News Forex, Index & Komoditi ( Selasa, 4 Maret 2025 )
News Forex, Index & Komoditi
( Selasa, 4 Maret 2025 )
Harga Emas Global Naik seiring Pelemahan Dolar, Pesona Safe Haven Melawan Kekhawatiran Tarif
Harga emas naik tipis di perdagangan Asia pada hari Senin karena dolar melemah, sementara ketidakpastian seputar tarif perdagangan AS dan perundingan damai Rusia-Ukraina mendukung daya tarik safe-haven emas.
Spot Gold naik 0,3% menjadi $ 2.865,69 per ounce, sementara Gold Futures yang akan jatuh tempo pada bulan April naik 0,9% menjadi $ 2.873,59 per ounce pada pukul 12.35 WIB.
Dolar turun di tengah ketidakpastian tarif; mendorong emas naik
Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif tambahan 10% untuk China dan menegaskan kembali waktu penerapan tarif 25% untuk pungutan 25% untuk Meksiko dan Kanada minggu lalu.
Namun, pada hari Minggu, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan bahwa Trump akan menentukan tingkat tarif yang tepat pada hari Selasa.
Sementara itu, kegagalan pembicaraan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS Donald Trump baru-baru ini telah mengurangi prospek perjanjian damai Rusia-Ukraina, yang menyebabkan meningkatnya kekhawatiran akan ketidakstabilan geopolitik yang berkepanjangan.
US Dollar Index turun 0,4% pada jam-jam Asia, mundur dari level tertinggi dua minggu.
Dengan melemahnya greenback, dan prospek ketidakstabilan geopolitik yang lebih lama dari yang diperkirakan, emas mempertahankan permintaan safe haven-nya.
Logam mulia lainnya juga menguat karena melemahnya greenback. Platinum Futures melonjak 1,2% menjadi $949,10 per ons, sementara Silver Futures naik 0,7% menjadi $31,730 per ons.
Sentimen konsumen AS turun; inflasi masih bertahan
Data pada hari Jumat menunjukkan bahwa sentimen konsumen turun 0,2% di bulan Januari, menandai penurunan pertama dalam hampir dua tahun.
Federal Reserve Atlanta sekarang memproyeksikan tingkat pertumbuhan tahunan 1,5% untuk ekonomi AS pada kuartal pertama 2025, melambat dari pertumbuhan 2,3% pada kuartal sebelumnya.
Hal ini mendukung spekulasi penurunan suku bunga dalam waktu dekat, tetapi Indeks harga PCE - pengukur inflasi yang disukai Fed - naik 0,3% di bulan Januari, mempertahankan tingkat kenaikan yang sama seperti di bulan Desember.
Data inflasi yang sedikit positif ini memperkuat pandangan Fed bahwa suku bunga mungkin perlu dipertahankan lebih lama.
EUR/USD Naik MeskipunTerbatas karena Meningkatnya Penghindaran Risiko
EUR/USD melanjutkan momentum kenaikannya untuk sesi kedua berturut-turut, diperdagangkan di sekitar 1,0490 selama jam Asia pada hari Selasa. Euro (EUR) menerima dukungan dari meningkatnya harapan untuk kesepakatan damai Ukraina yang potensial. Para pemimpin Eropa, bersama dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, telah sepakat untuk menyusun rencana damai terstruktur yang akan disampaikan kepada Amerika Serikat (AS).
Namun, potensi kenaikan pasangan EUR/USD bisa terbatas di tengah meningkatnya penghindaran risiko setelah Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Presiden AS Donald Trump telah menandatangani perintah untuk menaikkan tarif impor Tiongkok menjadi 20%. Perlu dicatat, Trump belum menyelesaikan perintah serupa untuk Meksiko dan Kanada.
Pernyataan dari Kantor Perdana Menteri Kanada mengonfirmasi bahwa Kanada akan memberlakukan tarif balasan terhadap impor AS mulai hari Selasa jika tarif AS mulai berlaku. Awalnya, Kanada akan menerapkan tarif sebesar 25% pada impor AS yang bernilai C$30 miliar.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan Tiongkok mengumumkan pada awal hari Selasa bahwa mereka akan mengambil "tindakan balasan yang diperlukan" untuk melindungi hak dan kepentingan sah negara tersebut. Kementerian tersebut menegaskan kembali penolakan kuatnya terhadap keputusan AS untuk memberlakukan tarif tambahan sebesar 10% pada impor Tiongkok yang mulai berlaku pada hari Selasa.
Menurut Bloomberg, mengutip seorang pejabat pertahanan pada hari Senin, Amerika Serikat telah menghentikan semua bantuan militer yang sedang berlangsung ke Ukraina. Keputusan ini dilaporkan diambil atas perintah Presiden Trump, dengan Sekretaris Pertahanan Pete Hegseth diarahkan untuk melaksanakan penghentian tersebut. Akibatnya, semua peralatan militer AS yang belum mencapai Ukraina—termasuk senjata yang dalam perjalanan melalui pesawat dan kapal, serta yang menunggu di zona transit di Polandia—akan dihentikan.
