P 500 mencapai rekor tertinggi. Saham utilitas juga naik sebesar 0,8%.

Sebaliknya, saham maskapai penerbangan merosot, dengan Delta Air Lines turun 1,6%.

Investor cenderung menghindari risiko setelah berita dari Timur Tengah, namun indeks berhasil ditutup tidak terlalu jauh dari titik terendah hariannya.

"Jika eskalasi terus berlanjut, saya bisa melihat kelemahan pasar berlanjut karena kita tidak tahu seberapa jauh konflik ini akan berkembang," ujar Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia.

"Risiko telah meningkat. Pasar sudah mengalami tahun yang baik dan orang bisa terjebak ketakutan keluar dari pasar tergantung apa yang terjadi beberapa minggu ke depan," tambahnya.

Sementara itu, data ekonomi yang dirilis Selasa pagi menunjukkan jumlah lowongan pekerjaan di AS naik kembali pada Agustus.

Sementara laporan Institute for Management Supply (ISM) menunjukkan aktivitas manufaktur berada di angka 47,2 pada September, sedikit di bawah perkiraan 47,5.

Investor juga bersikap hati-hati menjelang data klaim pengangguran AS yang akan dirilis Kamis dan laporan tenaga kerja bulanan pada Jumat.

Pedagang saat ini memperkirakan peluang sebesar 38% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada November, sedikit naik dari perkiraan 35% pada Senin, namun turun dari 58% pada minggu sebelumnya, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Pada 18 September, bank sentral AS menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin, memulai siklus penurunan suku bunga yang baru.

Investor juga memantau aksi mogok di pelabuhan di Pantai Timur dan Pantai Teluk AS, yang menghentikan sekitar setengah dari pengiriman laut negara tersebut.

Meskipun mogok yang dimulai pada Selasa ini tidak diperkirakan akan menimbulkan masalah pasokan global yang sedalam pandemi COVID-19, ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkannya tetap menjadi perhatian bagi para pembuat kebijakan The Fed.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

The Fed Berpotensi Pangkas 50 Bps Lagi pada November Mendatang

 

. Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) memulai siklus pemangkasan suku bunga dengan agresif pada bulan September, melalui pengurangan sebesar 50 basis poin. Saat ini, para investor semakin yakin akan pemangkasan lebih lanjut sebesar 50 basis poin lainnya pada November mendatang.

Dalam perkembangan ini, Michael Kushma, Senior Fixed Income Portfolio Manager dari Morgan Stanley Investment Management, memberikan pandangannya pada acara Market Domination.

Dalam pernyataannya, Kushma mengungkapkan bahwa Federal Reserve tetap bergantung pada data ekonomi untuk menentukan kebijakan mereka. Data ekonomi terbaru terus mendukung arah kebijakan bank sentral, dengan inflasi yang mulai melambat dan tingkat pengangguran yang masih sedikit lebih tinggi dari target.

Berdasarkan pengamatan ini, Kushma meyakini bahwa Federal Reserve memiliki kebebasan untuk melakukan pemangkasan suku bunga minimal 50 basis poin lagi pada tahun ini, guna membuat kebijakan moneter menjadi kurang restriktif.

Kondisi Ekonomi dan Potensi Pemangkasan Suku Bunga Lebih Lanjut

Pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh Federal Reserve bertujuan untuk meredakan ketatnya kebijakan moneter, yang diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi. Saat inflasi mulai melambat, dan tingkat pengangguran masih sedikit di atas tingkat normal, pemangkasan suku bunga lebih lanjut menjadi hal yang semakin memungkinkan.

Dengan potensi pemangkasan suku bunga lanjutan pada November, pasar keuangan telah memperhitungkan beberapa langkah pemangkasan ini. Hal ini menciptakan ekspektasi bahwa kebijakan suku bunga ke depan mungkin akan terus melonggar.

Namun, penting untuk dicatat bahwa Kushma menyatakan kebijakan ini tetap bergantung pada perkembangan data ekonomi. Jika data mendukung perlambatan inflasi dan stabilitas pasar tenaga kerja, Federal Reserve kemungkinan besar akan mengambil tindakan yang lebih agresif dalam pemangkasan suku bunga.

Dampak Pemangkasan Suku Bunga Terhadap Obligasi dan Strategi Investasi

Seiring dengan pemangkasan suku bunga yang diantisipasi, Kushma memperingatkan bahwa kenaikan harga obligasi yang signifikan mungkin tidak terjadi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya ekspektasi pemangkasan suku bunga yang telah diperhitungkan dalam pasar saat ini.

Menurutnya, investor sebaiknya tidak berharap keuntungan besar dari obligasi dalam jangka pendek. Bahkan dengan tren pemangkasan suku bunga, pasar obligasi kemungkinan akan tetap berada dalam rentang harga yang stagnan, setidaknya dalam waktu dekat.

Kushma menekankan bahwa imbal hasil obligasi sepuluh tahun akan cenderung terjebak dalam kisaran 3,5% hingga 4%, sementara pasar menunggu apakah ekonomi benar-benar akan melambat hingga memasuki kondisi resesi.

Kondisi ini membuat strategi investasi dalam obligasi harus lebih berhati-hati, karena investor tidak bisa mengharapkan lonjakan harga yang besar.

Strategi investasi obligasi yang ideal dalam situasi ini, menurut Kushma, adalah menunggu dan melihat bagaimana perkembangan data ekonomi lebih lanjut. Kestabilan imbal hasil obligasi, meskipun tidak memberikan keuntungan besar, dapat memberikan ketenangan bagi investor yang mencari keamanan dalam portofolio mereka di tengah ketidakpastian ekonomi.

