News Forex, Index & Komoditi ( Kamis, 18 April 2024 )

News  Forex,  Index  &  Komoditi

(  Kamis,  18  April  2024  )

Wall Street Ditutup Memerah Rabu (17/4), S&P 500 dan Nasdaq Turun 4 Hari Beruntun

Wall Street ditutup turun dalam perdagangan berombak pada hari Rabu (17/4). Investor menilai sikap suku bunga The Fed dan sejumlah pendapatan yang lemah pada awal musim pelaporan keuangan.

Melansir Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 45,66 poin atau 0,12% menjadi 37.753,31, S&P 500 kehilangan 29,20 poin atau 0,58% menjadi 5.022,21, dan Nasdaq Composite kehilangan 181,88 poin, atau 1,15%, menjadi 15.683,37.

Aksi jual S&P 500 dalam empat sesi adalah yang terpanjang dalam empat bulan terakhir, menyamai penurunan empat hari yang berakhir pada 4 Januari.

Saham Travelers anjlok 7,41% dan merupakan salah satu hambatan terbesar pada S&P 500 dan terbesar pada Dow Industrials, setelah raksasa asuransi itu meleset dari ekspektasi Wall Street untuk laba kuartal pertama.

Juga membebani indeks acuan S&P setelah hasil kuartalan Prologi turun 7,19% dan Abbott Laboratories yang turun 3,03% setelah melampaui perkiraan triwulanan tetapi mengecewakan terhadap perkiraan tahunannya.

Asal tahu, setelah reli dalam dua bulan terakhir tahun 2023 yang berlanjut hingga kuartal pertama, ekuitas mengalami kesulitan dengan S&P 500 mencatat penurunan sesi keempat berturut-turut.

Indeks ini berada pada laju penurunan mingguan ketiga berturut-turut karena investor telah mengurangi ekspektasi mengenai waktu dan ukuran penurunan suku bunga The Fed.

Pada hari Selasa (16/4), pejabat bank sentral AS termasuk Ketua The Fed Jerome Powell enggan memberikan panduan mengenai kapan suku bunga dapat diturunkan, dan malah mengatakan bahwa kebijakan moneter perlu bersifat restriktif lebih lama.

“Pasar sedang menghadapi beberapa hal – inflasi lebih tinggi dari perkiraan kebanyakan orang, ekspektasi penurunan suku bunga semakin menurun dan ketegangan geopolitik semakin meningkat, khususnya di Timur Tengah,” kata Anthony Saglimbene, chief market strategist di Ameriprise Financial.

"Ini hanya alasan bagi para pedagang untuk mengambil tindakan dan pasar mengambil nafas setelah kenaikan lima bulan yang sangat, sangat kuat."

Gubernur Dewan Fed Michelle Bowman dan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester dijadwalkan untuk berbicara hari ini.

Survei aktivitas ekonomi Beige Book yang dilakukan The Fed menunjukkan, sedikit ekspansi dari akhir Februari hingga awal April dan perusahaan-perusahaan khawatir bahwa kemajuan dalam menurunkan inflasi akan terhenti.

Setelah pasar mulai memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed pada bulan Juni di awal tahun ini, ekspektasi pemotongan setidaknya 25 basis poin telah menyusut menjadi 16,8%, dan untuk pemotongan pada bulan Juli menjadi 46%, menurut FedWatch Tool dari CME.

Jet Tempur Israel Mulai Menghantui Rafah, Armada Tank Kembali ke Gaza Utara

 

Armada tank Israel kembali bergerak di Gaza utara pada hari Selasa (16/4), wilayah yang telah mereka tinggalkan beberapa minggu lalu. Di saat yang sama, armada jet tempur Israel mulai melancarkan serangan udara di Rafah, tempat perlindungan terakhir warga Palestina.

Melansir Reuters, otoritas kesehatan Palestina mengatakan serangan Israel telah menewaskan empat orang dan melukai beberapa lainnya di Rafah.

Beberapa saat menjelang tengah malam, serangan udara Israel menghantam sebuah rumah di Rafah dan menewaskan tujuh orang, termasuk anak-anak, dan melukai beberapa lainnya.