Euro mungkin menghadapi tantangan menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis, di mana para pembuat kebijakan diperkirakan akan memangkas Suku Bunga Fasilitas Simpanan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 2,5%. Jika dikonfirmasi, ini akan menandai pemotongan suku bunga kelima berturut-turut oleh ECB, yang berpotensi membebani EUR.
Data ekonomi AS yang campur aduk telah menambah ketidakpastian pasar. PMI Manufaktur ISM sedikit turun menjadi 50,3, melewatkan ekspektasi 50,5 dan turun dari 50,9 di bulan Januari. Namun, PMI Manufaktur akhir S&P Global untuk bulan Februari melampaui prakiraan di 52,7, sebuah perbaikan dari pembacaan awalnya, yang menunjukkan ketahanan di sektor manufaktur AS.
Wall Street Anjlok, Imbas Trump Menetapkan Tarif Dagang 25% untuk Meksiko dan Kanada
Indeks utama Wall Street ditutup anjlok pada akhir perdagangan Senin (3/3), setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan dimulainya tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko. Sementara data manufaktur AS menunjukkan penurunan.
Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 649,67 poin atau 1,48% ke 43.191,24, S&P 500 turun 104,78 poin atau 1,76% ke 5.849,72 dan Nasdaq Composite turun 497,09 poin atau 2,64% ke 18.350,19.
Saham merosot setelah survei ISM dan memperpanjang kerugian setelah Trump mengatakan tarif 25% pada Kanada dan Meksiko akan mulai berlaku pada Selasa (4/3) dengan tarif timbal balik dimulai pada tanggal 2 April.
Ia mengatakan negara-negara Amerika Utara tidak memiliki ruang tersisa untuk menghindari tarif.
Survei ISM menunjukkan PMI manufaktur merosot ke 50,3 pada Februari dari 50,9 pada bulan Januari, sementara indeks pesanan baru yang berwawasan ke depan berkontraksi ke 48,6 pada bulan Februari dari 55,1 pada bulan Januari.
Penurunan PMI mencerminkan penurunan dalam ukuran sentimen lainnya karena investor khawatir tentang tarif.
"Saya pikir itu hanya kelanjutan dari serangkaian berita ekonomi buruk yang cenderung sedikit meredam optimisme yang kita lihat dari laba kuartal keempat yang dirilis, yang cukup bagus," kata James St. Aubin, kepala investasi di Ocean Park Asset Management di Santa Monica, California.
"Anda mendapatkan banyak ketidakpastian kebijakan dari Trump. Tentu saja PHK merupakan bagian dari itu, tetapi juga kebijakan perdagangan. Saya pikir itu semua bertentangan dengan sentimen positif yang memaksa mentalitas gelas setengah penuh ke posisi belakang dan memunculkan sebagian pola pikir bearish gelas setengah kosong yang datang dan pergi."
Laporan terbaru tentang melemahnya permintaan konsumen telah memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dan inflasi yang lebih tinggi.
Trump mengancam bahwa bea masuk tambahan 10% atas impor dari China juga akan berlaku pada hari Selasa, yang dapat memicu pembalasan dari Beijing.
Saham perusahaan China yang terdaftar di AS turun, dengan saham Nio dan saham JD.com masing-masing turun sekitar 6% dan 1%.
Kekhawatiran tentang inflasi yang sulit telah membuat Federal Reserve lebih berhati-hati dalam memangkas suku bunga, tetapi data ketenagakerjaan dan aktivitas bisnis minggu ini dapat mengubah pandangan bank sentral.
Bursa Asia Memerah Mengekor Wall Street
Bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Selasa (4/3) pagi. Pukul 08.22 WIB, indeks Nikkei 225 turun 584,79 poin atau 1,54% ke 37.210,17, Hang Seng turun 328,02 poin atau 1,43% ke 22.678,25, Taiex turun 371,14 poin atau 1,61% ke 22.383,75, Kospi naik 6,53 poin atau 0,26% ke 2.539,23, ASX 200 turun 72,25 poin atau 0,88% ke 8.173,40, Straits Times turun 1,90 poin atau 0,30% ke 3.895,94 dan FTSE Malaysia turun 10,74 poin atau 0,68% ke 1.560,65.
Bursa Asia turun pada perdagangan Selasa (4/3) pagi, menyusul penurunan saham AS setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan mengenakan tarif kepada mitra dagang yang memunculkan kekhawatiran terjadinya perang dagang yang berdampak pada ekonomi global.
Bursa saham di Jepang dan Australia turun.
Indeks S&P 500 turun hampir 2% setelah Trump mengatakan bahwa Meksiko dan Kanada tidak dapat menegosiasikan penangguhan tarif yang akan mulai berlaku Selasa (4/3) waktu setempat. Trump juga menandatangani perintah penggandaan tarif untuk China menjadi 20%.
Para investor semakin waspada terhadap meningkatnya ketegangan geopolitik dan prospek tarif balasan yang memperburuk pertikaian perdagangan global.