 

Aktivitas Pabrik di Asia Melambat Terdampak Ketidakpastian Global

 

Aktivitas pabrik di Asia melemah pada bulan September. Ini karena permintaan dari China yang melemah dan ketidakpastian ekonomi global. Hal ini membuat para pembuat kebijakan berada di bawah tekanan untuk menopang ekonomi mereka yang rapuh.

Pabrikan di kawasan Asia mendapatkan sedikit keringanan dalam beberapa bulan karena stimulus agresif yang diluncurkan oleh otoritas China selama seminggu terakhir. Menurut survei indeks manajer pembelian (PMI) dikutip Reuters Selasa (1/1) menunjukkan aktivitas pabrik di Jepang menyusut pada bulan September dan berjalan lebih lambat di Taiwan. Ini menyoroti dampak permintaan global yang lemah terhadap eksportir Asia.

Menurut data yang sama, meluasnya dampak dari melambatnya pertumbuhan AS juga membuat nilai ekspor Korea Selatan melambat pada bulan September karena pengiriman ke ekonomi terbesar di dunia hampir tidak meningkat.

Di China, pabrik-pabrik berjuang terlihat dari data PMI manufaktur Caixin/S&P Global yang dirilis pada Senin (30/9) menunjukkan penurunan menjadi 49,3 pada bulan September dari 50,4 pada bulan sebelumnya, menandai pembacaan terendah sejak Juli tahun lalu.

Gambaran serupa terjadi di Jepang, yang mengandalkan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah konsumsi yang lesu. PMI Jepang au Jibun Bank terakhir turun menjadi 49,7 pada bulan September dari 49,8 pada bulan Agustus, tetap di bawah ambang batas 50 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi untuk bulan ketiga berturut-turut.

"Survei PMI Jepang menunjukkan tren yang tidak jelas di seluruh industri manufaktur," kata Usamah Bhatti di S&P Global Market Intelligence.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Presiden Erdogan Buka Peluang Turki Gabung ASEAN

 

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuka peluang bagi negaranya untuk bergabung dengan dua organisasi besar, yaitu BRICS dan ASEAN. Menurut Erdogan, jika Turki bergabung di dua organisasi maka tidak akan mengubah status di kawasan.

"Kita tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa kita mempunyai hubungan dengan Eropa dan Amerika seperti halnya kita mempunyai hubungan dengan Asia Tengah, Rusia, kawasan Baltik atau Timur Jauh,” kata Recep Tayyip Erdogan kepada wartawan di Gedung Turki di New York, Amerika Serikat pada pekan lalu.

Menurut dia, Turki memiliki sejarah yang "mengakar" dengan kawasan Arab, negara-negara Teluk, serta hubungan dekat dengan Afrika. Erdogan menekankan posisi unik Turki dalam menjembatani berbagai wilayah dan aliansi.

Erdogan menyebut, sejarah Turki mendorong negaranya untuk membangun kemitraan yang beragam. Dia menolak klaim bahwa keanggotaan Turki di organisasi lain akan bertentangan dengan keanggotaannya di NATO.

"Menjadi bagian dari organisasi-organisasi ini tidak berarti menyerah terhadap NATO," kata Erdogan menggarisbawahi bahwa Ankara tidak melihat aliansi ini sebagai alternatif satu sama lain. "Hanya karena kami adalah negara NATO, kami tidak dapat memutuskan hubungan kami dengan dunia Turki dan dunia Islam," ujarnya menambahkan sebagiama dilaporkan Anadolu.

Erdogan menekankan, bergabung dengan BRICS dan ASEAN menawarkan peluang kerja sama ekonomi. Dia pun memandang aliansi tersebut sebagai pelengkap kemitraan yang sudah ada di Turki .

Dia mengkritik sejumlah pihak yang menentang aspirasi keanggotaan Turki ke organisasi lain. Erdogan menuding, mereka adalah orang-orang yang sama yang telah lama menunda masuknya Turki untuk bergabung ke dalam Uni Eropa. "Kita tidak akan pernah bisa menentukan masa depan kita hanya dengan melihat mereka," katanya.

Kemajuan disinflasi

Mengatasi permasalahan perekonomian dalam negeri, Erdogan menyatakan optimismenya terhadap perkembangan perekonomian Turki sejak menerapkan program baru pada Juni 2024. "Kami sudah mulai mengendalikan inflasi dan memulai proses disinflasi permanen," kata Erdogan menekankan bahwa lembaga-lembaga internasional kini mengakui keberhasilan program tersebut.

Erdogan menunjuk pada penurunan tingkat inflasi yang stabil, dan memproyeksikan laju perbaikan yang semakin cepat dalam beberapa bulan mendatang.

Menggarisbawahi bahwa Turki telah mencapai tujuan tersebut di "wilayah yang penuh gejolak dan ketidakstabilan," Erdogan mengatakan bahwa Turki akan melanjutkan jalur ini dengan "cara yang disiplin."

 

 

 

 

 

 

 

 

Abaikan Seruan Dunia, Israel Nekat Serangan Darat Lebanon

 

 

Pasukan Israel dilaporkan sudah mulai melintasi perbatasan dengan Lebanon untuk menggelar operasi darat melawan Hizbullah. Tindakan Israel itu untuk kesekian kalinya melawan seruan negara-negara dunia untuk tak melakukan serangan.

Dalam serbuan ke Lebanon kali ini, Israel membohongi Amerika Serikat dan sekutu-sekutu lainnya yang mengira Israel telah menyepakati proposal gencatan senjata 21 hari pekan lalu. Harapan itu dikandaskan Perdana Menteri Netanyahu yang menyatakan di hadapan Majelis Umum PBB bahwa Israel akan tetap melakukan serangan ke Lebanon. Dalam kesempatan itu, Netanyahu juga menghina PBB dengan mengatakan lembaga itu sebagai rawa-rawa antisemitisme.