Otoritas kesehatan Palestina dan media resmi Hamas juga mengatakan bahwa serangan udara Israel telah menewaskan 11 warga Palestina, termasuk anak-anak, di kamp pengungsi Al-Maghazi di Jalur Gaza tengah.

Masih di hari yang sama, warga mengatakan pesawat Israel telah mengebom dan menghancurkan empat bangunan tempat tinggal bertingkat di kamp pengungsi Al-Nusseirat di Jalur Gaza tengah.

Militer Israel mengatakan, pasukannya akan terus beroperasi di Jalur Gaza tengah dan mereka telah membunuh beberapa pria bersenjata yang berusaha menyerang mereka.

"Selama beberapa hari terakhir, jet tempur dan pesawat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menghancurkan peluncur rudal bersama dengan puluhan infrastruktur teroris, terowongan teror, dan kompleks militer tempat teroris bersenjata Hamas berada," kata militer Israel dalam laporannya.

Rafah merupakan tempat di mana lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza berlindung. Sayangnya, tempat itu tidak lagi aman bagi mereka.

Hingga saat ini, lebih dari 33.000 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel. Sebanyak 46 orang lainnya tewas dalam 24 jam terakhir hingga hari Selasa.

Israel berada di bawah tekanan internasional untuk mengizinkan lebih banyak bantuan ke Gaza. PBB memprediksi, bencana kelaparan diperkirakan terjadi pada bulan Mei di Gaza utara.

Kantor hak asasi manusia PBB pada hari Selasa melaporkan, Israel masih memberlakukan pembatasan yang “melanggar hukum” terhadap bantuan kemanusiaan untuk Gaza.

 

Ini 3 Risiko yang akan Terjadi Jika Israel Membalas Serangan Iran

 

Israel bersumpah untuk membalas Iran. Hal ini berisiko memperluas perang bayangan antara kedua negara yang bermusuhan tersebut menjadi konflik langsung setelah serangan Iran pada akhir pekan yang mengirimkan ratusan drone dan rudal ke arah Israel.

Mengutip AP, para pejabat Israel belum mengatakan bagaimana atau kapan mereka akan melakukan serangan.

Namun ketika negara-negara di seluruh dunia mendesak Israel untuk menahan diri dan ancaman perang multi-front meningkat, jelas bahwa serangan langsung Israel ke wilayah Iran akan menimbulkan dampak besar.

Iran mengatakan, pihaknya melakukan serangan tersebut untuk membalas serangan udara Israel yang menewaskan dua jenderal Iran di Suriah pada tanggal 1 April. Iran berjanji akan memberikan tanggapan yang lebih keras terhadap setiap serangan balik Israel di wilayahnya.

Pada saat yang sama, Israel tengah fokus pada perangnya melawan Hamas di Gaza, dan setiap hari memerangi militan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon. Itu sebabnya, AS telah mendesak Israel untuk menahan diri.

Para pejabat AS mengatakan Presiden Joe Biden telah mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa AS tidak akan ikut serta dalam tindakan ofensif apa pun terhadap Iran. Dan Biden menyatakan hal tersebut dengan sangat jelas kepada Netanyahu bahwa mereka harus berpikir secara hati-hati dan strategis mengenai risiko-risiko eskalasi tersebut.

Kabinet perang Israel telah menghabiskan dua hari terakhir untuk memperdebatkan langkah selanjutnya. Berikut beberapa pertimbangan yang menjadi kunci keputusan mereka.

Risiko yang muncul jika Israel membalas Iran

Mengutip AP, berikut adalah sejumlah risiko yang muncul jika Israel membalas Iran:

1. Meningkatkan isolasi atas Israel

Keberhasilan pertahanan udara Israel pada Sabtu malam – yang dilakukan bersama-sama dengan AS, Inggris, Prancis, dan Yordania – memberi negara itu dukungan dan simpati internasional yang singkat setelah berbulan-bulan meningkatnya isolasi internasional atas perang Gaza.

Menurut pejabat kesehatan setempat, serangan enam bulan tersebut telah menewaskan hampir 34.000 warga Palestina dan menimbulkan bencana kemanusiaan.