"Tingkat kecemasan pasar meningkat, dan kami melihat para pedagang harus bereaksi secara agresif dan dinamis," tulis Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone Group Ltd dalam sebuah catatan, seperti dikutip dari Bloomberg.
"Bagaimanapun, volatilitas di pasar sedang meningkat dan kita perlu bersiap menghadapi berita utama yang akan muncul kapan saja."
Trump Katakan Tidak Ada Ruang Negosiasi Lagi dengan Meksiko & Kanada, Kebijakan Tarif akan Dimulai Selasa
Presiden Donald Trump mengkonfirmasi pada hari Senin bahwa tarif terhadap Meksiko dan Kanada akan diberlakukan pada hari Selasa (04/03) karena kedua negara telah kehabisan ruang untuk menegosiasikan kesepakatan.
Mulai hari Selasa, semua produk impor dari Kanada dan Meksiko akan dikenakan bea masuk sebesar 25%. Trump telah menunjukkan kurangnya upaya dari Meksiko dan Kanada untuk menopang perbatasan mereka dengan AS untuk membendung aliran "sejumlah besar" fentanil yang telah mengalir ke Amerika Serikat.
"Tidak ada ruang tersisa untuk Meksiko atau Kanada," kata presiden kepada wartawan di Gedung Putih. "Tarifnya, Anda tahu, semuanya sudah ditetapkan. Mereka mulai berlaku besok."
Selain tarif Meksiko dan Kanada, Trump mengumumkan tarif tambahan 10% untuk China, sehingga tarifnya menjadi 20%.
Mengomentari berita tersebut, ahli strategi kebijakan publik Morgan Stanley AS, Michael Zezas, mengatakan bahwa meskipun kesepakatan pada jam-jam terakhir masih dapat terjadi, para ekonom perusahaan percaya bahwa tarif yang diimplementasikan secara penuh akan memiliki konsekuensi yang berarti.
"Resesi di Meksiko menjadi base case," kata Zezas. "Inflasi AS bisa lebih tinggi 0,3 hingga 0,6 persen dibandingkan baseline selama 3-4 bulan ke depan (menempatkan inflasi PCE utama di 2,9% hingga 3,2%), dan pertumbuhan AS bisa lebih rendah 0,7 hingga -1,1 persen dibandingkan baseline selama 3-4 kuartal ke depan (menempatkan pertumbuhan PDB riil di 1,2% hingga 1,6%)."
Sementara itu, para ahli strategi suku bunga Morgan Stanley memiliki pandangan yang bullish, terlebih lagi jika AS menindaklanjuti dengan tarif. "Jika tarif ini diberlakukan, kami memperkirakan investor akan berfokus pada peningkatan risiko penurunan terhadap ekspektasi pertumbuhan," kata ahli strategi tersebut. "Hal ini terjadi dengan repricing yang lebih dovish dari suku bunga kebijakan, yang juga menurunkan harga lebih rendah di luar kurva."
Mereka mencatat sektor-sektor di pasar yang paling berisiko dari kenaikan tarif adalah Perangkat Keras dan Peralatan TI, Otomotif, dan bagian dari Konsumen.
Zezas melanjutkan dengan mengatakan bahwa dari perspektif kebijakan, banyak hasil yang masih mungkin terjadi.
"Presiden Trump dapat berbicara dengan para pemimpin Meksiko/Kanada dan menyetujui penundaan lain (resolusi cepat), tarif dapat berjalan sesuai jadwal & dihapus setelah waktu yang singkat (ruang lingkup/durasi terbatas), atau tarif dapat terbukti berbasis luas dan tahan lama, yang akan memiliki dampak terbesar bagi ekonomi & pasar," komentar ahli strategi tersebut. "Kami memperkirakan bahwa batas untuk menghindari tarif akan lebih rendah untuk Meksiko dan Kanada, karena para pemimpin kedua negara telah mencatat kemajuan dalam isu-isu utama seperti imigrasi & fentanil. Kami berharap tarif di Cina "lebih kaku", tetapi perhatikan fluiditas yang dapat kita gunakan untuk berpindah antar jalur dari sini."
China Pertimbangkan Tindakan Balasan Saat Tarif 10% Trump Mendekat
China sedang mempertimbangkan langkah-langkah pembalasan terhadap ancaman Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan tarif tambahan 10% terhadap negara itu, Global Times melaporkan pada hari Senin.
Tindakan balasan tersebut kemungkinan akan mencakup tarif pembalasan dan kontrol perdagangan lainnya, kata laporan itu, dan akan menargetkan produk pertanian dan makanan AS. China akan melakukan "tindakan balasan yang kuat dan ampuh," Global Times melaporkan, mengutip sebuah "sumber yang dapat dipercaya."
Trump minggu lalu memperingatkan bahwa tarif tambahan 10% akan diberlakukan pada China mulai 4 Maret, hanya sebulan setelah ia memberlakukan bea masuk serupa terhadap Beijing.