Israel saat ini masih melakukan serangan ke Jalur Gaza setelah setahun melakukan genosida di sana dan membunuh lebih dari 41.600 orang. Serangan yang masih terus berlangsung itu melawan resolusi Dewan Keamanan PBB secara bulat telah mendesak gencatan senjata di Gaza pada Juni lalu.

Israel juga melawan permintaan negara-negara dunia agar tak melakukan serangan ke Rafah yang dipenuhi pengungsi di selatan Jalur Gaza pada Mei lalu. Serangan itu, seperti yang dikhawatirkan komunitas internasional, membunuh banyak warga sipil di Rafah dan memaksa pengungsian ratusan ribu orang berulang kali.

Pasukan penjajahan Israel (IDF)  melancarkan serangan terbatas ke Lebanon selatan pada Senin malam terhadap pasukan Hizbullah dan infrastruktur yang ditempatkan di sepanjang perbatasan utara Israel, beberapa jam setelah kabinet keamanan dikatakan telah menyetujui rencana fase terbaru perang melawan kelompok Hizbullah.

Times of Israel melansir, pada Selasa dini hari IDF mengatakan bahwa serangan “tertarget dan terbatas” telah dimulai beberapa jam sebelumnya, dan difokuskan pada sasaran dan infrastruktur Hizbullah di sejumlah desa Lebanon di sepanjang perbatasan yang merupakan ancaman langsung terhadap kota-kota Israel di sisi lain Garis Biru.

Pasukan darat yang beroperasi di Lebanon selatan dibantu oleh pasukan udara dan artileri, kata militer, seraya menambahkan bahwa operasi tersebut didasarkan pada rencana yang dibuat oleh Staf Umum IDF dan Komando Utara.

Konfirmasi bahwa pasukan Israel beroperasi di sisi perbatasan Lebanon muncul beberapa jam setelah berbagai laporan yang saling bertentangan muncul di media sosial dan di beberapa media Arab mengenai apakah beberapa tentara telah melintasi perbatasan. Pasukan Lebanon semakin menambah spekulasi ketika mereka mundur sekitar lima kilometer dari posisi di sepanjang perbatasan pada Senin malam, tampaknya memilih untuk tetap berada di pinggir medan perang.

Menjelang pengumuman IDF, seorang pejabat Israel mengatakan kepada Times of Israel bahwa rekan-rekan mereka di AS telah diberitahu bahwa tujuan dari operasi terbatas ini adalah untuk menghilangkan posisi Hizbullah di sepanjang perbatasan utara Israel. Pasukan Hizbullah akan didorong kembali ke luar Sungai Litani.

Sebelumnya, wakil pemimpin Hizbullah Naim Qassem, dalam pidato publik pertamanya sejak serangan udara Israel yang menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, mengatakan bahwa “pasukan perlawanan siap untuk melakukan pertempuran darat.”

Laporan-laporan di media Ibrani pada Senin mengatakan potensi operasi darat akan terbatas cakupannya dan ditujukan untuk membongkar unit elit Radwan Hizbullah di wilayah perbatasan, namun tidak untuk menguasai wilayah tersebut dalam jangka waktu yang lama, mengingat tekanan dari AS untuk membatasi skala serangan. setiap serangan darat.

 

Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan kepada wali kota di kota-kota utara pada Senin sore bahwa “fase perang berikutnya melawan Hizbullah akan segera dimulai.” “Ini akan menjadi faktor penting dalam mengubah situasi keamanan dan memungkinkan kami menyelesaikan [misi] penting untuk mengembalikan warga ke rumah mereka,” katanya.

Gallant mengatakan kepada tentara infanteri di dekat perbatasan bahwa pembunuhan Nasrallah pada hari Jumat adalah “sebuah langkah yang sangat penting, tetapi itu bukanlah segalanya. Kami akan menggunakan semua kemampuan yang kami miliki.

Amal Al-Hourani, Wali Kota Jdeidet Marjayoun, sebuah desa Lebanon yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, berjarak kurang dari 10 kilometer dari perbatasan, mengatakan kepada Reuters bahwa dua penduduk setempat telah menerima telepon, tampaknya dari tentara Israel, yang meminta mereka untuk mengevakuasi daerah tersebut sesegera mungkin.

Juga pada Senin malam, media Lebanon melaporkan serangan Israel di pinggiran selatan Beirut, markas Hizbullah yang dikenal sebagai Dahiyeh, setelah Kolonel Avichay Adraee, juru bicara IDF yang berbahasa Arab, meminta warga sipil di dekat tiga lokasi tertentu untuk segera mengungsi. Seorang pejabat keamanan Lebanon kemudian mengatakan kepada AFP bahwa Israel telah melakukan setidaknya enam serangan setelah tengah malam pada Selasa.

Sementara, sebelumnya pada hari yang sama, dalam upaya nyata untuk mencegah serangan darat, Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengatakan pemerintah Lebanon siap untuk menerapkan sepenuhnya resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 2006 yang bertujuan untuk mengakhiri kehadiran bersenjata Hizbullah di selatan Sungai Litani.

“Kami di Lebanon siap menerapkan [Resolusi] 1701, dan segera setelah penerapan gencatan senjata, Lebanon siap mengirim tentara Lebanon ke wilayah selatan Sungai Litani dan menjalankan tugas penuhnya,” berkoordinasi dengan Pembawa perdamaian PBB, kata Mikati.

Presiden AS Joe Biden ditanya oleh wartawan pada Senin mengatakan lebih nyaman jika serangan darat ke Lebanon tak dilakukan Israel. “Saya merasa nyaman jika mereka berhenti. Kita harus melakukan gencatan senjata sekarang,” jawabnya.

Upaya pemerintahan Biden untuk mencapai gencatan senjata dalam beberapa pekan terakhir telah gagal, dan tampaknya tidak ada pihak yang bersedia untuk segera menghentikan permusuhan.