Koalisi mitra internasional membantu Israel mempertahankan diri secara efektif. Militer Israel mengatakan 99% senjata berhasil dicegat, dan hanya sedikit yang mencapai wilayah udara Israel. Serangan tersebut hanya menimbulkan kerusakan ringan dan melukai satu orang: seorang gadis berusia 7 tahun.

Koalisi ini bekerja di bawah kepemimpinan Komando Pusat AS, yang mengawasi pasukan Amerika di wilayah tersebut. Ia bekerja sama dengan Israel dan negara-negara Arab moderat untuk membentuk front persatuan melawan Iran.

2. Kecemasan terhadap perang multi-front

Serangan balasan besar-besaran di wilayah Iran berisiko memicu perang regional skala penuh, sehingga respons apa pun harus diperhitungkan dengan cermat.

Serangan langsung ke wilayah Iran hampir pasti akan mengakibatkan serangan balik yang brutal dan berisiko mendorong Hizbullah untuk melancarkan serangan lebih lanjut.

Kelompok Lebanon yang didukung Iran memiliki persenjataan yang jauh lebih kuat daripada Hamas, namun sejauh ini menunjukkan keragu-raguan untuk terlibat dalam perang habis-habisan.

Sekitar 60.000 warga di Israel utara terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena bentrokan yang sedang berlangsung dengan Hizbullah. Pertempuran yang lebih sengit kemungkinan akan memaksa mereka menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah.

Konflik langsung juga akan semakin melemahkan militer Israel, menghilangkan fokusnya dari Gaza, dan menghambat perekonomian Israel yang sudah lelah akibat perang.

Setiap serangan besar di wilayah Iran juga dapat melemahkan dukungan AS yang lemah untuk perang.

Tamar Hermann, pakar jajak pendapat di Institut Demokrasi Israel, mengatakan sebagian besar warga Israel mendukung tindakan militer selama hal itu dikoordinasikan dengan sekutu regional, termasuk Amerika Serikat.

“Jika hal ini dilakukan tanpa konsultasi dan tanpa kesepakatan dengan sekutu… dukungan akan jauh lebih kecil,” kata Hermann.

3. Kapasitas militer

Tentara Israel jauh lebih unggul dibandingkan tentara lain di kawasan ini. Israel memiliki berbagai persenjataan berteknologi tinggi, termasuk pesawat tempur F35 yang dapat meluncurkan amunisi jarak jauh.

Para ahli mengatakan mereka memiliki kemampuan untuk menyerang langsung Iran atau proksinya di wilayah tersebut.

Fabian Hinz, pakar senjata dan peneliti di Institut Internasional untuk Studi Strategis, mengatakan angkatan udara Iran “bahkan tidak sebanding.”

Dia mengatakan pasukan tersebut terdiri dari kumpulan pesawat dari tahun 1980an dan 90an, beberapa di antaranya berasal dari masa pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi yang memerintah negara tersebut hingga tahun 1979.

Sejauh mana sistem pertahanan udara republik Islam tersebut kurang diketahui, katanya.

Hindz menambahkan, banyak lokasi rudal dan instalasi nuklir Iran berada jauh di bawah tanah, sehingga sulit untuk diserang. Israel mungkin juga memerlukan persetujuan negara-negara Teluk Arab untuk menggunakan wilayah udara mereka – sesuatu yang tidak dijamin akan diperbolehkan.

Pilihan berat

Mengutip CNN, saat ini Israel menghadapi dilema terkait serangan balasan kepada Iran.

Para analis mengatakan bahwa Israel hanya mempunyai sedikit pilihan, dan masing-masing pilihan tersebut harus dibayar mahal oleh negara Yahudi tersebut, terutama karena Israel sudah terlibat dalam perang brutal selama enam bulan dengan Hamas di Jalur Gaza dan menghadapi berbagai militan yang didukung Iran di Jalur Gaza.

Serangan langsung terhadap Iran akan menjadi preseden lain. Meskipun Israel diyakini telah melakukan operasi rahasia di Iran selama bertahun-tahun, sering kali menargetkan individu atau fasilitas yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanannya, Israel tidak pernah melancarkan serangan militer langsung ke wilayah Iran.