Beijing telah membalas langkah Februari dengan tarif impornya sendiri, serta kontrol pada ekspor tanah jarang tertentu.
Trump mengatakan bahwa tarif China, bersama dengan potensi bea masuk 25% untuk Kanada dan Meksiko, dimaksudkan untuk menekan kedua negara tersebut agar membendung aliran zat ilegal ke AS.
Tarif Trump dan pembalasan Beijing mengancam akan memperburuk hubungan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini, terutama setelah pemerintahan Biden menindak tegas ekspor teknologi ke China.
Tentara Israel Kembali Menyerang Gaza, Dua Warga Palestina Terbunuh
Tentara Israel kembali menyerang wilayah Gaza di tengah buntunya kesepakatan gencatan senjata fase kedua. Dua orang warga Palestina dilaporkan terbunuh pada hari Senin (3/3).
Serangan Israel pada hari Senin menewaskan sedikitnya dua orang di Rafah dan melukai tiga lainnya di Khan Younis di selatan Gaza.
Mengutip Reuters, tank-tank Israel yang ditempatkan di dekat perbatasan timur dan selatan Gaza mengintensifkan tembakan dan penembakan tank ke pinggiran kota sepanjang malam.
Tidak hanya itu, dua orang tewas oleh tembakan pesawat tak berawak Israel di Rafah, dan tiga orang terluka oleh helikopter yang menembaki Khan Younis.
Militer Israel mengklaim, mereka menembaki sebuah perahu motor di wilayah pesisir Khan Younis yang melanggar pembatasan keamanan di daerah tersebut dan menimbulkan ancaman.
Gencatan Senjata Kembali Buntu
Gencatan senjata fase pertama di Gaza telah berakhir pada akhir pekan lalu tanpa kepastian mengenai detail fase kedua.
Fase pertama dimulai pada 19 Januari dan berlaku selama enam minggu. Fase pertama ini Hamas membebaskan 25 sandera Israel yang masih hidup dan delapan jenazah sandera yang meninggal.
Di kubu lain, Israel membebaskan hampir 2.000 sandera Palestina.
Pasukan Israel pun mulai mundur dari sebagian besar wilayah Gaza dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan.
Hamas mendesak agar fase kedua segera dimulai, yang mengarah pada penarikan Israel secara permanen dan berakhirnya perang.
Sebelum ini, Israel malah menawarkan perpanjangan sementara hingga April, dengan Hamas akan membebaskan lebih banyak sandera sebagai imbalan atas tahanan Palestina.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengadopsi usulan AS untuk gencatan senjata sementara selama bulan suci Ramadan dan hari raya Paskah Yahudi, yang berakhir sekitar tanggal 20 April.
Pejabat Hamas, Osama Hamdan, mengatakan tuntutan Israel untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata telah mendorong kemajuan kembali ke nol.
"Para mediator dan penjamin bertanggung jawab penuh untuk mencegah Netanyahu menyabotase semua upaya yang dilakukan untuk mencapai kesepakatan dan melindungi kesepakatan dari kehancuran," kata Hamdan dalam konferensi pers hari Senin.
Israel Memblokade Jalur Bantuan
Israel pada hari Minggu (2/3) memberlakukan blokade total terhadap semua pasokan, termasuk makanan dan bahan bakar, yang dimaksudkan untuk membantu kehidupan 2,3 juta warga Gaza.
Ratusan truk pengangkut perbekalan tertahan di Mesir dan ditolak masuk. Penduduk Gaza mengatakan, toko-toko telah dikosongkan dengan cepat dari semua perbekalan.
Harga sekarung tepung naik lebih dari dua kali lipat dalam semalam.
Tamer al-Burai, seorang pengusaha Gaza, mengatakan bahwa karena toko-toko tiba-tiba kosong, harga sekarung tepung telah naik menjadi 100 shekel dari 40 shekel. Harga minyak goreng, bahan bakar, dan sayuran juga melonjak.
Seorang juru bicara pemerintah Israel mengklaim bahwa ada cukup makanan di Gaza untuk beberapa bulan karena bantuan masuk dengan lancar selama beberapa pekan terakhir.
Israel Siap Panggil 400.000 Tentara Tambahan, Gaza Kembali Terancam
Pemerintah Israel akhirnya menyetujui pemanggilan 400.000 tentara cadangan, tak lama setelah gencatan senjata Gaza fase pertama berakhir pada hari Sabtu (1/3) malam.
Mengutip Anadolu, Israel kemungkinan sudah bisa memobilisasi hingga 400.000 tentara cadangan pada tanggal 29 Mei mendatang. Jumlahnya meningkat 80.000 dari rencana sebelumnya.
Media Israel, Channel 14, mengabarkan bahwa keputusan itu diambil di tengah kekhawatiran terjadinya pertempuran baru di Jalur Gaza.
"Keputusan ini muncul di tengah tantangan yang sedang berlangsung dalam merekrut sumber daya manusia untuk tugas cadangan," Channel 14 melaporkan.