Berbicara kepada Times of Israel pada hari Senin, seorang pejabat AS mengatakan kepada Times of Israel bahwa pemerintahan Biden memahami dan menerima apa yang ingin dicapai Israel dengan serangan darat terbatas untuk menghilangkan posisi Hizbullah di sepanjang perbatasan utara negara itu.

Menerima logika Israel, pejabat AS tersebut mengatakan bahwa Washington masih khawatir bahwa IDF akan terjebak di Lebanon atau tertarik untuk memperluas misinya ketika mereka sudah mulai bergerak.

Pejabat AS lainnya yang berbicara kepada Times of Israel menunjukkan bagaimana Israel juga menganggap invasi tahun 1982 ke Lebanon sebagai serangan “terbatas”, namun kini berubah menjadi pendudukan selama 18 tahun di Lebanon selatan.

Untuk mencapai hal tersebut, Kan News melaporkan pada Senin bahwa Gedung Putih telah meminta Israel agar membatasi potensi serangan darat di Lebanon dan tidak membiarkan pasukan IDF menguasai wilayah tersebut dalam waktu lama.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menggemakan sentimen Biden pada Senin, dengan mengatakan bahwa operasi Israel lebih lanjut di Lebanon harus dihindari. “Kedaulatan Israel dan Lebanon harus dijamin, dan intervensi militer lebih lanjut akan memperburuk situasi,” katanya.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres juga menentang serangan darat apapun ke Lebanon yang dilakukan Israel, kata juru bicaranya. “Kami tidak ingin melihat adanya invasi darat apa pun,” kata juru bicara Guterres Stephane Dujarric dalam konferensi pers.

Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Noël Barrot, di Lebanon, mendesak Israel “untuk menahan diri dari serangan darat dan melakukan gencatan senjata.” Barrot juga mendesak Hizbullah untuk berhenti menembaki Israel, dengan mengatakan bahwa mereka “memikul tanggung jawab yang besar dalam situasi saat ini, mengingat pilihan mereka untuk ikut serta dalam konflik” tahun lalu.

Dia menyatakan solidaritasnya dengan rakyat Lebanon, dengan mengatakan bahwa mereka “terperangkap dalam perang yang tidak mereka pilih,” dan mengatakan Perancis akan menyediakan penerbangan bagi warga negara Perancis yang ingin meninggalkan Lebanon.

Dan juru bicara Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan pada Senin bahwa dukungan Inggris terhadap hak pertahanan diri Israel “sangat kuat,” namun hanya gencatan senjata yang dapat memulihkan stabilitas dan keamanan di wilayah tersebut.

Yang juga meningkatkan kekhawatiran mengenai operasi darat adalah kerabat beberapa warga Israel yang disandera oleh Hamas di Gaza. Pergi berperang ke Lebanon sama saja dengan “membunuh  para sandera,” kata Sharone Lifschitz, yang ibunya Yocheved dibebaskan dari tawanan Hamas selama gencatan senjata selama seminggu di bulan November dan ayahnya, Oded, masih ditahan.

“Jika ada serangan darat, artinya  tidak akan terjadi apa-apa selama dua minggu, tiga minggu, atau lima minggu,” kata Lifschitz pada konferensi pers di London setelah pertemuan dengan Starmer dan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy.

Dipercaya bahwa 97 dari 251 sandera yang diculik oleh Hamas pada 7 Oktober masih berada di Gaza, termasuk sedikitnya 33 jenazah yang dikonfirmasi tewas oleh IDF. Hamas juga menahan dua warga sipil Israel yang memasuki Jalur Gaza pada tahun 2014 dan 2015, serta jenazah dua tentara IDF yang terbunuh pada tahun 2014.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Israel Secara Brutal Bombardir Lebanon dan Gaza Bersamaan, 88 Korban Tewas

 

 

Kementerian Kesehatan Lebanon mengumumkan, sedikitnya 63 orang tewas dan 92 lainnya luka-luka dalam gelombang serangan udara baru Israel. Dalam serangan tersebut, Israel secara brutal menargetkan banyak wilayah di Lebanon selatan dan timur. Di saat yang bersamaan, Israel juga menyerang Gaza dan menyebabkan sedikitnya 25 warga Palestina wafat dan banyak lainnya luka-luka.

Pernyataan kementerian menyebutkan bahwa sedikitnya 45 orang kehilangan nyawa mereka dan 70 lainnya luka-luka dalam serangan udara mematikan Israel di Kota Ain Ed Delb, timur Sidon di Lebanon selatan pada Ahad. Pihak berwenang sebelumnya menyebutkan jumlah korban tewas dalam serangan yang sama mencapai 24 orang.

Kementerian itu menyatakan bahwa 12 orang lainnya meninggal dan 20 lainnya luka-luka dalam serangan Israel di wilayah selatan Hermel. Enam petugas medis juga syahid dan empat lainnya luka-luka ketika jet tempur Israel menyerang pusat pertahanan sipil di Kota Sohmor di Lembah Bekaa bagian barat.

Sejak 23 September, Israel telah meluncurkan serangan udara besar-besaran terhadap apa yang mereka sebut sebagai sasaran Hizbullah di seluruh Lebanon, menewaskan lebih dari 900 orang dan melukai 2.700 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon. Beberapa komandan Hizbullah gugur dalam serangan Israel, termasuk pemimpin Hassan Nasrallah.

Menteri Luar Negeri Israel Katz mengatakan pada Kamis pagi bahwa Tel Aviv hanya akan menerima gencatan senjata di Lebanon ketika Hizbullah didorong mundur dari perbatasan di sebelah utara Sungai Litani dan dilucuti senjatanya.

Pada Senin, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan, Lebanon siap untuk mengimplementasikan resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang melibatkan pengerahan tentara Lebanon di selatan Sungai Litani.

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.600 orang, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, menyusul serangan lintas batas kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober tahun lalu.

Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat meningkatkan eskalasi konflik Gaza ke perang regional yang lebih luas.

Sementara di Gaza, sedikitnya 25 warga Palestina wafat dan banyak lainnya luka-luka dalam serangan udara dan artileri Israel yang menargetkan banyak daerah di Jalur Gaza sejak Ahad (30/9/2024) pagi, menurut Pertahanan Sipil di Gaza.

Di Gaza utara, juru bicara Pertahanan Sipil Mahmoud Bassal mengatakan, empat warga Palestina tewas dan beberapa lainnya luka-luka, termasuk perempuan dan anak-anak, dalam serangan pengeboman Um Al-Fahm School di Beit Lahiya yang menampung ratusan pengungsi.

Dia mengatakan, lima orang di Jabalia juga tewas akibat serangan terhadap perkumpulan dan perumahan warga sipil, termasuk rumah keluarga Abu Nasser dan Samour.

Di Kota Gaza, tiga warga Palestina kehilangan nyawa mereka dan banyak lainnya luka-luka dalam sebuah serangan udara terhadap rumah keluarga Hararah di dekat persimpangan Al-Sha'bia, sementara tiga lainnya dilaporkan tewas dalam serangan terhadap perkumpulan warga sipil.

Di daerah pusat Jalur Gaza, serangan Israel ke sebuah rumah di kamp pengungsian Nuseirat menyebabkan kematian satu orang dan sejumlah korban luka-luka. Seorang warga Palestina juga meninggal di dekat pintu masuk perusahaan listrik di timur Nuseirat.

Di Deir al-Balah, seorang warga Palestina meninggal dan lainnya luka parah dalam serangan ke tenda yang menampung para pengungsi. Lima warga Palestina lainnya tewas dalam serangan ke rumah keluarga Da'alis di barat Nuseirat.

Di Gaza selatan, dua warga Palestina meninggal dalam penembakan artileri di timur Rafah, menurut Bassal.

Israel secara sistematis menargetkan fasilitas warga sipil, termasuk sekolah, rumah sakit, dan tempat peribadatan di tengah serangan yang masih berlangsung di Jalur Gaza. Berdasarkan aturan perang, menargetkan fasilitas-fasilitas semacam itu merupakan kejahatan perang.

Israel melanjutkan serangan brutalnya ke Jalur Gaza menyusul serangan dari Kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober tahun lalu, meski resolusi Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera.

Hampir 41.600 orang telah tewas, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 96.200 lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Serangan Israel tah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah itu mengungsi di tengah blokade yang berlangsung yang memicu kelangkaan parah makanan, air bersih dan obat-obatan.

Israel menghadapi tudingan genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.

 

 

 

 

 

 

 

 

Setahun Genosida, Kebiadaban Israel dan Keteguhan Palestina

 

 

Dalam hitungan hari, dunia tiba pada peringatan setahun genosida oleh Israel yang masih berlangsung di Jalur Gaza. Berikut cacatan perjalanan kejahatan kemanusiaan oleh Israel yang belum kunjung bisa disetop negara-negara dunia itu.

Pada Sabtu, 7 Oktober 2023, pejuang-pejuang Palestina melakukan gerakan besar untuk membebaskan Gaza dari kepungan menahun Israel. Mereka melancarkan Operasi Topan al-Aqsa, merangsek masuk wilayah Israel, menyerbu markas militer dan pemukiman.

Tujuannya, menyandera anggota pasukan penjajahan Israel (IDF) untuk dijadikan alat tawar atas pembebasan ribuan warga Palestina yang ditahan Israel dan menegosiasikan pembebasan Palestina. Israel terkejut dengan serangan besar-besaran itu.

Dalam sengkarut kebingungan di awal serangan, warga sipil terjebak di tengah baku tembak. Israel mengeklaim 1.200 warganya tewas, sekitar 400 adalah anggota militer dan kepolisian. Penyelidikan kepolisian Israel dan investigasi sejumlah media menemukan bahwa banyak korban akibat tembakan tentara Israel sendiri. Sekitar 300 sandera dibawa ke Gaza yang terdiri dari anggota militer, warga sipil, dan yang berkewarganegaraan ganda.

Pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu langsung menyebar kebohongan soal kekejaman pejuang Palestina. Hampir semuanya terbukti bohong belaka, belakangan. Kebohongan yang sempat juga digaungkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden soal adanya pemenggalan bayi kemudian seperti jadi lampu hijau bagi Israel untuk membalas.

Tak menunggu hari berganti, Israel langsung membombardir Gaza. Pada hari yang sama, mereka memutus pasokan air bersih, listrik, makanan dan obat-obatan ke Gaza. Serangan awalnya dilakukan ke wilayah utara hingga tengah Gaza. Ratusan ribu warga Gaza mulai mengungsi ke selatan.

Hingga Ahad (8/10/2023) malam, serangan udara Israel telah menghancurkan 159 unit rumah di Gaza dan merusak parah 1.210 lainnya. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA mengatakan, sebuah sekolah yang menampung lebih dari 225 orang terkena dampak langsung.

Skala pembantaian yang dilakukan Israel di Jalur Gaza kian hari  makin jauh melampaui kekejaman-kekejaman terdahulu mereka. Dalam sepekan sejak bombardir dimulai dengan dalih membalas serangan kelompok Hamas, sedikitnya 724 anak-anak Palestina gugur di Gaza.

Jumlah ini nantinya bertambah signifikan hingga setahun serangan ke Gaza. Lebih dari 15 ribu anak-anak nantinya syahid akibat serangan tersebut, jumlah yang melampaui perang manapun sepanjang sejarah modern.

Pada Selasa (10/10/2023) pagi, jurnalis Saeed al-Taweel, dan dua wartawan lainnya terbunuh akibat serangan Israel. Sudah enam jurnalis yang ditewaskan Israel dalam tiga hari saja. Setahun berjalan, lebih dari 160 jurnalis nantinya syahid.