Presiden Iran Ebrahim Raisi pada hari Senin memperingatkan bahwa tindakan sekecil apa pun terhadap kepentingan Iran akan ditanggapi dengan tanggapan yang berat, ekstensif dan menyakitkan, dan menggambarkan serangan negaranya terhadap Israel sebagai tindakan pertahanan yang sah.

“Kita jelas berada dalam fase baru, dan fase yang sangat berbahaya dalam konfrontasi Israel-Iran,” kata Raz Zimmt, pakar Iran di Institut Studi Keamanan Nasional (INSS) di Tel Aviv.

Dia menambahkan, “Iran sudah pasti mencoba mengubah aturan main dengan Israel… Kita mungkin memperkirakan lebih banyak serangan langsung di masa depan.”

Meskipun Israel mungkin merasa sulit untuk tidak membalas, katanya, Israel mungkin tidak akan langsung melakukan serangan militer skala penuh terhadap sasaran di Iran karena Teheran telah berjanji untuk membalas dengan respons yang bahkan lebih besar daripada serangan yang dilancarkan pada akhir pekan.

Vladimir Putin Angkat Bicara Soal Konflik Timur Tengah & Bencana Besar

 

Pada Selasa (16/4/2024), Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak semua pihak di Timur Tengah untuk menahan diri dari tindakan yang akan memicu konfrontasi baru.

Menurut Kremlin, Putin memperingatkan bahwa konflik Timur Tengah akan disertai dengan konsekuensi berupa bencana besar bagi kawasan tersebut.

Melansir Reuters, Putin, yang telah menjalin hubungan lebih dekat dengan Republik Islam Iran sejak mengirim pasukan ke Ukraina pada tahun 2022, berbicara dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi melalui telepon tentang apa yang disebut Kremlin sebagai “tindakan pembalasan yang diambil oleh Iran.”

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Iran meluncurkan drone dan rudal ke Israel pada Sabtu malam sebagai pembalasan atas serangan Israel terhadap konsulatnya di Damaskus pada 1 April yang menewaskan tujuh petugas Korps Garda Revolusi Islam, termasuk dua komandan senior.

Putin, dalam komentar publik pertamanya mengenai serangan Iran, mengatakan akar penyebab ketidakstabilan di Timur Tengah saat ini adalah konflik yang belum terselesaikan antara Palestina dan Israel.

 “Vladimir Putin menyatakan harapannya bahwa semua pihak akan menunjukkan pengendalian diri yang wajar dan mencegah babak baru konfrontasi yang penuh dengan konsekuensi bencana bagi seluruh kawasan,” kata Kremlin.

“Ebrahim Raisi mencatat bahwa tindakan Iran bersifat terpaksa dan terbatas,” kata Kremlin. “Pada saat yang sama, dia menekankan ketidaktertarikan Teheran terhadap eskalasi ketegangan lebih lanjut.”

Teheran memberikan pernyataan yang sedikit berbeda mengenai seruan tersebut, di mana media pemerintah mengutip pernyataan Raisi yang menyatakan bahwa Iran akan memberikan respons yang lebih parah, ekstensif, dan menyakitkan dibandingkan sebelumnya terhadap tindakan apa pun yang bertentangan dengan kepentingan Iran.

Media pemerintah Iran mengutip Putin yang menggambarkan tanggapan Teheran terhadap Israel sebagai cara terbaik untuk menghukum agresor dan merupakan perwujudan kebijaksanaan para pemimpin Iran.

Rusia, yang telah menjalin hubungan dekat dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan para pemimpin Arab seperti Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, telah berulang kali mengkritik Barat karena mengabaikan perlunya negara Palestina merdeka sesuai perbatasan tahun 1967.

 “Kedua belah pihak menyatakan bahwa akar penyebab kejadian terkini di Timur Tengah adalah konflik Palestina-Israel yang belum terselesaikan,” kata Kremlin tentang pembicaraan telepon dengan Raisi.

Menurut Kremlin, dalam hal ini, pendekatan prinsip Rusia dan Iran mendukung dilakukannya gencatan senjata segera di Jalur Gaza, meringankan situasi kemanusiaan yang sulit, dan menciptakan kondisi untuk penyelesaian krisis secara politik dan diplomatik.