Berakhirnya gencatan senjata fase pertama tidak diikuti dengan persetujuan Israel untuk melangkah maju ke tahap kedua kesepakatan, yang berujung pada mengakhiri perang di Gaza.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengadopsi usulan AS untuk gencatan senjata sementara selama bulan suci Ramadan dan hari raya Paskah Yahudi, yang berakhir sekitar tanggal 20 April.
Pihak Israel juga berupaya untuk mengamankan pembebasan sebanyak mungkin tawanan Israel, namun tanpa menawarkan imbalan apa pun atau memenuhi kewajiban militer dan kemanusiaan dari perjanjian tersebut.
Hamas pun menolak untuk melanjutkan perjanjian di bawah kondisi tersebut. Kelompok pejuang Palestina ini bersikeras agar Israel mematuhi ketentuan gencatan senjata dan segera memulai negosiasi untuk tahap kedua, yang mencakup penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan penghentian total perang.
Gencatan senjata Gaza akhirnya dilakukan mulai 19 Januari 2025, setelah Israel membunuh lebih dari 48.380 penduduk Gaza sejak Oktober 2023.
Israel telah dihadapkan pada kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas serangan yang dilakukannya di wilayah kantong tersebut.
Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Dominasi Perdagangan China di Amerika Selatan Meredam Pengaruh Donald Trump
Presiden libertarian Argentina Javier Milei menjabat pada akhir tahun 2023 dan mengecam Tiongkok sebagai "pembunuh" komunis.
Milei kemudian mengancam akan melemahkan hubungan dengan negara Asia tersebut. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Ekspor ke China termasuk kedelai dan litium melonjak 15% di tahun pertamanya.
Melansir Reuters, perubahan haluan yang pragmatis oleh sekutu alami AS tersebut menggarisbawahi tantangan bagi Presiden Donald Trump di Amerika Selatan yang kaya sumber daya, tempat perdagangan yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan pengaruh China.
Trump ingin mengguncang perdagangan global dan mendapatkan mitra untuk mempromosikan kepentingan AS menggunakan ancaman dan tarif perdagangan.
Ia telah mendorong konsesi dari Kolombia, Panama, dan Meksiko, sementara Brasil menjadi sasaran tarif perdagangan baru untuk baja.
Tarif 25% yang diusulkan untuk barang-barang Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada hari Selasa, dengan bea tambahan 10% untuk barang-barang China.
Namun di sekitar Amerika Selatan, setengah lusin pejabat, diplomat, dan pakar perdagangan mengatakan bahwa keunggulan perdagangan China yang besar dan terus bertambah melemahkan dampak tindakan Trump.
Ini merupakan sebuah tanda peringatan tentang potensi batasan yang lebih luas dari pendekatan hukuman di dunia tempat Amerika Serikat memiliki semakin banyak pesaing ekonomi.
Seorang diplomat senior Brasil yang dekat dengan Presiden sayap kiri Luiz Inácio 'Lula' da Silva mengatakan ekonomi Brasil tidak bergantung pada Amerika Serikat.
Dia kemudian mengutip surplus perdagangan negara itu sebesar US$ 30 miliar dengan China tahun lalu sebagai hal yang jauh lebih penting secara ekonomi.
Ia mengatakan ancaman tarif perdagangan Trump - yang muncul setelah bertahun-tahun "diabaikan" oleh Amerika Serikat - akan mendorong negara-negara untuk mencari alternatif yang kurang berisiko seperti China, Eropa atau kelompok BRICS termasuk Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Beijing, sementara itu, adalah mitra yang pragmatis, dan orang China datang ke sini untuk berbisnis.
Menurut analisis Reuters terhadap data perdagangan, didorong oleh raksasa komoditas Brasil, Chili, Peru, dan Argentina, ekspor Amerika Selatan ke China meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dekade terakhir. Sementara pengiriman ke Amerika Serikat hanya meningkat sedikit.
Itu membuat pasar besar Tiongkok menjadi sangat berharga bagi para pemimpin regional yang bergulat dengan pertumbuhan yang lambat dan utang yang tinggi, dan memperkuat kekuatan Beijing di kawasan itu, bahkan dengan pemerintah yang tidak selaras secara ideologis.
Ryan Berg, seorang direktur di lembaga pemikir bipartisan Washington, Center for Strategic and International Studies, mengatakan Trump sebenarnya memberi lebih banyak perhatian ke Amerika Latin.
Ini dibuktikan dengan Rubio yang berbahasa Spanyol pergi ke sana dalam perjalanan luar negeri pertamanya. Namun, keseimbangan antara pengabaian dan ancaman diperlukan.
Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.
Gedung Putih Putar Otak untuk Beri Rusia Keringanan Sanksi
Amerika Serikat sedang menyusun rencana untuk kemungkinan memberikan keringanan sanksi kepada Rusia.
Langkah ini dilakukan saat Presiden AS Donald Trump berupaya memulihkan hubungan dengan Moskow dan menghentikan perang di Ukraina.