Pada Jumat (13/10/2023), Israel mengultimatum warga di utara Gaza untuk mengungsi ke selatan. Saat sebagian menjalani pengusiran paksa tersebut, mereka dibom dengan brutal dalam kendaraan yang mereka gunakan mengungsi.

Dilaporkan berbagai media Palestina, puluhan orang, terutama perempuan dan anak-anak, gugur dalam beberapa serangan udara Israel di jalan utama yang menghubungkan Gaza utara dan selatan. Mereka yang gugur diketahui sedang melaksanakan perintah Israel untuk meninggalkan rumah mereka.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 70 orang gugur dalam tiga serangan udara terpisah di jalan raya, dengan serangan terbaru yang menewaskan sedikitnya 40 orang.

Akibat pemboman, delapan rumah sakit di Gaza menghadapi kekurangan obat-obatan, persediaan medis, pemindai, dan peralatan x-ray mengingat banyaknya orang yang terluka. Dokter dan perawat di rumah sakit Al Shifa Gaza kewalahan, sibuk merawat ratusan korban dari serangan udara Israel sementara Kementerian Kesehatan Palestina memperingatkan situasi bencana.

Pada Selasa (18/10/2023) malam, terjadi ledakan di Rumah Sakit Arab al-Ahli di Gaza, menewaskan sekitar 500 orang pasien dan pengungsi di dalamnya. Ini jumlah kematian terbesar dalam sekali insiden sejak serangan pada 7 Oktober. Israel menuding ledakan akibat roket dari Gaza yang gagal meluncur, sementara investigasi lain mengeklaim roket datang dari arah Israel.

Video yang dikonfirmasi oleh the Associated Press berasal dari rumah sakit menunjukkan api melahap gedung dan halaman rumah sakit dipenuhi dengan mayat-mayat yang terkoyak, banyak dari mereka adalah anak-anak kecil. Di sekeliling mereka di rerumputan ada selimut, ransel sekolah, dan barang-barang lainnya.

Pada pertengahan Oktober, Israel memanggil sekitar 360.000 tentara cadangan, menempatkan diri di sepanjang perbatasan Gaza. Lebih dari 100 truk yang membawa bantuan kemanusiaan dicegat di perbatasan Rafah, tak boleh masuk ke Gaza. Sepanjang serangan selama setahun, Israel secara brutal menyetop pasokan bantuan obat-obatan dan pangan ke Gaza, memicu kondisi kelaparan akut.

Pada 27 Oktober 2023, pasukan dan tank Israel mulai melakukan terobosan singkat ke wilayah Gaza. Ini menandai dimulainya invasi darat skala penuh di Gaza. Video aksi pada Rabu (25/10/2023) malam yang dikeluarkan oleh tentara Israel pada Kamis menunjukkan kendaraan lapis baja bergerak melalui zona perbatasan berpasir. Sebuah buldoser terlihat meratakan sebagian tepian sungai, tank-tank menembakkan peluru, dan ledakan terlihat di dekat atau di tengah deretan bangunan yang rusak.

Sebulan setelah 7 Oktober, Kementerian Kesehatan di Gaza melansir, setidaknya 4.104 anak telah gugur dalam serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza. Sedangkan dan jumlah korban meninggal setelah hampir sebulan pemboman Israel mencapai 10.022.

Sementara bayi-bayi baru lahir di rumah sakit di Jalur Gaza makin terancam. Pada 11 November 2023, dua bayi meninggal dunia akibat pemadaman listrik di Tengah serangan udara pasukan Israel di Rumah Sakit Al Shifa, yang terbesar di Gaza.

Pada 3 November 2023, tujuh pakar PBB mulai mengeluarkan peringatan bahwa yang dilakukan Israel di Gaza sudah berpotensi genosida. Jika serangan tersebut tak juga dihentikan, genosida semakin membayangi warga Gaza.

Pada pertengahan November, Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengungkapkan, hanya sepuluh persen pasokan makanan yang berhasil masuk ke Gaza sejak awal agresi Israel pada 7 Oktober 2023. Hanya terdapat satu gerbang penyeberangan untuk masuk dan keluar Gaza, yakni Rafah di Mesir. Sementara beberapa gerbang penyeberangan lainnya yang berada di wilayah Israel ditutup. Untuk pertamakalinya sejak serangan, Gaza didera kondisi kelaparan.

Sementara Rumah Sakit Indonesia yang terletak di utara Gaza menjadi sasaran pengeboman dan serangan pasukan penjajah Israel (IDF) sejak Senin (19/11/2023) dini hari. Serangan yang berlanjut hingga siang hari itu menewaskan 12 orang termasuk dokter dan pasien.

Pada 24 November 2023, gencatan senjata empat hari yang disepakati Israel dan pejuang Hamas mulai diberlakukan.  Gencatan senjata tersebut mencakup pembebasan sejumlah perempuan Palestina dan anak di bawah umur dari penjara pendudukan Israel dan diterimanya bantuan kemanusiaan dan bahan bakar di Jalur Gaza yang terkepung. Pembebasan mereka ditukar dengan dilepaskannya sejumlah sandera di Gaza.

Pada jam-jam terakhir sebelum gencatan senjata diberlakukan, pendudukan Israel melancarkan serangan udara intensif terhadap Jalur Gaza utara, tengah, dan selatan, menargetkan sekolah-sekolah (yang menampung pengungsi), rumah sakit, dan rumah-rumah, dan mengakibatkan puluhan korban jiwa.

Selepas gencatan senjata, Israel melanjutkan bombardirnya ke Jalur Gaza. Kantor Media Pemerintah di Gaza melansir pada Ahad (3/12/2023) bahwa lebih dari 700 warga Palestina terbunuh di Gaza selama 24 jam terakhir. Sementara lebih dari 1,5 juta orang juga telah mengungsi di Jalur Gaza.