Putin yang mengunjungi Khamenei pada tahun 2022 mengucapkan selamat kepada Raisi dan seluruh umat Islam di akhir bulan suci Ramadhan.

Sementara itu, para jenderal utama Amerika mengatakan meningkatnya kemitraan antara Rusia, China, Iran dan Korea Utara merupakan salah satu tantangan paling berbahaya bagi Amerika dalam empat dekade terakhir.

Iran telah memberi Rusia sejumlah besar rudal balistik dan drone permukaan-ke-permukaan yang kuat yang digunakan Moskow di Ukraina.

PBB: Israel Halangi Penyidik Temui Korban Serangan Hamas

 

 

PBB mengatakan Israel mencegah penyidik PBB untuk berbicara dengan saksi mata dan korban serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Israel mengklaim Hamas membunuh 1.200 orang dan menculik 250 lainnya dalam serangan tersebut.

"Sejauh menyangkut pemerintah Israel, kami tidak hanya menghadapi kurangnya kerja sama, tetapi juga hambatan aktif terhadap upaya kami untuk mendapatkan bukti dari para saksi dan korban dari Israel terkait peristiwa yang terjadi di Israel selatan," kata salah satu dari tiga anggota penyelidikan tersebut Chris Sidoti seperti dikutip dari Aljazirah, Selasa (16/4/2024).

Melalui sambungan video Sidoti mengatakan penyelidikan tersebut mengalami kesulitan untuk mengumpulkan bukti dari sejumlah besar saksi. "Saya menggunakan kesempatan ini untuk mengimbau kembali kepada pemerintah Israel untuk bekerja sama, dan kepada para korban dan saksi mata kejadian di Israel selatan untuk menghubungi komisi penyelidikan agar kami dapat mendengar apa yang mereka alami," katanya.

Sidoti juga mengatakan para penyelidik mulai mengumpulkan bukti digital sejak 7 Oktober 2023, yang beberapa di antaranya 'menghilang dari internet'. "Jika tidak dikumpulkan pada hari itu, bukti-bukti tersebut tidak akan bisa dikumpulkan," kata mantan komisioner hak asasi manusia Australia itu.

Israel menggunakan serangan mendadak Hamas sebagai dasar serangannya ke Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sudah lebih dari 33.800 orang Palestina tewas dalam serangan-serangan Israel di kantong pemukiman tersebut.

 

Qatar Telepon Arab Saudi, Tekankan Deeskalasi untuk Hindari Konflik di Kawasan

 

 

Emir Qatar Tamim bin Hamad Al-Thanin, Selasa (16/4/2024), membahas upaya memperkuat hubungan kedua negara, dan de-eskalasi konflik di kawasan dengan Putra Mahkota dan Perdana Menteri Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al-Saud. Dalam pembicaraan telepon itu, kedua pemimpin menggarisbawahi pentingnya deeskalasi dan menghindari meluasnya konflik di Timur Tengah serta gencatan senjata di Jalur Gaza dan wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Langkah itu, menurut mereka, penting untuk mencapai penyelesaian yang langgeng dan tahan lama bagi perjuangan Palestina dalam upaya mencapai perdamaian abadi dan komprehensif di kawasan.

Mereka juga membicarakan terkait dengan konflik terbuka Israel-Iran di tengah kecamuk perang di Gaza yang sudah berlangsung sejak 7 Oktober 2023. Korps Garda Revolusi Iran, Sabtu (13/4/2024) malam, membalas serangan Tel Aviv terhadap kantor konsulatnya di Damaskus, Suriah, pada awal April.

Dalam serangan balasan tersebut, Iran meluncurkan lebih dari 300 pesawat nirawak dan rudal ke wilayah Israel, namun Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan 99 persen dari pesawat nirawak maupun rudal yang ditembakkan itu dapati dicegat.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pihaknya akan membalas serangan drone (pesawat nirawak) dan rudal Iran itu secara bijak, bukan emosional.

"Kami akan menanggapi Iran, tapi akan bertindak bijaksana dan bukan dengan emosi. Mereka perlu diberi tekanan dengan cara yang sama seperti mereka membuat kita merasa tertekan,” kata Netanyahu seperti dikutip stasiun televisi Israel, Kan, Senin (15/4/2024).