Menurut seorang pejabat AS dan sumber lain yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters, Gedung Putih telah meminta Departemen Luar Negeri dan Keuangan untuk menyusun daftar sanksi yang dapat dilonggarkan bagi pejabat AS untuk dibahas dengan perwakilan Rusia dalam beberapa hari mendatang.
"Ini merupakan bagian dari pembicaraan luas pemerintah AS dengan Moskow untuk meningkatkan hubungan diplomatik dan ekonomi," kata sumber tersebut.
Departemen sanksi sekarang sedang menyusun proposal untuk mencabut sanksi pada entitas dan individu tertentu, termasuk beberapa oligarki Rusia.
Dokumen-dokumen yang disebut sebagai opsi sering kali disusun oleh pejabat yang menangani sanksi, tetapi permintaan khusus Gedung Putih untuk dokumen tersebut dalam beberapa hari terakhir menggarisbawahi kesediaan Trump dan para penasihatnya untuk meringankan sanksi Rusia sebagai bagian dari kesepakatan potensial dengan Moskow.
Belum jelas apa yang secara khusus dapat diminta Washington sebagai imbalan atas keringanan sanksi apa pun.
Rusia adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia dan jika sanksi AS terhadap sistem energinya dilonggarkan, hal itu dapat membantu mencegah kenaikan harga bahan bakar jika Trump menindak tegas ekspor minyak dari Iran, anggota OPEC.
Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, Departemen Keuangan, dan kedutaan besar Rusia di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Kremlin tahun lalu menggambarkan hubungan AS-Rusia sebagai hubungan "di bawah nol" di bawah pemerintahan Joe Biden.
Biden merupakan seorang Demokrat yang mendukung Ukraina dengan bantuan dan senjata serta menjatuhkan sanksi keras kepada Rusia untuk menghukumnya atas invasinya pada tahun 2022.
Namun Trump, yang telah berjanji untuk segera mengakhiri perang, telah mengubah kebijakan AS dengan cepat untuk membuka pembicaraan dengan Moskow.
Ini dimulai dengan panggilan telepon kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada 12 Februari yang diikuti oleh pertemuan antara pejabat AS dan Rusia di Arab Saudi dan Turki.
Sanksi AS terhadap Rusia sejak invasi Ukraina tahun 2022 telah mencakup tindakan yang bertujuan untuk membatasi pendapatan dari industri minyak dan gas negara itu yang besar dan melemahkan kemampuannya untuk mendanai perang.
Pemerintah Barat yang dipimpin oleh Washington memberlakukan batasan harga US$ 60 per barel untuk ekspor minyak Rusia.
Trump pada bulan Januari mengancam akan meningkatkan sanksi terhadap Rusia jika Putin tidak mau berunding untuk mengakhiri perang di Ukraina. Namun baru-baru ini, pejabat pemerintahan Trump secara terbuka mengakui kemungkinan pelonggaran sanksi terhadap Moskow.
Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan dalam sebuah wawancara pada tanggal 20 Februari dengan Bloomberg Television bahwa Rusia dapat memperoleh keringanan ekonomi, tergantung pada bagaimana pendekatannya terhadap negosiasi dalam beberapa minggu mendatang.
Trump Hentikan Sementara Seluruh Bantuan Militer AS ke Ukraina
Pemerintah Amerika Serikat (AS) menghentikan sementara bantuan militer ke Ukraina, beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump berselisih dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di Ruang Oval.
Seorang pejabat Gedung Putih mengonfirmasi kebijakan ini pada Senin (3/3).
Menurut pejabat tersebut, penghentian sementara ini bertujuan untuk meninjau bantuan guna memastikan kontribusinya terhadap penyelesaian konflik.
Langkah ini akan berlangsung hingga Trump menilai bahwa para pemimpin Ukraina menunjukkan komitmen yang tulus terhadap perdamaian.
Fox News mengutip pernyataan pejabat pemerintahan Trump yang menegaskan bahwa penghentian ini bersifat sementara, bukan permanen.
Bloomberg melaporkan bahwa seluruh pengiriman peralatan militer AS yang belum tiba di Ukraina akan dihentikan sementara, termasuk senjata yang masih dalam perjalanan melalui pesawat dan kapal atau yang tertahan di area transit di Polandia.
Trump juga telah memerintahkan Menteri Pertahanan Pete Hegseth untuk melaksanakan kebijakan ini.
Pernyataan mengenai penghentian bantuan muncul beberapa jam setelah Trump menyatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ia tidak membahas penangguhan bantuan militer ke Ukraina, tetapi menegaskan bahwa Zelenskiy "harus lebih menghargai" dukungan dari Washington.
Sejak awal perang hampir tiga tahun lalu, AS telah mengalokasikan bantuan miliaran dolar untuk Ukraina.
Kebijakan Tarif Trump Memperparah Industri Pelayaran Laut Global
Industri pelayaran laut global, yang menangani 80% perdagangan dunia, menghadapi ketidakpastian besar akibat kebijakan tarif dan ketegangan geopolitik yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump.