Pada 7 Desember 2023, IDF melakukan penangkapan massal di Jalur Gaza. Pria-pria yang ditangkap tersebut ditelanjangi dan disiksa, sebagian juga dibunuh.

Pasukan Israel menanggalkan pakaian puluhan warga sipil Palestina sebelum menahan mereka dan membawa mereka ke lokasi yang dirahasiakan, menurut rekaman yang diterbitkan pada Kamis.

Seorang saksi mata mengatakan setidaknya tujuh orang ditembak mati oleh tentara karena tidak segera mematuhi perintah tentara. Orang-orang tersebut dilaporkan ditangkap dari rumah dan sekolah yang menampung keluarga pengungsi di Jalur Gaza utara. Diaa al-Kahlout, seorang jurnalis yang bekerja untuk Al Araby Al Jadeed, termasuk di antara mereka.

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada 21 Desember 2023 oleh PBB diperkirakan bahwa lebih dari setengah juta orang di Gaza kelaparan. Kondisi  ini terjadi karena tidak cukup makanan yang memasuki Gaza.

Menjelang 100 hari serangan, IDF terekam telah menjatuhkan lebih dari 45 ribu bom di Gaza dengan berat lebih dari 65 ribu ton. Jumlah itu telah melampaui kekuatan bom nuklir yang dijatuhkan Amerika Serikat ke Hiroshima pada 1945.

Kantor Media Palestina menyatakan,  sekitar “dua pertiga dari bom dan rudal tersebut … tidak terarah dan tidak tepat, yang umumnya dikenal sebagai bom bebal.”

Kantor media Palestina mendokumentasikan penggunaan sekitar sembilan bom dan rudal yang dilarang secara internasional oleh Israel terhadap warga sipil, anak-anak dan wanita. Bom-bom yang diidentifikasi oleh kantor tersebut termasuk “bom penghancur bunker (BLU-113), (BLU-109), (SDBS), tipe Amerika (GBU-28), dipandu oleh sistem GPS untuk menghancurkan infrastruktur, fosfor putih, bom pintar, dan rudal Halberd Gudum.”

Disebutkan bahwa bom tersebut menyebabkan “pembunuhan massal dan cedera dalam hitungan detik, selain menyebabkan kerusakan permanen pada korban cedera, seperti cacat dan cacat, serta risiko lingkungan akibat pelepasan bahan beracun serta radiasi".

Memasuki Januari, pihak Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyatakan telah mencatat ratusan kasus keguguran dan kelahiran prematur di Gaza sejak serangan brutal Israel ke wilayah yang terkepung itu. Hal ini menambah bukti tindakan genosida Israel mencegah kelahiran di Gaza.

 

Kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan tentara pendudukan Israel di Jalur Gaza tidak berhenti pada penghancuran dan pembunuhan. Seiring berlanjutnya perang, fenomena pencurian uang, emas, dan properti warga Gaza senilai puluhan juta dolar oleh tentara dan tentara pendudukan semakin meluas.

Pihak Israel mengakui pada Januari 2024 bahwa sejak dimulainya invasi darat ke Jalur Gaza pada 27 Oktober 2023 hingga Februari ini, mereka telah mencuri lebih dari 220 juta shekel (60 juta dolar AS) dari Gaza dengan dalih “memerangi terorisme”. Selain itu mereka juga menyita 200 juta shekel (54,3 juta dolar AS) dari Bank Palestina.

Akhir Februari, enam bayi meninggal akibat malnutrisi dan dehidrasi di Gaza. Kematian itu menggambarkan kondisi kelaparan dan kehausan yang makin parah di Jalur Gaza akibat serangan brutal Israel dan hadangan bantuan kemanusiaan yang mereka lakukan.

Kantor berita WAFA melaporkan, enam bayi itu meninggal hampir bersamaan Rabu (29/2/2024) malam di Rumah Sakit Kamal Adwan dan Kompleks Medis Al Shifa di Jalur Gaza utara akibat kekurangan gizi parah. Menjelang setahun genosida di Gaza, sekitar 40 meninggal akibat malnutrisi di Gaza.

Di tengah kelaparan itu, pada 29 Februari 2024, IDF menembaki ribuan warga Gaza yang tengah mengantre bantuan pangan. Pasukan pendudukan melepaskan tembakan senapan mesin ke arah ribuan warga dari Jalur Gaza utara, khususnya dari Kota Gaza, Jabalia dan Beit Hanoun. Mereka sedang menunggu kedatangan truk berisi bantuan kemanusiaan di Jalan al-Rashid, tepatnya di Bundaran al-Nablusi. Jumlah korban sedikitnya mencapai 150 orang sementara 1.000 terluka.

Setelah hampir enam bulan serangan brutal Israel ke Jalur Gaza, setelah lebih dari 32 ribu warga syahid, Dewan Keamanan PBB (DK PBB) akhirnya menyepakati resolusi gencatan senjata untuk menghentikan perang. Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya tiga kali memveto resolusi serupa, abstain dan membuka jalan resolusi tersebut.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi resolusi pada Senin (25/3/2024) malam waktu AS yang menuntut gencatan senjata segera antara Israel dan militan Palestina Hamas. 14 anggota DK PBB selain AS yang tersisa memberikan suara untuk resolusi tersebut. Kendati demikian, resolusi itu tak kunjung dijalankan hingga serangan ke Gaza menjelang setahun berjalan.

Pada April, warga Gaza menjalani Idul Fitri dibayangi pengeboman Israel yang tak kunjung berhenti. Pada malam takbiran, 14 warga sipil menjadi syuhada dan beberapa lainnya terluka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

Pada April itu juga dilakukan penggalian terkait penemuan kuburan massal di Kompleks Medis al-Nasser. Hampir 400 jenazah ditemukan. Pihak Palestina menemukan indikasi bahwa sebagian dari korban dikubur hidup-hidup oleh tentara Israel.