Tentara Israel Terus Jadikan Masjid Sasaran Serangan

 

 

Sejumlah warga Palestina tewas dan lainnya terluka pada Selasa pagi akibat serangan udara Israel yang menargetkan sebuah masjid di Jabalia, Jalur Gaza utara, menurut laporan kantor berita resmi Palestina, WAFA.

Sumber medis mengatakan, sejumlah syuhada dan sembilan orang terluka diangkut ke Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara akibat serangan udara Israel. Serangan ini, menargetkan Masjid Martir Al-Fakhoura di sebelah barat kamp pengungsi Jabalia.

WAFA melaporkan kendaraan tentara Israel juga menyusup ke kota Beit Hanoun di Jalur Gaza utara, mengepung sebuah sekolah yang menampung para pengungsi dan menembaki mereka. Sumber lokal melaporkan, pemadaman layanan komunikasi dan internet di Beit Hanoun bertepatan dengan serangan pasukan Israel.

Kantor berita tersebut menambahkan, tentara Israel terus menembakkan senapan mesin berat di sebelah barat kota Beit Lahia di Gaza utara, serta penembakan artileri di wilayah timur dan utara dari Jalur Gaza. Hampir 33.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza, dan hampir 76.500 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.

Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan sebagian besar makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Israel dituntut atas genosida di Mahkamah Internasional, yang pada Januari mengeluarkan putusan sela untuk memerintahkan Israel guna memastikan pasukannya tidak melakukan tindakan genosida dan menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

 

PBB Umumkan Seruan Global Bantuan untuk Gaza

 

 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (16/4/2024), mengumumkan pihaknya akan meluncurkan seruan global untuk mengumpulkan bantuan senilai 2,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp 45,7 triliun untuk Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel.

Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Wilayah Palestina yang Diduduki Andrea De Domenico mengatakan dua juta yang selamat dari genosida Israel di Gaza tengah berjuang untuk hidup setiap hari.

Namun, hanya sedikit bantuan yang bisa dibawa ke wilayah kantong yang penduduknya sejak lama hidup dalam blokade Israel itu.

“Kenyataannya hanya ada sedikit bantuan yang bisa kita bawa ke Gaza untuk mengatasi pengungsian dan kelaparan,” kata De Domenico, mengutip Anadolu, Rabu (17/4/2024).

De Domenico menuturkan seruan global untuk dana bantuan akan diluncurkan pada Rabu. Seruan tersebut adalah “untuk mendukung tiga juta orang yang teridentifikasi di Tepi Barat dan Gaza.”

Sebanyak 90 persen dari bantuan tersebut akan disalurkan ke Gaza dan PBB pada awalnya berencana meminta dana empat miliar dolar AS (Rp 65,2 triliun) tetapi dikurangi karena terbatasnya kemampuan distribusi bantuan.

Kelaparan di Gaza, katanya, disebabkan oleh tidak adanya makanan, kebersihan, air dan fasilitas kesehatan. “Ketidakpastian menjadi kenyataan sehari-hari bagi masyarakat di Gaza,” ucapnya.

Lebih lanjut ia menyampaikan keluarga yang datang ke selatan Gaza telah mengungsi sebanyak tujuh kali dan dua hari lalu timnya melihat ribuan orang mengantre ke arah utara.

Terkait desas-desus pasukan Israel telah mengizinkan atau akan mengizinkan orang untuk kembali ke Utara, ia membenarkan bahwa beberapa warga memang menerima panggilan telepon yang dimaksudkan untuk menyarankan agar mereka dapat kembali.

“Lalu ketika ribuan orang muncul, militer Israel langsung menembaki lokasi tersebut karena mereka cukup kaget dengan jumlahnya,” sambungnya.

Tak hanya itu, PBB juga menilai Israel melakukan kombinasi strategi untuk menghindari narasi “kami menghalangi bantuan.”

Bahkan Israel berkali-kali melakukan “permainan saling menyalahkan” dan menambahkan “Kami menerimanya. Kami terus berhubungan dengan mereka dan tujuan kami adalah untuk menyelesaikan masalah ini dan memberikan (bantuan).”

 

 

 

Share this Post