Kondisi ini menjadi latar belakang bagi konferensi TPM S&P Global di Long Beach, California, yang berfokus pada negosiasi kontrak pengiriman kontainer dan rantai pasokan.
Dinamika Perdagangan dan Dampak Tarif
Para pemain utama industri seperti MSC, Maersk, dan Hapag-Lloyd, serta pelanggan besar seperti Walmart dan perusahaan logistik seperti DSV dan DHL, tengah bergulat dengan dampak proteksionisme yang meningkat.
Kebijakan ini berpotensi mengurangi perdagangan internasional dan melemahkan posisi negosiasi pemilik kapal kontainer besar yang selama ini menikmati keuntungan tinggi.
Trump telah memberlakukan tarif tambahan 10% pada barang-barang dari China dan mengusulkan biaya masuk pelabuhan bagi kapal buatan China. Selain itu, AS berpotensi mengenakan tarif 25% terhadap barang impor dari Meksiko seperti alpukat dan tequila, serta daging sapi, kayu, dan minyak dari Kanada.
Tarif baru juga direncanakan untuk baja dan aluminium, sementara Uni Eropa menghadapi ancaman bea masuk sebesar 25% pada produk mereka.
Menurut Peter Sand, kepala analis platform harga transportasi Xeneta, "Ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya melingkupi industri ini." Selain tarif, rantai pasokan global juga mengalami tekanan akibat cuaca ekstrem dan perubahan rute kapal untuk menghindari ancaman dari militan Houthi yang didukung Iran di Laut Merah.
Perubahan Permintaan dan Tekanan Harga
Importir AS telah meningkatkan pembelian barang seperti mainan plastik dan suku cadang mesin untuk menghindari tarif. Namun, para ahli memperingatkan bahwa permintaan dapat menurun setelah tarif baru mulai berlaku, negara-negara sasaran melakukan pembalasan, dan konsumen yang sudah terbebani inflasi menghadapi kenaikan harga lebih lanjut.
Indeks tarif spot World Container Index Drewry untuk kontainer 40 kaki turun menjadi US$2.629 per unit pada Kamis lalu—75% lebih rendah dibandingkan puncak pandemi sebesar US$10.377 pada September 2021 dan merupakan level terendah sejak Mei 2024.
Analis Jefferies memperkirakan bahwa "lanskap geopolitik yang semakin kompleks dapat menyebabkan fluktuasi besar dalam tarif pelayaran, namun skenario dasar kami adalah moderasi sepanjang 2025."
Usulan Tarif Baru untuk Kapal Buatan China
Pada 21 Februari, Perwakilan Dagang AS mengusulkan biaya masuk tinggi bagi kapal buatan China yang berlabuh di pelabuhan AS sebagai bagian dari rencana yang didukung serikat pekerja untuk mendukung industri pembuatan kapal AS.
Di bawah proposal ini, kapal milik operator transportasi maritim China, termasuk perusahaan negara COSCO, dapat dikenai biaya masuk pelabuhan hingga US$1 juta per kapal. Operator lain yang menggunakan kapal buatan China dapat menghadapi biaya hingga US$1,5 juta.
Kebijakan ini dapat menguntungkan operator pelayaran Taiwan dan Korea Selatan, tetapi para ahli memperingatkan dampaknya yang besar terhadap operator kontainer serta harga barang konsumsi seperti mainan, pakaian, makanan, dan bahan bakar.
Menurut ahli pelayaran kontainer Lars Jensen, "Beban ekonomi bagi eksportir dan importir AS akan sangat besar. Tindakan yang diambil oleh pemerintahan AS dalam empat minggu terakhir belum pernah terjadi sebelumnya dalam cakupan dan skala."
Korea Utara Kritik Pemerintahan Trump karena AS Meningkatkan Provokasi
Kim Yo Jong, saudara perempuan Kim Jong Un mengkritik pemerintahan Presiden AS Donald Trump karena meningkatkan provokasi. Kim Yo Jong mengatakan bahwa hal itu membenarkan Korea Utara untuk meningkatkan pencegahan nuklirnya.
Media pemerintah KCNA, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (4/3) mengungkapkan, Kim mengkritik kunjungan kapal induk AS USS Carl Vinson ke Korea Selatan pada hari Minggu, dan mengatakan tindakan tersebut merupakan bagian dari kebijakan konfrontasi terhadap Korea Utara.
"Begitu pemerintahan barunya muncul tahun ini, AS telah meningkatkan provokasi politik dan militer terhadap DPRK, melanjutkan kebijakan permusuhan pemerintahan sebelumnya," kata Kim.
DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
"Kebijakan permusuhan terhadap DPRK yang dilakukan AS saat ini memberikan pembenaran yang cukup bagi DPRK untuk terus memperkuat ... pencegah perang nuklirnya," imbuh Kim.
Angkatan Laut Korea Selatan mengatakan pada hari Minggu bahwa kapal induk AS tiba di kota pelabuhan selatan Busan di Korea Selatan sebagai unjuk kekuatan terhadap Korea Utara.