Pertahanan Sipil Palestina di Gaza melansir, 10 jenazah yang ditemukan di kuburan massal Gaza dalam kondisi tangan terikat, sedangkan yang lainnya dalam kondisi masih terpasang selang medis.

Sekitar 80 jenazah yang dikuburkan di tiga kuburan massal juga ditemukan di halaman Kompleks Medis al-Shifa di Kota Gaza. Ditemukan di tujuh kuburan massal di sejumlah rumah sakit di Gaza yang jadi lokasi penyerangan Israel.

Pada 7 Mei 2024, Israel melakukan serangan ke Rafah di selatan Gaza yang berbatasan dengan Mesir. Rafah adalah lokasi terakhir pengungsian warga Palestina. Sejuta lebih warga menyesaki lokasi tersebut. Peringatan negara-negara di dunia, termasuk dari Mahkamah Internasional tak digubris Israel.

Hanya dalam hitungan hari, ratusan syahid dibombardir Israel di Rafah. Ratusan ribu terpaksa kembali mengungsi. Israel juga mencekik Gaza dengan menguasai sepenuhnya Koridor Philadelphi, tempat terakhir masuknya bantuan dari darat ke Gaza.

Setelah 10 bulan genosida dilancarkan Israel di Jalur Gaza, untuk pertamakalinya penyakit polio kembali ke wilayah terkepung tersebut. Seorang bayi telah didiagnosis menderita penyakit tersebut, bagaimana penyakit menular ini bisa muncul kembali di wilayah tersebut?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di PBB mengatakan tidak yakin bagaimana polio muncul kembali di Gaza, namun varian penyakit serupa juga ditemukan di negara tetangga, Mesir.

Dikatakan bahwa menurunnya cakupan vaksinasi polio di wilayah kantong tersebut – yang turun dari 99 persen pada tahun 2022 menjadi 89 persen pada tahun 2023 – mungkin menjadi faktor yang berkontribusi terhadap munculnya kembali penyakit tersebut.

Memasuki tahun ajaran baru pada Agustus, murid-murid di Gaza tak bisa bersekolah. Hampir semua sekolah dan universitas dihancurkan Israel. Bahkan yang telah diubah menjadi lokasi pengungsian juga dibombardir.

Selama perang genosidal Israel, sekitar 11 ribu pelajar telah terbunuh dan 16.700 lainnya luka-luka, menurut Kementerian Pendidikan Palestina. Setidaknya 600.000 pelajar Palestina kehilangan pendidikan akibat serangan Israel di Gaza.

Kehancuran luar biasa yang disebabkan Israel di Gaza, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) juga memicu perpindahan massal warga Palestina di Gaza. Tentara Israel yang terus mengeluarkan lebih banyak perintah evakuasi ke berbagai wilayah di Jalur Gaza telah membuat 90 persen warga Gaza jadi pengungsi.

Pada 1 Oktober 2024 otoritas kesehatan setempat mengkonfirmasi bahwa jumlah warga Palestina yang syahid akibat serangan Israel sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 41.615 korban jiwa, dengan 96.359 orang menderita luka-luka. Mayoritas korbannya adalah perempuan dan anak-anak.

Layanan darurat belum dapat menjangkau banyak korban dan jenazah yang terperangkap di bawah reruntuhan atau berserakan di jalan-jalan. Pasukan pendudukan Israel terus menghalangi pergerakan kru ambulans dan pertahanan sipil. Kekuatan-kekuatan dunia tak kunjung menghentikan kekejaman Israel yang masih berlangsung di Gaza.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Genderang Perang Ditabuh, Hizbullah Nyatakan Siap Ladeni Pertempuran Darat Israel

 

 

Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem mengatakan, kelompoknya siap menghadapi invasi darat Israel. Hal itu disampaikan saat Israel masih terus membombardir Lebanon dengan serangan darat, yang juga sudah membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

"Kami cukup siap, jika Israel menginginkan serangan darat. Pasukan perlawanan (Hizbullah) siap untuk itu," kata Qassem dalam pidato publiknya, Senin (30/9/2024), dikutip laman Aljazirah.

Dia menekankan, Israel sudah melakukan pembantaian lewat serangan-serangan udaranya. "Israel melakukan pembantaian di semua wilayah Lebanon hingga tidak ada rumah yang tersisa tanpa jejak agresi Israel di dalamnya," ucapnya.

"Israel menyerang warga sipil, ambulans, anak-anak, dan orang tua. Israel tidak memerangi pejuang (Hizbullah), tapi justru melakukan pembantaian," tambah Qassem.

Qassem mengungkapkan, menyusul terbunuhnya Hassan Nasrallah, Hizbullah akan segera memilih pemimpin baru. Setelah itu, Hizbullah bakal melanjutkan perjuangannya melawan Israel, termasuk mendukung kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza.

"Kami tahu bahwa pertempuran mungkin akan berlangsung lama. Kami akan menang, sebagaimana kami menang dalam konfrontasi kami dengan Israel pada 2006," ujar Qassem.

Hizbullah dan Israel sudah terlibat konfrontasi secara sporadis di wilayah perbatasan Israel-Lebanon sejak pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Hizbullah mendukung perlawanan yang dilakukan Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya di Gaza.

Pada 23 September 2024 lalu, Israel melancarkan serangan udara terbesarnya ke wilayah selatan Lebanon. Serangan tersebut membunuh lebih dari 500 orang, termasuk setidaknya 50 anak-anak. Sejak saat itu, Israel terus meluncurkan serangan udara ke Lebanon. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah turut menjadi korban dan syahid.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this Post