Pukulan Berat! Ancaman Tarif Trump Mengguncang Pengebor Minyak dan Gas Kanada
Sektor jasa dan pengeboran minyak di Kanada mulai menunjukkan tanda-tanda perlambatan akibat ancaman tarif yang dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pemulihan industri yang telah lama dinantikan dapat terhambat jika tarif sebesar 10% terhadap impor minyak Kanada benar-benar diterapkan.
Perlambatan Aktivitas dan Dampaknya terhadap Tenaga Kerja
Sejak tahun 2014 hingga 2020, sektor pengeboran minyak Kanada mengalami penurunan signifikan dalam tingkat pekerjaan akibat harga minyak yang rendah dan pengurangan produksi selama pandemi COVID-19. Aktivitas industri ini mulai pulih setelah tahun 2020, tetapi ketidakpastian terkait tarif baru berpotensi mengguncang sektor ini.
Ketika volatilitas menghantam pasar minyak, perusahaan jasa ladang minyak menjadi pihak pertama yang terdampak karena perusahaan produsen minyak cenderung menunda atau membatasi pengeluaran mereka.
Precision Drilling (PD.TO), operator rig pengeboran terbesar di Kanada, mengalami perlambatan lebih tajam dari perkiraan dalam segmen layanan sumurnya pada kuartal keempat tahun 2024. CEO Kevin Neveu menyatakan bahwa ketidakpastian mengenai tarif telah memperlambat pengambilan keputusan pelanggan mereka.
Laporan dari TD Cowen pada Februari 2025 memprediksi bahwa produsen minyak Kanada akan mengambil sikap konservatif dalam investasi akibat ketidakpastian ini. Bank tersebut juga menurunkan proyeksi jumlah rig aktif di Kanada untuk tahun 2025 sekitar 5%, dari perkiraan awal 185 menjadi 175.
Dampak terhadap Investasi dan Saham Industri
Ketidakpastian ini juga memengaruhi rekomendasi investasi pada saham perusahaan pengeboran. TD Cowen menurunkan peringkat saham Precision Drilling dan Ensign Energy Services (ESI.TO) dari "beli" menjadi "tahan" sebagai respons terhadap potensi risiko tarif.
Presiden Asosiasi Kontraktor Energi Kanada (CAOEC), Mark Scholz, menyatakan bahwa meskipun perlambatan yang terjadi masih relatif kecil, kecemasan dalam industri semakin meningkat. "Setiap pengurangan investasi akan berdampak langsung dan sangat cepat pada industri kami," ujarnya.
Scholz menambahkan bahwa hingga saat ini perlambatan hanya mencakup "beberapa rig saja," tetapi hal ini mencerminkan ketidakpastian yang lebih luas di sektor minyak Kanada mengenai waktu, durasi, dan dampak tarif terhadap pasar.
Dampak Tarif terhadap Perusahaan Minyak Kecil dan Rantai Pasokan
Dane Gregoris, Managing Director Enverus Intelligence Research, menilai bahwa tarif 10% terhadap minyak Kanada mungkin tidak akan langsung memengaruhi rencana sebagian besar produsen minyak, terutama dalam jangka pendek.
Namun, perusahaan minyak skala kecil berisiko lebih besar terdampak kebijakan ini. "Sebagian besar anggaran perusahaan minyak sudah ditetapkan dan diumumkan. Mungkin mereka akan mendekati batas bawah dari perkiraan mereka, tetapi saya tidak melihat adanya perubahan besar dalam anggaran modal," jelasnya.
Selain tarif AS, industri juga mengkhawatirkan kemungkinan adanya tarif balasan dari pemerintah Kanada. Presiden Enserva, Gurpreet Lail, menyebutkan bahwa tarif pembalasan dapat meningkatkan harga bahan baku dan peralatan pengeboran yang diimpor dari AS.
Salah satu contoh adalah pasir, yang digunakan secara luas dalam proses fracking, yang termasuk dalam daftar barang yang kemungkinan besar akan dikenakan tarif balasan oleh pemerintah Kanada.
Potensi Dampak terhadap Lapangan Kerja di Sektor Pengeboran
Jika tarif benar-benar diterapkan, Lail memperkirakan akan terjadi kehilangan pekerjaan dalam sektor pengeboran minyak, yang hingga kini belum sepenuhnya pulih ke tingkat sebelum 2014. Pada tahun 2024, total tenaga kerja di sektor ini hanya mencapai setengah dari jumlah pekerja yang ada pada tahun 2014.
CAOEC dalam proyeksi November 2024 sebelumnya memperkirakan bahwa tahun 2025 akan mencatat tingkat pekerjaan tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Namun, dengan ancaman tarif ini, optimisme tersebut mulai goyah.
"Kami berpikir bahwa akhirnya ada harapan di ujung terowongan dan para pekerja mulai kembali bekerja," kata Lail.
"Namun, ini jelas bukan kabar baik," tambahnya